Diringkas oleh:
201880175
Dosen:
BEKASI
2019/2020
CHAPTER 5
Creating Long-Term Loyalty Relationships
Di bagian atas adalah pelanggan, yang terpenting adalah orang-orang garis depan yang
bertemu, melayani, dan memuaskan mereka; Di bawah mereka adalah manajer menengah, yang
tugasnya mendukung orang-orang di garis depan sehingga mereka dapat melayani pelanggan
dengan baik; dan pada akhirnya adalah manajemen puncak, yang tugasnya adalah untuk
mempekerjakan dan mendukung manajer menengah yang baik. Pelanggan di sepanjang sisi
menunjukkan bahwa manajer di setiap tingkat harus secara pribadi mengalami sombong dalam
mengetahui, bertemu, dan melayani pelanggan.
Customer-Perceived Value
Customer Perceived Value adalah nilai dari produk atau jasa yang
ada dalam benak customer. Customer Perceived Value dari seseorang
menentukan harga yang dapat diterima oleh seseorang untuk membeli
sebuah barang atau jasa.
Pada umumnya, customer tidak mengetahui cost produksi
sebenarnya dari sebuah barang / jasa yang mereka beli. Mereka hanya
mempunyai internal feeling mengenai seberapa besar nilai sebuah
barang / jasa bagi mereka. Oleh karena itu, untuk dapat menjual dengan
harga yang lebih tinggi untuk barang / jasa yang ditawarkan, produsen
melakukan strategi marketing untuk menciptakan customer perceived
value yang lebih tinggi terhadap produk / jasa mereka.
Customer akan membeli sebuah produk / jasa yang ditawarkan jika harga yang harus
dikeluarkan lebih kecil daripada perceived value dalam benak mereka. Customer akan menjadi
loyal customer jika mereka menganggap value yang di deliver lebih daripada perceived value
dalam benak mereka. Delivering value ini menjadi moto kebanyakan marketer.
Contoh: Parfum sering diasosiasikan dengan glamorous celebrity untuk menciptakan
perception of luxury. Hal ini dapat dicapai dengan advertising campaign untuk menciptakan strong
image untuk parfum tersebut. Customer biasanya tidak mengetahui bahwa cost produksi parfum
relatif rendah. Walaupun cost produksi parfum hanya beberapa rupiah, namun perceived value dari
parfum tersebut bisa jauh lebih besar daripada cost produksinya.
Defining Value
Total Customer Benefit adalah nilai moneter yang dirasakan dari kumpulan keuntungan
ekonomi, fungsional, dan psikologis yang diharapkan pelanggan dari penawaran pasar tertentu
karena produk, layanan, orang, dan citra.
Total Customer Cost adalah kumpulan biaya yang diharapkan oleh para penghasil dalam
mengevaluasi, menerapkan, menggunakan, dan membuang penawaran pasar yang diberikan,
termasuk biaya moneter, waktu, energi, dan psikologis.
Para manajer melakukan analisis nilai pelanggan untuk mengungkapkan kekuatan dan
kelemahan perusahaan dibandingkan dengan pesaing lainnya. Langkah-langkah dalam analisis ini
adalah:
Intinya jelas: Pembeli beroperasi di bawah berbagai kendala dan kadang-kadang membuat
pilihan yang memberi bobot lebih untuk keuntungan pribadi mereka daripada untuk keuntungan
perusahaan.
Monitoring Satisfaction
Banyak perusahaan secara sistematis mengukur seberapa baik mereka memperlakukan
pelanggan mereka, mengenali faktor-faktor yang membentuk kepuasan, dan melakukan perubahan
dalam operasi dan pemasaran mereka sebagai akibatnya.
Perusahaan akan bertidak bijaksana dengan mengukur kepuasan pelanggan secara teratur,
karena salah satu kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan. Pelanggan
yang sangat puas biasanya tetap setia untuk waktu yang lebih lama, membeli kembali ketika
perusahaan memperkenalkan produk baru dan memperbaharui produk lama, membicarakan hal-
hal baik tentang perusahaan dan produknya kepada orang lain, tidak terlalu memperhatikan merek
pesaing dan tidak terlalu sensitif terhadap harga, menawarkan ide produk atau jasa kepada
perusahaan, dan biaya pelayanannya lebih murah dibandingkan pelanggan baru karena transaksi
dapat menjadi hal rutin.
Measurement Techniques
Survei berkala (Periodic suveys) dapat melacak kepuasan pelanggan secara
langsung dan juga mengajukan pertanyaan tambahan untuk mengukur niat
pembelian kembali dan kemungkinan atau kesediaan responden untuk
merekomendasikan suatu perusahaan dan merek kepada orang lain.
Selain mengadakan survei berkala, perusahaan dapat mengamati tingkat
kehilangan pelanggan dan menghubungi pelanggan yang berhenti membeli atau
beralih ke pemasok lain untuk mengetahui alasannya. Terakhir, perusahaan dapat
mempekerjakan pmbelanja misterius untuk berperan sebagai potensial dan
melaporkan titik kuar dan lemah yang dialaminya dalam membeli produk
perusahaan maupun produk pesaing.
Influence of Customer Satisfaction
Bagi perusahaan yang berpusat pada pelanggan, kepuasan pelanggan
merupakan tujuan dan sarana pemasaran. Perusahaan perlu secara khusus
memperhatikan tingkat kepuasan pelanggannya karena internet menyediakan
sarana bagi konsumen untuk menyebarkan berita buruk dengan cepat dan juga
berita baik ke seluruh dunia. Beberapa pelanggan membuat situs Web mereka
sendiri untuk menyuarakan keluhan, kekesalan, dan ketidakpuasan mereka dengan
menargetkan berbagai merek terkenal seperti United Airlines dan Mercedes Benz.
Customer Profitability
Pelanggan yang menguntungkan (profitable customer) adalah Orang, rumah tangga, atau
perusahaan yang sepanjang waktu menghasilkan aliran pendapatan yang melebihi jumlah aliran
biaya perusahaan yang dapat ditoleransi untuk menarik, menjual, dan melayani pelanggan tersebut.
Pemasar dapat menilai profitabilitas pelanggan secara individual, segmen pasar, atau saluran.
Customer Profitability Analysis
Akuntansi ABC mencoba mengidentifikasi biaya riil yang terkait dengan melayani setiap pelanggan
— biaya produk dan layanan berdasarkan sumber daya yang mereka konsumsi. Perusahaan
memperkirakan semua pendapatan yang berasal dari pelanggan, dikurangi semua biaya. Kunci untuk
menggunakan ABC secara efektif adalah dengan mendefinisikan dan menilai “kegiatan” dengan benar.
Reducing Defection
Perusahaan tidak cukup hanya menarik pelanggan baru saja, perusahaan harus
mempertahankan mereka dan meningkatkan bisnis mereka. Banyak perusahaan yang mengalami
kerugian akibat pelanggan yang hilang atau beralih.
Retention Dynamics
Building Loyalty
Menciptakan hubungan yang kuat dan erat dengan pelanggan adalah mimpi semua
pemasar dan hal ini sering menjadi kunci keberhasilan pemasaran jangka panjang. Perusahaan
yang ingin membentuk ikatan pelanggan yang kuat harus memperhatikan sejumlah
pertimbangan.
Brand Communities
Komunitas merek adalah komunitas khusus konsumen dan karyawan yang teridentifikasi dan
kegiatannya berfokus pada merek.
Terdapat tiga karakteristik identifikasi komunitas merek:
1. “kesadaran akan kebaikan”, atau hubungan yang dirasa dengan merek, perusahaan,
produk, atau anggota masyarakat.
2. Berbagai pendapat, cerita, dan tradisi yang membantu menyampaikan makna
komunitas.
3. Tanggung jawab moral atau tugas bersama untuk komunitas secara keseluruhan dan
individu.
Subliminal Perception
Mekanisme persepsi selektif membutuhkan keterlibatan dan pemikiran aktif konsumen.
Sebuah topic yang telah mempesona banyak pemasar selama berabad-abad adalah persepsi bawah
sadar. Mereka berpendapat bahwa pemasar menyisipkan pesan rahasia dan tersembunyi dalam
iklan atau kemasan.
Learning
Pembelajaran (learning) mendorong perubahan dalam perilaku kita yang timbul dari
pengalaman. Dua pendekatan populer terhadap pembelajaran adalah pengkondisian klasik dan
pengkondisian operant (instrumental)
Emotions
Respons konsumen tidak semuanya kognitif dan rasional; banyak yang mungkin emosional
dan memunculkan berbagai jenis perasaan. Sebuah merek atau produk dapat membuat konsumen
merasa bangga, bersemangat, atau percaya diri. Iklan dapat menimbulkan perasaan hiburan, jijik,
atau heran. Pemasar semakin menyadari kekuatan daya tarik emosional — terutama jika ini
berakar pada beberapa aspek fungsional atau rasional dari merek.
Memory
Semua informasi dan pengalaman yang dihadapi ketika kita menjajalni hidup dapat
berakhir di memori jangka panjang kita. Ahli psikologi kognitif membedakan antara memori
jangka pendek (short term memory—STM)—Penyimpanan informasi temporer dan terbatas—dan
memori jangka panjang (long term memory—LTM)—penyimpanan yang lebih permanen dan
pada dasarnya tak terbatas.
Memory Processes
Memori adalah proses yang sangat konstruktif, karena kita tidak mengingat informasi dan
kejadian secara lengkap dan akurat.
Pemrograman memori menggambarkan bagaimana dan di mana informasi masuk ke dalam
memori. Kekuatan asosiasi yang dihasilkan tergantung pada seberapa banyak kita memproses
informasi pada saat pemrograman (seberapa banyak kita memikirkannya, misalnya) dan dengan
cara apa.
Memory Retrieval
Pengambilan memori (Retrieval Memory) merupakan cara informasi diambil dari memori.
Menurut model memori jaringan asosiatif, asosiasi merek yang kuat lebih mudah diakses dan lebih
mudah diingat oleh “aktivasi penyebaran.” Usaha mengingat informasi merek yang berhasil tidak
hanya bergantung pada kekuatan awal informasi tersebut dalam memori. Ada tiga faktor yang
sangat penting:
1. Kehadiran informasi produk lain dalam memori dapat menghasilkan pengaruh interferensi
dan menyebabkan kita gagal mengenali atau bingung dengan data baru. Salah satu
tantangan pemasaran dalam kategori yang padat dengan banyak pesaing—misalnya,
maskapai penerbangan, layanan keuangan, dan perusahaan asuransi—adalah bahwa
konsumen dapat mencampuradukkan merek.
2. Waktu antara paparan terhadap informasi dan pemrograman berpengaruh—semakin lama
waktu tunda, semakin lemah asosiasi itu. Psikolog kognitif percaya ingatan sangat tahan
lama, jadi begitu informasi disimpan memori, kekuatan hubungannya meluruh sangat
lambat.
3. Informasi mungkin tersedia dalam memori tetapi tidak dapat diakses (dapat diingat) tanpa
tanda pemulih atau pengingat yang tepat.
Problem Recognition
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang
dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Dengan rangsangan internal, salah satu dari
kebutuhan normal seseorang—rasa lapar haus—naik ke tingkat maksimum dan menjadi dorongan;
atau kebutuhan bisa timbul akibat rangsangan eksternal. Seseorang mungkin mengagumi mobil
baru tetangga atau melihat iklan televisi untuk liburan ke Bali, yang memicu pemikiran tentang
kemungkinan melakukan pembelian.
Pencarian Informasi
Ternyata, konsumen sering mencari jumlah informasi yang terbatas. Survei
memperlihatkan bahwa untuk barang tahan lama, setengah dari semua konsumen hanya melihat
satu toko dan hanya 30% yang melihat lebih dari satu merek peralatan. Ada dua tingkat keterlibatan
dengan pencarian. Keadaan pencarian yang lebih rendah disebut perhatian tajam. Pada tingkat ini
seseorang hanya menjadi lebih reseptif terhadap informasi tentang sebuah produk. Pada tingkat
berikutnya, seseorang dapat memasuki pencarian informasi aktif: mencari bahan bacaan,
menghubungi teman, melakukan kegiatan online, dan mengunjugi toko untuk mempelajari produk
tersebut.
Sumber informasi
Sumber informasi utama di mana konsumen dibagi menjadi empat kelompok:
Pribadi. Keluarga, teman, tetangga, rekan.
Komersial. Iklan, situs Web, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan.
Publik. Media massa, organisasi pemeringkat konsumen.
Eksperimental. Penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.
Dinamika pencarian
Evaluasi Alternatif
Beberapa konsep dasar yang akan membantu kita memahami proses evaluasi: Pertama,
konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu
dari solusi produk. Ketiga, konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut
dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk memuaskan
kebutuhan tersebut. Atribut minat pembeli bervariasi sesuai produk—misalnya:
1. Hotel—Lokasi, kebersihan, atmosger, harga
2. Obat kumur—Warna, efektivitas, kapasitas pembunuh kuman, rasa, harga.
3. Ban—Keamanan, umur alur ban, kualitas, harga.
Purchase Decision
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi antarmerek dalam kumpulan pilihan.
Konsumen mungkin juga membentuk maksud untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam
melaksanakan maksud pembelian, konsumen dapat membentuk lima subkeputusan:
1. Merek 3. Kuantitas 5. Metode pembayaran
2. Penyalur 4. Waktu
Noncompensatory Models of Consumer Choice
Model ekspektansi nilai merupakan model kompensatoris, yaitu hal-hal yang dianggap
baik untuk sebuah produk dapat membantu menutup hal-hal yang dianggap buruk. Tetapi
konsumen sering mengambil “jalan pintas mental” dengan menggunakan aturan (heuristic) pilihan
yang sederhana. Heuristik adalah aturan sederhana atau jalan pintas mental dalam proses
keputusan.
Dengan model nonkompensatoris pilihan konsumen, pertimbangan atribut positif dan
negatif tidak selalu saling mengurangi. Mengevaluasi atribut yang berada dalam isolasi membuat
konsumen lebih mudah mengambil keputusan, tetapi juga meningkatkan kemungkinan bahwa ia
akan mengambil pilihan berbeda jika ia berpikir lebih rinci. Ada tiga heuristik pilihan seperti itu:
1. Heuristik konjungtif
Konsumen menetapkan tingkat cutoff mnimum yang dapat diterima untuk setiap
atribut dan memilih alternative pertama yang memenuhi standar minimum semua atribut.
2. Heuristik leksikografis
Konsumen memilih merek terbaik berdasarkan atribut yang dianggap paling
penting.
3. Heuristik eliminasi berdasarkan aspek
Konsumem membandingkan merek berdasarkan atribut yang dipilih secara
probabilistik—di mana probabilitas pemilihan atribut berhubungan positif dengan arti
pentingnya—dan menghilangkan merek yang tidak memenuhi batasan minimum yang
dapat diterima.
Intervening Factors
Bahkan jika konsumen membentuk evaluasi merek, dua faktor umum dapat
mengintervensi antara maksud pembelian dan keputusan pembelian; sikap orang lain dan faktor
situasional yang tidak diantisipasi (mengubah niat pembelian)
Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda, atau menghindari keputusan
pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko anggapan. Konsumen dapat menilai banyak jenis risiko
dalam membeli dan mengkonsumsi sebuah produk:
1. Risiko fungsional—Produk tidak bekerja sesuai harapan.
2. Risiko fisik—Produk mengacam kesejahteraan atau kesehatan fisik pengguna atau orang
lain
3. Risiko keuangan—Produk tidak layak untuk harga yang dibayarkan.
4. Risiko sosial—Produk menimbulkan rasa malu dari orang lain.
5. Risiko priskologis—Produk mempengaruhi kesehatan jiwa pengguna.
6. Risiko waktu—Kegagalan produk menghasilkan biaya peluang untuk menemukan produk
memuaskan lainnya.
Postpurchase Behavior
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami konflik dikarenakan melihat fitur
mengkhawatirkan tertentu atau mendengar hal-hal menyenangkan tentang merek lain dan
waspada terhadap informasi yang mendukung keputusannya.
Postpurchase Satisfaction
Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja anggapan produk. Jika
kinerja tidak memenuhi harapan, konsumen kecewa; jika memenuhi harapan, konsumen puas;
jika melebihi harapan, konsumen sangat puas. Perasaan ini menentukan apakah pelanggan
membeli produk kembali dan membicarakan hal-hal menyenangkan atau tidak menyenangkan
tentang produk tersebut kepada orang lain.
Postpurchase Actions
Jika konsumen puas, ia mungkin ingin membeli produk itu kembali. Pelanggan yang puas
juga cenderung mengatakan hal-hal baik tentang merek kepada orang lain. Di pihak lain,
konsumen yang kecewa mungkin mengabaikan atau mengembalikan produk. Tindakan pribadi
mencakup keputusan untuk berhenti membeli produk (opsi keluar) atau memperingatkan teman
(opsi suara).
Postpurchase Uses and Disposal
Pendorong kunci frekuensi penjualan adalah tingkat konsumsi produk—semakin cepat
pembeli mengkonsumsi sebuah produk, semakin cepat mereka kembali ke pasar untuk membeli
kembali.
Salah satu peluang untuk meningkatkan frekuensi penggunaan produk, terjadi ketika
persepsi konsumen tentang penggunaan mereka berbeda dari kenyataan. Konsumen mungkin
gagal mengganti produk yang memiliki rentan umur relative pendek dengan cukup cepat karena
mereka salah menilai umur produk. Salah satu strategi untuk mempercepat penggantian adalah
mengaitkan tindakan menggantikan produk dengan liburan, kejadia, atau waktu tertentu dalam
satu tahun.