Anda di halaman 1dari 4

TUGAS BAHASA INDONESIA

Menyajikan Gagasan Melalui Artikel

OLEH:

Firyal Hilmi Maghfiroh Ilahi (21)/XII IPS A

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 PROBOLINGGO
Jalan Raya Soekarno-Hatta No. 137, Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia

TAHUN AJARAN 2020/2021


Agar Anak Miskin Terus Sekolah

Nelson Mandela berujar bahwa pendidikan adalah senjata ampuh untuk menguasai
dunia. Kata-kata mantan Presiden Afrika Selatan itu menegaskan betapa pentingnya
pendidikan dalam mengubah hidup manusia, bahkan bangsa. Bangsa yang maju
menandakan setiap warganya bisa mengakses pendidikan dengan baik, termasuk anak
miskin sekali pun.

Di Indonesia, setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak, seperti


digariskan dalam Pasal 31 UUD 1945. Tapi, masalahnya, apakah semua anak di Indonesia
sudah bisa mengakses pendidikan? Di atas kertas, sekolah memang gratis, tapi di lapangan
masih banyak ditemukan "iuran" yang harus dibayar oleh siswa kepada sekolah. Dari uang
masuk sekolah, uang seragam, buku, uang ujian, hingga iuran-iuran "bernilai kecil" yang
sering kali membuat orang tua miskin terpaksa menyuruh anaknya berhenti sekolah.

Sebentar lagi, misalnya, setelah ujian nasional SMP ini, orang tua para siswa akan
dihadapkan oleh beragam keperluan, dari perpisahan hingga pendaftaran ke sekolah
lanjutan. Semua itu adalah nilai rupiah yang harus dikeluarkan oleh siswa. Itu belum lagi
bagi mereka yang lulus SMA, biaya yang dikeluarkan oleh orang tua siswa untuk masuk
perguruan tinggi biayanya lebih besar.

Bagi orang tua siswa yang mampu, tentu saja biaya-biaya itu tak menjadi masalah.
Bahkan mereka rela mengeluarkan biaya lebih besar untuk mendapatkan pendidikan terbaik
untuk anaknya. Masalahnya akan mengganjal bagi orang tua tak mampu alias miskin.
Akhirnya, tak sedikit dari anak-anak miskin menjadi putus sekolah.

Sekolah seolah merasa sah saja mengutip ini-itu dari orang tua siswa, dengan
berbagai alasan, seperti terlambatnya pencairan dana bantuan operasional sekolah (BOS),
kecilnya dana BOS, dan sebagainya. Bahkan, untuk pembangunan fisik pun, sekolah
menarik iuran dari siswa, misalnya untuk membikin pagar, musala, taman, bahkan ruang
kelas. Padahal seharusnya itu semua tanggung jawab pemerintah. Lain halnya kalau sekolah
swasta.

Sekolah swasta pun, seharusnya, juga memberi perhatian terhadap anak-anak


miskin. Negara tetap hadir di sana, misalnya, dengan membuat aturan setiap sekolah swasta
wajib menyediakan 20 persen bangku untuk anak-anak miskin dengan biaya murah, bahkan
gratis. Sekolah swasta bisa menerapkan subsidi silang untuk bisa menampung anak-anak
miskin.

Tak hanya itu, negara perlu berperan untuk mengawasi agar sekolah tidak
melanggar hak-hak anak dalam memperoleh pendidikan. Misalnya, melakukan pengawasan
yang cukup terhadap kebijakan sekolah, terutama yang berkaitan dengan biaya, agar tidak
membebani siswa yang tak mampu. Setiap pungutan jangan dilepas secara sepihak kepada
sekolah, melainkan harus mendapat izin dari pemimpin daerah dan dibahas oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.

Selain itu, aparat pemerintah perlu turun ke kampung-kampung miskin dan mencari
anak-anak miskin yang putus sekolah. Jangan sampai ada di antara mereka yang karena
tidak ada biaya lalu tidak bisa sekolah.

Negara harus hadir dan memiliki tanggung jawab besar terhadap pendidikan anak-
anak miskin. Sebab, sekolahlah harapan satu-satunya agar mereka bisa mengubah nasib dan
keluar dari jebakan kemiskinan. Dengan bersekolah—seperti kata Nelson Mandela di atas
—mereka memiliki senjata untuk menguasai dunia.

No Informasi yang Diperoleh Fakta/Opini Penjelasan


1. Bangsa yang maju menandakan Opini Kalimat tersebut menyatakan
setiap warganya bisa mengakses opini dari penulis mengenai
bangsa yang maju. Bila dilihat
pendidikan dengan baik, termasuk dari kriteria bangsa yang maju
anak miskin sekali pun. bisa jadi pendidikan menjadi
salah satunya.
2. Negara harus hadir dan memiliki Opini Penulis menyatakan opini dalam
tanggung jawab besar terhadap bentuk saran yakni figur
pendidikan anak-anak miskin. pemerintah yang bertanggung
jawab atas pendidikan anak-anak
miskin.
3. Sekolah swasta bisa menerapkan Opini Dalam kalimat tersebut tertuang
subsidi silang untuk bisa opini penulis yang menyarankan
sekolah swasta untk
menampung anak-anak miskin. memberlakukan subsidi silang.
4. Bagi orang tua siswa yang mampu, Fakta Kalimat tersebut termasuk fakta,
tentu saja biaya-biaya itu tak karena pada umumnya keluarga
menjadi masalah. yang telah mampu tidak akan
terbebani dengan masalah biaya.
5. Di Indonesia, setiap orang berhak Fakta Penulis mengutip interpretasi dari
mendapatkan pendidikan yang UUD 1945, kalimat tersebut
layak, seperti digariskan dalam adalah fakta.
Pasal 31 UUD 1945

6. Dari uang masuk sekolah, uang Fakta Dalam praktek di kehidupan


seragam, buku, uang ujian, hingga sehari-hari masih banyak sekolah
iuran-iuran "bernilai kecil" yang negeri yang mendapat bantuan
sering kali membuat orang tua BOS namun masih memungut
miskin terpaksa menyuruh anaknya biaya yang tidak sedikit kepada
berhenti sekolah. walimurid.

7. Selain itu, aparat pemerintah perlu Opini Penulis mencoba memberikan


turun ke kampung-kampung solusi yang logis kepada
miskin dan mencari anak-anak pemerintah mengenai
miskin yang putus sekolah. penanganan pendidikan untuk
keluarga miskin.
8. Misalnya, melakukan pengawasan Opini Di kalimat ini penulis juga
yang cukup terhadap kebijakan memberikan solusi lain untuk
sekolah, terutama yang berkaitan pemerintah dalam hal
dengan biaya, agar tidak pemantauan sekolah-sekolah
membebani siswa yang tak mampu yang masih memungut biaya
pada walimurid.
9. Sekolah swasta pun, seharusnya, Opini Opini penulis dalam kalimat ini
juga memberi perhatian terhadap adalah mengenai keharusan
anak-anak miskin. sekolah swasta untuk terlibat
dalam membantu pendidikan
anak-anak miskin.
10. Sekolah seolah merasa sah saja Opini Penulis memberikan
mengutip ini-itu dari orang tua pandangannya mengenai sekolah
siswa, dengan berbagai alasan, yang masih memungut biaya,
seperti terlambatnya pencairan penulis menggambarkan sekolah
dana bantuan operasional sekolah tersebut seperti orang yang tamak
(BOS), kecilnya dana BOS, dan dan menghalalkan berbagai cara.
sebagainya.

Pendapat terhadap artikel tersebut

Penulis telah secara tegas menjelaskan poin-poin yang belum dipenuhi pemerintah mengenai
pendidikan anak-anak miskin. Dalam artikel tersebut penulis tidak hanya mengkritik, tetapi
juga memberikan solusi-solusi. Seperti, keharusan sekolah swasta terlibat dalam penanganan
pendidikan anak-anak miskin, kewajiban pemerintah untuk mengawasi anggaran dan
kebijakan sekolah juga solusi unik seperti pemerintah harus turun ke kampung-kampung
yang bertujuan untuk mendata anak-anak miskin yang putus sekolah. Hal tersebut adalah cara
yang bijak dalam mengkritik, penulis telah melakukan tugasnya dengan baik. Saya sangat
setuju dan memiliki pandangan yang sama dengan penulis mengenai kasus ini. Semoga
dengan adanya artikel seperti ini, pendidikan bagi kaum miskin dapat segera teratasi.

Anda mungkin juga menyukai