Anda di halaman 1dari 10

A

Absolute sentienfia expositore non indiget, Simple proposition needs no


expositor, Sebuah dalil yang sederhana tidak membutuhkan penjelasan lebih
lanjut

Actori Incumbit Probatio, Siapa mendalilkan sesuatu, ia harus


membuktikannya

Accipere quid ut justitiam focias non est team accipere quam exiorquere,
To accept anything as a reward for doing justice is rather estorting than
accepting, Menerima sesuatu sebagai imbalan untuk menegakkan keadilan
akan mengarah ke tindakan pemerasan, bukan hadiah. (daripada)

C
Contante Justitie, Azas Cepat, Sederhana dan biaya ringan.

Communi observantia non est recedendum, There should be no daparture


from common observance (or usage), Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
seseorang menandakan maksud yang terdapat dalam pikirannya.

Cum adsunt testimonia rerum, quid opus est verbis ! (latin), When the
proofs of facts are present, what need is there of words ! (inggris), Ketika
bukti-bukti dari fakta-fakta ada, apa gunanya kata-kata !

Cujus est commodum, ejus debet esse inc ommodum, The person who has
the advantage should also have the disadvantage, Seseorang yang
mendapatkan suatu keuntungan juga akan mendapatkan suatu kerugian

Cujus est dominium, ejus est periculum, The risk lies upon the owner,
Risiko atas suatu kepemilikkan ditanggung oleh pemilik.

Culpue poena par esto, Let the punishment be equal the crime. Jatuhkanlah
hukuman yang setimpal dengan perbuatan.

Cum adsunt testimonia rerum, quid opus est verbist, When the proofs of
facts are present, what need is there of words ? Saat bukti dari fakta-fakta ada,
apa gunanya kata-kata ?

Cum aliquis renunciaverit sociatati, solvitur societas, When any partner


has renounced, the partnership, the partnership is dissolved. Saat rekan telah
meninggalkan persekutuannya, maka persekutuan tersebut dinyatakan bubar.

1
Cum duo inter se pugnantia reperiuntur in testamento, iltimum ratum
est. When two clauses a will are found to be contradictory, the last in order
prevails Jika terdapat perbedaan dalam suatu hakikat, maka terlihat jelas
adanya 2 persepsi yang berbeda.

Cum letitimae nuptiae factae sunt, patrem liberi sequuntur, Children born
under a legitimate marriage follow the condition of the father. Anak yang
terlahir dari sebuah perkawinan yang sah mengikuti kondisi ayahnya

D
Da tua sunt, post mortem tune tua sunt, Give the things which are yours
while they are yours ; after death they are not yours. Berikanlah benda-benda
kepunyaanmu saat kau masih memilikinya; setelah meninggal benda-benda
tersebut bukan kepunyaanmu lagi.

Debet quis juri subjacere rrbi delinquit, Any offender should be subject to
the law of the place where he offends. Seseorang Penggugat harus mengacu
pada hukum yang berlaku di tempat dia mengajukan gugatan.

Dormiunt aliquando leges, nunquam moriuntur. Laws sometimes sleep but


never die, Hukum terkadang tidur, tetapi hukum tidak pernah mati.

Droil ne done, pluis que soit, demaunde, The law give no more than is
demanded. Hukum memberi tidak lebih dari yang dibutuhkan

E
“Een goede procesorde atau due proces of law atau berdasarkan proses
hukum acara yang baik

Ei incumbit probatio quidicit, nonqui negat, The burden of the proot rest
upon the person who affirms, not the one who denies Beban dari bukti
disandarkan pada orang yang menugaskan tuduhan bukan yang menyangkal.

F
Facta sunt potentiora verbis. Deeds (or facts) are more powerful than words
Perbuatan (atau fakta) lebih kuat dari kata-kata.

Fiat justicia ruat caelum. Let justice be done though the heaven should fall
Keadilan harus ditegakkan, walau harus mengorbankan kebaikan

2
Filius est nomen baturae, sed haeres nomen, “Son is a name of nature, but
“heir” a name of law, “anak” nama yang diberikan oleh alam, tetapi “ahli
waris” adalah nama yang diberikan hukum.

Filius in utero matris est pars viscerum matrix, A child in the mother’s
womb is part of the mether’s vitals. Seorang anak di dalam kandungan adalah
bagian dari kehidupan ibunya.

Frustra legis auxilium quareit qui in legem committit Vainly does a person
who offends against the law seek the help of the law. Adalah sia-sia bagi
seseorang yang menentang hukum tapi dia sendiri meminta bantuan hukum.

G
Gedagde heeft het laatst woord, Pihak Tergugat selalu mempunyai kata
terakhir.
Gerechtigheit: asas Keadilan

H
Hakim yang pasif: Lidelijkheid van de rechter

Heares est cadem persona cum antecessore, The heir is the sitnre person as
the ancestor. Ahli waris sama kedudukannya dengan pendahulunya.

Homo vocabulum est naturae ; persona juris civilis. “Man” (homo) is a


term of nature; “ (Person) “. A term of civil law “Man” (pria) ialah istilah
alami . “ Person” (persona) ialah istilah hukum perdata

I
In Dubio Pro Reo: Jika Ada Keragu-raguan mengenai sesuatu, maka
haruslah diputuskan hal-hal yang menguntungkan Terdakwa

Id perfectum est quad ex omnibus suis partibus constant. That is perfect


which is complete in all ist part Sesuatu dinyatakan sempurnanya bila setiap
bagiannnya komplit.

3
Ignorantia judicis est calanaitax innocentis, The ignorance of the judge is
the misfortune of the innocent. Ketidaktahuan hakim ialah suatu kerugian bagi
pihak yang tidak bersalah.

Ignorantia juris non exucusat. Ignorance of the law does not excuse
Ketidaktahuan akan hukum tidak dimaafkan.

Ignorantia excusatur non juris sed facti, Ignorance of fact is exused but not
ignorance of law. Ketidaktahuan akan fakta-fakta dapat dimaafkan tapi tidak
demikian halnya ketidaktahuan akan hukum.

Inde datae leges be fortior omnia posset, Law were made lest the stonger
should have unlimited power. Hukum dibuat, jika tidak maka yang terbuat
akan mempunyai kekuatan yang tidak terbatas.

Index animi sermo, Speech is the index of the mind, Cara seorang berbicara
menunjukkan jalan pikirannya.

Iniquum est aliquem rei sui esse judicem, It is unjust for anyone to be judge
in his own. Adalah tidak adil bagi seseorang untuk diadili pada perkaranya
sendiri

Interset reipublicae res judicatoas non rescindi, It is in the interset of the


state that judgments already given not be rescinded Adalah kepentingan
negara bahwa suatu keputusan tidak dapat diganggu gugat.

J
Judex set lex laguens, The judge is the sepaking law, Sang hakim ialah
hukum yang berbicara.

Judex debet judicare secundum allegata et probata, The judge ought to


give judgment according to the allegations and the proofs, Seorang hakim
harus memberikan penilaian berdasarkan fakta-fakta dan pernyataan.

Judex herbere debet duos sales, salem sapientiae, ne sit insipidus, et


salem conscientiae, ne sit diabolus. A judge should have two silts ; the salt
of wisdom, lest he be foolish ; and the salt of conscience, lest he be devilish.
Seorang hakim harus mempunyai dua hal ; suatu kebijakan, kecuali dia adalah
orang yang bodoh ; dan hati nurani ; kecuali dia mempunyai sifat yang kejam.

Judex non putest esse testis in propria cause, A judge cannot be a witness
in his own cause, Seorang hakim tidak dapat menjadi seorang saksi dalam
perkaranya sendiri.

4
Judex non reddit plus wuam quod petens ipsse requirit, A judge does not
give more than the plaintiff himself demands. Seorang hakim tidak
memberikan permintaan lebih banyak dari sipenuntut.

Judicandum est legibus non exemplis, Judgment must be given by the laws,
not by examples. Seorang hakim tidak dibatasi untuk menjelaskan
penilaiannya sendiri.

Judicia poxteriora sunt in lege fortiora, The later decisions are stronger in
law
Keputusan terakhir ialah yang terkuat di mata hukum.

Juramentum est indivisinle, et non est admittendum in partly true and


partly falsum, An oath is indivisible; it is not to be accepted as partly true
and partly false. Sebuah sumpah tidak dapat dibagi ; sumpah tersebut tidak
dapat diterima jika sebagiannya benar dan sebagian lagi salah.

Justitiae non est neganda, non differenda, Justice is not to be denied or


delayed
Keadilan tidak dapat disangkal atau ditunda.

Jurare eat deum in testem vocare et est actus divini cultus, To swear is to
call God to witness, and is an acty of religion Memberikan sumpah ialah sama
halnya dengan memanggil Tuhan sebagai saksi hal itu adalah hal keagamaan.

Juris quidem ignorantium cuique nocere, facti verum ignorantiam non


nocere, Ignorance of law is prejudicial to everyone, but ignorance of fact is
not Ketidaktahuan hukum merugikan semua orang ; tetapi ketidak tahuan
fakta tidak.

K
Koop Breekt Geen Huur, Jual–beli tidaklah menghapuskan sewa–menyewa

L
Lex nemini operatur iniquum, neminini facit injuriam, The law works an
injustice to no one and does wrong to no one. Hukum tidak memberikan
ketidakadilan kepada siapapun dan tidak melakukan kesalahan kepada
siapapun.

Lex posterior derogat priori, A later statute repeals an earlier one. Undang-
undang yang baru menghapus Undang-undang yang lama.

Lex prospcit, non respicit, The law looks forward, not backward Hukum
melihat kedepan bukan ke belakang.

5
Lex rejicit superflua, pugnantia incongrua, The law rejects superfluous,
contraditory, and incongruous things. Hukum menolak hal yang bertentangan
dan tidak layak

Lex semper dabit remedium. The law always give a remedy, Hukum selalu
memberi obat

M
Mendengar kedua belah pihak yang berperkara: Horen van beide partijen

N
O

P
“Point d’interet, point d’action: hanya mereka yang mempunyai kepentingan
yang cukup dan layak serta mempunyai dasar hukum berhak mengajukan
tuntutan (gugatan) kepada Pengadilan yang berwenang.

Peradilan yang terbuka untuk umum: Openbaarheid van rechtspraak:

Pemeriksaan dalam dua Instansi : Onserzoek in twee instanties

Pengawasan putuan pengadilan lewat kasasi: Toezict op de rechtspraak


door middel van cassatie

Peradilan dengan membayar biaya: Nied-kosteloze rechtspraak

Q
Quod Erat Demonstrandum (Q.E.D.) yang berarti "yang sudah dibuktikan"
atau "yang sudah terbukti".

Quod Erat Faciendum (Q.E.F) yang berarti "yang sudah dilakukan".

6
R
Rechtischherheit: Asas Kepastian Hukum
Res Judicata Pro Veritate Habetur: Setiap putusan Hakim harus dianggap
benar dan dihormati

S
T
U
V
“Asas Verplichte procureurstelling: Kewajiban untuk diwakili oleh seorang
Advokat didalam proses dihadapan Pengadilan

W
X
Y
Z
Zwechmasigheit: Asas Manfaat

7
WWW= Waring Wena Wanua
Wolrd Wide Web ?

HTTP = Hypertex Transfer Protocol

8
I. Pengertian:

A. Batal Demi Hukum (Vide hal 155);

Istilah Batal Demi Hukum, berasal dari Van rechtswege nietig.


Marjanne Termorshuizen mengemukakan juga dengan istilah nietigheid ex tunc.
A Van Den End mempersamakan Van rechtswege nietig dengan legally void, null
and void, void by operatian of law atau void ipso jure.

Menurut ajaran nullitas (nulliteit, nullity), batal demi hukum adalah hal yang
bersifat nietigheid yakni sesuatu hal yang tidak sah sejak semula. Setiap hal,
keadaan atau produk yang bersifat batal (nietigheid, voidness or nullity), sejak
semula tidak sah (ongeldig, invalid). Sesuatu yang tidak sah menurut Achmad
Ichsan, dianggap tidak pernah ada sesuatu akibat hukum sama sekali dan akibat
hukum yang dituju sama sekali dianggap tidak ada (rechtsgevolg, legal effect).

Atau sesuatu yang sejak semula tidak sah dan sejak semula dianggap tidak pernah
ada, sehingga sejak semula dianggap tidak mempunyai kekuatan hukum
(krachteloos, no legal force)

Masalah nulitas dalam hukum Indonesia secara umum merujuk kepada Bap
Keempat Bagian Kedelapan Buku III KUHPerdata yang terdiri dari pasal 1446-
1456. Pada pasal 1451 diatur mengenai akibat batalnya perjanjian. Ditegaskan,
perjanjian yang batal demi hukum, mengakibatkan tidak sah dari semula, sehingga
perjanjian itu berlaku surut sejak semula (ex- tunc). Apabila sebagai akibat
pelaksanaan perjanjian perjanjian telah terlanjur terjadi penyerahan barang, barang
dan orang-orangnya dikembalikan kepada keadaan sebelum perikatan dibuat.
Dengan kata lain, para pihak dikembalikan kepada keadaan semua (rechtsherstel in
de vorige toestand; restitutio integrum)

B. Dapat Dibatalkan;

Berbeda dengan dapat dibatalkan (vernietigbaar, voidable). Dalam hal ini suatu
hal, peristiwa atau produk yang bersangkutan “dapat dinyatakan tidak sah”.
Oleh karena itu, masih ada kemungkinan dikuatkan/penguatan (bekrachtig, to
certify, affirmation). Persetujuan atau hal, keadaan dan produk itu dianggap tetap
berlaku sah (geldig, legal) sampai ada putusan hakim yang menyatakan dan
memutuskan tidak sah.

Tambahan (Vide hal 22):

Syarat-syarat Sahnya Suatu Perjanjian:

A. Syarat Subyektif:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya


2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian

B. Syarat Obyektif:

9
1. Mengenai suatu hal tertentu
2. Suatu sebab yang halal

Apabila suatu perjanjian tidak memenuhi syarat obyektif (suatu hal tertentu, atau
causa yang halal) maka perjanjian tersebut, Batal Demi Hukum. Sehingga sebagai
konsekwensi yuridisnya, dari semula tidak ada suatu perjanjian dan tidak ada
pula suatu perikatan antara orang-orang yang bermaksud membuat perjanjian
itu.

Sebaliknya Apabila suatu perjanjian tidak memenuhi syarat subyektif (Sepakat


mereka yang mengikatkan dirinya, Cakap untuk membuat suatu perjanjian) maka
perjanjian tersebut, Dapat Dibatalkan oleh salah satu pihak (canleling) yakni
meliputi:
1. Pihak yang tidak cakap menurut hukum (orang tua atau walinya, ataupun ida
sendiri apabila ia sudah menjadi cakap)
2. Pihak yang memberikan perijinan atau menyetujuai perjanjian itu secara tidak
bebas meliputi:

a. Paksaan,
b. Kekhilafan atau kekeliruan (baik mengenai barang maupun orang)
c. Penipuan (Rangkaian perkataan bohong, tipu muslihat.

10

Anda mungkin juga menyukai