Anda di halaman 1dari 110

1.

40Ab abusu ad usum non valet consequentia→ Sebuah kesimpulan yang muncul
dari penyalahgunaan sesuatu tidak dianggap valid.
2. Ab assuetis non fit injuria→Tidak ada kerugian yang ditimbulkan oleh hal – hal
yang telah lama disetujui tanpa bantahan.
3. Abbreviationum ille numerus et sensus accipiendus est ut concessio non sit
inanis →Supaya suatu hibah dapat dianggap sah, maka harus ada penjelasan dan
perhitungan di baliknya.
4. Absentem accipere debemus eum qui non est eo loco in quo petitur→ Seseorang
dianggap absen ketika ia tidak berada di tempat di mana ia dicari.
5. Absentia ejus qui reipublicae causa abest neque alii damnosa esse
debet→Ketiadaan seseorang yang sedang berada di luar negeri atas utusan negara
seharusnya tidak mungkin merugikan orang itu sendiri maupun orang lain.
6. Absoluta sentential expositore non indiget →Proposisi sederhana tidak
memerlukan penjabaran.
7. Abundans cautela non nocet → Abundant causation does no harm → penyebab
berlimpah tidak menimbulkan kerugian.
8. Accessorium non ducit, sed sequitor, suum principale→Peserta pembantu tidak
memimpin, melainkan mengikuti pelaku utamanya. Penyertaan
9. Accipere quid ut justitiam facias non est tam accipere quam extorquere→
Menerima sesuatu sebagai imbalan atas keadilan yang dilakukannya, merupakan
sebuah pemerasan bukanlah sekedar penerimaan.
10. Accusare nemo debet se, nisi coram Deo→ Tidak ada seorang pun yang
diharuskan untuk menuduh/menyalahkan dirinya sendiri, kecuali dihadapan
Tuhan.
11. Accusator post rationabile tempus non est audiendus, nisi se bene de omissione
excusaverit →Seseorang yang membuat suatu gugatan setelah jangka waktu
tertentu telah berlalu, tidak akan didengar kecuali orang tersebut dapat
memberikan alasan yang tepat atas kealpaannya.
12. A communi observantia non est recedendum→ Seharusnya tidak ada
penyimpangan dari ketaatan umum.
13. Acta exteriora indicant interiora secreta → Tindakan – tindakan seseorang
menggambarkan maksud yang terselubung didalamnya. Percobaan
14. Acta in uno judicio non probant in alio nisi inter easdem personas → Hal – hal
yang terdapat dalam satu kasus, tidak dapat digunakan sebagai bukti dalam kasus
lain, kecuali kasus terseebut menyangkut pihak – pihak yang sama.
15. Actio non datur non damnificato → Gugatan bukanlah untuk mereka yang tidak
mengalami kerugian apapun.
16. Actionum genera maxime sunt servanda →Ada beberapa hal yang perlu
dipertahankan.
17. Actio personalis moritur cum persona →Perbuatan seseorang yang hanya
menyangkut dirinya sendiri akan mati dengan orang itu.
18. Actio quaelibet it sua via →Setiap perbuatan ada alasannya.
19. Actor qui contra regulan quid adduxit non est audiendus → Penggugat tidak
patut untuk didengar apabila ia membuat proposisi yang bertentangan dengan
peraturan hukum.
20. Actor sequitor forum rei →Gugatan diajukan pada pengadilan negeri tempat
kediaman tergugat.
21. Actus curiae neminem gravabit → Tindakan pengadilan tidak boleh merugikan
siapapun.
22. Actus inceptus cujus perfectio pendet ex voluntate partium revocari potest; si
autem pendet ex voluntate tertiae personae, vel ex contingenti, revoari non
potest →Perbuatan yang sudah dimulai namun pemenuhannya tergantung pada
pihak – pihak yang bersangkutan, maka perbuatan itu dapat dibatalkan, tetapi jika
pemenuhannya tergantung pada pihak ketiga, maka perbuatannya itu tidak dapat
dibatalkan.1
23. Actus judiciarius coram non judice irritus habetur; de ministeriali autem a
quocunque provenit ratum esto→Sebuah tindakan hukum yang dibuat oleh
seseorang selain hakim (atau orang tanpa wewenang); sama halnya dengan
tindakan ministerial, dianggap tidak sah.
24. Actus legis nemini est damnosus → Tindakan hukum tidak boleh berprasangka
buruk terhadap siapa pun.
25. Actus legis nemini facit injuriam→ Tindakan hukum tidak boleh merugikan siapa
pun.
26. Actus legitimi non recipiunt modum →Tindakan hukum tidak boleh
dipertanyakan.
27. Actus non reum facit nisi mens sit rea → suatu perbuatan tak dapat menjadikan
seseorang bersalah bilamana maksudnya tak bersalah.
28. Actus repugnans non potest is esse produci → gugatan yang bertentangan tidak
dapat diterima.

1 1616
29. Actus servi, in iis quibus opera ejus communiter adhibita est, actus domini
habetur→Perbuatan seorang pegawai dalam hal-hal di mana ia biasanya
dipekerjakan dianggap tindakan majikannya.
30. Additio probat minoritatem →Penambahan atau pendukungan mengindikasikan
kekurangan.
31. Ad ea quae frequentius accidunt jura adaptantur → Penjabaran dan penjelasan
haruslah berharga.
32. Adjuvari quippe nos, non decipi, beneficio oportet → Tentu sebuah keuntungan
seharusnya membantu, bukan menjebak kita.
33. Ad officium justiciariorum spectat unicuique coram eis placitanti justitiam
exhibere → Merupakan tugas penegak hukum untuk memberikan keadilan bagi
siapa pun yang memohon.
34. Ad proximum antecedens fiat relatio, nisi impediatur sententia →Hubungan
keluarga haruslah bermulai dari yang paling dekat, kecuali ditentukan lain.
35. Ad quaestiones facti non respondent judices; ad quaestiones legis non
respondent juratores → Hakim tidak menjawab pertanyaan mengenai fakta, dan
juri tidak menjawab pertanyaan hukum.
36. Ad quaestiones legis judices, et non juratores, respondent → Hakim, bukan juri
yang menjawab pertanyaan hukum.
37. Ad recte docendum oportet primum inquirere nomina, quia rerum cognitio a
nominibus rerum dependet → Agar dapat memahami sesuatu, perlu diketahui
terlebih dahulu namanya, agar mendapatkan pengetahuan yang benar, tergantung
pada namanya. Bab I
38. Adversus extraneos vitiosa possessio prodesse solet →Kepemilikan, maupun
salah biasanya sufisien. Kepemilikan yang sebelumnya merupakan klaim yang baik
terhadaporang lain yang tidak dapat membuktikan sebaliknya.
39. Ad vim majorem vel ad casus fortuitos non tenetur quis, nisi sua culpa
intervenerit → Tidak ada seorang pun yang diwajibkan untuk bertanggung jawab
atas akibat dari kecelakaan atau keadaan di luar kendali kecuali ia yang
menyebabkan.
40. Aedificare in tuo proprio solo non licet quod alteri noceat → Dilarang untuk
mendirikan bangunan di atas tanah sendiri apabila bangunan tersebut dapat
merugikan orang lain.
41. Aedificatum solo solo cedit → Apa yang dibangun di atas tanah akan terikat pada
tanah tersebut.
42. Aedificia solo cedunt → Bangunan termasuk dengan tanahnya.
43. Aequior est dispositio legis quam hominis → Disposisi (watak) hukum lebih
netral dibandingkan dengan manusia
44. Aequitas agit in personam → Keadilan terdapat diantara manusia.2
45. Aequitas est correctio legis generaliter latae qua parte deficit → Keadilan
merupakan pembenaran terhadap kecacatan yang ada pada hukum.
46. Aequitas ignorantiae opitulatur, oscitantiae non item → Keadilan membantu
ketidaktahuan bukan kepuasan.
47. Aequitas non facit jus, sed juri auxiliatur → Keadilan tidak membentuk suatu hak,
tetapi membantu pemenuhan suatu hak.
48. Aequitas sequitur legem → Keadilan mengikuti hukum.
49. Aequitas supervacua odit →Keadilan menentang hal – hal yang berlebihan.
50. Aequum et bonum est lex legum→ Apa yang dianggap adil dan baik adalah
hukumnya hukum.
51. Aestimatio praetiriti delicti ex postremo facto nunquam crescit →Pengkajian
mengenai suatu kejahatan tidak meningkat dari fakta selanjutnya.
52. Affectio tua nomen imponit operi tuo → Motif seseorang mempengaruhi
perbuatannya. Bab Kesengajaan
53. Affectus punitur licet non sequator effectus →Kesengajaan sendiri dapat
dihukum walaupun tujuannya tidak tercapai. Bab Kesengajaan
54. Affinis mei affinis non est mihi affinis → Seseorang yang terikat dalam
perkawinan dengan orang lain yang berhubungan dengan saya akibat ikatan
perkawinan, tidak ada hubungan apapun dengan saya.
55. Affirmanti, non neganti, incumbit probation → Pembuktian bersifat wajib bagi
yang mengiakan bukan yang menyangkal.
56. Affirmantis est probare → Orang yang mengiakan harus membuktikan.
57. Agentes et consentientes pari poena plectenture → Pihak yang berbuat dan yang
menyetujui akan mendapatkan hukuman yang sama. Penyertaan
58. A jure suo cadunt → Mereka yang meninggalkan haknya, akan kehilangan haknya
tersebut.
59. A justitia (quasi a quodam fonte) omnia jura eminent → Dari keadilan, seperti
air mancur, semua hak mengalir darinya.
60. Aliena negotia exacto officio geruntur →Sebuah perkara harus ditangani dengan
perhatian yang teliti.

2 1617
61. Alienatio licet prohibeatur, consensus tamen omnium in quorum favorem
prohibita est potest fieri; et quilibet potest renunciare juri pro se introducto
→Meskipun pengalihan (alienation) dilarang, namun hal itu masih bisa terjadi
apabila kedua belah pihak menyetujui, dimana kekuasaan ada di tangan salah satu
pihak untuk mengalihkan haknya yang tadinya diperkenalkan untuk
keuntungannya sendiri.
62. Alienatio rei praefertur juri accrescendi → Pengalihan tanah lebih digemari
dibandingkan dengan hak membangun.
63. A l’impossible nul n’est tenu → Tidak ada seorang pun yang diwajibkan untuk
melakukan sesuatu yang mustahil.
64. Aliquid conceditur ne injuria remaneat impunita quod alias non concederetur
→ Sesuta hal yang tadinya tidak dikabulkan, dapat dikabulkan agar suatu kesalahan
dapat dihukum.
65. Aliquis non debet esse jude in propria causa, quia non potest esse judex et pars
→ seseorang tidak dapat menghakimi perkaranya sendiri karena ia tidak bisa
sekaligus bertindak sebagai hakim dan salah satu pihak yang bersengketa.
66. Aliud est celare, aliud tacere → Menutupi berbeda dengan bungkam.
67. Aliud est distinctio, aliud separatio → Perbedaan berbeda dengan pemishanan.
68. Aliud est possidere, aliud esse in possessione → Memiliki berbeda dengan dalam
kepemilikan.
69. Aliud est vendere, aliud vendenti consentire → Membeli beda halnya dengan
memberikan persetujuan kepada penjual.
70. Allegans contraria non est audiendus → Seseorang yang membuat tuduhan yang
bertentangan, tidak patut untuk didengar.
71. Allegans suam turpitudinem non est audiendus → Seseorang yang menuduh
dirinya sendiri, tidak patut untuk didengar.
72. Allegari non debuit quod probatum non relevat → Hal – hal yang tidak relevan,
walaupun terbukti benar, tidak perlu dinyatakan.3
73. Allegatio contra factum non est admittenda → Gugatan yang tidak sesuai dengan
akte, tidak patut untuk didengar dan tidak dapat diterima.
74. Alterius circumventio alii non praebet actionem → Penipuan yang dilakukan
terhadap satu orang, tidak memberikan orang lain hak untuk menuntut.
75. Alternativa petitio non est audienda → Petisi alternatif tidak patut untuk
didengar.

3 Hlm 1618
76. Ambigua responsio contra proferentem est accipenda → Jawaban ambigu dari
salah satu pihak tidak akan diterima.
77. Ambiguis casibus semper praesumitur prorege → Dalam keadaan dimana ada
keraguan, praduga memihak kepada raja.
78. Ambiguitas contra stipulatorem est →Dapat digunakannya interpretasi terhadap
keraguan yang diberikan oleh salah satu pihak.
79. Ambiguitas verborum latens verificatione suppletur; nam quod ex facto oritur
ambiguum verificatione facti tollitur →Ambigu dalam penulisan dapat
diluruskan oleh bukti, sedangkan ambigu yang muncul dari fakta yang tidak
penting, akan diluruskan oleh bukti yang samanya tidak penting.
80. Ambiguum placitum interpretari debet contra proferentem → pemohonan yang
ambigu harus ditafsirkan terhadap pihak yang memohon.
81. Ambulatoria est voluntas defuncti usque ad vitae supremum exitum →
Kehendak seorang keturunan dapat dialihkan sampai saat terakhir dalam
hidupnya.
82. Angliae jura in omni casu libertati dant favorem → Hukum Inggris memihak
kepada kebebasan.
83. Animus ad se omne jus ducit → Hukum melihat pada unsur kesengajaan pada tiap
perkara. Kesengajaan
84. Animus homis est anima scripti →Kesengajaan seseorang merupakan inti
instrumen. Kesengajaan
85. Anniculus trecentesimo sexagesimo-quinto die dicitur, incipiente, plane non
exacto die, quia annum civiliter non ad momenta temporum sed ad dies
numeramur→ Seorang anak berumur satu tahun pada hari ke 365 nya ketika
harinya berakhir, karena satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari.
86. Annua nec debitum judex non separat ipse → Bahkan hakim pun tidak membagi
gaji maupun hutang.
87. Annus est mora motus quo suum planeta pervolvat circulum → Satu tahun
merupakan durasi dimana bumi memutari orbit.
88. Annus inceptus pro completo habetur →Ketika tahun baru mulai, sekaligus tahun
itu berakhir.
89. A non posse ad non esse sequitor argumentum necessarie negative, licet non
affirmative →Dari kemustahilan sampai ketiadaan, sebuah kesimpulan mengikuti
yang negatif bukan yang afirmatif.
90. Apices juris non sunt jura → Hukum yang lemah bukan hukum.
91. A piratis et latronibus capta dominium non mutant → Barang – barang yang
dicuri oleh pembajak atau pencuri, tidak berubah status kepemilikiannya.
92. Applicatio est vita regulae → Pelaksanaan merupakan kehidupan hukum.
93. Aqua cedit solo → Kepemilikan tanah termasuk air yang ada di dalam / pada tanah
tersebut.
94. Aqua currit et debet currere ut currere solebat →Sesuatu harus dilaksanakan
sebagaimana seharusnya.
95. Arbitramentum aequum tribuit cuique suum → Arbitrase yang adil
menguntungkan hukum.
96. Arbitrium est judicium →Penghargaan merupakan sebuah keputusan.4
97. Arbor dum crescit; lignum dum crescere nescit → Sesuatu adalah pohon apabila
berkembang, namun sesuatu itu adalah kayu ketika tidak berkembang.
98. A rescriptis valet argumentum →Argumen yang tercantum dalam pernyataan
resmi dianggap sah.
99. Argumentum ab auctoritate est fortissumum in lege →Argumen yang dibuat atas
dasar pengetahuan yang luas, merupakan yang terkuat di muka hukum.
100. Argumentum ab impossibili plurimum valet in lege →Argumen yang muncul dari
kemustahilan memiliki keabsahan hukum yang terbaik.
101. Argumentum ab inconveniente plurimum →Argumen yang dibangun dari apa
yang dianggap sebagai tidak sesuai, memiliki keabsahan hukum yang terbaik.
102. Argumentum a divisione est fortissium in jure → Argumen berdasarkan subdivisi
dari suatu subyek merupakan yang terkuat di muka hukum.
103. Argumentum a majori ad minus negative non valet; valet e converso →
Argumen dari yang terkuat sampai yang terlemah bukanlah hal yang buruk, tetap
argumen tersebut sah.
104. Argumentum in amartos sumere jura sinunt →Hukum memperbolehkan
perlawanan terhadap yang bersenjata.
105. Assignatus utitur jure auctoris → Penerima hak disertai dengan hak – hak pokok.
106. A summo remedio ad inferiorem actionem non habetur regressus neque
auxilium →Dari upaya hukum yang tertinggi sampai upaya paling rendah tidak ada
pertolongan.
107. Auctoritates philosophorum, medicorum et poetarum sunt in causis allegandae
et tenendae → Pendapat para filosof, ilmuwan, dan penulis patut dipertimbangkan.

4 Hlm 1619
108. Aucupia verborum sunt judice indigna →Tidak pantas bagi seorang hakim untuk
quibbling.
109. Audi alteram partem → Kedua belah pihak harus didengar.
110. A verbis legis non est recedendum → Perkataan hukum tidak ada yang salah.
111. Baratriam committit qui propter pecuniam justitiam baractat →Seseorang
akan bersalah apabila ia mengajukan tuntutan konyol dan hanya demi uang saja.
112. Bastardus non potest habere haeredem nisi de corpore suo legitime
procreatum → Anak luar nikah dianggap tidak memiliki keturunan kecuali melalui
perkawinan yang sah.
113. Bastardus nullius est filius, aut filius populi → Seorang anak luar nikah bukanlah
anak siapa pun.
114. Bello parta cedunt reipublicae → Hal – hal yang terjadi dalam peperangan akan
dipertanggungjawabkan kepada negara.
115. Benedicta est exposito quando res redimitur a destructione → Keberuntungan
adalah ketika sesuatu berhasil diselamatkan dari kemusnahan.
116. Beneficium invito non datur → Keistimewaan atau keuntungan tidak diberikan
kepada seseorang dengan cara melawan kehendaknya.
117. Beneficium non datum nisi propter officium → Sebuah imbalan tidak diberikan
kecuali atas suatu penabdian..
118. Beneficium principis debet esse mansurum →Pemberian seorang pangeran
harus bertahan lama.
119. Benigne faciendae sunt interpretationes chartarum, ut res magis valeat quam
pereat; et quaelibet concessio fortissime contra donatorem interpretanda est
→ Perjanjian harus ditafsirkan secara luas, agar apa yang dijanjikan dapat
dilaksanakan; dan setiap pengalihan akan dipertanggungjawabkan oleh pegalih.
120. Benigne faciendae sunt interpretationes proprter simplicitatem laicorum, ut
res magis valeat quam pereat; et verba intentioni, non e contra, debent
inservire → Konstruksi harus dibuat secara luas untuk menyederhanakan orang
awam agar apa yang dijanjikan dapat terlaksana dan dianggap sah; serta kata – kata
yang digunakan harus menggambarkan kesengajaan para pihak.5
121. Benignior sententia in verbis generalibus seu dubiis est preferenda →
Konstruksi yang umum atau menggambarkan keraguan adalah konstruksi yang
baik.

5 Hlm 1620
122. Benignius seu trigamus, etc., est qui diversis temporibus et successive duas seu
tres uxores habuit → bigamus atau trigamus etc adalah mereka yang beristrikan
dua istri atau lebih pada waktu yang berbeda.
123. Bis dat qui cito dat→ Dia yang membayar dua kali, maka ia bayar kelebihan.
124. Bis idem exigi bona fides non patitur, et in satisfactionibus non permittiur
amplius fieri quam semel factum est → Itikad baik tidak memungkinkan hal yang
sama untuk dituntut dua kali. Dan dalam hal pengabulan klaim, tidak boleh
mengabulkan lebih dari apa yang diminta.
125. Bonae fidei non congruit de apicibus juris disputare → Tidak sesuai dengan
itikad baik untuk menekankan kehalusan pada hukum.
126. Bonae fidei possessor in id tantum quod ad se pervenerit tenetur → Seorang
pemilik, secara itikad baik, hanya bertanggungjawab atas hal – hal yang ia miliki.
127. Bona fide possessor facit fructus consumptos suos → Seorang pemiliki dalam
itikad baik berhak atas hasil perkebunannya.
128. Bona fide exigit ut quod convenit fiat →Itikad baik menuntut apa yang telah
disepakati untuk dilakukan.
129. Bona fides non patitur ut bis idem exigatur →Itikad baik melarang adanya
pembayaran dua kali untuk hal yang sama.
130. Boni judicis est ampliare jurisdictionem (or justitiam) → Merupakan tugas
hakim yang baik untuk memperluas yuridiksinya.
131. Boni judicis est ampliare justitiam →Merupakan tugas hakim yang baik untuk
memperluas keadilan.
132. Boni judicis est causas litium dirimere → Merupakan tugas hakim yang baik
untuk menyelesaikan perkara.
133. Boni judicis est judicium sine dilatione mandare executione → Merupakan tugas
hakim yang baik untuk tidak menunda putusan.
134. Boni judicis est lites dirimere, ne lis ex liteoriatur →Merupakan tugas hakim yang
baik untuk memastikan bahwa tidak ada litigasi baru yang muncul dari litigasi yang
sudah ada.
135. Bonum defendentis ex integra causa; malum ex quolibet defectu →Hasil yang
baik adalah putusan yang berdasarkan hukum dan sah. Hasil yang buruk adalah
putusan yang cacat.
136. Bonum necessarium extra terminos necessitatis non est bonum →Dalam
keadaan terpaksa, hal – hal yang dilakukan tidak boleh melebihi keadaan itu
sendiri.
137. Bonus judex secundum aequum et bonum judicat, et aequitatem stricto juri
praefert → Hakim yang baik adalah ia yang mengadili dengan adil dan baik serta
memihak pada keadilan dari pada hukum yang keras.
138. Breve ita dicitur, quia rem de qua agitur, et intentionem petentis, paucis verbis
breviter enarrat →Surat tuntutan disebut dengan istilah “breve” karena menyebut
inti perkara, serta apa yang dituntut oleh penggugat secara singkat.
139. Breve judiciale debet sequi suum originale, et accessorium suum principale →
140. Breve judiciale non cadit pro defectu formae → Surat pengadilan tidak boleh ada
kecacatan apapun di dalamnya.
141. Brevia, tam originalia quam judiciali, patiuntur anglica nomina →Surat
pengadilan, seperti halnya dengan peradilan, berasal dari Inggris.
142. Cancellarii angliae dignitas est, ut secundus a rege habetur →Menteri Inggris
dianggap memiliki martabat setinggi kedaulatan negara.
143. Carcer ad homines custodiendos, non ad puniendos, dari debet →Hukuman
penjara ditujukan untuk mengurung nara pidana, bukan untuk menghukumnya. 6
Bab Pidana & Pemidanaan
144. Carcer non supplicii causa sed custodiae constitutes →Penjara diciptakan bukan
untuk menghukum, tetapi untuk pengurungan di bawah pengawasan. Bab Pidana
& Pemidanaan
145. Casus fortuitous non est sperandus, et nemo tenetur divinare → Kejadian
kebetulan tidak disangka. Dan tidak ada seorang pun yang diharapkan untuk
menyangkanya.
146. Casus fortuitous non est supponendus → Kejadian kebetulan tidak terduga.
147. Casus omissus et oblivion datus disposition communis juris relinquitur →
Perbuatan yang tidak diatur dalam undang – undang akan diadili berdasarkan
common law.
148. Casus omissus pro omisso habendus est → Perkara yang diabaikan akan dianggap
sengaja diabaikan.
149. Catalla juste possessa amitti non possunt → Barang bergerak yang dimiliki
secara hak tidak bisa dianggap hilang.
150. Catalla reputantur inter minima in lege → Barang bergerak dianggap oleh
hukum sebagai sesuatu yang memiliki paling sedikit konsekuensi.
151. Causa causae est causa causati →Penyebabnya penyebab adalah penyebab dari
pengaruhnya juga.
152. Cauas causantis causa est causati → Penyebab sesuatu adalah penyebab dari
pengaruhnya juga.
153. Causa ecclesiae publicis aequiparatur; et summa est ratio quae pro relegione
facit → Upaya gereja setara dengan upaya publik dalam mementingkan agama.

6 Hlm 1621
154. Causae dotis, vitae, libertatis, fisci sunt inter favorabilia in lege → Perihal
pewarisan, kehidupan, kebebasan, penghasilan merupakan hal – hal yang
dilindungi oleh hukum.
155. Causae ecclesiae publicis causis aequiparantur → Upaya gereja setara dengan
upaya yang dilakukan oleh publik.
156. Causa et origo est material negotii → Penyebab serta asal muasal suatu hal
merupakan substansi dari isi perkara. “Hukum mempertimbangkan perbuatan
intinya”, contohnya adalah sebuah kasus dimana seorang pria yang mencoba untuk
bunuh diri dalam keadaan gila, namun meninggal setelah mendapatkan
kewarasannya kembali, maka tindakan tersebut bukan tindakan bunuh diri.
157. Causa patet → Sebuah alasan sangat jelas.
158. Causa proxima non remota spectator → Penyebab langsung dan bukan penyebab
tidak langsung yang dipertimbangkan.
159. Causa vaga et incerta non est causa rationabilis →Alasan yang tidak jelas dan
tidak pasti, bukanlah alasan yang baik.
160. Caveat emptor → Seorang pembeli harus berwaspada.
161. Caveat emptor qui ignorare non debuit quod jus alienum emit → Seorang
pembeli harus berwaspada, ia tidak boleh lalai dalam membeli sesuatu yang
dimiliki orang lain.
162. Caveat venditor → Seorang penjual harus berwaspada.
163. Caveat viator → Seorang petualang harus berwaspada.
164. Cavendum est a fragmentis → Berwaspadalah pada hal – hal yang tidak jelas.
165. Certa debet esse intention et narration et certum fundamentum et certa res
quae deducitur in judicium →Alur serta narasi harus pasti, dasarnya harus agar
perkara yang dibawa ke pengadilan bersifat pasti.
166. Certum est quod certum reddi potest → Sesuatu hal yang pasti akan menghasilkan
kepastian.
167. Cessante causa, cessat effectus → penyebab yang hilang akan menghilangkan
akibatnya juga.
168. Cessante ratione legis cessat et ipsa lex → Ketika alasan hukum hilang, maka
hukum itu sendiri akan hilang.
169. Cessante statu primitive, cessat derivativus →Ketika sebuah perkebunan sudah
tidak ada, maka hasil perkebunan itu dianggap tidak ada.
170. Cessa regnare, si non vis judicare → Berhenti memerintah jika anda tidak ingin
diadili.
171. C’est le crime qui fait la honter, et non pas vechafaus → Perbuatan kejahatan
yang membuat malu, bukan hukuman matinya. Pidana & Pemidanaan
172. Cestuy que doit inheriter al pere doit inheriter al fils→ Seseorang yang
seharusnya mewarisi warisan dari ayahnya, akan menerima warisan dari anaknya
juga.7
173. Chacea est ad commune legem → Daerah pemburuan ada pada common law.
174. Charta de non ente non valet → Perjanjian atas sesuatu yang tidak ada dianggap
tidak berlaku.
175. Charta non est nisi vestimentum donationis →Sebuah perjanjian merupakan
pemberi suatu hak.

7 Hlm 1622
176. Chartarum super fidem, mortuis testibus, ad patriam de necessitudine
recurrendum est → Perkara mengenai sah atau tidaknya sebuah perjanjian
dimana saksinya telah meninggal, harus dihadapkan kepada juri.
177. Chirographum apud debitorem repertum praesumitur solutum → Ketika
buktinya ditemukan pada debitur, maka hutang akan dianggap lunas.
178. Chirographum non extans praesumitur solutum → Ketika tidak ditemukannya
bukti adanya hutang, maka diduga hutang itu dibatalkan.
179. Circuitus est evitandus → Proses peradilan dilarang “berputar – putar”.
180. Circuitus est evitandus; et boni judicis est lites dirimere, ne lis ex lite oriatur →
Proses peradilan dilarang untuk “berputar – putar”. Merupakan tugas seorang
hakim untuk menyelesaikan perkara agar tidak ada tuntutan baru yang muncul dari
perkara yang sudah ada.
181. Citatio est de juri naturali → Sebuah panggilan merupakan hak natural.
182. Citationes non concedantur priusquam exprimatur super qua re fieri debet
citation → Penggunaan yurisprudensi tidak akan diterima sebelum dijelaskan
hubungan antara perkara dengan yurisprudensi tersebut.
183. Clam delinquens magis punitur quam palam → Seseorang yang melakukan
perbuatan kejahatan secara diam – diam akan dihukum lebih berat dari pada orang
yang melakukannya secara terbuka.
184. Clam factum id videtur esse, quod quisque, quum controversiam haberet,
habiturumve su putaret, fecit →Seseorang akan memilih untuk menyelesaikan
perkaranya secara diam – diam.
185. Clausulae inconsuetae semper inducunt suspicionem → Klausa – klausa asing
selalu menimbulkan kecurigaan.
186. Clausula generalis de residuo non ea complectitur quae non ejusdem sint
generis cum iis quae speciatim dicta fuerant →
187. Clausula generalis non refertur ad expressa → Klausa umum tidak merujuk pada
hal – hal yang sudah disebut.
188. Clausula quae abrogationem excludit ab initio non valet →Klausa yang dapat
mendukung perbuatan melawan hukum dianggap tidak sah dari awal.
189. Clausula vel disposition inutilis per praesumptionem remotam vel causam ex
post factio non fulcitur → Klausa yang tidak mengutarakan suatu fakta yang
penting atau tidak menimbulkan dugaan, ataupun menyimpulkan sesuatu dianggap
tidak berguna.
190. Cogitationis poenam nemo meretur → Tidak ada seorang pun yang layak
dihukum karena memiliki pendapat sendiri.
191. Cogitationis poenam nemo patitur → Tidak ada seorang pun yang dihukum
karena memiliki pendapat sendiri.
192. Cognomen majorum est ex sanguine tractum, hoc intrinsecum est ; agnomen
extrinsecum ab eventu →Nama panggilan keluarga berasal dari leluhur dan
bersifat esensial.
193. Cohaeredes una persona censentur, propter unitatem juris quod habent →
Sesama ahli waris dianggap sebagai satu pihak, karena persatuan hak yang mereka
miliki.
194. Collegium est societas plurium corporum simul habitantium → Perkuliahan
merupakan kelompok sosial tertentu.
195. Commenda est facultas recipiendi et retinendi beneficium contra jus positivum
a suprema potestate→Sebuah commendam merupakan kekuasaan oleh pihak
superior untuk menerima dan mempertahankan keuntungan yang bertentangan
dengan hukum positif.8
196. Commercium jure gentium commune esse debet et non in monopolium et
privatum paucorum quaestum convertendum → Perdagangan menurut hukum
para negara, harus bersifat umum dan dilarang monopoli ataupun memberikan
keuntungan sendiri bagi pihak – pihak tertentu.
197. Commodum ex injuria sua non habere debet → Pelaku tidak boleh mendapatkan
keuntungan apapun dari perbuatan jahatnya.
198. Communis error facit jus →Kesalahan umum yang terulang terus dapat dianggap
sebagai hukum.
199. Communis error non facit jus → Kesalahan umum pada suatu aturan tidak
menjadikan aturan tersebut sebuah hukum.
200. Compendia sunt dispendia → Pengurangan hak seseorang dapat mengakibatkan
kerugian.
201. Compromissarii sunt judices → Arbitrator merupakan hakim.
202. Compromissum ad similitudinem judiciorum redigitur → Permusyawarahan
merupakan hal yang lazim untuk dilakukan oleh hakim.
203. Conatus quid sit non definitur in jure → “Percobaan” tidak didefinisikan oleh
hukum. Bab Percobaan
204. Concessio per regem fieri debet de certitudine → Sebuah perintah oleh raja harus
pasti. “Apabila raja telah melarang saya menjadi polisi, namun tidak menjelaskan
pada daerah hukum mana, maka larangan tersebut tidak sah karena tidak jelas.”
205. Concessio versus concedentem latam interpretationem habere debet → Sebuah
hibah dapat ditafsirkan dengan bebas terhadap orang yang mengabulkannya.
206. Concerdare leges legibus est optimus interpretandi modus → Menyesuaikan
satu hukum dengan hukum lain merupakan cara penafsiran yang terbaik.
207. Concordia parvae res crescent et opulentia lites →Penyelesaian yang sederhana
lebih dipilih oleh orang – orang biasa, dan litigasi dilakukan oleh orang – orang
kalangan atas.
208. Conditio beneficialis, quae statum construit, benigne secundum verborum
intentionem est interpretanda; odiosa autem quae statum destruit stricte,
secundum verborum proprietatem, accipienda → Kondisi yang menguntungkan
yang menghasilkan pemberian perkebunan, harus dikonstruksi dengan cara yang
paling menguntungkan berdasarkan niat dari perjanjian; namun kondisi yang
memusnahkan kepemilikian perkebunan harus dikonstruksikan berdasarkan arti
sempit dari perjanjian.
209. Conditio dicitur cum quid in casum incertum qui potest tendere ad esse aut non
esse confertur → Ketika sesuatu diberikan tanpa ada kepastian apapun, maka hal
tersebut dinamakan sebuah kondisi.
210. Conditio illicita habetur pro non adjecta →Kondisi yang tidak sah dianggap tidak
jelas.

8 Hlm 1623
211. Conditiones quaelibet odiosae; maxime autem contra matrimonium et
commercium → Kondisi bersifat melanggar, khususnya kondisi yang berkaitan
dengan perkawinan dan perdagangan.
212. Conditio praecedens adimpleri debet prius quam sequatur effectus→Sebuah
kondisi harus dibuat jelas sebelum ada pelaksanaan apapun.
213. Confessio facta in judicio omni probatione major est →Pengakuan yang dibuat
dihadapan persidangan merupakan bukti terkuat.
214. Confessus in judicio pro judicato habetur et quodammodo sua sentetia
damnatur →Seseorang yang telah mengakui kesalahannya pada tahap pembacaan
dakwaan, dianggap telah diadili dan dijatuhi hukuman.
215. Confimare est id quod prius infirmum fuit simul firmare → Konfirmasi berguna
untuk memperjelas apa yang tadinya tidak jelas.
216. Confirmare nemo potest priusquam jus ei acciderit →Tidak seorang pun boleh
mengkonfirmasi sebelum diberikan kesempatan untuk melakukannya.
217. Confirmatio est nulla ubi donum praecedens est invalidum →Sebuah konfirmasi
dianggap batal apabila hal yang dikonfirmasinya dibuat secara tidak sah.
218. Confirmatio omnes supplet defectus, licet id quod actum est ab initio non valuit
→ Sebuah konfirmasi mempertegaskan semua kecelaan, walaupun kecelaan
tersebut tidak sah.
219. Confirmat usum qui tollit abusum→Seseorang akan membuat sebuah konfirmasi
untuk menghilangkan hinaan yang telah ditujukan kepadanya.9
220. Conjunctio mariti et feminae est de jure naturae →Persatuan antara suami dan
istri berasal dari hukum alam.
221. Conscientia dicitus a con et scio, quasi scire cum Deo →Conscience berasal dari
kata “con” dan “scio” yang berarti untuk mengetahui.
222. Consecratio est periodus electionis; election est praeambula consecrationis
→Pengabdian mendahulukan pilihan, dan juga merupakan sebuah pilihan.
223. Consensus est voluntas plurium ad quos res pertinent, simul juncta →
Kesepakatan adalah kehendak bersama antar beberapa orang.
224. Consensus facit legem → Kesepakatan membuahkan hubungan hukum. Sebuah
kontrak mengatur hubungan antara para pihak yang telah bersepakat untuk diatur
oleh kontrak tersebut.
225. Consensus, non concubitus, facit matrimonium → Kesepakatan, bukan hubungan
seksual yang mengesahkan sebuah perkawinan.
226. Consensus, non concubitus, facit nuptias vel matrimonium, et consentire non
possunt ante annos nubiles → Kesepakatan, bukan hubungan seksual yang
mengesahkan sebuah perkawinan dan seseorang tidak bisa memberikan
kesepakatannya apabila masih di bawah umur.
227. Consensus tollit errorem → Kesepakatan menyingkirkan kesalahan. Seseorang
tidak dapat menyangkal terhadap apa yang telah ia sepakati.
228. Consensus voluntas multorum ad quos res pertinent simbul juncta →
Kesepakatan merupakan penyatuan kehendak dari beberapa pihak.
229. Consentientes et agentes pari poena plectentur → Mereka yang menyepakati dan
mereka yang melakukan, akan menerima hukuman yang sama. Bab Penyertaan

9 Hlm 1624
230. Consentire matrimonio non possunt infra (ante) annos nubiles → Seseorang
tidak dapat memberikan kesepakatannya untuk menikah apabila masih di bawah
umur.
231. Consequentiae non est consequentia → Tidak ada konsekuensi dari sebuah
konsekuensi.
232. Consilia multorum quaeruntur ( requruntur ) in magnis → Dalam menghadapi
permasalahan besar, sepatutnya mencari nasehat sebanyak – banyaknya.
233. Consortio malorum me quoque malum facit → Bergaul dengan mereka yang
jahat, akan membuat diri seseorang jadi jahat.
234. Constitutiones tempore posteriors potioressunt his quae ipsas praecesserunt
→Hukum baru menang atas hukum lama.
235. Constitutum esse eam domum unicuique nostrum debere existimari, ubi
quisque sedes et tabulas haberet, suarumque rerum constitutionem fecisset →
Secara prinsip, tempat dimana seseorang tinggal, terdaftar, kerja dianggap sebagai
domisilnya.
236. Constructio legis non facit injuriam → Konstruksi hukum tidak menimbulkan
kerugian.
237. Consuetudo contra rationem introducta potius usurpation quam consuetudo
appellari debet →Adat yang bertentangan dengan kepercayaan bukanlah adat,
tetapi pemaksaan.
238. Consuetudo debet esse certa → Adat harus dibenarkan
239. Consuetudo debet esse certa, nam incerta pro nulla ( nullius ) habetur → Adat
harus dibenarkan, apabila tidak jelas, maka tiak sah.
240. Consuetudo est altera lex → Adat adalah hukum lain.
241. Consuetudo est optimus interpres legum → Adat merupakan penjelasan dari
hukum.
242. Consuetudo et communis assuetudo vincit legem non scriptam, si sit specialis;
et interpretatur legem scriptam, s ilex sit generalis → Adat dan kebiasaan umum
dianggap istimewa ketika mendahului hukum tidak tertulis, dan dianggap biasa
apabila hanya memperjelas hukum tertulis.
243. Consuetudo ex certa causa rationabili usitata privat commune legem→ Adat
yang muncul karena kepercayaan terhadap suatu maksud yang pasti, maka adat itu
melebihi common law.
244. Consuetudo, licet sit magnae auctoritatis nunquam tamen praejudicat
manifestae veritati→Setinggi apapun suatu adat, namun tidak boleh melebihi
sebuah kebenaran.10
245. Consuetudo loci observanda est → Adat setempat harus diawasi.
246. Consuetudo manerii et loci observanda est → Adat setempat serta penguasanya
harus diawasi.
247. Consuetudo neque injuria oriri neque tolli protest → Adat tidak muncul ataupun
dapat dimusnahkan oleh perbuatan jahat.
248. Consuetudo non habitur ( trahitur) in consequentiam → Penerapan adat tidak
dapat dijadikan yurisprudensi.
249. Consuetudo praescripta et legitima vincit legem → Adat yang sah terkadang
dapat mendahului hukum.

10 Hlm 1625
250. Consuetudo regni angliae est lex angliae → Adat Kerajaan Inggris adalah hukum
Inggris.
251. Consuetudo semel reprobate non potest amplius induci → Adat yang sudah
ditiadakan, tidak dapat lagi diterapkan.
252. Consuetudo tollit commune legem →Adat menyingkirkan common law.
253. Consuetudo vincit commune legem → Adat mendahului common law.
254. Consuetudo volentes ducit, lex nolentes trahit → Adat memimpin yang
berkendak, hukum memaksa yang tidak berkehendak.
255. Contemporanea exposition est optima et fortissimo in lege → undang – undang
sebaiknya dijelaskan dengan cara mengikuti konstruksi yang dibuat oleh hakim –
hakim pada zaman undang – undang tersebut dibuat.
256. Contestatio litis eget terminus contradictarios →Setiap permasalahan pasti ada
kontradiksinya.
257. Contractus est quasi actus contra actum → Sebuah perjanjian mewajibkan
serangkaian tindakan yang harus dilaksanakan.
258. Contractus ex turpi causa vel contra bonos mores nullus est → Perjanjian yang
dibuat atas dasar yang tidak sah ataupun atas hal yang tidak bermoral dianggap
batal.
259. Contractus legem ex conventione accipiunt → Sebuah perjanjian mendapatkan
keabsahan hukum dari kesepakatan antara kedua belah pihak.
260. Contra legem facit qui id facit quod lex prohibit; in fraudem vero qui, salvis
verbis legis, sententiam ejus circumuenit → Seseorang melawan hukum ketika ia
perbuat sesuatu yang dilarang oleh hukum. Bab Melawan Hukum
261. Contra negantem principia non est disputandum → Tidak ada salahnya untuk
menyangkal apa yang telah dikontradiksi oleh lawan pihak.
262. Contra non valentem agree nulla currit praescriptio →Tidak boleh dibuat suatu
perjanjian dimana pihaknya tidak mungkin dapat melaksanakan isi perjanjian
tersebut.
263. Contariorum contraria est ratio → Gagasan di balik hal – hal yang bertentangan,
juga ikut bertentangan.
264. Contra veritatem lex nunquam aliquid permittit →Hukum tidak pernah
membiarkan hal – hal yang bertentangan dengan kebenaran.
265. Contrectatio rei alienue animo furandi est furtum → Menyentuh ataupun
merampas harta milik orang lain dengan maksud untuk mencurinya dianggap
sebagai pencurian.
266. Conventio omnis intelligitus clausula rebus sic stantibus → Setiap perjanjian
dipercaya untuk tidak mengubah apa – apa diluar perjanjian itu sendiri.
267. Conventio privatorum non potest publico juri derogare →Perjanjian antara dua
pihak tidak boleh mengurangi hak publik.
268. Conventio vincit legem →Kesepakatan para pihak dapat mendahului hukum.
269. Convicia si irascrais tua divulges; spreta exolescunt → Apabila seseorang
terdorong marah karena hinaan, maka hinaan itu akan menyebar; namun apabila
diabaikan, hinaan tersebut akan padam.
270. Copulatio verborum indicat acceptationem in eodem sensu→ Menyesuaikan
satu pernyataan dengan pernyataan lain untuk mendapatkan perngertian yang
sama.11
271. Corporalis injuria non recipit aestimationem de future → kerugian yang dialami
seseorang yang disebabkan oleh dirinya sendiri, tidak akan berhasil mendapatkan
kompensasi di pengadilan.
272. Corpus humanum non recipit aestimationem → Tidak ada seorang pun yang
boleh diperjualbelikan.
273. Creditorum appellation non hi tantum accipiuntur qui pecuniam crediderunt,
sed omnes quibus ex qualibet causa debetur → Setiap kreditur harus mengingat
jumlah hutangnya dan kepada siapa hutang itu dibuat dan untuk keperluan apa.
274. Crescente militia crescere debet et poena → Dengan meningkatnya derajat
kejahatan, maka hukuman pun harus dibuat lebih keras. Bab Pidana & Pemidanaan
275. Crimen falsi dicitur, cum quis illivitus, cui non fuerit ad hoea data auctoritas,
de sigillo regis rapto vel invento brevia eartasve consignaverit → Disebut
dengan istilah “crimen falsi” bagi siapa pun yang mengesahkan surat penting
dengan memalsukan tanda tangan raja ataupun menggunakan segel nya.
276. Crimen laesae magestatis Omnia alia criminal excedit quoad poenam →
Tindakan makar dihukum dengan hukuman terberat dibandingkan dengan
kejahatan lain. Percobaan terkait Makar
277. Crimen Omnia ex se nata vitiat → Kejahatan menyebabkan kerugian.
278. Crimen trahit personam → Tempat dimana kejahatan itu dilakukan, memberikan
pengadilan setempat untuk mengadili pelakunya. Asas Teirtorial
279. Crimina morte extinguuntur → Kejahatan dapat dimusnahkan dengan hukuman
mati. Pidana Mati
280. Cuicunque aliquid conceditur, conceditur etiam et id sine quo res ipsa non esse
potuit → Tidak mungkin menghibahkan sesuatu kepada seseorang tanpa adanya
barang yang dihibahkan.
281. Cuicunque aliquis quid concedit concedere videtur et id sine quo res ipsa esse
non potuit→ Untuk menghibahkan sesuatu kepada seseorang, harus ada barang
yang dihibahkan.
282. Cui jurisdiction data est, ea quoque concessa esse videntur sine quibus
jurisdiction expliocari non potest → Pengabulan yuridiksi juga disertai oleh
pengabulan hal – hal yang diperlukan untuk penerapan yuridiksi tersebut.
283. Cui jus est donandi eidem et vendendi et concedendi jus est → Seseorang yang
memiliki hak untuk memberi, juga memiliki hak untuk menjual dan menghibahkan.
284. Cuilibet in arte sua perito est credendum → Kepercayaan harusnya diberikan
kepada seseorang yang ahli pada bidangnya.
285. Cuilibet licit juri pro se introducto renuneiare →Siapa pun dapat membatalkan
apa yang telah diberikan kepadanya demi keselamatan dirinya sendiri secara
hukum.
286. Cui licet quod majus non debet quod minus est non licere → Seseorang yang
memiliki hak untuk melakukan sesuatu yang penting, tidak boleh dilarang dari
melakukan sesuatu yang kurang pentingnya.
287. Cui pater est populous non habet ille patrem →

11 Hlm 1626
288. Cuique in sua arte credendum est → Tiap orang dipercayai dengan keahliannya
masing – masing.
289. Cujus est commodum, ejus est onus → Orang yang mendapatkan keuntungannya,
juga mendapatkan bebannya.
290. Cujus est dare, ejus est disponere → Orang yang mendapatkan keuntungannya,
juga mendapatkan kerugiannya.
291. Cujus est division, alterius est electio → Dalam pembagian antara dua belah pihak,
dimana pembagian tersebut dibuat oleh yang lebih tua, maka ia harus memilih
bagiannya terakhir.
292. Cujus est dominium, ejus est periculum→ Resiko terdapat pada pemilik.12
293. Cujus est instituere, ejus est abrogare → Siapa yang memulainya, dapat
menghentikannya. Percobaan
294. Cujus est solum, ejus est usque ad coelom → Pemilik tanah juga memiliki ruang
yang di atasnya.
295. Cujus est solum, ejus est usque ad coelom et ad inferos → Siapa pun yang
memiliki tanah, juga memiliki ruang di atas serta di bawahnya.
296. Ujus juris (i..e., jurisdictionis) est principale, ejusdem juris erit accessorium →
Perkara pelaku pembantu termasuk dalam yuridiksi yang sama dengan pelaku
utamanya. Penyertaan
297. Cujus per errorem dati repetition est, ejus consulto dati donation est → Sesuatu
yang diberikan secara tidak sengaja dapat dikembalikan, namun jika diberikan
dengan sengaja, dikatakan sebagai hadiah.
298. Cujusque rei potissima pars est principium → Bagian inti dari suatu hal
merupakan awal dari hal tersebut.
299. Culpa caret qui scit sed prohibere non potest → Seseorang yang mengetahui,
namun tidak bisa berbuat apa – apa, tidak bisa dihukum.
300. Culpae poena par esto → Hukuman harus setimpal dengan kejahatannya. Pidana
& Pemidanaan
301. Culpa est immiscere se rei ad se non pertinenti → Seseorang tidak boleh ikut
campur dalam urusan orang lain.
302. Culpa lata dolo aequiparatur → Kelalaian berat sama derajatnya dengan
penipuan.
303. Culpa tenet ( teneat) suos auctores → Kesalahan mengikat pelakunya.
304. Cum action fuerit mere criminalis, institui poterit ab initio criminaliter vel
civiliter → Ketika suatu perbuatan merupakan kejahatan, maka dapat diproses
baik secara pidana maupun perdata.
305. Cum adsunt testimonia rerum, quid opus est verbis? → Ketika ada bukti yang
membuktikan suatu fakta, maka apa gunanya perkataan?
306. Cum aliquis renunciaverit societati, solvitur societas →Ketika ada rekan yang
membatalkan kerjasamanya, maka hubungan kerjasama tersebut putus.
307. Cum confitente sponte mitius est agendum → Seseorang yang mengakui
kesalahannya dengan rela, maka harus diadili dengan lebih halus.
308. Cum de lucro duorum quaeritur melior est causa possidentis → Ketika
membicarakan keuntungan di antara dua pihak, posisi pihak yang berkuasa lebih
baik.

12 Hlm 1627
309. Cum duo inter se pugnantia reperiuntur in testamento, ultimum ratum est →
Ketika ada dua klausa dalam wasiat yang bertentangan antara satu dengan
berikutnya, maka yang dipilih adalah klausa yang kedua.
310. Cum duo jura concurrunt in una persona,aequum est ac si essent in duobus →
Ketika ada dua hak yang melekat pada satu orang, maka sama halnya seperti ada
dua pihak.
311. Cum in corpore dissentitur, apparet nullam esse acceptionem →Ketika ada
ketidaksetujuan dalam isi, berarti tidak ada kesepakatan.
312. Cum in testament ambigue aut etiam perperam scriptum, est benigna
interpretari, et secundum id quod credible est cogitatum credendum est →
Ketika ada pernyataan ambigu dalam suatu wasiat, maka ambigu tersebut harus
ditafsirkan dengan mempertimbangkan niat dari pewaris.
313. Cum legitimate nuptiae factae sunt, patrem liberi sequuntur→ Anak yang lahir
dalam pernikahan yang sah, akan mengikuti ayahnya.
314. Cum par delictum est duorum, semper oneratur petitor, et melior habetur
possessoris causa → Ketika kedua belah pihak bersalah, posisi penggugat lebih
dirugikan dan posisi pemegang kuasa lebih diuntungkan.
315. Cum quod ago non valet ut ago, valeat quantum valere potest →
316. Curatus non habet titulum → Anggota kepasturan tidak memiliki titel.
317. Curia concellariae officinal justitiae → Pengadilan Tinggi adalah Penegak
keadilan.
318. Curia parliament suis propriis legibus subsistit→ Parliamen diatur oleh
hukumnya sendiri.13
319. Curiosa et captiosa interpretation in lege reprobatur →Penafsiran yang dibuat
secara berlebih – lebihan dan menjauh dari makna awal, akan ditolak oleh hukum.
320. Currit tempus contra desides et sui juris contemptores → Waktu tidak memihak
pada mereka yang malas, dan mereka yang tidak mementingkan hak – haknya.
321. Cursus curiae est lex curiae → Praktek pengadilan merupakan penerapan hukum
itu sendiri.
322. Custome serra prise stricte → Adat akan ditafsirkan secara tegas.
323. Custos statum haeredis in custodia existentis meliorem, non deteriorem, facere
potest → Seorang wali dapat memperbaiki properti yang dimiliki ahli waris yang
berada di bawah pengawasan bukan memusnahkan properti tersebut.
324. Damnum sine injuria esse potest → Kerugian masih bisa terjadi tanpa adanya
perbuatan melawan hukum.
325. Dans et retinens nihil dat → Seseorang yang memberikan sesuatu lalu
mengambilnya kembali, berarti tidak pernah memberinya dari awalnya.
326. Da tua dum tua sunt, post mortem tunc tua non sunt → Berikanlah barang –
barang anda sementara anda masih memilikinya, setelah anda wafat, barang –
barang tersebut bukan lagi milikmu.
327. Datur digniori →Sesuatu diberikan kepada yang paling layak.
328. Debet esse finis litium → Harus ada batas pada pengajuan litigasi.
329. Debet quis juri subjacere ubi delinquit →Pelaku kejahatan diadili oleh pengadilan
setempat dimana ia melakukan kejahatannya. Asas Teritorial

13 Hlm 1628
330. Debet sua ciique domus esse perfugium tustissimum → Rumahnya tiap orang
harus menjadi tempat teraman baginya.
331. Debile fundamentum fallit opus → Fondasi yang lemah akan melemahkan
penerapan.
332. Debita sequuntur personam debitoris →Hutang akan selalu mengikuti dibitur.
333. Debitor non praesumitur donare → Seorang debitur dianggap tidak pernah
memberikan hutang dengan gratis.
334. Debitorum pactionibus creditorum petition nec tolli nec minui potest → Hutang
seorang kreditur tidak dapat dihilangkan oleh perjanjian.
335. Debitum et contractus sunt nullius loci →
336. Deceptis, non decipientibus, jura subviunt → Hukum membantu mereka yang
telah ditipu bukan mereka yang menipu.
337. Decet (tamen) principem servare leges quibus ipse servatus est → Seorang
pangeran harus menjunjung tinggii hukumnya.
338. Decimae de decimates solvi non debent →Zakat tidak boleh diberikan kepada
orang – orang yang tidak berhak atasnya.
339. Decimae de jure divino et canonica institutione pertinent ad personam →Zakat
hanya diberikan kepada mereka yang berhak dan kepada institusi agama.
340. Decimae non debent solvi ubi non est annua renovation, et ex annuatis
renovantibus smil semel →Seseorang tidak memberikan zakat apabila ia tidak
memiliki pemasukan.
341. Decipi quam fallere est tutius → Lebih baik ditipu dari pada menipu.
342. Decreta conciliorum non ligant reges nostros →Keputusan yang dibuat oleh para
menteri tidak mengikat raja.
343. Deficiente uno sanguine, non potest esse haeres → Seseorang tidak dapat
dikatakan sebagai ahli waris tanpa ada hubungan darah dengan pewarisnya.
344. De fide et officio judicis non recipitur quaestio, sed de scientia sive sit error juris
sive facti → Itikad baik serta kejujuran para hakim tidak boleh dipertanyakan,
tetapi pengetahuannya dapat dicela apabila terdapat kesalahan pada fakta atau
penerapan hukumnya.
345. De jure decimarum, originiem ducens de jure patronatus, tunc cognition
spectat at legem civiliem→ Zakat merupakan sebagian dari pemasukan seseorang,
lalu diberikan kepada publik.14
346. De jure judices, de facto juratores, respondent → Hakim menjawab berdasarkan
hukum, juri berdasarkan fakta.
347. Delegata potestas non potest delegori → Pihak yang didelegasikan kekuasaan,
tidak bisa mendelegasikan lagi kekuasaannya.
348. Delegatus non potest delegare → Seorang delegasi tidak dapat menunjuk orang
lain sebagai delegasinya.
349. Delicatus debitor est odiosus in lege → Debitur yang memberikan banyak hutang,
tidak disukai oleh hukum.
350. Delinquens per iram provocatus puniri debet mitius →Seseorang yang
melakukan tindak pidana karena terdorong oleh amarah, seharusnya dihukum
lebih ringan.

14 Hlm 1629
351. De majori et minori nen variant jura → Ketika bicara tentang hak atau keadilan,
tidak ada yang lebih tinggi atau rendah.
352. De minimis non curat lex → Hukum tidak mengadili urusan sepele.
353. De molendino de novo erecto non jacet prohibitio →Tidak ada larangan terhadap
pendirian kelompok orang.
354. De morte hominis nulla est cunctation longa → Ketika kehidupan seseorang
berisiko, tidak boleh ada penundaan.
355. Denominatio fiere debet a dignioribus → Pemberian titel harus ditujukan kepada
yang paling layak.
356. De nomine proprio non est curandum cum in substantia non erretur; quia
nomina mutabilia sunt, res autem immobiles →Berkaitan dengan nama, tidak
perlu mempermasalahkannya, karena nama dapat diganti dengan mudah, yang
penting adalah barang atau orangnya.
357. De non apparentibus et non existentibus eadem est ratio → Hukum menghargai
hal – hal yang tidak berwujud.
358. De nullo quod est sua natura indivisibile et divisionem non patitur nullam
partem habebit vidua, sed satisfaciat ei ad valentiam → Seorang janda tidak
mendapatkan bagian dalam warisan dan tidak berhak atas pembagiannya, biarkan
anak – anaknya yang memberikan ibunya sebagian dari warisan tersebut.
359. De nullo tenement, quod tenetur ad terminum. Fit homagii; fit tamen inde
fidelitatis sacramentum →Pada setiap sewaan, ada kesetiaan terhadap tuan
tanah.
360. Derivativa potesta non potest esse major primitive → Kekuasaan yang berasal
dari kekuasaan yang lebih tinggi, tidak boleh melebihi kekuasaan asalnya.
361. Derogatur legi cum pars detrahitur; abrogatur legi, cum prorsus tollitur → Ada
pengurangan pada hukum ketika ada bagiannya yang diambil.
362. Designatio justiciariorum est a rege; jurisdiction vero ordinaria a lege →
Penunjukkan hakim dilakukan oleh raja, penentuan yuridiksi oleh hukum.
363. Designatio unius est exclusion alterius, et expressum facit cessare tacitum →
Tujuan seseorang, merupakan ketidakinginan orang lain, dan apa yang dinyatakan
mengalahkan apa yang diasumsikan.
364. De similibus ad similia eadem ratione procedendum est → Kita diperbolehkan
untuk membantah analogi perkara.
365. De similibus idem est judicium → Pada perkara yang serupa, diterapkan putusan
yang serupa.
366. Deus solus haeredem facere potest, non homo → Tuhan sendiri, bukan hukum
yang menentukan ahli waris.
367. Dies dominicus non est juridicus → Minggu bukan hari untuk peradilan.
368. Dies inceptus pro complete habetur → Ketika hari dimulai, hari itu juga berakhir.
369. Dies incertus pro conditione habetur → Ketidakpastian hari, dianggap sebagai
kondisi.
370. Dilationes in lege sunt odiosae → Penundaan dalam hukum merupakan sesuatu
yang buruk.
371. Discretio est discernere per legem quid sit justum →Keputusan yang dibuat
melalui hukum harus adil.
372. Discretio est scire per legem quid sit justum→ Sebuah putusan mewakili keadilan
menurut hukum.15
373. Disparata non debent jungi → Hal – hal yang tidak serupa sebaiknya tidak
disamakan ataupun digabung.
374. Dispensatio est mali prohibiti provida relaxation, utilitate seu necessitate
pensata; et est de jure domino regi concessa, propter impossibilitatem
praevidendi de omnibus particularibus → Sebuah dispensasi akan diberikan
dalam keadaan butuh atau terpaksa; dan menurut hukum, penentuan apakah
dispensasi selayaknya diberikan atau tidak, tergantung pada raja.
375. Dispensatio est vulnus, quod vulnerat jus commune → Dispensasi merupakan
kecacatan karena mengurangi hak pada umumnya.
376. Disseisinam satis facit qui uti non permittit possessorem, vel minus commode,
licet omnino non expellat →
377. Dissimilium dissimilis est ratio → Pada perkara yang berbeda, penerapan
hukumnya pun berbeda.
378. Dissimulatione tollitur injuria → Kerugian dapat dihilangkan oleh rekonsiliasi.
379. Distinguenda sunt tempora; aliud est facere, aliud perficere →
380. Distingunda sunt tempora; distingue tempora, et concordabis leges → Waktu
sebaiknya dibedakan; khususnya waktu perbuatan itu dilakukan, dan waktu ketika
perbuatan itu selesai dilakukan. Tempus Delicti
381. Divinatio, non interpretatio, est quae omnino recedit a litera → Tebakan, bukan
penafsiran yang akan menggagalkan sebuah pernyataan.
382. Divortium dicitur a divertendo, quia virdivertitur ab uxore → Kata “divorce”
berasal dari kata “divertendo” karena seorang suami berpisah (divert) dari istrinya.
383. Dolo facit qui petit quod redditurus est →Seseorang yang menipu harus
mengembalikan barang yang menjadi obyek tipuan.
384. Dolo malo pactum se non servaturum → Sebuah perjanjian yang dihasilkan dari
perbuatan penipuan dianggap tidak sah.
385. Dolosus versatur in generalibus → Seorang penipu biasanya menipu orang awam.
386. Dolum ex indiciis perspicuis probari convenit → Perkara penipuan harus
dibuktikan secara jelas.
387. Dolus auctoris non nocet successor → Penipuan yang dilakukan oleh orang yang
sebelumnya tidak disamakan dengan penipuan yang dilakukan oleh orang kedua.
388. Dolus circuitu non purgatur →Penipuan tidak dibalas dengan penipuan.
389. Dolus est machination, cum aliud dissimulate aliud agit → Penipuan merupakan
tindakan licik karena berpura – pura menjadi sesuatu tetapi melakukan lain.
390. Dolus et fraus nemini patrocinentur ( patrocinari debent) → Penipuan tidak
boleh menguntungkan siapa pun.
391. Dolus latet in generalibus → Penipuan biasaya terdapat di kalangan orang awam.
392. Dolus versatur in generalibus → Penipuan biasaya dilakukan terhadap orang.
393. Dominium non potest esse in pendenti → Hak atas tanah tidak dapat dihilangkan
dengan mudah.
394. Dominus capitalis loco haeredis habetur, quoties per defectum vel delictum
extinguitur sanguis sui tenentis →Kekuasaan tertinggi akan mengambil posisi

15 Hlm 1630
sebagai ahli waris ketika ahli waris yang sesungguhnya telah melakukan perbuatan
jahat.
395. Dominus non maritabit pupillum nisi semel → Seorang wali tidak bisa
menjodohkan anak walinya.
396. Dominus rex nullum habere potest parem, multo minus superiorem → raja tidak
memiliki superior yang setara.
397. Domus sua cuique est tutissimum refugium →Rumahnya setiap orang
merupakan tempat teraman baginya.
398. Domus tutissimum cuique refugium atque receptaculum sit → Rumahnya setiap
orang merupakan tempat perlindungan serta tempat teraman baginya.
399. Dona clandestine sunt semper suspiciosa→ Hadiah yang dirahasiakan selalu
menimbulkan kecurigaan.16
400. Donari videtur quod nullo jure cogente conceditur → Suatu pemberian dianggap
sah ketika hukum tidak melarangnya.
401. Donatio non praesumitur → Sesuatu yang diberikan harus pasti, dan tidak
diasumsikan.
402. Donationum alia perfecta, alia incepta et non perfecta; ut si donation lecta fuit
et concessa, ac tradition nondum fuerit subsecuta → Beberapa pemberian
dianggap sempurna, sedangkan pemberian lain tidak begitu sempurna; contoh jika
suatu pemberian telah disepakati, namun kesepakatan itu tidak diikuti oleh
pelaksanaan.
403. Donatio perficitur possession accipientis → Pemberian dianggap selesai ketika
penerima telah menerima barangnya.
404. Donatio principis intelligitur sine praejudicio tertii → Pemberian yang
dilakukan oleh pangeran terhadap pihak ketiga tidak boleh dipertanyakan.
405. Donator nunquam desinit possidere antequam donatarius incipiat possidere →
Penyumbang dianggap memiliki kuasa atas suatu barang sampai saat dimana
barang tersebut diterima oleh penerima sumbangan.
406. Dormiunt aliquando leges, nunquam moriuntur → Hukum terkadang diam
namun tidak pernah mati.
407. Dos de dote peti non debet → Mahar tidak didapatkan dari mahar lain.
408. Dos rationabilis vel legitima est cujuslibet mulieris de quocunque tenement
tertia pars omnium terrarium et tenementorum, quae vir suus tenuit in
dominio suo ut de feodo, etc. → Seorang janda berhak atas sepertiga dari harta
suami yang telah meninggal, sebagai biaya dan lain lain.
409. Dot ilex favet’ praemium pudoris est, ideo parcatur → Hukum memihak pada
janda untuk menghargai perkawinannya.
410. Do ut des → Saya memberikan apa yang engkau berikan.
411. Do ut facias → Saya lakukan apa yang engkau lakukan.
412. Droit ne done pluis que soit demaunde →Hukum tidak memberikan lebih dari apa
yang diminta.
413. Droit ne poet pas morier → Hak tidak pernah mati.
414. Duas uxores eodem tempore habere non licet → Beristrikan dua orang dalam
waktu bersamaan dianggap tidak sah.

16 Hlm 1631
415. Duo non possunt in solido unam rem posidere → Kepemilikan satu barang tidak
boleh dipegang oleh dua orang.
416. Duorum in solidum dominium vel possession esse non potest → dua orang tidak
diperbolehkan untuk memiliki satu barang yang sama
417. Duo sunt instrumenta ad omnes res aut confirmandas aut impugnandas, ratio
et auctoritas →Terdapat dua instrumen untuk memastikan sesuatu yakni: alasan
dan otoritas.
418. Duplicationem possibilitatis lex non patitur → Hukum tidak memperbolehkan
adanya cela yang berlipat – lipat.
419. Eadem causa diversis rationibus coram judicibus ecclesiasticis et secularibus
ventilator → Persoalan yang sama akan ditafsirkan dengan cara yang berbeda –
beda oleh masing –masing hakim.
420. Eadem est ratio, eadem est lex → Apabila alasannya sama, maka hukumnya sama.
421. Eadem mens praesumitur regis quae est juris et quae esse debet, praesertim
indubiis → Kedaulatan negara dianggap setara dengan kedaulatan hukum.
422. Ea est accipienda interpretation quae vitio caret → Tidak ada penafsiran yang
salah.
423. Ea quae commendandi causa in venditionibus dicuntur,si palam appareant
venditiorem non obligant →Apabila barang yang dijualnya itu ditutupi
kecacatannya, ketika terlihat oleh pembeli, maka pembeli tidak berkewajiban
untuk membayar.
424. Ea quae dari impossibilia sunt, vel quae in rerum natura non sunt, pro non
adjectis habentur →Hal – hal yang dianggap tidak boleh diberikan, tidak dapat
disertakan dalam perjanjian.
425. Ea quae in curia nostra rite acta sunt debitae executioni demandari debent→
Hal – hal yang dihadapkan dalam persidangan akan digunakan sebagai
pertimbangan dalam pembuatan keputusan.17
426. Ea quae raro accident non temere in agendis negotiis computantur→ Dalam hal
transaksi perdagangan, hal – hal yang jarang terjadi tidak perlu dipertimbangkan,
kecuali ada alasan yang jelas.
427. Ecclesia ecclesiae decimal solver non debet → Gereja tidak perlu memberikan
zakat ke gereja lain.
428. Ecclesia est domus mansionalis omnipotentis dei → Gereja merupakan istana
Tuhan.
429. Ecclesia est infra aetatem et in custodia domini regis, qui tenetur jura et
haereditates ejusdem manu tenere et defendere → Gereja berada di bawah
kekuasaan raja, maka raja yang bertanggungjawab atas penegakkan serta
perlindungan hak dan warisannya.
430. Ecclesia fungitur vice minoris; meliorem conditionem suam facere potest,
deteriorem nequaquam → Gereja menikmati beberapa hak istimewa yang dapat
menguntungkannya.
431. Ecclesiae magis favendum est quam personae → Gereja lebih didahulukan dari
pada anggotanya.
432. Ecclesia non moritur → Gereja tidak pernah mati.
433. Effectus sequitur causam → Pengaruh mengikutti penyebabnya.
434. Ei incumbit probation qui dicit, non qui negat → Beban pembuktian ada pada
orang yang menggugat, bukan yang tergugat.

17 Hlm 1632
435. Ei nihil turpe, cui nihil satis → Tidak ada yang imoral bagi orang yang
keinginannya tiada habis.
436. Eisdem modis dissolvitur obligation quae nascitur ex contractu, vel quasi,
quibus contrahitur → Kewajiban yang lahir dari sebuah kontrak hanya dapat
dibatalkan oleh kontrak.
437. Ejus est interpretari cujus est condere →Seseorang harus menafsirkan
perbuatannya.
438. Ejus est nolle, qui potest velle → Seseorang yang memiliki kehendak sendiri, dapat
menolak untuk melakukan.
439. Ejus est non nolle qui potest velle → Seseorang dapat memberikan
persetujuannya dengan cara mengekspresikannya atau melalui tindakannya.
440. Ejus est periculum cujus est dominium aut commodum → Dia yang mendapatkan
keuntungannya, juga memegang resikonya.
441. Ejus nulla culpa est cui parere necesse sit →Kesalahan tidak mengikat pada
seseorang yang diwajibkan untuk mentaati perintah.
442. Electa una via, non datur recursus ad alteram →Apabila telah memilih satu
upaya, maka tidak bisa memilih upaya lain.
443. Electio est interna libera et spontanea separation unius rei ab alia, sine
compulsione, consistens in animo et voluntate → Pilihan merupakan sesuatu
yang bebas dan terlepas dari lainnya serta bergantungan pada kehendak dan
keinginan seseorang.
444. Electiones fiant rite et libere sine interruption aliqua → Biarkan seseorang
memilih tanpa dipaksa dan tanpa ada ikut campur dari pihak lain.
445. Electio semel facta, et placitum testatum, non patitur regressum →Pilihan yang
telah dibuat tidak dapat ditarik kembali, sama seperti permohonan yang telah
diucapkan yang tidak dapat dibatalkan.
446. Emptor emit quam minimo potest; venditor vendit quam maximo potest →
Pembeli bercenderung untuk mengeluarkan uangnya sedikit mungkin, sedangkan
penjual berusaha untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin.
447. En eschange il covient que les estates soient egales → Dalam pertukaran tanah,
tidak ada dua tanah yang nilainya sama.
448. Enita pars semper praeferenda est propter privilegium aetatis → Bagian yang
diterima oleh kakak perempuan dihitung berdasarkan usianya.
449. Enumeratio infirmat regulam in casibus non enumerates →
450. Enumeratio unius est exclusion alterius → Penggabungan sesuatu sekaligus
memisahkannya dari yang lain.
451. Eodem ligamine quo ligatum est dissolvitur→Suatu kewajiban hanya dapat
dibatalkan oleh perjanjiannya.18
452. Eodem modo quo quid constituitur, dissolvitur →Sesuatu dapat dimusnahkan
dengan cara yang sama pada saat membuatnya.
453. Errores ad sua principia referre est refellere → Ketika ada kesalahan, maka harus
kembali ke pokok asalnya untuk memperbaiki kesalahan tersebut.
454. Errores scribentis nocere non debent → Kesalahan pada penulisan tidak boleh
membawa kerugian.
455. Error fucatus nuda veritate in multis est probabilior; et
saepenumero rationibus vincit veritatem error → Terkadang, kesalahan lebih
banyak berkata dari pada kebenaran, dan kadang, kesalahan mengalahkan
kebenaran dari argumentasi.
456. Error juris nocet → Kesalahan pada hukum dapat menimbulkan kerugian.
457. Error nominis nunquam nocet, si de identitate rei constat → Kesalahan pada
nama tidak akan menimbulkan kerugian apabila identitasnya sudah pasti.

18 Hlm 1633
458. Error qui non resistitur approbatur → Kesalahan yang tidak dibantah akan
diterima sebagai kebenaran.
459. Error scribentis nocere non debet → Kesalahan pada penulisan tidak boleh
membawa kerugian.
460. Erubescit lex filios castigare parentes → Hukum akan dipermalukan ketika
“seorang anak membenarkan orang tuanya”.
461. Est aliquid quod non oportet etiam si licet; quiequid vero non licet certe non
oportet → Ada beberapa hal yang dianggap tidak pantas meskipun diperbolehkan
oleh hukum; namun, hal – hal yang dilarang oleh hukum sudah pasti tidak pantas.
462. Est autem jus publicum et privatum quod ex naturalibus praeceptis aut
gentium aut civilibus est collectum; et quod in jure scripto jus appellatur, id in
lege Angliae rectum esse dicitur → Hukum publik serta hukum perdata adalah
hukum yang dianut baik dari konsep hukum masyarakat maupun dari konsep
hukum perdata.
463. Est autem vis legem simulans →Kadang, kekerasan berlindung di belakang
hukum.
464. Est boni judicis ampliare jurisdictionem → Tugas hakim adalah untuk
memperluaskan yuridiksinya.
465. Est ipsorum legislatorum tanquam viva vox →Peraturan yang terdapat dalam
hukum harus dipahami dan ditafsirkan sebagai peraturan yang sesuai dengan
kehidupan nyata.
466. Estoveria sunt ardendi , arandi, construendi et claudendi →Hak – hak penyewa
termasuk membakar, membersihkan halaman, membangun pagar.
467. Est quiddam perfectius in rebus licitis → Terdapat sesuatu yang lebih sempurna
dalam hal – hal yang diperbolehkan oleh hukum.
468. Eum qui nocentem infamat, non est aequum et bonum ob eam
rem condoemnari; delicta enim nocentium nota esse oportet et expedit →Tidak
adil ataupun pantas untuk menghukum seseorang karena ia membicarakan
keburukan orang lain; karena selayaknya kejahatan seseorang diketahui oleh
publik.
469. Eventus varios res nova semper habet → Persoalan yang tidak memiliki
kepastian, selalu menghasilkan bermacam – macam kesimpulan.
470. Ex antecedentibus et consequentibus fit optima interpretation →Penafsiran
yang baik adalah penafsiran yang melihat pada penyebab dan akibatnya.
471. Exceptio ejus rei cujus petitur dissolution nulla est → Tidak ada pengecualian
untuk hal yang esensial bagi perkara.
472. Exceptio falsi est omnium ultima → Tidak ada pengecualian bagi kesalahan.
473. Exceptio firmat regulam in casibus non exceptis→ Sebuah pengecualian
mengkonfirmasi ketidakberlakunya hukum tertentu pada perkara
474. Exceptio firmat regulam in contrarium→Pengecualian merupakan aturan yang
bertentangan.19
475. Exceptio nulla est versus actionem quae exceptionem perimit → Tidak ada
pengecualian terhadap perbuatan yang menghilangkan pengecualian tersebut.
476. Exceptio probat regulam de rebus non exceptis → Sebuah pengecualian bahwa
peraturan hukum masih bisa dialihkan.
477. Exceptio quae firmat legem exponit legem → Sebuah pengecualian terhadap
hukum merupakan penjelasan hukum itu juga.
478. Exceptio quoque regulam declarant → Sebuah pengecualian juga merupakan
aturan hukum.
479. Exceptio semper ultima ponenda est → Pengecualian selalu harus ditempatkan
paling akhir.

19 Hlm 1634
480. Excessus in jure reprobatur → Perbuatan yang berlebihan dilarang oleh hukum.
481. Excessus in re qualibet jure reprobatur communi → Apapun yang berlebihan
dilarang oleh common law.
482. Excusat aut extenuate delictum in capitalibus, quod non operator idem in
civilibus → Perbuatan dalam perkara besar yang dapat dikecualikan, belum tentu
mendapatkan pengaruh yang sama pada peradilan perdata.
483. Ex diuturnitate temporis Omnia praesumuntur solenniter esse acta →Sejalan
waktu, semua hal diasumsi telah dilakukan dengan cara yang benar.
484. Ex dolo molo non oritur action →Gugatan yang didasarkan oleh perbuatan
penipuan tidak diterima oleh pengadilan.
485. Executio est executio juris secundum judicium →Penjatuhan hukuman
merupakan penerapan hukum berdasarkan putusan. Pidana & Pemidanaan
486. Executio est finis et fructus legis → Penerapan hukum merupakan buah hasil dari
hukum sendiri.
487. Executio legis non habet injuriam → Penerapan hukum tidak boleh menimbulkan
kerugian.
488. Ex facto jus oritur → Hukum muncul dari fakta.
489. Ex frequenti delicto augetur poena → Suatu hukuman akan berlipat apabila
perbuatannya dilakukan berulang – ulang kali.
490. Es maleficio non oritur contractus → Kontrak tidak boleh didasarkan oleh
perbuatan melawan hukum.
491. Ex malis moribus bonae leges natae sunt → Hukum yang baik muncul dari moral
jahat.
492. Ex multitudine signorum colligitus identitas vera → Dari beberapa bukti maka
kebenaran akan terungkap.
493. Ex nihilo nihil fit →Tidak ada yang terungkap dari ketiadaan.
494. Ex nudo pacto non oritur actio →Kontrak tidak jelas tidak dapat digugat
495. Ex pacto illicito non oritur actio → Kontrak yang tidak sah tidak dapat digugat.
496. Expedit rei publicae ne sua re quis male utatur → Merupakan kepentingan
sebuah negara agar seseorang tidak menyalahgunakan propertinya.
497. Expedit rei publicae ut sit finis litium → Merupakan kepentingan negara agar
litigasi dapat dibatasi.
498. Experientia per varios actus legem facit → Pengalaman yang didapatkan melalui
perbuatan dapat membentuk suatu hukum.
499. Expositio quae ex visceribus causae nascitur, est aptissima et fortissimo in lege
→eksposisi yang muncul dari bagian yang paling esensial, merupakan pengaruh
terbesar.
500. Expressa nocent, non expressa non nocent → Hal – hal yang dinyatakan dapat
menimbulkan keruguian, namun hal – hal yang tidak dinyatakan belum tentu
mengakibatkan kerugian.
501. Expressa non prosunt quae non expressa proderunt → Tidak ada gunanya dalam
menyatakan apa yang dapat terjadi ketika sesuatu tidak dinyatakan.
502. Expressio eorum quae tacite insunt nihil operator → Pernyataan yang menduga
– duga tidak memiliki konsekuensi apa pun.
503. Expressio unius est exclusion alterius → Konfirmasi terhadap satu hal adalah
penyangkalan terhadap hal lain.
504. Expressum facit cessare tacitum→ Sesuatu yang dinyatakan dapat meniadakan
apa yang tidak dinyatakan.20
505. Ex procedentibus et consequen tibus optima fit interpretatio → Penafsiran yang
baik adalah penafsiran yang melihat pada penyebab dan akibatnya.
506. Exterus non habet terras → Warga asing tidak boleh memiliki tanah.

20 Hlm 1635
507. Extincto subjecto, tollitur adjunctum → Ketika substansinya hilang, maka fakta
pendukungnya pun hilang.
508. Ex tota material emergat resolutio →Konstruksi atau penjelasan seharusnya
timbul dari inti perkara.
509. Extra legem positus est civiliter mortuus → Pelanggar hukum tidak lagi dianggap
sebagai warga.
510. Extra territorium jus dicenti impune non paretur → Orang yang memberikan
putusan di luar yuridiksinya tidak patut dituruti. * Tidak ada hukuman bagi yang
tidak menuruti.
511. Extra territorium jus dicenti non paretur impune → Orang yang memberikan
putusan di luar yuridiksinya tidak patut dituruti. * Siapa pun yang melaksanakan
putusan tersebut dapat dihukum.
512. Extremis probatis praesumuntur media →Hal – hal yang terdengar mustahil
harus dibuktikan, hal – hal yang jelas tidak perlu dibuktikan.
513. Ex turpi causa non oritur actio →Sesuatu yang dilakukan secara melawan hukum
tidak dapat digugat.
514. Ex turpi contractu non oritur actio → Perjanjian yang tidak sah tidak dapat
digugat.
515. Facinus quos inquinat aequat → Kesalahan selalu melekat pada mereka yang
berbuat salah. Bab Kesalahan
516. Facio ut des → Saya berikan apa yang anda berikan.
517. Facio ut facias → Saya lakukan apa yang anda lakukan.
518. Facta sunt potentiora verbis →Perbuatan lebih kuat dari pada perkataan.
519. Facta tenant multa quae fieri prohibentur → Perjanjian menyebutkan hal – hal
yang tidak boleh dilakukan.
520. Factum a judice quod ad ejus officium non spectat, non ratum est → Perbuatan
hakim yang di luar batas kewenangannya tidak memiliki kekuatan hukum.
521. Factum cuique suum, non adversario, nocere debet → Perbuatan seseorang
seharusnya merugikan dirinya sendiri, bukan orang lain.
522. Factum infectum fiere nequit →Apa yang telah diperbuat tidak dapat ditarik
kembali.
523. Factum negantis nulla probatio → Tidak ada bukti yang terikat pada seseorang
yang menyangkalnya.
524. Factum non dicitur quod non perseverat →Apa yang tidak selesai akan hilang.
525. Factum unius alteri nocere non debet → Perbuatan seseorang tidak boleh
merugikan oran lain.
526. Facultas probationum non est angustanda →Kemampuan untuk mengumpulkan
bukti seharusnya tidak dibatasi.
527. Falsa demonstratione legatum non perimi →Warisan tidak dapat dibatalkan oleh
kesalahan kata.
528. Falsa demonstratio non nocet, cum de corpore (persona) constat → Kesalahan
kecil tidak berpengaruh.
529. Falsa grammatica non vitiat concessionem → Kesalahan kata atau tata bahasa
tidak membatalkan perjanjian.
530. Falsa orthographia sive falsa grammatica non vitiat concessionem →
Kesalahan bahasa inggris atau latin tidak akan membatalkan perjanjian, kecuali ada
unsur kesengajaan dalam kesalahan tersebut.
531. Falsus in uno, falsus in omnibus →Kesalahan yang terdapat pada satu bagian,
akan menyebabkan kesalahan pada keseluruhannya.
532. Fama, fides, et oculus non patiuntur ludum →Reputasi, kepercayaan tidak
mengindikasikan penipuan.
533. Fama, quae suspicionem inducit, oriri debet apud bonos et graves, non quidem
malevolos et maledicos, sed provides et fide dignas personas, non semel sed
saepius, quia clamor minuit et defamatio manifestat→ Laporan harus datang
dari orang yang terpercaya, dan berhati - hati, bukan dari orang yang jahat,
mencurigakan dan berbahaya agar dapat mencegah pencemaran nama baik.21
534. Fatetur facinus qui judicium fugit → Orang yang melarikan diri berarti mengakui
kesalahannya.
535. Fatuus, apud jurisconsultos nostros, accipitur pro non compos mentis; et fatuus
dicitur, qui omnino desipit → Orang yang tidak waras atau berindak konyol
disebut dengan istilah “fatuous”.
536. Fatuus praesumitur qui in proprio nomine errat → Seseorang akan diduga tidak
cakap ketika ia tidak ketahui namanya sendiri.
537. Favorabilia in lege sunt fiscus, dos, vita, libertas → Harta, mahar, kehidupan,
kebebasan merupakan hal – hal yang dilindungi oleh hukum.
538. Favorabiliores rei potius quam actors habentur → Tergugat lebih dilindungi dari
pada penggugat.
539. Favorabiliores sunt executiones aliis processibus quibuscunque → Setiap proses
membutuhkan pelaksanaan.
540. Favores ampliandi sunt; odia restringenda→ Prasangka yang mungkin patut
diselidiki lebih jauh.
541. Felonia, ex vi termini, significant quodlibet capital crimen felleo animo
perpetratum → “Felony” (tindak pidana yang tergolong berat) mengindikasikan
kejahatan berat yang dilakukan dengan kesengajaan yang kuat.
542. Felonia implicatur in quolibet proditione → Perbuatan makar termasuk tindak
pidana yang tergolong berat. Pecobaan Makar
543. Feodum est quod quis tenet ex quacunque causa, sive sit tenementum sive
redditus → Biaya adalah harga untuk setiap penyewaan atau penggunaan.
544. Feodum simplex quia feodum idem est quod haereditas, et simplex idem est
quod legituum vel purum; et sic feodum simplex idem est quod
haereditas legitima vel haereditas pura → “Fee simple” berasal dari kata “fee”
yang berarti warisan, dan “simple” yang berarti murni atau sah; maka fee simple
berarti warisan yang sah dan murni.
545. Festinatio justitiae est noverea infortunii → Keadilan yang terburu – buru
merupakan kemalangan.
546. Fiat justitia ruat caelum → Keadilan harus dilakukan meskipun langit dapat jatuh.
547. Fiat prout fieri consuevit, nil temere novandum →Sebaiknya meneruskan
kebiasaan dari pada mencoba hal baru dengan terburu – buru.
548. Fictio cedit veritati; fictio juris non est ubi veritas → Dimana ada kebenaran,
disitu tidak ada fiksi.
549. Fictio est contra veritatem, sed pro veritate habetur → Fiksi bertentangan
dengan kebenaran sekaligus memperlihatkan kebenaran yang sesungguhnya.
550. Fictio juris non est ubi veritas → Dimana ada kebenaran, disitu tidak ada fiksi.
551. Fictio legis inique operator alicui damnum vel injuriam → Fiksi hukum dianggap
tidak adil apabila menimbulkan kerugian bagi siapa pun.
552. Fictio legis neminem laedit → Fiksi hukum tidak merugikan siapa pun.
553. Fides est obligation conscientiae alicujus ad intentionem alterius →
Kepercayaan merupakan kewajiban dari kesadaran seseorang terhadap kehendak
orang lain.
554. Fides servanda est → Kepercayaan harus dibuktikan.
555. Fides servanda est; simplicitas juris gentium praevaleat →Kepercayaan harus
dipertahankan, Hukum negara harus dimenangkan.
556. Fieri non debet, sed factum valet →Sesuatu yang tidak perlu dilakukan namun
akhirnya dilakukan, tetap dianggap sah.

21 Hlm 1636
557. Filiatio non potest probari → Seorang suami dianggap ayah dari anak yang lahir
dalam pernikahannya.
558. Filius est nomen naturae, sed haeres nomen juris → “Son” ada istilah dari hukum
alam, sedangkan “heir” adalah istilah hukumnya.
559. Filius in utero matris est pars viscerum matris→ Seorang anak datang dari
kandungan ibunya, maka ia adalah bagian dari ibunya.22
560. Finis est amicabilis composition et finalis Concordia ex concensu et Concordia
domini regis vel justiciarum → Penetapan denda adalah sebuah penyelesaian
yang ditentukan oleh raja, atau melalui kesepakatan hakim – hakimnya.
561. Finis finem litibus imponit → Penetapan denda mengakhiri sebuah litigasi.
562. Finis rei attendendus est → Setiap masalah harus dicari jalan keluarnya.
563. Finis unius diei est principium alterius → Akhir dari satu hari merupakan awal
dari hari berikutnya.
564. Firmior et potentior est operatio legis quam disposition hominis → Penerapan
hukum lebih tegas dan lebih berkuasa dibandingkan kehendak manusia.
565. Flumina et portus publica sunt, ideoque jus piscandi omnibus commune est →
Sungai serta pelabuhan dibuka untuk umum, maka tiap orang memiliki hak untuk
memancing.
566. Foeminae ab omnibus officiis civilibus vel publicis remotae sunt → Wanita
dilarang menduduki jabatan sipil apapun.
567. Foeminae non sunt capaces de publicis officiis → Wanita tidak pantas menduduki
jabatan publik apapun.
568. Forma dat esse → Bentuk memberikan kenyataan.
569. Forma legalis forma essentialis → Bentuk hukum adalah bentuk yang esensial.
570. Forma non observata, infertur adnullatio actus → Ketika tidak ada bentuk, maka
perbuatan itu dianggap tidak ada.
571. Forstellarius est paupaerum depressor, et totius communitatis et patrie
publicus inimicus → Pencatut merupakan pemeras kaum miskin, dan dimusuhi
komunitas dan negara.
572. Fortior est custodial egis quam hominis →Penahanan hukum lebih kuat dari pada
penahanan manusia.
573. Fortior et potentior est disposition legis quam hominis → Disposisi hukum lebih
kuat dan lebih berkuasa dari pada manusia.
574. Fractionem diei non recipit lex → Hukum tidak memiliki kekurangan.
575. Frater fratri uterino non succedit in haereditate paterna → Adik tidak dapat
mendahului kakaknya dalam hal pewarisan.
576. Fraus est celare fraudem → Menutupi sebuah tindakan penipuan merupakan
perbuatan yang menipu.
577. Fraus est odiosa et non praesumenda → Penipuan adalah perbuatan yang
menjijikan.
578. Fraus et dolus nemini patrocinari debent →Perbuatan kecurangan dan penipuan
tidak dapat dimaafkan.
579. Fraus et jus nunquam cohabitant → Keadilan tidak membiarkan perbuatan
penipuan.
580. Fraus latet in generalibus → Penipuan bersembunyi di belakang kebenaran.
581. Fraus meretur fraudem → Penipuan layaknya ditipu balas.
582. Frequentia actus multum operator →Perbuatan yang diulang – ulang akan
memberikan pengaruh.
583. Fructus augent haereditatem → Hasil perkebunan juga merupakan warisan.
584. Fructus pendentes pars fundi videntur → Pohon juga merupakan bagian dari
tanah dibawahnya.

22 Hlm 1637
585. Fructus perceptos villae non esse constat → Sudah disepakati bahwa hasil
perkebunan yang sudah dipanen dan dikumpulkan bukan lagi bagian dari
perkebunan itu.
586. Frumenta quae sata sunt solo cedere intelliguntur → biji yang sudah ditaburkan
ke tanah menjadi bagian dari tanah itu.
587. Frustra agit qui judicium prosequi nequit cum effectu → Seseorang percuma
menuntut ketika hasilnya tidak dapat dilaksanakan.
588. Frustra est potentia quam nunquam venit in actum → Kekuasaan yang tidak
pernah digunakan dianggap tidak berguna.
589. Frustra expectatur eventus cujus effectus nullus sequitur→ Sebuah kejadian
tersia – sia apabila tidak ada konsekuensinya.23
590. Frustra feruntur leges nisi subaitis et obedientibus → Hukum dibuat agar
masyarakat taat.
591. Frustra fit per plura quod fieri potest per pauciora →Sangat bersia – sia ketika
sesuatu harus diselesaikan dengan cara yang sulit.
592. Frustra legis auxilium quaerit qui in legem committit →Orang yang melanggar
hukum akan dengan sia – sia mencari pertolongan hukum.
593. Frustra petis quod mox es restiturus → Anda akan sia – sia mencari keadilan
dimana anda yang seharusnya memberikan keadilan.
594. Frustra petis quod statim alteri reddere cogeris → Dengan sia – sia anda mencari
apa yang anda akan segera dipaksa untuk memberikan kembali.
595. Frustra probatur quod probatum non relevat →Tidak berguna untuk
membuktikan sesuatu yang tidak akan membantu perkara.
596. Furiosi nulla voluntas est → Orang gila tidak memiliki kehendak. Kemampaun
Bertanggung jawab
597. Furiosus absentis loco est → Orang gila akan dianggap absen.
598. Furiosus nullum negotium contrahere( gerere) potest ( quia non intelligit quod
agit) → Orang gila tidak bisa membuat perjanjian karena ia tidak mengerti apa
yang ia perbuat.
599. Furiosus solo furore punitur →Orang gila akan dihukum dengan penyakit jiwa itu
sendiri.
600. Furiosus stipulari non potest nec aliquod negotium agree, quo non intelligit
auit agit → Orang gila yang tidak menyadari apa yang ia perbuat, tidak cakap untuk
membuat perjanjian ataupun transaksi.
601. Furor contrahi matrimonium non sinit, quia consensus opus est → Penyakit jiwa
menjadikan suatu perkawinan tidak sah, karena tidak ada kesepakatan disitu.
602. Furtum est contrectatio rei alienae fraudulenta, cum animo furandi, invite illo
domino cujus res illa fuerat → Pencurian merupakan kepemilikan yang tidak sah
dengan adanya kesengajaan untuk mencuri, dan melawan kehendak pemilik
sahnya.
603. Furtum non est ubi initium habet detentionis per dominium rei → Seseorang
yang pertama memiliki suatu barang tidak dianggap mencuri.
604. Generale dictum generaliter est interpretandum → Pernyataan umum harus
ditafsirkan secara umum.
605. Generable nihil certi implicat → Pernyataan umum tidak menghasilkan
kesimpulan yang pasti.
606. Generale tantum valet in generalibus quantum singular in singulis → Apa yang
dianggap umum memiliki keabsahan yang sama dengan apa yang dianggap spesifik.
607. Generalia praecedunt, specialia sequuntur →Hal – hal yang umum merupakan
intinya, sedangkan hal – yang spesifik merupakan penjelasannya.

23 Hlm 1638
608. Generalia specialibus non derogant → Hal – hal yang umum tidak membatasi hal
– hal yang spesifik.
609. Generalia sunt praeponenda singularibus →Hal – hal yang umum ditempatkan
lebih dahulu dari pada yang spesifik.
610. Generalia verba sunt generaliter intelligenda → Pernyataan umum dipahami
secara garis besar.
611. Generalibus specialia derogant → Hal – hal yang spesifik, membatasi hal – hal
yang umum.
612. Generalis clausula non porrigitur ad ea quae antea specialiter
sunt comprehensa → Klausa – klausa umum tidak mengatur hal – hal yang spesifik.
613. Generalis regula reneraliter est intelligenda → Peraturan umum dipahami
secara garis besar.
614. Glossa viperina est quae corrodit viscera textus →Pengalihan sesat yang dapat
menghancurkan isi sebuah text.
615. Grammatica falsa non vitiate chartam → Tata bahasa yang salah, tidak
membatalkan perjanjian.
616. Gravius est divinam quam temporalem laedere majestatem→24
617. Habemus optimum testem, confitentem reum → Saksi terbaik adalah tergugat
yang mengaku.
618. Haeredem Deus Facit, non homo → Tuhan bukan manusia yang menentukan ahli
waris.
619. Haereditpetae suo propinquo vel extraneo, periculoso sane custody, nullus
committatur → Jangan biarkan seorang anak angkat dialihkan ke orang ketiga,
baik itu anggota keluarga ataupun orang asing, karena tentunya orang ketiga itu
wali yang berbahaya.
620. Haereditas est succession in universum jus quod defunctus habuerat →Warisan
merupakan pengalihan hak dari pewaris.
621. Haereditas nihil aliud est quam succession in universum jus, quod defunctus
habuerat → Hak atas warisan hanyalah pengalihan semua hak dari almarhum.
622. Haereditas nunquam ascendit → Warisan tidak pernah diwarisi ke keturunan ke
atas.
623. Haeredum appellation veniunt haeredes haeredum in infinitum → Ahli waris
adalah semua keturunan ke bawah dan keturunan selanjutnya
624. Haeres est alter ipse, et filius est pars patris →Ahli waris merupakan hal yang
berbeda dimana “anak” adalah bagian dari ayahnya.
625. Haeres est aut jure proprietatis aut jure representationis→ Seseorang
merupakan ahli waris karena hak harta atau hak perwakilan.
626. Haeres est eadem persona cum antecessore → Ahli waris merupakan orang yang
sama dengan leluhurnya.
627. Haeres est nomen collectivum → “ahli waris” adalah kata benda kolektif.
628. Haeres est nomen juris, filius est nomen naturae → “Ahli waris” merupakan
istilah hukum, sedangkan “anak” adalah istilah hukum alam.
629. Haeres est pars antecessoris → Seorang ahli waris adalah bagian dari leluhurnya.
630. Haeres haeredis mei est meus haeres → Ahli warisnya ahli waris saya, adalah ahli
waris saya.
631. Haeres legitimus est quem nuptiae demon-strant → Ahli waris yang sah adalah
mereka yang lahir dalam pernikahan yang sah.

24 Hlm 1639
632. Haeres minor uno et viginti annis non respondebit, nisi in casu dotis → Ahli
waris di bawah usia 21 tahun dianggap belum cakap secara hukum, kecuali janda
atau duda.
633. Hoc servabitur quod initio convenit →Apa yang berguna dari awal harus
dipertahankan
634. Home ne sera puny pur suer des briefes en court le roy, soit il a droit ou a tort
→Seseorang tidak dapat dihukum karena menggugat sebuah surat perintah
pengadilan, baik orang itu benar atau salah.
635. Hominum causa jus constitutum est → Hukum dibentuk demi kemanusiaan.
636. Homo potest esse habilis et inhabilis diversis temporibus → Seseorang dapat
menjadi cakap atau tidak cakap pada waktu yang berbeda – beda.
637. Homo vocabulum est naturae ; persona juris civilis → “manusia” merupakan
istilah hukum alam, sedangkan “orang” merupakan istilah hukum perdata.
638. Hora non est multum de substantia negotii licet in appello de ea aliquando fiat
mentio → Tempo tidak sepenting substansi dari sebuah perkara, walaupun
terkadang hal itu disebut dalam upaya hukum naik banding.
639. Hostes sunt qui nobis vel quibus nos bellum decernimus ; caeteri proditores pel
praedones sunt → Musuh adalah mereka yang kami nyatakan perang dengan, atau
mereka yang menyatakan perang kepada kami, sisanya adalah pengkhianat atau
pembajak.
640. Ibi semper debet fieri triatio ubi juratores meliorem possunt habere notitiam
→ Setiap persidangan harus memberikan informasi terbaik bagi para juri.
641. Id certum est quod certum redid potest → Segala hal yang dapat dipastikan
merupakan kepastian itu sendiri.
642. Id certum est quod certum redid potest. Sedid magis certum est quod de
semetipso est certum→ Segala hal yang dapat dipastikan merupakan kepastian itu
sendiri. Namun kepastian yang lebih terdapat pada kepastian itu sendiri. 25
643. Idem agens et patiens esse non potest → Orang yang sama tidak bisa sekaligus
menjadi pelaku dan korban.
644. Idem est facere et nolle prohibere cum possis → Memperbuat dan menolak untuk
mencegah merupakan hal yang sama.
645. Idem est facere et non prohibere cum possis;et qui non prohibit cum prohibere
possit in culpa est(aut jubet)→ Memperbuat dan menolak untuk mencegah
merupakan hal yang sama. Dan siapa pun yang tidak mencegah walaupun ia
memiliki kesempatan untuk mencegah, maka ia ikut bersalah.
646. Idem est nihil dicere et insufficienter dicere → Mengatakan tidak sama halnya
dengan tidak mengatakan iya. Dalam mengatakan sesuatu secara insufisien sama
halnya seperti tidak mengatakan apapun. Hal ini berlaku dalam permohonan yang
dibuat oleh narapidana.
647. Idem est non esse et non apparere → ketiadaan sama halnya dengan
ketidakhadiran. Dimana ketidakhadiran dianggap tidak pernah ada.
648. Idem est non probari et non esse; non deficit jus sed probatio → Tidak terbukti
sama halnya dengan tidak ada. Hukum tidak defisien, hanya buktinya saja.
649. Idem est scire aut scire debere aut potuisse → Keharusan untuk mengetahui atau
berkesempatan untuk mengetahui sama halnya dengan tahu.

25 Hlm 1640
650. Idem non esse et non apparere → Tidak ada dan tidak hadir merupakan dua hal
yang sama.
651. Idem semper antecedent proximo refertur →Disebut kesamaan apabila dua hal
serupa.
652. Identitas vera colligitur ex multitudine signorum → Kebenaran didapatkan dari
kumpulan petunjuk.
653. Id perfectum est quod ex omnibus suis partibus constat → Kesempurnaan hanya
didapatkan ketika semua bagian lengkap.
654. Id possumus quod de jure possumus → Kita hanya dapat melakukan hal – hal yang
diperbolehkan oleh hukum.
655. Id quod est magis remotum non trahit ad se quod est magic junctum,sed e
contrario in omni casu →Apa yang dihilangkan berarti tidak sesuai dengan
sesuatu hal, melainkan, bertentangan dengannya.
656. Id quod nostrum est sine facto nostro adalium transferri non potest → Apa yang
kita miliki tidak dapat dialihkan ke orang lain tanpa persetujuan dari kita sendiri.
657. Id solum nostrum quod debitis deductis nostrum est → Barang itu merupakan
barang kita sendiri ketika hutang telah selesai dibayar.
658. Id tantum possumus quod de jure possumus → Kita hanya dapat melakukan hal
– hal yang diperbolehkan oleh hukum.
659. Ignorantia eorum quae quis scire tenetur non excusat →Ketidaktahuan
terhadap hal – hal yang seharusnya diketahui bukan alasan.
660. Ignorantia excusatur non juris sed facti → Ketidaktahuan terhadap kejadian
dapat dimaafkan, namun tidak demikian dengan ketidaktahuan terhadap hukum.
661. Ignorantia facti excusat, ignorantia juris non excusat → Ketidaktahuan
terhadap kejadian dapat dimaafkan. Namun setiap orang dianggap tahu hukum,
kalau tidak, maka tidak akan ada limit terhadap ketidaktahuan terebut.
662. Ignorantia judicis est calamitas innocentis → Ketidaktahuan seorang hakim
merugikan pihak yang tidak bersalah.
663. Ignorantia juris non excusat → Ketidaktahuan akan hukum bukan alasan.
664. Ignorantia juris quod quisque scire tenetur neminem excusat → Ketidaktahuan
akan hukum, dimana seharusnya semua orang dianggap tahu, bukan alasan.
665. Ignorantia juris sui non praejudicat juri → Ketidaktahuan akan hak seseorang,
tidak menghilangkan hak tersebut.
666. Ignorantia legis neminem excusat → Ketidaktahuan akan hukum tidak
membebaskan siapa pun.
667. Ignorantia praesumitur ubi scientia non probatur → Ketidaktahuan diduga
ketika pengetahuan tidak diberikan.
668. Ignorare legis est lata culpa→ Ketidaktahuan akan hukum merupakan
pengabaian terhadapnya.26
669. Ignoratis terminis artis, ignoratur et ars → Dimana arti seniyang sesungguhnya
tidak diketahi, maka seni itu sendiri tidak diketahui.
670. Ignoscitur ei qui sanguinem suum qualiter redemptum voluit → Apapun yang
dilakukan oleh seseorang karena ketakutan akan kehilangan hidupnya, tidak akan
dihukum. Pembelaan Terpaksa atau Keadaan Darurat

26 Hlm 1641
671. Illud quod alias licitum non est, necessitas facit licitum, et necessitas inducit
privilegium quod jure privatur → Apa yang dianggap melawan hukum dapat
menjadi sah karena adanya keadaan terpaksa; dan keadaan tersebut merupakan
pengecualian terhadap apa yang dilarang oleh suatu hak.
672. Illud quod alteri unitur extinguitur, neque amplius per se vacare licet→ Segala
hal yang terikat antara satu dengan lainnya tidak dapat dimusnahkan ataupun
dipisahkan.
673. Immobilia situm sequuntur → Benda tidak bergerak mengikuti hukum setempat
dimana benda itu terletak.
674. Imperii magestas est tutelage salus → Kemuliaan suatu kerajaan berada pada
keamanannya.
675. Imperitia culpae annumeratur →Kelalaian merupakan kesalahan. Kealpaan
676. Imperitia est maxima mechanicorum poena → Kelalaian memiliki mekanisme
hukuman terbaik (bagaimana kelalaian dapat membuat seseorang dituntut
pertanggungjawabannya). Kealpaan
677. Impersonalitas non concludit nec ligat →Perbedaan tidak menyimpulkan
ataupun mengikat.
678. Impius et crudelis judicandus est qui libertati non favet → Seseorang selayaknya
diadili dengan kejam dan tidak memandang kebebasan.
679. Impossibilum nulla obligation est → Tidak ada kewajiban untuk melakukan hal –
hal yang mustahil.
680. Impotentia excusat legem → Alasan ketidakberdayaan dapat membebaskan
seseorang dari hukuman
681. Impunitas continuum affectum tribuuit delinquendi → Impunitas memicu
kecenderungan untuk melakukan kejahatan. Impunitas asas teritorial
682. Impunitas semper ad deteriora invitat → Impunitas mengundang pelaku untuk
melakukan kejahatan yang lebih besar. Impunitas asas teritorial
683. In aequali jure melior est condition possidentis → Ketika kedua belah pihak
memiliki hak yang sama, namun kondisi memihak pada yang lebih berkuasa.
684. In alta proditione nullus potest esse accessorius sed principalis solummodo →
Dalam kasus makar, tidak ada istilah pelaku pembantu, hanya pelaku utama.
Percobaan Makar
685. In alternativis electio est debitoris →debitur memiliki pilihan alternatif.
686. In ambigua voce legis ea potius accipienda est significatio quae vitio caret ;
praesertim cum etiam voluntas legis ex hoc colligi possit → Dalam hal ditemukan
sesuatu yang ambigu di dalam hukum, penafsiran harus dibuat jelas khususnya
dengan menimbang maksud dan tujuan awal adanya hukum tersebut.
687. In ambiguis casibus sempter praesumitur pro rege → Dalam keraguan, praduga
selalu memihak kepada raja.
688. In ambiguis orationibus maxime sententia spectanda est ejus qui eas
protulisset → Dalam menghadapi ambigu, pendapat pihak yang membuatnya patut
dipertimbangkan
689. In ambiguo sermone non utrumque dicimus sed id duntaxat quod volumus
→Ketika bahasa yang kita gunakan bersifat ambigu, maka kita tidak
menggunakannya lagi dalam penjelasan kita.
690. In Anglia non est interregnum → Inggris tidak mengenal istilah masa peralihan
pemerintahan. Pewaris tahta mewarisi tahta sejak kematian atau penurunan tahta
pendahulunya.
691. In atrocioribus delictis punitur affectus licet non sequatur effectus → Untuk
kejahatan berat, kesengajaan atau percobaan dapat dihukum walaupun tujuannya
tidak tercapai. Percobaan
692. In casu extremae necessitates Omnia sunt communia→Dalam keadaan terpaksa,
tindakan yang diambil dipandang perlu.27 Daya Paksa
693. Incaute factum pro non facto habetur → Dalam sebuah perubahan, apabila
dilakukan dengan sembarangan, dianggap tidak tuntas.
694. Incendium aere alieno non exuit debitorem → Kebakaran tidak melepaskan
seseorang dari kewajibannya terhadap hutang.
695. Incerta pro nullis habentur → Hal – hal yang tidak pasti dianggap tidak ada.
696. Incerta quantitas vitiate actum → Ketidakpastian mempengaruhi sebuah
perbuatan.
697. Incivile est, nisi tota lege prospecta, unaaliqua particular ejus
proposita,judicare vel respondere → Tidak pantas bagi suatu putusan untuk
mendasarkan keputusannya dengan satu pasal saja, kecuali keseluruhan
hukumnya telah dihayati.
698. Incivile est, nisi tota sentential inspecta, de aliqua parte judicare → Tidak
pantas untuk memberikan suatu pendapat tanpa melihat keseluruhan dari isi
perkara.
699. In civilibus ministerium excusat, in criminalibus non item → Perkara perdata
masih memungkinkan untuk melepaskan pelaku, namun tidak demikian dengan
perkara pidana.
700. In Claris non est locus conjecturis → Dalam keadaan tertentu, dilarang untuk
membuat dugaan.
701. Inclusio unius est exclusion alterius →Lihat Expressio unius est exclusio alterius.
702. Incolas dimocilium facit → Secara harafiah, tempat tinggal adalah domisil. Artinya
tempat tinggal utama menjadi residensi hukum.
703. In commodato haec pactio, ne dolus praestetur,rata non est → Dalam hal
peminjaman uang, kesepakatan untuk melepaskan pertanggungjawaban seseorang
dari tindakan penipuannya tidaklah sah.
704. Incommodum non solvit argumentum → Alasan gangguan tidak menyelesaikan
sebuah argumen.
705. In conjunctivis oportet utramque partem esse veram → Dalam pernyataan
gabungan, semua bagian harus benar.
706. In consimili casu consimile debet esse remedium → Antara pekara yang serupa,
putusannya pun serupa.
707. In consuetudinibus non diuturnitas temporis sed soliditas rationis est
consideranda→ Secara kebiasaan, bukanlah durasi waktu, melainkan isi dari
pernyataan yang patut dipertimbangkan.
708. In contractibus, benigna; in testamentis,benignior; in restitutionibus,
benignissima interpretation facienda est → Dalam hal kontrak, interpretasi atau

27 Hlm 1642
koonstruksi bersifat bebas. Dalam wasiat, lebih bebas, dan dalam restitusi, paling
bebas.
709. In contractibus, rei veritas potius quam scriptura perspici debet →Dalam hal
perjanjian, yang harus dipertimbangkan adalah kebenaran dari perjanjian itu,
bukan isinya.
710. In contractibus tacite insunt quae sunt moris et consuetudinis → Kontrak
dipahami untuk memiliki klausa – klausa tertentu, meskipun mungkin tidak tertera
dalam tulisan.
711. In contrahenda venditione, ambiguum pactum contra venditorem
interpretandum est → Dalam hal kontrak jual beli, kesepakatan ambigu harus
ditafsirkan terhadap sang penjual.
712. In conventionibus, contrahentium voluntas potius quan verba spectari placuit
→ Dalam hal kontrak, niat dari kedua belah pihak harus dihayati, bukan perkataan
mereka.
713. Incorporalia bello non adquiruntur → Hal – hal yang tidak berwujud tidak
diperoleh melalui peperangan.
714. Incriminalibus probationes bedent esse luce clariores → Dalam perkara pidana,
bukti harus lebih terang dari pada cahaya.
715. In criminalibus sufficit generalis militia intentionis cum facto paris gradus →
Dalam perkara pidana, kesengajaan saja sudah cukup apabila sesuai dengan
perbuatan yang dipertanyakan.
716. In criminalibus voluntas reputabitur pro facto → Dalam perkara pidana,
kesengajaan dianggap sebagai kesepakatan. Dalam hal percobaan atau konspirasi,
kesengajaan tersebut dianggap terlaksana. Penyertaan
717. Inde datae leges ne fortiori Omnia posset.→Hukum dibuat untuk membatasi
kekuasaan para penguasa.28
718. Indefinitum aequipollet universali →Yang tidak terdefinisi merupakan
keseluruhan dari sesuatu.
719. Indefinitum supplet locum universalis → Yang tidak terdefinisi merupakan
bagian dari keseluruhan sesuatu.
720. Independenter se habet assecuratio a viaggio navis → Perjalanan menuju tujuan
akhir selalu jauh.
721. Index animi sermo → Perkataan merupakan isi dari pemikiran.
722. Indictment de felony est contra pacem domini regis, coronam et dignitatem
suam, in genere et non in individuo; quia in Anglia non est interregnum →
Tuntutan atas kejahatan ringan bertentangan dengan kedamaian sang raja,
mahkota serta harga dirinya secara umum dan bukan terhadap diri pribadinya;
karena Inggris tidak mengenal istilah masa peralihan pemerintahan.
723. In disjunctivis sufficit alteram partem esse veram →Dalam konstruksi yang
terpisah, sudah cukup apabila salah satu bagian sudah benar.
724. In dubiis benigniora praeferenda sunt → Dalam menghaddpi keraguan,
konstruksi yang lebih bebas yang dipertimbangkan.
725. In dubiis magis dignum est accipiendum → Dalam menghadapi keraguan, hal
yang lebih berfaedah yang patut diterima.

28 Hlm 1643
726. In dubiis non praesumitur pro testamento → Dalam keadaan dimana ada
keraguan, tidak ada praduga yang memihak pada kehendak sendiri.
727. In dubio, haec legis construction quam verba ostendunt → Dalam menghadapi
keraguan, perkataan mengindikasi konstruksi hukum.
728. In dubio, pars mitior est sequenda → Ketika ada keraguan, pandangan yang lemah
patut dipertimbangkan.
729. In dubio, pro lege fori → Ketika ada keraguan, patut untuk berpaling pada hukum
forum.
730. In dubio, sequendum quod tutius est → Ketika ada keraguan, patut untuk
berpaling pada pandangan yang paling aman.
731. In eo quod plus sit semper inest et minus→ Pihak yang lemah selalu
dipertimbangkan.
732. Inesse potest donation modus, condition sive causa; ut modus est; si condition;
quia causa →Pada suatu pemberian mungkin ada persyaratan, maksud, atau
alasan tertentu di baliknya.
733. In exposition instrumentorum, mala grammatical,quod fieri potest, vitanda est
→ Dalam sebuah konstruksi, tata bahasa yang buruk harus dihindari sebisa
mungkin.
734. In facto quod se habet ad bonum et malum magis de bona quam de malo lex
intendit → Dalam menghayati sebuah perbuatan atau perjanjian yang mungkin
dipandang sebagai sesuatu yang baik atau buruk, hukum selalu memandang yang
baik.
735. Infans non multum a furioso distat → Bayi tidak begitu berbeda dengan orang
yang tidak cakap
736. In favora bilibus magis attenditur quod prodest quam quod nocet → Dalam
mengkaji sebuah kasus, harus lebih melihat sisi baik dari pada sisi buruknya.
737. In favorem vitae, libertatis, et innocentiae Omnia praesumuntur → Semua
praduga harus memihak kehidupan, kebebasan dan praduga tak bersalah.
738. In fictione juris semper aequitas existit → Dalam kehidupan fiktif, keadilan selalu
ada, dalam setiap fiktif hukum akan selalu ada keadilan.
739. In fictione juris semper subsistit aequitas → Dalam fiksi hukum, keadilan selalu
menang.
740. Infinitum in jure reprobatur → Hukum melarang proses upaya hukum yang tak
berujung.
741. In generalibus versatur error →Kesalahan ada pada pernyataan yang terlalu
umum.
742. In genere quicunque aliquid dicit, sive actor sive reus, necesse est ut probat →
Secara umum, siapapun yang membuat tuduhan, baik itu penggugat ataupun
tergugat, harus membuktikannya.
743. In haeredes non solent transire actiones quae poenales ex maleficio sunt →
hukuman yang dijatuhkan pada perkara pidana tidak berlaku bagi keturunan sang
terpidana.
744. In his enim quae sunt favorabilia animae quanmuis sunt damnosa rebus, fiat
aliquando extentio statuti→ Hal – hal yang sesuai dengan gagasan tetapi
bertentangan dengan aturannya, maka perlu adanya perluasan terhadap peraturan
itu.29
745. In his quae de jure communi omnibus conceduntur, consuetudo alicujus patriae
vel loci non est alleganda →Hak – hak telah diterima secara umum untuk semua,
akan berlaku dimana saja.
746. Iniquissima pax est anteponenda justissimo bello → Perdamaian yang paling
tidak adil lebih dipilih dari pada perang yang dibenarkan.
747. Iniquum est alios permittere, alios inhibere mercaturam → Tidak adil untuk
memperbolehkan sebagian pihak untuk berdagang dan melarang pihak lainnya.
748. Iniquum est aliquem rei sui esse judicem →Tidak adil bagi seseorang untuk
menjadi hakim pada perkaranya sendiri.
749. Iniquum est ingenuis hominibus non esse liberam rerum suarum alienationem
→ Tidak adil bagi seseorang untuk tidak diberikan kebebasan untuk
mempergunakan tanahnya sendiri.
750. In judiciis minori aetati succurritur → Dalam proses peradilan, kelonggaran
diberikan kepada orang yang belum dewasa.
751. In judicio non creditor nisi juratis → Dalam pengadilan, tidak ada yang bisa
dipercaya keculai mereka yang disumpah.
752. In jure non remota causa, sed proxima, spectatur→Dalam hukum inti dan bukan
pendukungnya yang dipertimbangkan.
753. Injuria fit ei cui convicium dictum est, vel de eo factum Carmen famosum→
Kerugian terjadi ketika seseorang dihina atau didusta.
754. Injuria non excusat injuriam → Kesalahan tidak melepaskan kesalahan lain.
755. Injuria non praesumitur → Sebuah kesalahan bukan diduga.
756. Injuria propria non cadet beneficium facientis → Tidak ada keuntungan bagi
orang yang melakukan kejahatan.
757. Injuria servi dominum pertingit → Majikan bertanggungjawab atas kesalahan
yang dilakukan oleh pegawainya.
758. Injustum est,nisi tota lege inspecta, de una aliqua ejus particular proposita
judicare vel respondere → Tidak adil untuk memberikan putusan ataupun opini
tanpa mempertimbangkan keseluruhan dari hukum yang berlaku.
759. In majore summa continetur minor →Dalam setiap perhitungan, selalu ada
kekurangannya.
760. In maleficiis voluntas spectator, non exitus → Dalam perkara pidana,
kesengajaan lebih diperhitungkan dibandingkan dengan kejadiannya. Kesengajaan
761. In maleficio ratihabitio mandato comparator→ Dalam perbuatan melawan
hukum, ratifikasi sama dengan melaksanakan.
762. In maxima potentia minima licentia → Dimana ada kekuasaan, disitu selalu ada
keinginan untuk melakukan kejahatan.
763. In Mercibus illicitis non sit commercium →Barang ilegal dilarang
diperdagangkan.
764. In novo casu novum remedium apponendum est →Dalam kasus yang baru, maka
upayanya pun harus baru.
765. In obscuris inspici solere quod verisimilius est, aut quod plerumque fieri solet
→Dalam kasus yang tidak jelas, maka sebaiknya mengikuti kebiasaan hukum.

29 Hlm 1644
766. In obscuris quod minimum est sequimur → Dalam kasus yang kurang jelas, kita
mengikuti yang paling jelas.
767. In odium spoliatoris Omnia praesumuntur → Semuanya diprasangka buruk
terhadap pelaku.
768. In omni actione ubi duae concurrunt districtiones, videlicet in rem et in
personam, illa districtio tenenda est quae magis timetur et magis ligat →Ketika
terjadi dua perampasan tanah sebagai pembayaran hutang, maka dipilih tanah yang
paling bernilai.
769. In omnibus contractibus, sive nominates sive innominatis, permutation
continetur → Dalam semua kontrak, baik itu dicantumkan atau tidak, namun harus
ada yang ditukarkan anatara kedua belah pihak.
770. In omnibus ( fere ) poenalibus judiciis,et aetati et imprudentiae succurritur→
Hampir pada setiap putusan pengadilan, kelonggaran diberikan kepada orang yang
belum dianggap dewasa dan orang yang tidak cakap secara hukum.30
771. In omnibus obligationibus, in quibus dies non ponitur, praesenti die debetur →
Dalam hal kewajiban, apabila waktu tidak ditentukan (tanggal pelaksanaan), maka
benda yang dijanjikan jatuh tempo di hari yang sama.
772. In omnibus quidem, maxime tamen in jure, aequitas spectanda sit → Segala hal,
khususnya yang berkaitan dengan administrasi keadilan, harus mengingat pada
keadilan.
773. In omni re nascitur res quae ipsam rem exterminate →Dalam segala hal,
sesuatuyang lahir sendiri, hanya dapat berakhir dengan sendirinya.
774. In pari causa possessor potior haberi debet → Ketika kedua belah pihak memiliki
hak yang sama, pemilik dianggap lebih berkuasa.
775. In pari causa potior est condition possidentis →Ketika kedua belah pihak
memiliki klaim yang sama, pemilik dianggap lebih berkuasa.
776. In pari delicto melior est condition possidentis → Ketika kedua belah pihak
bersalah, posisi pemilik lebih diuntungkan.
777. In pari delicto potior est condition defendentis → Dimana kedua belah pihak
bersalah, posisi sang tergugat dianggap lebih kuat.
778. In poenalibus causis benignius interpretandum est → Dalam membuat suatu
keputusan, penafsiran yang dibuat harus luas.
779. In praeparatoriis ad judicium favetur actori → Pada tahap persiapan
persidangan, penggugat lebih didahulukan.
780. In praesentia majoris potestatis, minor potestas cessat → Ketika ada kekuasaan
superior, maka kekuasaan inferiornya hilang.
781. In pretio emptionis et venditionis naturaliter licet contrahentibus se
circumvenire → Dalam menentukan harga suatu jual beli, sudah lazimnya kedua
belah pihak mencoba untuk menawarkan harga yang paling menguntungkan
dirinya sendiri.
782. In propria causa nemo judex → Tidak ada seorang pun yang dapat menghakimi
perkaranya sendiri.
783. In quo quis delinquit, in eo de jure est puniendus → Setiap orang yang melakukan
perbuatan melawan hukum apapun patut dihukum.

30 Hlm 1645
784. In rebus manifestis errat qui auctoritates legume allegat; quia perspicua vera
non sunt probanda→Terhadap kekayaan publik, tidak ada seorang pun yang dapat
mempergunakannya secara bertentangan dengan kehendak publik itu sendiri.
785. In re communi neminem dominorum jure facere quicquam, invite altero, posse
→Pada properti yang dimiliki bersama, salah satu pemilik tidak bisa melakukan
sesuai kehendaknya sendiri tanpa persetujuan pemilik lainnya.
786. In re dubia benigniorem interpretationem sequi non minus justius est quam
tutius → Dalam keraguan, menerapkan penafsiran yang lebih bebas dianggap lebih
adil.
787. In re dubia magis infitiatio quam affirmation intelligenda →Dalam keraguan,
penyangkalan lebih dipertimbangkan dari pada afirmasi.
788. In re lupanari testes lupanares admittentur →Dalam perkara yang berkaitan
dengan rumah bordil, PSK akan disertakan sebagai saksi.
789. In re pari potiorem causam esse prohibentis constat → Dalam keadaan dimana
kedua belah pihak memiliki hak yang sama, secara prinsip, pihak yang memiliki
adalah pihak yang lebih berkuasaa.
790. In re propria iniquum admodum est alicui licentiam tribuere sententiae →
Sangat tidak adil untuk memperbolehkan seseorang agar menjadi hakim pada
perkaranya sendiri.
791. In republica maxime conservanda sunt jura belli → Hukum peperangan harus
ditegakkan oleh tiap negara.
792. In restituionem, non in poenam, haeres succedit → Ahli waris mewarisi restitusi,
bukan hukuman.
793. In restitutionibus benignissima interpretation facienda est → Konsturksi yang
paling digemari, adalah konstruksi yang menawarkan restitusi.
794. Insanus est qui, abjecta ratione Omnia cum impetus et furore facit → Seseorang
dikatakan gila apabila perbuatan dia penuh dengan kekerasan serta amarah tanpa
alasan yang jelas.
795. In satisfactionibus non premittitur amplius fieri quam semel factum est →
Dalam hal pembayaran, dilarang untuk membayar lebih dari yang seharusnya. 31
796. Instans est finis unius temporis et principium alterius→ Suatu saat (moment)
merupakan akhir dari satu kejadian dan awal dari kejadian lain.
797. In-stipulationibus cum quaeritur quid actum sit, verba contra stipulatorem
interpretanda sunt → Dalam hal perjanjian, ketika menghadapi pertanyaan
apakah suatu tindakan telah diambil atau tidak, penjelasan akan dibebankan
kepada sang penggugat.
798. In stipulationibus id tempus spectator quo contrahimus → Dalam hal perjanjian,
patut dipertimbangkan alur pencapaian kesepakatan antara kedua belah pihak.
799. In suo quisque negotio hebetior est quam in alieno → Setiap orang lebih peka
terhadap urusan orang lain dibandingkan dengan urusan dirinya sendiri.
800. Intentio caeca mala →Kesengajaan terselubung merupakan sesuatu yang jahat.
801. Intentio inservire debet legibus, non leges intentioni →Kesengajaan seharusnya
tunduk pada hukum, bukan sebaliknya.
802. Intentio mea imponit nomen operi meo → Niat seseorang tercerminkan pada
perbuatannya. Percobaan

31 Hlm 1646
803. Inter alios res gestas aliis non posse praejudicium facere saepe constitutum est
→Hal – hal yang diperdagangkan antara dua pihak tidak merugikan pihak ketiga.
804. Inter arma silent leges→ Terkadang dalam masa perang, hukum bungkam.
805. Interdum venit ut exception quae prima facie justa videtur tamen inique noceat
→ Terkadang suatu permohonan pada awalnya terlihat adil, namun sebenarnya
permohonan itu bersifat merugikan dan tidak adil.
806. Interest reipublicae ne maleficia remaneant impunita → Merupakan
kepentingan suatu negara agar kejahatan tidak dibiarkan saja. Asas Teritorial
807. Interest reipublicae ne sua quis male utatur → Merupakan kepentingan suatu
negara agar tidak ada seorang pun yang menyalahgunakan hartanya.
808. Interest reipublicae quod homines conserventur → Merupakan kepentingan
suatu negara agar warganya dilindungi. Asas Legalita
809. Interest reipublicae res judicatas non rescindi → Merupakan kepentingan suatu
negara agar putusan yang telah dijatuhkannya, tidak dibatalkan.
810. Interest reipublicae suprema hominum testamenta rata haberi → Merupakan
kepentingan suatu negara agar wasiat seseorang dikabulkan.
811. Interest reipublicae ut carceres sint in tuto → Merupakan kepentingan suatu
negara agar penjara diamankan. Pidana & Pemidanaan
812. Interest reipublicae ut pax in regno conservetur et quaecunque paci
adversentur provide declinentur → Merupakan kepentingan suatu negara agar
dapat melestarikan kedamaian pada negaranya dan mencegah segala usaha yang
dapat merusak kedamaian tersebut.
813. Interest reipublicae ut quilibet re sua beneutatur →Merupakan kepentingan
suatu negara untuk memastikan agar setiap warganya mempergunakan hartanya
dengan benar.
814. Interest reipublicae ut sit finis litium → Merupakan kepentingan suatu negara
agar membatasi litigasi.
815. Interpretare et concordare leges legibus est optimus interpretandi modus →
Untuk menafsirkan serta memperbaiki hukum agar hukum itu harmonis
merupakan konstruksi yang terbaik.
816. Interpretatio fienda est ut res magis valeat quam pereat → Sebuah konstruksi
harus dibuat sedemikian rupa agar memberikan pengaruh yang baik dan tidak
gagal.
817. Interpretatio talis in ambiguis semper fienda est ut evitetur inconveniens et
absurdum → Ambiguitas (ketidakjelasan) dalam sebuah konstruksi harus tetap
menghindari hal – hal yang tidak pantas ataupun yang tidak masuk akal.
818. Interruptio multiplex non tollit praescriptionem semel obtentam →Interupsi
yang dilakukan berulang – ulang kali tidak mengubah pernyataan yang diberikan
pertama kali.
819. In testamentis plenius testatoris intentionem scrutamur → Dalam menghayati
sebuah wasiat, kita harus mempertimbangkan lebih jauh niat yang terkandung di
dalamnya.
820. In testamentis plenius voluntates testantium interpretantur→ Dalam wasiat,
niat pewarisnya akan secara bebas terlihat lebih nyata. 32

32 Hlm 1647
821. Intestatus decedit qui aut omnino testamentum non fecit aut non jure fecit, aut
id quod fecerat ruptum irritumve factum est, aut nemo ex eo haeres exstitit →
Seseorang wafat tanpa meninggalkan wasiat ketika ia tidak membuat wasiat sama
sekali, atau tidak membuatnya secara sah, atau wasiatnya dibatalkan atau bahkan
ketika ia tidak memiliki keturunan.
822. In toto et pars continetur → Dalam suatu hal, bagian terkecil pun terhitung.
823. In traditionibus scriptorium ( chartarum) non quod dictum est,sed quod
gestum (factum) est, inspicitur → Dalam perjanjian, perbuatan lebih
dipertimbangkan dibandingkan dengan apa yang tertera pada perjanjian tersebut.
824. Inutilis labor et sine fructu non est effectus legis → Perburuhan yang tidak
berguna bukanlah hasil dari hukum.
825. Inveniens labellum famosum et non corrumpens punitur → Seseorang yang
menemukan sebuah fitnah namun tidak memusnahkannya dapat dihukum.
826. In veram quantitatem fidejussor teneatur, nisi pro certa quantitate accessit →
Biarkan jumlah jaminan ditentukan berdasarkan harga persisnya, kecuali ada
kesepakatan lain.
827. In verbis non verba sed res et ratio quaerenda est → Dalam perkataan, substansi
serta makna yang harus dicari.
828. Invito beneficium non datur → Tidak ada keuntungan yang diberikan ke orang
lain tanpa dikehendaki sendiri.
829. In vocibus videndum non a quo sed ad quid sumatur →Dalam ceramah, akhir
atau hasil ceramah yang dianut, bukan awalnya.
830. Ipsae leges cupiunt ut jure regantur → Hukum sendiri mengatakan bahwa hukum
harus diatur oleh hak.
831. Ira furor brevis est → Amarah adalah kegilaan yang singkat.
832. Ita semper fiat relation ut valeat dispositio → Sebuah hubungan harus dicari
terlebih dahulu sebelum membuat disposisi.
833. Iter est jus eundi, ambulandi hominis; non etiam jumentum agenda vel
vehiculum →
834. Judex aequitatem semper spectare debet → Hakim harus selalu
mempertimbangkan keadilan.
835. Judex ante oculos aequitatem semper habere debet →Hakim harus selalu berfikir
adil.
836. Judex bonus nihil ex arbitrio suo faciat nex propositione domesticae voluntatis,
sed juxta leges et jura pronunciet → Seorang hakim tidak boleh mengadili sesuai
dengan keinginan ataupun preferensinya sendiri, melainkan harus sesuai dengan
hukum dan keadilan.
837. Judex damnatur cum nocens absolvitur → Seorang hakim akan terkutuk apabila
membebaskan orang yang terbukti salah.
838. Judex debet judicare secundum allegata et probate → Seorang hakim harus
memberikan suatu keputusan berdasarkan tuduhan serta bukti – buktinya.
839. Judex est lex loquens → Hakim dianggap mewakili hukum ketika Ia bicara.
840. Judex habere debet duos sales, salem sapientiae, ne sit insipidus, et salem
conscientiae, ne sit diabolus → Hakim seharusnya memiliki dua alat batas;
kebijaksanaan untuk mengingatkannya akan hukum ketika ia bertindak konyol,
dan kesadaran untuk mengingatkannya ketika ia bertindak jahat.
841. Judex non potest esse testis in propria causa → Seorang hakim dilarang menjadi
saksi pada perkaranya sendiri.
842. Judex non potest injuriam sibi datum punier → Seorang hakim dilarang
menghukum perbuatan salah yang dilakukannya terhadapnya.
843. Judex non reddit plus quam quod petens ipse requirit → Seorang hakim dilarang
mengabulkan lebih dari apa yang tidak diminta oleh penggugat.
844. Judicandum est legibus non exemplis→ Putusan harus dibuat berdasarkan
hukum, bukan berdasarkan contoh.33
845. Judices non tenentur exprimere causam sententiae suae →Hakim tidak
diwajibkan untuk menjelaskan pertimbangan putusannya.
846. Judicia in curia regis non adnihilentur, sed stent in robore suo quousque per
errorem aut attinctam adnullentur → Biarkan putusan raja berlaku sampai dapat
dibatalkan oleh kesalahan yang terdapat dalam putusan tersebut.
847. Judcia in deliberationibus crebro maturescunt, in accelerato processu
nunquam → Putusan dihasilkan dalam permusyawarahan, bukan dalam
persidangan.
848. Judicia posterior sunt in lege fortiora → Putusan akhir memiliki kekuatan hukum.
849. Judicia sunt tanquam juris dicta, et pro veritate accipiuntur → Putusan
merupakan penerapan hukum dan diterima sebagai suatu kebenaran.
850. Judiciis posterioribus fides est adhibenda → Putusan akhir patutnya dipercaya.
851. Judici officium suum excedenti non paretur → Seorang hakim yang bertindak
melebihi kewenangannya, sepatutnya tidak dituruti.
852. Judici satis poena est quod Deum habet ultorem→ Biarkan Tuhan yang
menghukum hakim.
853. Judicis est in pronuntiando sequi regulam, exceptione non probata →
Merupakan tugas seorang hakim untuk mengikuti peraturan hukum ketika ia
membuat suatu keputusan.
854. Judicis est jus dicere, non dare → Tugas hakim adalah untuk memberikan
keadilan, bukan untuk membuat hukum baru.
855. Judicis officium eest opus diei in die suo perficere → Tugas hakim adalah untuk
menyelesaikan tugas sehari – harinya pada hari itu juga.
856. Judicis officium est ut res ita tempora rerum quaerere; quaesito tempore tutus
eris → Tugas hakim bukan hanya menanyakan mengenai kejadiannya, tetapi waktu
kapan kejadian itu terjadi; dengan menanyakan temponya, maka akan lebih aman.
857. Judicium a non suo judice datum nullius est momenti → Putusan yang dibuat
oleh seseorang yang bukan hakim (bukan pada kewenangannya) tidak memiliki
konsekuensi hukum.
858. Judicium est quasi juris dictum → Putusan adalah pengucapan hukum.
859. Judicium non debet esse illusorium, suum effectum habere debet → Sebuah
putusan tidak boleh menyesatkan; putusan harus memliki efek baik.
860. Judicium redditur in invitum,in praesumptione legis → Dalam asumsi hukum,
putusan akan bertentangan dengan kehendak salah satu pihak.
861. Judicium semper pro veritate accipitur → Putusan selalu diterima sebagi suatu
kebenaran.
862. Juncta juvant → Segala hal yang digabungkan dapat membantu.

33 Hlm 1648
863. Jura ecclesiastica limitata sunt infra limites separatos → Hukum kegerejaan
memiliki batas.
864. Jura eodem modo destituuntur quo constituuntur → Hukum dapat dibatalkan
dengan cara yang sama seperti membuat hukum.
865. Juramentum est Indivisibile, et non est admittendum in parte verum et in parte
falsum → Sumpah tidak dapat dibagi; pernyataan yang dibuat dalam sumpah tidak
dapat diterima menjadi sebagian benar dan sebagian palsu.
866. Jura naturae sunt immutabilia → Hukum alam tidak dapat diubah.
867. Jura publica anteferenda privatis → Hak publik dianggap juga sebagai hak
pribadi.
868. Jura publica ex private promiscue decidi non debent →Hak publik tidak
ditentukan oleh kepentingan pribadi.
869. Jurare est deum in testem vocare, et est actus divini cultus→ Bersumpah berarti
memanggil Tuhan sebagai saksi, dan itu merupakan perbuatan agama.34
870. Jura regis specialia non conceduntur per generalia verba → Hak istimewa
seorang raja bukan diberikan dengan cara biasa.
871. Jura sanguinis nullo jure civili dirimi possunt → Hubungan darah tidak bisa
dimusnahkan oleh hukum.
872. Juratores debent esse vicini, sufficientes est minus suspecti → Hakim harus
berpegangan pada kebenaran dan bebas dari segala kecurigaan.
873. Juratores sunt judices facti → Juri merupakan hakim fakta.
874. Juratus creditor in judiciio → Seseorang yang telah bersumpah sepatutnya
dipercaya.
875. Jura naturae aequum est neminem cum alterius detriment et injuria fieri
locupletiorem → Berdasarkan hukum alam, tidak ada seorang pun yang boleh
memperkaya diri dari kesengsaraan orang lain.
876. Juri non est consonum quod aliquis accessories in curia regis convincatur
antequam aliquis de facto fuerit attinctus → Pelaku pembantu tidak boleh diadili
sebelum pelaku utama terbukti bersalah.
877. Jurisdictio est potestas de public introducta, cum necessitate juris dicendi →
Yuridiksi adalah kekuasaan yang lahir demi kebaikan publik, dimana yuridiksi
merupakan salah satu kebutuhan untuk menyalurkan keadilan.
878. Juris effectus in executione consistit → Pengaruh hukum terlihat nyata pada
penerapannya.
879. Juris ignorantic est cum jus nostrum ignoramus → Apabila kita tidak mengetahui
hak – hak kita sendiri, berarti kita lalai terhadap hukum.
880. Juris praecepta suntan haec, honesta vivere, alterum non laedere suum cuique
tribuere →Berikut adalah peraturan hukum: hidup dengan hormat, jangan
merugikan orang lain, laksanakanlah kewajiban masing – masing.
881. Jurisprudentia est divinarum atque humanarum rerum notitia, justi atque
injusti scienta →Yurisprudensi merupakan ilmu pengetahuan yang mulia, ilmu
mengenai apa yang adil dan apa yang tidak.
882. Jurisprudentia legius communis angliae est scientia socialis et copiosa →
Yurisprudensi common law Inggris merupakan penerapan ilmu pengetahuan sosial.

34 Hlm 1649
883. Juris quidem ignorantiam cuique nocere, facti verum ignorantiam non nocere
→ Kelalaian hukum tidak seburuk dengan kelalaian fakta.
884. Jus accrescendi inter mercatores locum non habet, pro beneficio commercii
→Demi kebaikan perdagangan, tidak ada hak istimewa di antara penjual.
885. Jus accrescendi praefertur oneribus →Terdapat “hak keselamatan”
(survivorship) pada setiap hutang (mortgage).
886. Jus accrescendi praefertur ultimate voluntati →Surat wasiat harus diselamatkan.
887. Jus civile est quod sibi populous constituit →Hukum perdata adalah hukum yang
dibuat oleh masyarakat itu sendiri.
888. Jus descendit, et non terra → Hak atas tanah dapat diwarisi, bukan tanahnya.
889. Jus dicere (et) non jus dare → Yang benar adalah menyatakan perang, bukan
mengakibatkan perang.
890. Jus est ars boni et aequi →Hukum adalah ilmu mengenai apa yang dianggap baik
dan adil.
891. Jus est norma recti; et quicquid est contra normam recti est injuria → Hukum
mengatur mengenai hak, dan apa pun yang bertetangan dengan hak, menyebabkan
kerugian.
892. Jus et fraus nunquam cohabitant → Hak tidak membiarkan tindakan penipuan.
893. Jus ex injuria non oritur → Kebenaran bukan muncul dari sebuah kesalahan.
894. Jus in re inhaerit ossibus usufructuarii→ Suatu hak melekat pada diri
seseorang.35
895. Jusjurandi forma verbis differ, re convenit; hune enim sensum habere debet, ut
deus invocetur → Pengucapan sumpah dapat berbeda antara satu bahasa dengan
bahasa lainnya.
896. Jusjurandum inter alios factum nec nocere nec prodesse debet → Sumpah yang
dibuat di antara pihak ketiga tidak membuktikan apapun ataupun memberikan
pengaruh buruk.
897. Jus natural est quod apud homines eandem habet potentiam → Hak – hak dasar
memiliki kekuatan hukum yang rata di antara manusia.
898. Jus non habenti tute non paretur → Aman bagi seseorang untuk tidak bertunduk
kepada mereka yang tidak memiliki hak.
899. Jus publicum privatorum pactis mutari non potest → Hak publik tidak bisa
diubah oleh perjanjian.
900. Jus quo universitates utuntur est idem quod habent private → Hak – hak yang
dimiliki oleh badan hukum sama dengan hak yang dimiliki oleh orang.
901. Jus respicit aequitatem → Hukum memihak kepada keadilan.
902. Jus superveniens auctori accrescit successor →Hak khusus yang diberikan
kepada satu orang, maka diberikan juga kepada orang yang kedua.
903. Justitia est constans et perpetus voluntas jus suum cuique tribuendi → Keadilan
bersifat tetap dan merata ke semua orang.
904. Justitia est virtus excellens et altissimo complacens → Keadilan merupakan
suatu kebaikan tertinggi yang memberikan kesanangan.
905. Justitia firmatur solium → Tahta kerajaan diperkuat oleh keadilan.
906. Justitia nemini neganda est → Tidak ada seorang pun yang boleh ditolak
keadilannya.

35 Hlm 1650
907. Justitia non est neganda, non differenda → Keadilan tidak boleh ditolak ataupun
ditunda.
908. Justitia non novit patrem nec matrem, solum veritatem spectat justitia →
Keadilan tidak memihak kepada siapa – siapa, keadilan hanya memihak kepada
kebenaran.
909. Justum non est aliquem antenatum mortuum facere bastardum, qui pro tota
vita sua pro legitimo habetur →Tidak adil apabila seseorang menamakan anak
luar nikahnya sebagai ahli warisnya, dimana ia masih memiliki anak sah.
910. Jus vendit quod usus approbacit → Hukum mengatur apa yang diperbolehkan.
911. La conscience est la plus changeante des regles → Hanya kesadaran manusia
yang terus berubah.
912. La ley favour la vie d’un home → Hukum memihak kepada nyawa seseorang
913. La ley facour l’inheritance d’un home → Hukum memihak kepada warisan
seseorang.
914. La ley voit plus tost suffer un mischief que un inconvenience → Hukum sendiri
pada akhirnya akan mengalami kerugian.
915. Lata culpa dolo aequiparatur → Kelalaian yang berlebihan sama seperti
penipuan.
916. Le contrat fait la loi → Perjanjian membentuk hukum.
917. Legatos violare contra jus gentium est → Perlakuan kekerasan terhadap
ambasador sangat bertentangan dengan hukum para negara.
918. Legatum morte testatoris tantum confirmatur, sicut donatio inter vivos
traditione sola → Sebuah peninggalan dikonfirmasi oleh kematian testatornya.
919. Legatus regis vice fungitur a quo destinatur, et honorandus est sicut ille cujus
vicem gerit → Seorang ambasador mewakili raja yang mengutusnya, maka ia harus
dihormati karena ia mengisi posisi sang raja.
920. Legem enim contractus dat → Sebuah perjanjian memberikan kekuatan hukum.
921. Legem terrae amittentes perpetuam infamiae notam inde merito incurrunt
→Seseorang dapat kehilangan hak tanahnya karena ia telah melakukan sesuatu
yang jahat.
922. Leges Angliae sunt tripartitae: jus commune, consuetudines, ac decreta
comitiorum→ Terdapat tiga jenis hukum Inggris, yakni: common law, adat, dan
keputusan menteri.36
923. Leges figendi et refigendi consuetudo est periculosissima → Menambahkan atau
membatalkan hukum merupakan praktek yang sangat berbahaya.
924. Leges humanae nascuntur, vivunt, et moriuntur → Hukum yang dibuat oleh
manusia biasanya lahir, hidup, dan mati.
925. Leges naturae perfectissimae sunt et immutabiles; humani vero juris condition
semper in infinitum decurrit, et nihil est in eo quod perpetuo stare possit →
Hukum alam dianggap sempurna dan abadi, sedangkan hukum yang dibuat
manusia berkondisi dan tidak akan hidup selamanya.
926. Leges non verbis sed rebus sunt impositae → Hukum hidup dalam penerapan
bukan pada perkataan.
927. Leges posteriors priores contarias abrogant → Hukum baru mengalahkan
hukum sebelumnya yang bertentangan.

36 Hlm 1651
928. Leges suum ligent latorem → Hukum seharusnya mengikat penciptanya.
929. Leges vigilantibus, non dormientibus subveniunt → Hukum membantu mereka
yang menaati, bukan mereka yang lalai.
930. Legibus sumptis desinentibus, lege naturae utendum est → Ketika hukum yang
dibuat manusia gagal, maka hukum alam harus digunakan.
931. Legis construction non facit injuriam → Konstruksi hukum tidak pernah salah.
932. Legis interpretation legis vim obtinet → Penafsiran hukum memiliki kekuatan
hukum.
933. Legislatorum est viva vox,rebus et non verbis legem imponere → Suara legislator
adalah suara hukum, bukan hanya pengucapan.
934. Legis minister non tenetur, in executione officii sui, fugere aut retrocedere →
Menteri hukum dilindungi oleh jabatannya dan bebas dari penghukuman.
935. Legitime imperanti parere necesse est → Orang yang memimpin secara sah,
harus dihormati.
936. Legitimus haeres et filius est quem nuptiae demonstrant → Seorang anak
disebut sah jika ia lahir dalam pernikahan yang sah.
937. Le ley de Dieu et ley de terre sont tout un, et l’un et l’autres preferred et favour
le common et publique bien del terre → Hukum Tuhan dan hukum manusia
menyatu, dan kedua hukum tersebut hidup dan memihak kepada kebaikan publik.
938. Le ley est le plus haut enheritance que le roy ad, car par le ley,il mesme et touts
ses sujets sont rules, et si le ley ne fuit, nul roy ne nul enheritance serra →
Hukum merupakan warisan tertinggi yang diwarisi oleh seorang raja; Hukum yang
mengatur dirinya dan masyarakatnya, tanpa hukum, tidak akan ada raja ataupun
warisan.
939. Le salut du people est la supreme loi → Hukum tertinggi adalah perlindungan
masyarakat.
940. Les fictions naissent de la loi, et non la loi des fictions → Fiksi lahir dari hukum,
bukan sebaliknya.
941. Les lois ne se chargent de punir que les actions exterieures → Hukum hanya
menghukum yang bersalah.
942. Lex aequitate gaudet → Hukum menawarkan keadilan.
943. Lex aequitate gaudet; appetite perfectum; est norma recti → Hukum
menawarkan keadilan; hukum mewakili kesempurnaan dan mengatur hak – hak.
944. Lex aliquando sequitur aequitatem → Hukum terkadang mengikuti keadilan.
945. Lex angliae est lex misericordiae → Hukum Inggris merupakan hukum yang
mengampuni.
946. Lex angliae non patitur absurdum → Hukum Inggris tidak membiarkan
kekonyolan.
947. Lex angliae nunquam matris sed semper patris conditionem imitari partum
judicat → Hukum Inggris mengatur bahwa seorang anak yang baru lahir,
sepatutnya mengikuti ayahnya dan bukan ibunya.
948. Lex Angliae nunquam sine parliament mutari potest→ Hukum Inggris tidak
dapat diubah tanpa persetujuan dari parlimen.37
949. Lex beneficialis rei consimili remedium praestat → Hukum yang menguntungkan
adalah hukum yang memberikan jalan keluar yang mirip bagi perkara yang mirip.

37 Hlm 1652
950. Lex citius tolerare vult privatum damnum uam publicum malum → Hukum akan
memihak pada kerugian pribadi dari pada kejahatan publik.
951. Lex contra id quod praesumit probationem non recipit → Hukum tidak
menerima bukti yang dibuat – buat.
952. Lex deficere non potest in justitia exhibenda → Hukum tidak boleh gagal dalam
memberikan keadilan.
953. Lex de future, judex de praeterito → Hukum mementingkan masa depan dan
hakim mementingkan masa yang sudah berlalu.
954. Lex dilationes semper exhorret → Hukum selalu melarang penundaan.
955. Lex est ab aeterno → Hukum lahir dari keabadian.
956. Lex est dictamen rationis → Hukum berasal dari gagasan.
957. Lex est norma recti → Hukum mengatur hak.
958. Lex est ratio summa, quae jubet quae sunt utilia et necessaria, et contraria
prohibit → Hukum merupakan bentuk gagasan yang tertinggi, yang
memerintahkan apa yang berguna, dan apa yang boleh serta melarang apa pun yang
bertentangan dengan hal tersebut.
959. Lex est sanction sancta, jubens honesta et prohibens contraria → Hukum adalah
sanksi yang sakral, memerintahkan apa yang benar dan melarang apa yang
dianggap salah.
960. Lex est tutissima cassis; sub clypeo legis nemo decipitur → Hukum merupakan
perlindungan yang paling aman, di bawah perlindungan hukum, tidak ada yang
tertipu.
961. Lex favet doti → Hukum memihak kepada mahar.
962. Lex fingit ubi subsistit aequitas → Hukum menciptakan fiksi dimana keadilan
ditaati.
963. Lex intendit vicinum vicini facta scire → hukum berasumsi bahwa seseorang
mengetahui apa yang diperbuat oleh tetangganya.
964. Lex judicat de rebus necessario faciendis quasi re ipsa factis →Hukum mengadili
hal – hal yang memang perlu diadili.
965. Lex necessitates est lex temporis, i.e.,instantis → Hukum waktu merupakan
hukum yang dibutuhkan.
966. Lex neminem cogit ad vana seu inutilia peragenda → Hukum tidak memaksa
siapa pun untuk melakukan hal –hal yang tidak berguna ataupun sia – sia.
967. Lex neminem cogit ostendere quod nescire praesumitur → Hukum tidak
memaksa siapa pun untuk mengetahui hal – hal yang tidak perlu ia ketahui.
968. Lex nemini facit injuriam → Hukum tidak merugikan siapa pun.
969. Lex nemini operator iniquum, nemini facit injuriam → Hukum tidak merugikan
ataupun memberikan ketidakadilan kepada siapa pun.
970. Lex nil facit frustra, nil jubet frustra → Hukum tidak bersia – sia ataupun
memerintah dengan sia – sia.
971. Lex non a rege est violanda → Hukum tidak boleh dilanggar oleh raja.
972. Lex non cogit ad impossibilia → Hukum tidak memaksa hal – hal yang mustahil.
973. Lex non curat de minimis → Hukum tidak mementingkan hal – hal yang tidak
berkonsekuensi.
974. Lex non deficit in justitia exhibenda → Hukum tidak gagal dalam
mempertunjukan keadilan.
975. Lex non exacte definit, sed arbitrio boni viri permittit →Hukum tidak
mengartikan apa itu keputusan, tetapi percaya pada orang yang memberikannya.
976. Lex non favet votis delicatorum → Hukum tidak memihak pada kejelian yang
berlebihan.
977. Lex non intendit aliquid impossibile → Hukum tidak menghendaki hal – hal yang
mustahil.
978. Lex non patitur fractiones et divisions statuum → Hukum tidak membiarkan
pembagian warisan tanah yang tidak adil.
979. Lex non praecipit inutilia, quia inutilis labor stultus → Hukum tidak
memerintahkan hal – hal yang tidak berguna, karena pekerjaan yang tidak berguna
merupakan sesuatu yang konyol.
980. Lex non requirit verificari quod apparet curiae Hukum tidak membutuhkan
pembuktian untuk hal – hal yang sudah jelas.38
981. Lex plus laudatur quando ratione probatur → Hukum lebih dihargai ketika
bergandengan dengan gagasan.
982. Lex posterior derogate priori → Hukum yang baru menggantikan hukum lama.
983. Lex prospicit, non respicit → Hukum memandang ke depan bukan ke belakang.
984. Lex punit mendaciam→ Hukum menghukum kesalahan.
985. Lex rejicit superflua, pugnantia, incongrua → Hukum menolak hal – hal yang
bertentangan, konyol dan memberontak.
986. Lex reprobate moram → Hukum melarang penundaan.
987. Lex respicit aequitatem → Hukum memihak kepada keadilan.
988. Lex scripta si cesset , id custodiri oportet quod moribus et consuetudine
inductum est; et , si qua in re hoc defecerit, tunc id quod proximum et
consequens ei est; et, si id non appareat, tunc jus quo urbs romana utitur
servari oportet → Jika hukum gagal, maka gagasan dari hukum itu sendiri yang
digunakan, dan jika gagasannya itu cacat, maka gunakanlah apa yang sejalan dan
konsisten; ikutilah hukum yang diterapkan oleh Roma.
989. Lex semper dabit remedium → Hukum akan selalu memberikan upaya hukum.
990. Lex semper intendit quod voncenit rationi →Hukum selalu mengehendaki apa
yang sejalan dengan gagasannya.
991. Lex spectat naturae ordinem → Hukum memihak pada tata hukum alam.
992. Lex succurrit ignoranti → Hukum membantu pihak yang lemah.
993. Lex succurrit minoribus → Hukum memihak pada kaum minoritas.
994. Lex uno ore omnes alloquitur → Hukum memperlakukan semua orang dengan
cara yang sama.
995. Lex vigilantibus, non dormientibus, subvenit → Hukum membantu pihak yang
berwaspada, bukan yang lalai
996. Liberata pecunia non liberat offerentem → Pengembalian hutang membebaskan
seseorang dari hutangnya.
997. Libertas est naturalis facultas ejus quod cuique facere libet, nisi quod de jure
aut vi prohibetur → Kebebasan merupakan kekuasaan setiap orang untuk
melakukan apa saja yang ia kehendaki kecuali ketika perbuatannya itu dilarang
oleh hukum.
998. Libertas inaestimabilis res est →Kebebasaan tidak bisa dinilai oleh uang.

38 Hlm 1653
999. Libertas non recipit aestimationem → Kebebasan tidak dipertanyakan.
1000. Libertas omnibus rebus favorabilior est → Kebebasan lebih diutamakan
dibandingkan dengan hal lain.
1001. Libertates regales ad coronam spectantes ex concessione regum a corona
exierunt → Hak untuk memilih diberikan oleh raja.
1002. Libertinum ingratum leges civiles in pristinam servitutem redignunt; sed
leges Angliae semel manumissum semper liberum judicant →Civil law
merendahkan orang – orang yang bebas dari perbudakan; namun hukum Inggris
menghargai mereka.
1003. Liberum corpus nullam recipit aestimationem → Orang yang bebas tidak dapat
dipasang harga.
1004. Liberum est cuique apud se explorare an expediat sibi consilium → Setiap
orang bebas untuk menentukan jalan hidupnya.
1005. Librorum appellation continentur Omnia volumina, sive in charta, sive in
membrane sint, sive in quavis alia materia → Satu buku mengandung semua
volume, yang terbuat dalam bentukkertas maupun kertas kulit ataupun bahan
lain.
1006. Licet disposition de interesse future sit inutilis, tamen potest fieri declaration
praecedens quae sortiatur effectum interveniente novo actu→Meskipun suatu
hibah dimaksudkan untuk masa yang akan datang, namun dapat dibuat
pernyataan agar hibahnya itu dapat efektif dari masa sekarang.39
1007. Licita bene miscentur, formula nisi juris obstet → Beberapa perbuatan sah
dapat digabungkan kecuali ada hukum yang melarangnya.
1008. Ligeantia est quasi legis essential; est vinculum fidei → Pengabdian adalah
esensi dari hukum; pengabdian merupakan ikatan kepercayaan.
1009. Ligeantia naturalis nullis claustris coercetur, nullis metis refraenatur, nullis
finibus premitur →Pengabdian tidak dihalangi, tidak dibatasi ataupun dipaksa.
1010. Ligna et lapides sub armorum appellation non continentur → Kekerasaan
bukan jalan keluar yang benar.
1011. Linea recta est index sui et oblique; lex est linea recta →Sebuah jalan yang
benar adalah jalan yang lurus; Hukum adalah jalan yang benar.
1012. Linea recta semper praefertur transversali → Jalan yang benar selalu dipilih
untuk menyelesaikan perkara.
1013. Literae patentes regis non erunt vacuae → Surat yang dikeluarkan oleh raja
tidak bisa dibatalkan.
1014. Litis nomen omnem actionem significant, sive in rem, sive in personam sit →
Kata gugatan (lawsuit) menggambarkan segala upaya hukum.
1015. Litus est quousque maximus fluctus a mari pervenit → Tepi pantai adalah
tempat berhentinya obak.
1016. L’obligation sans cause, ou sur une fausse cause, ou sur cause illicite, ne peut
avoir aucun effet → Sebuah kewajiban tanpa pertimbangan, atau atas
pertimbangan yang salah, atau atas pertimbangan yang tidak sah, tidak dapat
dilaksanakan.
1017. Locus contractus regit actuum → Hukum yang akan diterapkan adalah hukum
tempat dimana perjanjian itu dibuat.

39 Hlm 1654
1018. Locus pro solution reditubus aut pecuniae secundum conditionem dimissionis
aut obligationis est stricte observandus → Tempat pembayaran atas
penyewaan harus ditetapkan berdasarkan kondisi atau persyaratan sewaan.
1019. Longa petientia trahitur ad consensum → Kesengsaraan yang telah lama
dialami oleh seseorang dianggap telah disepakati.
1020. Longa possession est pacis jus → Barang yang telah lama dimiliki oleh seseorang,
kelamaan menjadi hak orang itu.
1021. Longa possession jus parit → Barang yang telah lama dimiliki oleh seseorang,
memberikan orang itu hak atas barang tersebut.
1022. Longa possession parit jus possidendi et tollit actionem vero domino → Barang
yang telah lama dimiliki oleh seseorang, memberikan orang itu hak atas barang
tersebut, dan pemilik aslinya tidak berhak untuk menggugatnya.
1023. Longum tempus et longus usus qui excedit memoriam hominum sufficit pro
jure → Barang yang dimiliki dalam waktu yang lama dapat menimbulkan hak
milik.
1024. Loquendum ut vulgus, sentiendum ut docti → Kita harus bicara seperti orang
biasa, dan berfikiran luas.
1025. L’ou le ley done chose, la ceo dona remedie a vener a ceo → Dimana hukum
memberikan hak, maka upaya hukum selalu melekat padanya.
1026. Lubricum linquae non facile trahendum est in poenam →Kesalahan omongan
seharusnya tidak dengan mudahnya dihukum.
1027. Lucrum facere ex pupilli tutela tutor non debet → Seorang wali seharusnya
tidak mencari keuntungan dari perwaliannya.
1028. Lunaticus, qui gaudet in lucidis intervallis → Seseorang dianggap tidak waras
apabila ia tidak tahu waktu.
1029. Magis de bono quam de malo lex intendit →Hukum memihak kepada konstruksi
yang baik dan bukan yang buruk.
1030. Magister rerum usus; magistra rerum experientia →Suatu penggunaan
bagaikan tuannya, pengalaman bagaikan nyonyanya.
1031. Magna charta et charta de foresta sont appeles les deux grandes charters
→Magna Carta dan Charter of the Forest merupakan dua dua charter terbaik.
1032. Magna culpa dolus est→ Kelalaian setara dengan penipuan.40
1033. Magna negligentia culpa est; magna culpa dolus est → Kelalaian yang hebat
adalah sebuah kesalahan; kesalahan yang hebat merupakan penipuan.
1034. Maihemium est homicidium inchoatum → Penganiayaan adalah pembunuhan
yang baru mulai.
1035. Maihemium est inter criminal majora minimum, et inter minora maximum →
penganiayaan adalah kejahatan hebat yang terendah, sekaligus kejahatan
terhebat dari yang terendah.
1036. Maihemium est membri mutilatio, et dici poterit, ubi aliquis in aliqua parte
sui corporis effectus sit inutillis ad pugnandum → Penganiayaan terjadi ketika
seseorang mengalami kerusakan pada tubuhnya sehingga tidak bisa melawan.
1037. Major continent in se minus → Yang terhebat mencakup yang terlemah juga.

40 Hlm 1655
1038. Majore poena affectus quam legibus statute est non est infamis → Penjahat
yang diberikan hukuman yang lebih berat dari pada apa yang telah ditentukan
oleh hukum, tidak dianggap keji.
1039. Major haereditas venit unicuique nostrum a jure et legibus quam a
parentibus → Warisan yang lebih hebat datang dari hak dan hukum, bukan dari
orang tua.
1040. Majori summae minor inest →Yang minoritas selalu disertakan dalam
mayoritas.
1041. Major numerous in se continent minorem → Dalam mayoritas, selalu ada
minoritas
1042. Majus dignum trahit ad se minus dignum →Dalam sesuatu yang layak, selalu
ada yang tidak layak.
1043. Majus est delictum seipsum occidere quam alium → Bunuh diri lebih kejam dari
pada membunuh orang lain.
1044. Mala grammatical non vitiate chartam; sed in exposition instrumentorum
mala grammatical quoad fieri possit evitanda est → Tata bahasa yang buruk
tidak membatalkan perjanjian; tata bahasa yang buruk dalam konstruksi juga
sebaiknya diabaikan.
1045. Maledicta exposition quae corrumpit textum → Konstruksi yang bertentangan
dengan hukum yang merusak perjanjian.
1046. Maleficia non debent remanere impunita , et impunitas continuum affectum
tribuit delinquendi → Perjanjian yang bertentangan dengan hukum tidak boleh
dibiarkan, dan impunitas memberikan kecendurungan untuk melakukan
kejahatan.
1047. Maleficia propositis distinguuntur → Perjanjian yang jahat akan dimusnahkan
oleh kejahatannya sendiri.
1048. Malitia est acida, est mali animi affectus → Kejahatan menggambarkan kualitas
buruk pada seseorang.
1049. Malitia supplet aetatem → Kejahatan meningkat sepanjang umur.
1050. Malitiis hominum est obviandum → Semua juenis kejahatan manusia harus
dicegah.
1051. Malum non habet effcientem sed deficientem causam →Kejahatan selalu
memiliki maksud jahat.
1052. Malum non praesumitur → Kejahatan tidak diduga – duga.
1053. Malum quo communius eo pejus → Semakin terang – terangan, semakin jahat
kejahatannya.
1054. Malus usus est abolendus → Adat yang jahat sepatutnya dimusnahkan.
1055. Mandata licita strictam recipient interpretationem, sed illicita latam et
extensam → Perintah yang sah ditafsirkan secara sempit, namun perintah yang
tidak sah dapat ditafsirkan dengan luas.
1056. Mandatarius terminus sibi positos transgredi non potest → Seseorang yang
berkuasa, tidak boleh bertindak melebihi kekuasaannya.
1057. Mandatum nisi gratuitum nullum est →Sebuah mandat adalah tanpa bayaran.
1058. Manifesta probatione non indigent → Fakta – fakta yang sudah jelas tidak perlu
dibuktikan.
1059. Narus et faeminae conjunction est de jure naturae →Persatuan antara seorang
pria dengan wanita didasarkan oleh hukum alam.
1060. Matrimonia debent esse libera→ Perkawinan bersifat bebas.41
1061. Matrimonium subsequens tolit peccatum praecedens → Perkawinan kedua
menghapus perkawinan pertama.
1062. Matter en ley ne serra mise en bouche del jurors →Persoalan hukum
seharusnya tidak perlu dibahas oleh juri.
1063. Maturiora sunt vota mulierum quam virorum → Wanita lebih cepat tumbuh
dewasa dibandingkan dengan pria.
1064. Maxime ita dicta quia maxima est ejus dignitas et certissima auctoritas, atque
quod maxime omnibus probetur → Pepatah disebut sebagai pepatah karena
kekuasaannya pasti, martabatnya tinggi, dan disetujui oleh umum.
1065. Maxime paci sunt contraria vis et injuria → Musuh kedamaian yang paling
hebat adalah kekerasaan dan kejahatan.
1066. Maximus erroris populous magister → Manusia adalah sumber kesalahan
1067. Meliorem conditionem suam facere potest minor, deteriorem nequaquam →
Orang yang belum dewasa bisa tumbuh menjadi orang baik atau jahat.
1068. Melior est causa possidentis → Posisi orang yang berkuasa lebih diutamakan.
1069. Melior est conditio defendentis → Orang yang tergugat berada di posisi yang
lebih baik.
1070. Melior est condition possidentis et rei quam actoris → Kondisi yang memegang
kekuasaan lebih baik, namun posisi tergugat lebih baik dari pada kondisi
penggugat.
1071. Melior est condition possidentis, ubi neuter jus habet → Dimana kedua belah
pihak tidak memiliki hak, maka posisi orang yang berkuasa lebih baik.
1072. Melior est justitia vere praeveniens quam severe puniens → Keadilan yang
dapat mencegah kejahatan, lebih baik dibandingkan keadilan yang menghukum
kejahatan.
1073. Malus est in tempore occurrere quam post causam vulneratum remedium
quarere → Lebih baik menolak dari pada menunggu sampai mengalami kerugian.
1074. Melius est jus deficiens quam jus incertum → Hukum yang tidak jelas lebih baik
dari pada hukum yang tidak pasti.
1075. Melius est Omnia mala pati quam malo consentire → Lebih baik menderita
karena perbuatan jahat dari pada menyetujui perbuatannya.
1076. Melius est recurrere quam male currere → Lebih baik berubah pikiran dari
pada memilih jaan yang salah.
1077. Mens testatoris in testamentis spectanda est → Dalam surat wasiat, maksud
dari testator harus dipertimbangkan.
1078. Mentiri est contra mentem ire → Berbohong melawan kehendak seseorang.
1079. Mercis appellation ad res mobiles tantum pertinent →Istilah “jual beli” hanya
dipergunakan pada benda bergerak.
1080. Mercis appellation homines non contineri → Manusia tidak boleh
diperjualbelikan.
1081. Merito beneficium legis amittit qui legem ipsam subvertere intendit →
Seseorang yang melanggar hukum akan kehilangan haknya atas perlindungan
hukum.

41 Hlm 1656
1082. Merx est quidquid vendi potest → Istilah “jual beli” hanya dapat digunakan untuk
barang – barang yang bisa diperjualbelikan.
1083. Meum est promittere, non dimittere →Saya yang dijanjikan, bukan yang
melakukan.
1084. Minatur innocentibus qui parcit nocentibus → Seseorang bersalah jika ia
mengancam orang lain.
1085. Minima poena corporalis est major qualibet pecuniaria → Hukuman penjara
lebih baik dari pada hukuman sanksi.
1086. Minime mutanda sunt quae certam habuerunt interpretationem →Hal – hal
yang sudah ada tafsirannya, tidak boleh diubah.
1087. Minimum est nihilo proximum→ Sedikit, beda tipis dengan tidak ada.42
1088. Minor ante tempus agere non potest in casu proprietatis, nec etiam convenire
→ Orang yang belum dewasa tidak cakap untuk melakukan hal – hal yang
menyangkut properti, bahkan untuk memberikan persetujuannya pun tidak
cakap.
1089. Minor jurare non potest → Orang yang belum dewasa tidak bisa diambil
sumpahnya.
1090. Minor minorum custodire non debet; alios enim praesumitur male regere qui
seipsum regere nescit → Orang yang belum dewasa tidak bisa menjadi walinya
orang lain karena ia pun belum bisa mengurus dirinya sendiri.
1091. Minor non tenetur respondere durante minori aetati, nisi in causa dotis,
propter favorem → Orang yang belum dewasa tidak bisa bersaksi kecuali dalam
kasus yang menyangkut mahar.
1092. Minor qui infra aetatem 12 annorum fuerit utlagari non potest nec extra
legem poni, quia ante talem aetatem, non est sub lege aliqua nec in decenna
→Orang yang di bawah usia 12 ahun tidak bisa dihukum, karena orang yang di
bawah usia tersebut dianggap belum cakap.
1093. Minor septemdecim annis non admittitur fore executorem → Seseorang yang
masih di bawah usia 17 tidak bisa dipilih menjadi pelaksana surat wasiat.
1094. Minus solvit qui tardius solvit; nam et tempore minus solvitur →Orang yang
membayar terlalu sedikit adalah orang yang membayar telat, karena telat, maka
bayarannya lebih besar.
1095. Misera est servitus ubi jus est vagum aut incertum → Perbudakan yang paling
sengsara adalah ketika hukum tidak pasti.
1096. Mitius imperanti melius paretur → Semakin halus seseorang memerintah, maka
semakin dituruti oleh masyarakat.
1097. Mobilia non habent situm → Barang bergerak tidak memiliki letak yang pasti.
1098. Mobilia personam sequuntur, immobilia situm → Barang bergerak mengikuti
pemiliknya, sedangkan barang tidak bergerak mengikuti lokasi letaknya.
1099. Mobilia sequuntur personam → Barang bergerak mengikuti pemiliknya.
1100. Modica circumstantial facti jus mutat → Situasi sekecil apapun yang
mempengaruhi sebuah perbuatan, dapat mengalihkan hak.
1101. Modus de non decimando non valet →Surat pernyataan untuk tidak membayar
zakat tidak sah.

42 Hlm 1657
1102. Modus et convention vincut legem → Kebiasaan perjanjian dapat mengalahkan
hukum.
1103. Modus legem dat donationi → Adat dapat melengkapi hukum.
1104. Moneta est justum medium et mensura rerum commutabilium, nam per
medium monetae fit omnium rerum conveniens et justa aestimatio → Uang
merupakan instrumen pertukaran yang tepat karena uang memberikan estimasi
nilai yang paling pantas.
1105. Monetandi jus comprehenditur in regalibus quae nunquam a region sceptro
abdicantur →Hak untuk dibayar atas jasa merupakan hak yang tidak pernah
dihilangkan oleh raja.
1106. Mora reprobatur in lege → Penundaan dilarang oleh hukum.
1107. Mors dicitur ultimum supplicium → Hukuman mati adalah hukum terberat.
1108. Mors Omnia solvit → Hukuman mati menyelesaikan perkara.
1109. Mortis momentum est ultimum vitae momentum → Saat – saat kematikan
adalah saat – saat terakhir kehidupan.
1110. Mortuus exitus non est exitus → Bayi yang meninggal pada saat dilahirkan,
dianggap tidak pernah hidup.
1111. Mos retinendus est fidelissimae vetusstatis → Adat yang telah lama ada,
sebaiknya dipertahankan.
1112. Mulcta damnum famae non irrogat → Hukuman sanksi tidak mempengaruhi
reputasi seseorang.
1113. Multa canceduntur per obliquum quae non conceduntur de directo → Banyak
hal yang dilakukan secara tidak langsung karena tidak diperbolehkan secara
langsung.
1114. Multa fidem prommissa levantI → Banyak janji yang menyebabkan hilangnya
kepercayaan seseorang.43
1115. Multa ignoramus quae nobis non laterent si veterum lection obis fuit
familiaris →Kita lalai terhadap hal – hal yang jarang diketahui oleh umum.
1116. Multa in jure communi contra rationem disputandi pro communi utilitate
introducta sunt →Banyak pandangan yang diperkenalkan kepada common law
mengenai kebaikan publik, namun bertentangan dengan gagasan yang sudah ada.
1117. Multa multo exercitatione facilius quam regulis percipies → Seseorang akan
lebih memahami sesuatu dengan cara mempraktekannya dari pada hanya
sekedar membacanya.
1118. Multa non vetat lex quae tamen tacite damnavit → Masih banyak hal yang tidak
dilarang namun dikutuk oleh hukum.
1119. Multa transeunt cum universitate quae non per se transeunt → Banyak hal
yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhannya.
1120. Multi multa, nemo Omnia novit → Banyak manusia yang mengetahui banyak hal,
namun tidak ada yang mengetahui semuanya.
1121. Multiplex et indistinctum parit confusionem; et quaestiones quo simpliciores,
eo lucidiores → Kerumitan dan perbedaan menyebabkan kebingungan; semakin
sederhana suatu pertanyaan, semakin benar jawabannya.
1122. Multiplicata transgressione crescat poenae inflictio → Banyaknya hukuman
seharusnya meningkat mengikuti peningkatan jumlah kejahatan.

43 Hlm 1658
1123. Multitudinem decem faciunt →10 sudah disebut banyak.
1124. Multitudo errantium non parit errori patrocinium → Banyak orang yang
melakukan kesalahan bukan berarti kesalahan itu diperbolehkan.
1125. Multitudo imperitorum perdit curiam → Banyaknya praktisi hukum yang lalai
dapat menghancurkan peradilan.
1126. Multo utilius est oayca idonea effundere, quam multis inutilibus homines
gravari → Lebih baik untuk mewajibkan hal – hal yang berguna, dari pada
membebankan orang dengan hal – hal yang konyol.
1127. Natura appetite perfectum, ita et lex → Hukum alam mencari kesempurnaa,
begitu juga dengan hukum manusia.
1128. Naturae vis maxima; natura bis maxima → Kekuatan hukum alam paling kuat.
1129. Natura fide jussionis sit strictissimi juris et non durat vel extendatur de re ad
rem, de persona ad personam, de tempore ad tempus → Perjanjian bersifat
pasti, dan tidak boleh dialihkan dari satu orang ke orang lain, dari satu benda ke
benda lain, atau dari satu saat ke saat lain.
1130. Naturale est quidlibet dissolve eo modo quo ligature → Sudah biasa apabila
sesuatu dimusnahkan dengan cara yang sama seperti pada saat hal itu dibuat.
1131. Natura non facit saltum, ita nec lex → Tidak ada kejanggalan baik dalam hukum
alam maupun hukum manusia.
1132. Natura non facit vacuum, nec lex supervacuum →Tidak ada kekosongan dalam
hukum alam, dan tidak ada yang tanpa tujuan di dalam hukum manusia.
1133. Nec curia deficeret in justitia exhibenda → Pengadilan tidak boleh salah dalam
memberikan keadilan.
1134. Necessarium est quod non potest aliter se habere → Apa yang diperbolehkan
tidak bisa dilarang.
1135. Necessitas est lex temporis et loci → Keadaan terpaksa mengatur tempat dan
waktu.
1136. Necessitas excusat aut extenuate delictum in capitalibus, quod non operator
idem in civilibus → Keadaan terpaksa membebaskan seseorang dari hukuman
namun tidak demikian dalam perkara perdata.
1137. Necessitas facit licitum quod alias non est licitum → Keadaan terpaksa
memperbolehkan apa yang tadinya dilarang oleh hukum.
1138. Necessitas inducit privilegium quoad jura private → Keadaan terpaksa
memberikan keistimewaan pada hak pribadi.
1139. Necessitas non habet legem → Keadaan terpaksa tidak memiliki hukum.
1140. Necessitas publica major est quam privata.44
1141. Necessitas quod cogit defendit →Keadaan terpaksa melindungi apa yang harus
diperbuat.
1142. Necessitas sub lege non continetur, quia quod alias non est licitum necessitas
facit licitum → Keadaan terpaksa tidak ditahan oleh hukum, perbuatan yang
dilarang oleh hukum, namun dilakukan dalam keadaan terpaksa maka perbuatan
tersebut dianggap sah.
1143. Necessitas vincit legem → Keadaan terpaksa mendahului hukum.
1144. Necessitas vincit legem; legem vincula irridet → Keadaan terpaksa mendahului
hukum, ia mengetawai hukum.

44 Hlm 1659
1145. Nec tempus nec locus occurrit regi → Baik tempat maupun waktu tidak bisa
menghalangi raja.
1146. Nec veniam effuse sanguine casus habet →Ketika telah ada pertumpahan darah,
maka perbuatannya tidak bisa dimaafkan.
1147. Nec veniam, laeso numine, casus habet → Ketika kemuliaan telah dihina, maka
perbuatannya tidak dapat dimaafkan.
1148. Negatio conclusionis est error in lege → Penyangkalan terhadap konklusi
hukum merupakan kecacatan hukum.
1149. Negatio destruit negationem, et ambae faciunt affirmationem → Sesuatu hal
yang negatif dapat menghancurkan hal negatif lainnya, tetapi ketika digabungkan,
dapat memberikan penegasan.
1150. Negatio duplex est affirmation → Dua hal negatif memberikan penegasan.
1151. Negligentia semper habet infortuniam comitem → Kelalaian selalu membawa
kemalangan kepada orang lain.
1152. Neminem laedit qui jure suo utitur → Orang yang menggunakan haknya, tidak
mungkin membawa kerugian bagi orang lain.
1153. Neminem oportet esse sapientiorem legibus →Tidak ada seorang pun yang
lebih bijak dari pada hukum.
1154. Nemo admittendus est inhabilitare seipsum → Tidak ada seorang pun yang
merendahkan hak dirinya sendiri.
1155. Nemo agit in seipsum → Tidak ada seorang pun yang melawan dirinya sendiri.
1156. Nemo alienae rei, sine satisdatione, defensor idoncus intelligitur → Tidak ada
seorang pun yang dianggap pelindung tanah orang lain, tanpa ada jaminan.
1157. Nemo alieno nomine lege agere potest → Tidak ada seorang pun yang dapat
mengajukan gugatan atas nama orang lain.
1158. Nemo aliquam partem recte intelligere potest, antequam totum iterum atque
iterum perlegerit → Tidak ada seorang pun yang dapat memahami sesuatu tanpa
membacanya berulang – ulang kali lagi.
1159. Nemo allegans suam turpitudinem audiendus est → Orang yang bersaksi
melawan dirinya sendiri, sepatutnya tidak didengar.
1160. Nemo bis punitur pro eodem delicto → Tidak ada yang boleh dihukum dua kali
atas perbuatan yang sama.
1161. Nemo cogitationis poenam patitur → Tidak ada seorang pun yang boleh
dihukum karena memiliki pendapat sendiri yang berbeda.
1162. Nemo cogitur rem suam vendere, etiam justo pretio → Tidak ada seorang pun
yang dapat dipaksa untuk menjual tanahnya, bahkan dengan harga yang pantas.
1163. Nemo contra factum suum (proprium) venire potest → Tidak ada seorang pun
yang dapat menyangkal perjanjian yang dibuat olehnya sendiri.
1164. Nemo damnum facit, nisi qui id fecit quod facere jus non habet → Tidak ada
seorang pun yang dapat memberikan apa yang ia tidak miliki.
1165. Nemo dare potest quod non habet → Tidak ada seorang pun yang dapat
memberikan apa yang bukan miliknya.
1166. Nemo debet bis puniri pro uno delicto → Tidak ada seorang pun yang dapat
dihukum dua kali atas perbuatan yang sama.
1167. Nemo debet bis vexari pro eadem causa → Tidak ada seorang pun yang patut
direpotkan dua kali atas perkara yang sama.
1168. Nemo debet bis vexari pro unda et eadem causa → Tidak ada seorang pun yang
patut direpotkan dua kali atas satu perkara yang sama.
1169. Nemo debet bis vexari, si constet curiae quod sit pro una et eadem causa→
Tidak ada seorang pun yang patut direpotkan dua kali apabila pengadilan
menyatakan bahwa perkaranya sama dengan yang sebelumnya.45
1170. Nemo debet esse judex in propria causa →Tidak ada seorang pun yang boleh
menjadi hakim dalam perkaranya sendiri.
1171. Nemo debet immiscere se rei alienae ad se nihil pertinenti → Seseorang tidak
boleh ikut campur dalam urusan yang tidak menyangkut dirinya.
1172. Nemo debet in communion invitus teneri → Tidak ada seorang pun yang boleh
dipaksa untuk bekerjasama.
1173. Nemo debet locupletari aliena jactura → Tidak ada seorang pun yang boleh
mendapatkan keuntungan dari kerugian orang lain.
1174. Nemo debet locupletari ex alterius incommode → Tidak ada seorang pun yang
boleh mendapatkan keuntungan dari kesengsaraan orang lain.
1175. Nemo debet rem suam sine factu aut defectu suo amittere → Tidak ada orang
yang kehilangan hartanya tanpa disebabkan oleh perbuatannya sendiri.
1176. Nemo de domo sua extrahi potest → Seseorang tidak dapat diusir dari rumahnya
sendiri.
1177. Nemo duobus utatur officiis → Seseorang tidak boleh menduduki dua jabatan
sekaligus.
1178. Nemo ejusdem tenement simul potest esse haeres et dominus → Seseorang
tidak boleh menjadi pewaris dan sekaligus ahli waris atas harta yang sama.
1179. Nemo enim aliquam partem recte intelligere possit antequam totum iterum
atque iterum perlegerit → Seseorang tidak dapat memahi sesuatu tanpa
membacanya berulang – ulang kali.
1180. Nemo est haeres viventis → Seseorang tidak bisa menjadi ahli waris selama
pewaris masih hidup.
1181. Nemo est supra leges → Tidak ada seorang pun yang di atas hukum.
1182. Nemo ex alterius facto praegravari debet → Tidak ada seorang pun yang patut
dibebani akibat dari perbuatan orang lain.
1183. Nemo ex consilio obligatur → Tidak ada orang yang bertanggungjawab atas
nasehat yang ia berikan.
1184. Nemo ex dolo suo proprio relevetur aut auxilium capiat → Jangan biarkan siapa
pun untuk mendapatkan keuntungan dari perbuatan penipuannya.
1185. Nemo ex proprio dolo consequitur actionem → Tidak ada seorang pun yang
dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang dialaminya akibat perbuatannya
sendiri.
1186. Nemo ex suo delicto meliorem suam conditionem facere potest → Tidak ada
orang yang dapat memperbaiki kondisinya akibat perbuatannya sendiri.
1187. Nemo inauditus condemnari debet, si non sit contumax → Tidak ada orang
yang dijatuhkan hukuman secara diam – diam, kecuali ia menolak untuk hadir.
1188. Nemo in propria causa testis esse debet → Tidak ada orang yang boleh bersaksi
melawan dirinya sendiri.

45 Hlm 1660
1189. Nemo jus sibi dicere potest → Tidak ada seorang pun yang dapat menjatuhkan
putusan untuk dirinya sendiri.
1190. Nemo militans deo implicetur secularibus negotiis → Orang yang bertindak
atas nama Tuhan, sepatutnya tidak direpotkan oleh urusan yang tidak penting.
1191. Nemo nascitur artifex → Tidak ada orang yang lahir dan langsung menjadi ahli.
1192. Nemo patriam in qua natus est exuere, nec ligeantiae debitum ejurare possit
→ Tidak ada seorang pun yang dapat menghilangkan kewarganegaraannya
ataupun menolak untuk setia kepada negaranya.
1193. Nemo plus commode haeredi suo relinquit quam ipse habuit → Tidak ada
seorang pun yang meninggalkan ahli warisnya dengan warisan yang bukan
miliknya.
1194. Nemo plus juris ad alienum transferre potest quam ipse haberet → Tidak ada
seorang pun yang dapat menghibahkan hak yang tidak dimilikinya.
1195. Nemo potest contra recordum verificare per patriam → Beberapa arsip
tertentu tidak perlu diverifikasi di pengadilan.
1196. Nemo potest esse dominus et haeres → Tidak ada seorang pun yang dapat
menjadi pewaris dan ahli waris dalam waktu yang bersamaan.
1197. Nemo potest esse simul actor et judex → Tidak ada seorang pun yang dapat
menjadi hakim serta pihak yang bersengketa dalam waktu yang bersamaan.
1198. Nemo potest esse tenens et dominus → Tidak ada seorang pun yang dapat
menjadi pemilik dan penyewa pada tempat yang sama.
1199. Nemo potest exuere patriam→ Tidak ada seorang pun yang dapat menyangkal
kewarganegaraannya sendiri.46
1200. Nemo potest facere per alium quod per se non potest → Tidak ada orang yang
boleh memerintah orang lain untuk melakukan apa yang ia sendiri tidak bisa
melakukan.
1201. Nemo potest facere per obliquum quod non potest facere per directum →
Tidak ada orang yang boleh melakukan suatu hal yang dilarang dengan cara yang
tidak langsung
1202. Nemo potest mutare consilium suum in alterius injuriam →Tidak ada orang
yang boleh merubah tujuannya yang mungkin akan merugikan orang lain.
1203. Nemo potest nisi quod de jure potest → Seseorang hanya boleh melakukan apa
yang diperbolehkan oleh hukum.
1204. Nemo potest plus juris ad alium transferre quam ipse habet → Seseorang tidak
dapat menghibahkan hak yang tidak ia miliki.
1205. Nemo potest sibi debere → Tidak ada orang yang berhutang kepada dirinya
sendiri.
1206. Nemo praesens nisi intelligat → Seseorang dianggap tidak hadir kecuali ia
paham perkaranya.
1207. Nemo praesumitur esse immemor suae aeternae salutatis, et maxime in
articulo mortis → Seseorang selalu diasumsikan untuk memilih ahli warisnya
sendiri terlebih dahulu dari pada orang lain.
1208. Nemo praesumitur esse immemor suae aeternae salutatis, et maxime in
articulo mortis → Tidak ada orang yang melupakan hartanya, terutama ketika ia
akan meninggal.

46 Hlm 1661
1209. Nemo praesumitur malus → Tidak ada seorang pun yang diasumsikan jahat.
1210. Nemo prohibetur plures negotiatoines sive artes exercere → Tidak ada orang
yang dilarang untuk membuka usaha.
1211. Nemo prohibetur plurubis defensionibus uti → Tidak ada orang yang dilarang
melindungi diri sendiri.
1212. Nemo punitur pro alieno delicto → Tidak ada seorang pun yang dihukum karena
perbuatan orang lain.
1213. Nemo punitur sine injuria, facto, seu defalta → Tidak ada seorang pun yang
dihukum kecuali ia telah berbuat salah.
1214. Nemo sibi esse judex vel suis jus dicere debet →Tidak ada orang yang boleh
menjadi hakim pada perkara yang menyangkut dirinya.
1215. Nemo tenetur seipsum prodere → Tidak ada orang yang mengkhianati dirinya
sendiri.
1216. Nemo unquam judicet in se → Jangan biarkan siapa pun menjadi hakim dalam
perkaranya sendiri.
1217. Nemo unquam vir magnus fuit sine aliquot divino afflatus → Tidak ada seorang
pun yang dikatakan hebat tanpa ia miliki inspirasi yang mulia.
1218. Nemo videtur fraudare eos qui sciunt et consentiunt → Tidak ada seorang pun
yang dikatakan telah menipu apabila pihak keduanya mengetahui dan
menyepakati.
1219. Neque leges neque senatus consulta ita scribe possunt ut omnes casus qui
quandoque inciderint comprehendantur; sed sufficit ea quae plerumque
accident contineri → Baik hukum maupun keputusan menteri tidak mampu
mengatur semuanya dalam waktu yang bersamaan; maka sudah lazim apabila
hukum berkembang sepanjang waktu.
1220. Ne quid in loco public vel itinere fiat → Jangan biarkan apapun terjadi di tempat
umum.
1221. Nigrum nunquam excedere debet rubrum → Isi undang – undang tidak boleh
ditafsirkan sedemikian rupa sampai melenceng dari judul undang – undang itu
sendiri.
1222. Nihil aliud potest rex quam quod de jure potest → Seorang raja dilarang
melakukan apa yang di luar kekuasaannya.
1223. Nihil consensui tam contrarium est quam vis atque metus → Musuh dari
kesepakatan adalah kekerasaan dan pemaksaan.
1224. Nihil dat qui non habet → Seseorang yang tidak memiliki apa – apa, tidak bisa
memberikan apa pun.
1225. Nihil de re accrescit ei qui nihil in re quando jus accresceret habet → Sebuah
properti tidak diberikan kepada orang yang tidak memiliki kepentingan apapun
terhadap properti itu.
1226. Nihil est enim liberale quod non idem justum → Tidak ada kebaikan yang
diberikan tanpa keadilan.
1227. Nihil est magis rationi consentaneum quam eodem modo quodque dissolvere
quo conflatum est →Tidak ada yang lebih sesuai dari pada gagasan yang
mengatakan bahwa sesuatu dapat dimusnahkan dengan cara yang sama seperti
waktu hal tersebut dibuat.
1228. Nihil facit error nominis cum de corpore constat → Kesalahan pada nama
seseorang tidak memberikan pengaruh selama ada kepastian pada identitasnya.
1229. Nihil habet forum ex scena →Pengadilan tidak mengadili apa yang terjadi
sebelum adanya pengadilan itu.
1230. Nihil infra regnum subditos magis conservat in tranquilitate et Concordia
quam debita legume administratio → Dalam sebuah kerajaan, ketenangan
harus dipertahankan, dan administrasi keadilan harus ditegaskan.
1231. Nihil iniquius quam aequitatem nimis intendere →Ketidakadilan terjadi ketika
kita menjauh dari keadilan itu.
1232. Nihil in lege intolerabilius est (quam) eandem rem diverso jure censeri
→Hukum tidak membiarkan kasus yang sama diadili dalam beberapa pengadilan.
1233. Nihil magis justum est quam quod necessarium est → Tidak ada yang dianggap
adil kecuali hal – hal yang memang perlu dilakukan.
1234. Nihil nequam est praesumendum → Kejahatan tidak diasumsi.
1235. Nihil perfectum est duma liquid restat agendum →Tidak ada yang sempurna
selama masih ada yang perlu dibenahi.
1236. Nihil peti potest ante id tempus quo per rerum naturam persolvi possit →
Tidak ada yang dapat diminta sebelum ada bayarannya.
1237. Nihil possumus contra veritatem→ Kita tidak berdaya ketika dihadapkan
dengan kebenaran.
1238. Nihil praescribitur nisi quod possidetur → Seseorang tidak dapat mengklaim
hak milik atas sesuatu yang bukan miliknya.
1239. Nihil quod est contra rationem est licitum→ Hal – hal yang bertentangan
dengan gagasan tidak dianggap sah.47
1240. Nihil quod est inconveniens est licitum → Hal yang tidak pantas, tidak mungkin
sah.
1241. Nihil simul inventum est et perfectum → Tidak ada yang diciptakan dan
disempurnakan dalam waktu yang bersamaan.
1242. Nihil tam conveniens est naturali aequitati quam unumquodque dissolve eo
ligamine quo ligatum est → Gagasan yang paling dasar adalah memusnahkan
sesuatu dengan cara yang sama ketika hal itu dibuat.
1243. Nihil tam conveniens est naturali aequitati quam voluntatem domini volentis
rem suam in alium transferre ratam haberi →Tidak ada gagasan yang lebih
mendasar dari pada mengabulkan permintaan pemilik suatu properti untuk
menghibahkan kepemilikannya itu.
1244. Nihil tam natural est quam eo genere quidque dissolvere quo colligatum est
→ Suatu kewajiban hanya dapat dibatalkan dengan cara yang sama ketika
kewajiban itu dibuat.
1245. Nihil tam natural est quam eo genere quidque dissolvere quo colligatum est;
ideo verborum obligation verbis tollitur; nudi consensus obligation contrario
consensus dissolvitur →Kewajiban yang diciptakan melalui perkataan akan
dibatalkan malalui perkataan; kewajiban yang lahir dari kesepakatan, maka akan
dapat dibatalkan oleh kesepakatan juga.
1246. Nihil tam proprium imperio quam legibus vivere → Dalam kehidupan, tidak ada
yang lebih berkuasa dari pada hukum.
1247. Nil agit exemplum litem quod lite resolvit → Preseden tidak ada gunanya
apabila mendatangkan perkara baru dari perkara yang sedang ditangani.

47 Hlm 1663
1248. Nil facit error nominis cum de corpore vel persona constat → Kesalahan pada
nama seseorang tidak akan memberikan pengaruh selama orangnya pasti.
1249. Nil sine prudenti fecit ratione vetustas → Kebiasaan lama tidak ada gunanya
apabila tidak ada gagasan yang baik di belakangnya.
1250. Nil temere novandum → Tidak boleh ada perubahan yang terburu – buru.
1251. Nimia certitudo certitudinem ipsam destruit → Kepastian yang berlebihan
akan menghancurkan kebenaran itu sendiri.
1252. Nimia subtlitas in jure reprobatur →Hukum melarang terlalu banyak
kerumitan.
1253. Nimia subtilitas in jure reprobatur, et talis certitudo certitudinem confundit
→ Hukum melarang adanya kerumitan dan tuntutanyang berlebihan terhadap
kepastian akan menghancurkan kebenaran itu sendiri.
1254. Nimium altercando veritas amittitur → Terlalu banyak argumentasi akan
menyebabkan hilangnya kebenaran.
1255. Nobiles magis plectuntur pecunia, plebes vero in corpore → Kejahatan kelas
atas akan dihukum oleh sanksi, kejahatan kelas bawah akan diberi hukuman
penjara.
1256. Nobiles sunt qui arma gentillitia antecessorum suorum proferre possunt →
Keturunan adalah mereka yang dapat meneruskan nama keluarga dari
leluhurnya.
1257. Nobiliores et benigniores praesumptiones in dubiis sunt praeferendae →
Ketika menghadapi keraguan, lebih baik memihak kepada asumsi yang lebih baik.
1258. Nobilitas est duplex, superior et inferior → Ada dua jenis kehormatan,
kehormatan tertinggi dan yang terendah.
1259. Nomen est quasi rei notamen →Nama adalah hal yang membedakan antara satu
dengan yang lainnya.
1260. Nomen non sufficit si res non sit de jure aut de facto → Sebuah nama saja tidak
cukup apabila barang atau orangnya tidak dapat ditemukan.
1261. Nomina si nescis, perit cognition rerum → Jika anda tidak mengetahui nama
orang atau bendanya, maka pengetahuan yang anda miliki mengenai orang atau
barang tersebut akan gugur
1262. Nomina si nescis, perit cognition rerum; et nomina si perdas, certe distinction
rerum perditur → Jika anda tidak mengetahui nama orang atau bendanya, maka
pengetahuan yang anda miliki mengenai orang atau barang tersebut akan gugur.
Apabila anda kehilangan namanya, maka tidak ada tolak ukur pembedanya.
1263. Nomina sunt mutabilia, res autem immobiles → Nama dapat berubah, namun
tidak demikian dengan benda atau orang.
1264. Nomina sunt notae rerum→ Nama adalah tanda dari sesuatu.48
1265. Nomina sunt symbola rerum → Nama adalah simbol dari sesuatu.
1266. Non accipi debent verba in demonstrationem falsam, quae competent in
limitationem veram → Suatu perkataan yang sudah konsisten dengan kebenaran
tidak bisa digunakan untuk menutupi pernyataan palsu
1267. Non alio modo puniatur aliquis, quam secundum quod se habet condemnation
→ Seseorang tidak dapat dihukum dengan hukuman yang tidak sesuai dengan
perbuatannya.

48 Hlm 1664
1268. Non aliter a significatione verborum recede oportet quam cum manifestum
est aliud sensisse testatorem → Kita hanya boleh melenceng dari perkataan
apabila testatornya memiliki kehendak lain.
1269. Non auditor perire volens → Seseorang yang meminta untuk mati sepatutnya
tidak didengar.
1270. Non bis in idem ( or imperative, ne bis in idem) → Seseorang tidak dapat diadili
dua kali atas perkara yang sama.
1271. Non concedantur citations priusquam exprimatur super qua re fieri decet
citation → Surat panggilan sepatutnya tidak dituruti sebelum ada alasan yang
jelas di belakangnya.
1272. Non consentit qui errat → Seseorang yang kebingungan tidak memberikan
kesepakatannya.
1273. Non dat qui non habet → Seseorang yang tidak memiliki, tidak dapat memberi.
1274. Non debeo melioris conditionis esse quam auctor meus a quo jus in me transit
→ Saya tidak memiliki lebih dari apa yang telah diberikan kepada saya.
1275. Non deberet alii nocere quod inter alios actum esset → Seseorang tidak boleh
mengalami kerugian dari apa yang diperbuat oleh pihak lain.
1276. Non debet actori licere quod reo non permittitur → Apa yang dilarang kepada
tergugat, juga diarang kepada penggugat.
1277. Non debet adduci exception ejus rei cujus petitur dissolution →Pengecualian
tidak boleh digunakan untuk hal yang esensial pada perkara.
1278. Non debet alii nocere quod inter alios actum est → Seseorang tidak boleh
disangka buruk karena apa yang telah ia perbuat terhadap pihak luar.
1279. Non debet alteri per alterum iniqua condition inferri → Seseorang tidak boleh
metempatkan orang lain pada posisi yang merugikan.
1280. Non debet cui plus licet quod minus est non licere → Seseorang yang
diperbolehkan untuk melakukan hal – hal yang besar, tidak boleh dilarang untuk
melakukan hal – hal keci.
1281. Non debet dici tendere in praejudicium ecclesiasticae liberatatis quod pro
rege et republica necessarium videtur → Apa yang dianggap perlu oleh raja atau
negara, tidak boleh bertentangan dengan kebebasan.
1282. Non decet homines dedere causa non cognita → Seseorang tidak boleh diadili
tanpa ada alasan yang jelas.
1283. Non decipitur qui scit se decipi → Seseorang yang tahu bahwa ia ditipu, maka
bukan penipuan sama sekali.
1284. Non definitur in jure quid sit conatus → Percobaan tidak didefinisikan dalam
hukum.
1285. Non different quae concordant re, tametsi non in verbis iisdem → Pernyataan
– pernyataan yang sesuai antara satu dengan yang lainnya, meskipun urutannya
berbeda, tetap dianggap sama.
1286. Non dubitatur, etsi specialiter venditor evictionem non promoserit, re evicta,
ex empto competere actionem → Sudah pasti, apabila penjual tidak diberikan
jaminan apapun, namun pembeli melenceng dari kesepakatannya, maka pembeli
tetap harus memenuhi kewajibannya terhadap penjual.
1287. Non efficit affectus nisi sequatur effectus → Kesengajaan tidak berarti kecuali
ada tindakan yang mengikutinya.
1288. Non erit alia lex romae, alia athaenis; alia nunc, alia posthac; sed et omnes
gentes, et omni tempore, una lex, et sempiterna, et immortalis continebit→
Hukum tidak berpindah – pindah ataupun mati, hukum bersifat abadi dan berlaku
selamanya sampai semua bangsa terikat padanya.49
1289. Non est arctius vinculum inter homines quam jusjurandum → Tidak ada yang
lebih mengikat manusia dari pada sumpah.
1290. Non est certandum de regulis juris → Tidak ada hukum yang bertentangan
antara satu dengan lainnya.
1291. Non est consonum rationi quod cognition accessorii in curia christianitatis
impediatur, ubi cognition causae principalis ad forum ecclesiasticum noscitur
pertinere → Sangat tidak pantas apabila pelaku pembantu diadili di pengadilan
yang berbeda dengan pelaku utamanya.
1292. Non est disputandum contra principia negantem → Tidak ada larangan bagi
seseorang untuk menyangkal pernyataan atasannya.
1293. Non est justum aliquem antenatum post mortem facere bastardum qui toto
tempore vitae suae pro legitimo habebatur → Tidak adil mengecap seseorang
sebagai anak haram ketika ia telah meninggal, dimana pada saat ia masih hidup,
ia adalah anak yang sah.
1294. Non est novum ut priores leges ad posteriors trahantur →Menerapkan hukum
lama dari pada hukum baru bukan merupakan sebuah inovasi.
1295. Non est recedendum a communi observantia → Seharusnya tidak boleh ada
yang melenceng dari kebiasaan umum.
1296. Non est regula quin fallat → Tidak boleh ada peraturan yang menipu ataupun
mengecewakan.
1297. Non est reus nisi mens sit rea → Seseorang tidak bersalah kecuali ia
berkehendak jahat.
1298. Non est singulis concedendum quod per magistratum publice possit fieri, ne
occasion sit majoris tumultus faciendi →Kesalahan tidak dilimpahkan kepada
satu orang saja, apabila kesalahan tersebut dilakukan oleh banyak orang seperti
kericuhan.
1299. Non exemplis sed legibus judicandum est → Keputusan harus berdasarkan
hukum bukan berdasarkan contoh.
1300. Non ex opinionibus singulorum, sed ex communi usu, nomina exaudiri debent
→ Sebuah nama harus dipahami berdasarkan pengertian umum, bukan dipahami
berdasarkan opini individu.
1301. Non facias malum ut inde veniat bonum → Anda tidak boleh melakukan
kejahatan meskipun itu demi kebaikan.
1302. Non impedit clausula derogatoria quo minus ab eadem potestate res
dissolvantur a qua constituuntur→Tidak ada klausa dalam perjanjian yang
dapat mencegah pembatalan sesuatu dengan cara yang sama seperti saat hal
tersebut dibuat.
1303. Non in legend sed in intelligendo leges consistunt →Hukum harus dipahami
bukan hanya dibaca saja.
1304. Non jus ex regula, sed regula ex jure →Hukum tidak lahir dari peraturan,
peraturan lah yang lahir dari hukum.

49 Hlm 1665
1305. Non jus, sed seisina facit stipitem → Bukan hak, melainkan peninggalan yang
memungkinkan adanya pewarisan.
1306. Non licet quod dispendio licet → Perbuatannya yang diperbolehkan oleh hukum,
bukan kerugiannya yang mungkin timbul.
1307. Non nasci et natum mori paria sunt → Tidak lahir dan meninggal ketika
dilahirkan merupakan dua hal yang sama.
1308. Non obligat lex nisi promulgate → Suatu hukum tidak mengikat kecuali telah
diberlakukan.
1309. Non observata forma, infertur adnullatio actus → Ketika tidak ada bentuk
akibatnya, suatu perbuatan dibatalkan.
1310. Non officit conatus nisi sequatur effectus → Sebuah percobaan tidak merugikan
kecuali ada akibat yang mengikutinya.
1311. Non omne damnum inducit injuriam → Tidak setiap kerugian menciptakan hak
untuk menggugat.
1312. Non omne quod licet honestum est → Tidak semua perbuatan yang
diperbolehkan oleh hukum dianggap mulia.
1313. Non omnium quae a majoribus nostris constituta sunt ratio reddi potest →
Alasan tidak selalu dapat diberikan atas perbuatan leluhur kita.
1314. Non pertinent ad judicem secularem cognoscere de iis quae sunt mere
spiritualia annexa→ Merupakan tugas hakim kedua untuk mempertimbangkan
hal – hal yang sekuler.50
1315. Non possessori incumbit necessitas probandi possessions ad se pertinere →
Tidak wajib bagi seorang pemilik properti untuk membuktikan kepemilikannya.
1316. Non potest adduci exception ejusdem rei cujus petitur dissolutio → Sebuah
pengecualian tidak dapat diberlakukan bagi inti dari perkara.
1317. Non potest probari quod probatum non relevat → Hal yang tidak perlu
dibuktikan, ketika dibuktikan, tidak relevan.
1318. Non potest quis sine breci agere → Tidak ada seorang pun yang dapat
menggugat tanpa permohonan.
1319. Non potest rex gratiam facere cum injuria et damno aliorum → Seorang raja
tidak bisa mengabulkan apa yang dapat merugikan orang lain.
1320. Non potest rex subditum renitentem onerare impositionibus → Raja tidak
menangani imposisi tanpa kesepakatannya.
1321. Non potest videri desisse habere qui nunquam habuit → Seseorang tidak bisa
dikatakan telah kehilangan sesuatu apabila dari awal ia tidak memilikinya.
1322. Non praestat impedimentum quod de jure non sortitur effectum → Sesuatu
yang tidak memiliki kekuatan hukum bukan lah suatu rintangan.
1323. Non quod dictum est, sed quod factum est, inspicitur → Yang dipertimbangkan
adalah apa yang telah diperbuat, bukan apa yang telah dikatakan.
1324. Non refert an quis assensum suum praefert verbis an rebus ipsis et factis →
Tidak penting apakah seseorang memberikan persetujuannya melalui
perkataannya, tindakannya, atau melalui perjanjian.
1325. Non refert quid ex aequipollentibus fiat → Di antara dua proposisi yang sama,
tidak penting yang mana yang benar.

50 Hlm 1666
1326. Non refert quid notum sit judici, si notum non sit in forma judicii → Hal – hal
yang diketahui oleh hakim di luar pengadilan tidaklah penting.
1327. Non refert verbis an factis fit revocatio → Tidak penting apakah suatu
pembatalan dibuat secara lisan atau melalui perbuatan.
1328. Non respondebit minor, nisi in causa dotis, et hoc pro favore doti → Anak di
bawah umur tidak dapat bersaksi kecuali dalam perkara yang menyangkut
persoalan mahar.
1329. Non solent quae abundant vitiare scripturas → Tulisan yang tidak berguna
tidak merusak keseluruhan isi.
1330. Non solum quid licet sed quid est conveniens considerandum, quia nihil quod
inconveniens est licitum → Bukan hanya hal – hal yang diperbolehkan oleh
hukum yang harus dipertimbangkan, tetapi yang mana yang pantas. Karena apa
yang dianggap tidak pantas, tentunya tidak diperbolehkan oleh hukum.
1331. Non sunt longa ubi nihil est quod demere possis → Tidak ada yang dikatakan
bertele – tele ketika tidak ada yang dapat dihindari
1332. Non temere credere est nervus sapientae → Untuk tidak percaya adalah satu
kemunduran dari kebijakan.
1333. Non valebit felonis generatio nec ad haereditatem paternam vel maternam;
si autem ante feloniam generationem fecerit, talis generatio succedit in
haereditate patris vel matris a quo non fuerit felonia perpetrata → Anak dari
seorang penjahat tidak mendapatkan warisan baik dari ibu maupun ayahnya;
tetapi jika anak itu lahir sebelum penjahat tersebut melakukan kejahatannya,
maka ia akan berhak atas warisan orangtuanya.
1334. Non valet confirmation, nisi ille, qui confirmat, sit in possession rei vel juris
unde fieri debet confirmation; et eodem modo, nisi ille cui confirmation fit sit
in possessione → Sebuah konfirmasi tidak sah, kecuali orang yang
mengkonfirmasikannya itu sedang dalam kepemilikan atas barang yang
dipertanyakan.
1335. Non valet donation nisi subsequatur tradition → Pemberian suatu barang tidak
sah kecuali ada pengiriman barang tersebut.
1336. Non valet exception ejusdem rei cujus petitur dissolutio→ Sebuah
pengecualian yang dibuat atas sesuatu yang merupakan inti perkara, tidaklah
sah.51
1337. Non valet impedimentum quod de jure non sortitur effectum →Sebuah
kesalahan yang tidak memberikan pengaruh maka tidak memiliki keuatan
apapun.
1338. Non verbis sed ipsis rebus leges imponimus → Bukan pada perkataan,
melainkan pada perbuatan lah kita berlakukan hukum.
1339. Non videntur qui errant consentire → Seseorang yang dalam kebingungan tidak
memberikan persetujuannya.
1340. Non videntur rem amittere quibus propria non fuit→ Seseorang tidak
kehilangan suatu barang apabila barang tersebut bukan miliknya.
1341. Non videtur consensum retinuisse si quis ex praescripto minantis aliquod
immutavit → Apabila seseorang mengubah sesuatu karena diperintah oleh orang

51 Hlm 1667
lain yang mengancamnya, maka orang tersebut dianggap tidak memberikan
persetujuannya.
1342. Non videtur perfecte cujusque id esse quod ex casu auferri potest → Suatu
barang tidak dimiliki seseorang secara penuh apabila barang itu dengan
mudahnya bisa diambil oleh orang lain.
1343. Non videtur quisquam id capere quod ei necesse est alii restituere →
Seseorang tidak memiliki sebuah properti apabila ia diharuskan untuk
mengembalikannya ke pemilik aslinya.
1344. Non videtur vim facere qui jure suo utitur et ordinaria actione experitur →
Seseorang tidak bersalah karena ia telah menggunakan haknya.
1345. Noscitur a sociis → Informasi bisa didapatkan dari rekan – rekannya.
1346. Noscitur ex socio qui non cognoscitur ex se → Seseorang yang tidak bisa
diketahui, dapat ditemukan dari rekan – rekannya.
1347. Novatio non praesumitur → Sebuah novasi tidak boleh diduga – duga.
1348. Novitas non tam utilitate prodest quam novitiate perturbat → Sesuatu yang
baru tidak dibantu oleh penggunaan, melainkan harus menyesuaikan dengannya.
1349. Novum judicium non dat novum jus, sed declarant antiquum → Keputusan
baru tidak menciptakan hak baru, tetapi menegakkan hak yang sudah ada.
1350. Novum judicium non dat novum jus, sed declarant antiquum; quia judicium
est juris dictum, et per judicium jus est noviter revelatum quod diu fuit
velatum → Keputusan baru tidak menciptakan hak baru, tetapi menegakkan hak
yang sudah ada; karena ajudikasi merupakan sarana deklarasi hak – hak, maka,
oleh ajudikasi hak itu ditegakkan.
1351. Noxa caput sequitur → Kerugian mengikuti orang yang mengalaminya.
1352. Nuda pactio obligationem non parit → Perjanjian yang dibuat tanpa
pertimbangan apapun tidak menciptakan kewajiban.
1353. Nuda ratio et nuda pactio non ligant aliquem debitorem → Alasan yang tidak
logis serta perjanjian yang hampa tidak mengikat bagi debitur.
1354. Nudum pactum est ubi nulla subset causa praeter conventionem; sed ubi
subset causa, fit obligatio, et parit actionem → Perjanjian yang hampa adalah
perjanjian tanpa pertimbangan apapun; namun apabila ada pertimbangan yang
jelas maka akan muncul kewajiban dan memberikan hak untuk menggugat.
1355. Nudum pactum ex quo non oritur actio → Perjanjian hampa tidak dapat digugat.
1356. Nul charter, nul vente, ne nul done vault perpetualment, si le doner n’est seise
al temps de contracts de deux droits, sc. Del droit de possession et del droit de
properite →Tidak ada hibah ataupun penjualan yang sah kecuali pemiliknya
memiliki hak milik dan hak atas tanah.
1357. Nulla curia quae recordum non habet potest imponere finem neque aliquem
mandare carceri’ quia ista spectant tantummodo ad curias de recordo→
Pengadilan tidak bisa menjatuhkan hukuman tanpa adanya arsip – arsip tertentu;
karena perbuatan – perbuatan hukum harus didasarkan oleh bukti tertulis. 52
1358. Nulla emptio sine pretio esse potest → Tidak ada yang penjualan tanpa harga.
1359. Nulla impossibilia aut inhonesta sunt praesumenda; vera autem et honesta et
possibilia→ Tidak boleh berprasangka buruk, hina ataupun berasumsi yang tidak

52 Hlm 1668
mungkin; tetapi harus berprasangka baik, terhormat, dan berasumsi yang
mungkin – mungkin.
1360. Nulla pactione effici potest ne dolus praestetur → Perjanjian yang
membebaskan penipuan dari pertanggungjawaban dianggap tidak sah.
1361. Nulla virtus, nulla scientia locum suum et dignitatem conservare potest sine
modestia →Tanpa sikap yang sederhana, tidak ada kebaikan maupun
pengetahuan yang bisa mempertahankan kehormatannya.
1362. Nulle regla sans faute → tidak ada peraturan tanpa kesalahan yang
menyebabkannya.
1363. Nulle terre sans seigneur → Tidak ada tanah tanpa pemilknya.
1364. Nulli enim res sua servit jure servitutis → Tidak ada orang yang diperkerjakan
pada tanahnya sendiri.
1365. Nullius hominis auctoritas apud nos valere debet, ut meliora non sequeremur
si quis attulerit →Pihak yang berkuasa harus menggunakan kekuasaannya itu
agar masyarakat taat dan tidak berpaling kepada pihak lain.
1366. Nulli vendemus, nulli negabimus, aut diferemus rectum vel justitiam →
Keadilan tidak dapat ditunda, dihalangi, ataupun dijual kepada siapapun.
1367. Nullum crimen majus est inobedientia → Tidak ada kejahatan yang lebih besar
dari pada ketidakpatuhan pada hukum.
1368. Nullum exemplum est idem omnibus → Satu contoh tidak dapat dipergunakan
untuk semua jenis kasus.
1369. Nullum iniquum est praesumendum in jure → Dalam hukum, tidak ada yang
tidak adil.
1370. Nullum matrimonium, ibi nulla dos →Tidak ada pernikahan, maka tidak ada
janda.
1371. Nullum simile est idem → Tidak ada dua hal yang sama persis.
1372. Nullum simile est idem nisi quatuor pedibus currit → Dua hal mungkin serupa,
namun tidak ada yang sama persis, kecuali binatang.
1373. Nullum simile quatuor pedibus currit → Tidak dua hal yang sama persis.
1374. Nullum tempus aut locus occurrit regi → Tempat ataupun waktu bukanlah
halangan bagi raja.
1375. Nullum tempus occurrit regi → Waktu bukanlah halangan bagi raja.
1376. Nullum tempus occurit reipublicae → Waktu bukanlah halangan bagi negara.
1377. Nullus alius quam rex possit episcopo demandare inquisitionem faciendam →
Tidak ada orang selain raja yang dapat memerintahkan uskup untuk mengadakan
penyelidikan.
1378. Nullus commodum capere potest de injuria sua propria →Tidak ada orang
yang dapat menguntungkan dirinya sendiri dari kesalahannya.
1379. Nullus debet agere de dolo, ubi alia action subset → Ketika upaya hukum lain
diberikan, maka seseorang tidak dapat menggugat de dolo.
1380. Nullus dicitur accessories post feloniam sed ille qui novit principalem
feloniam fecisse, et illum receptavit et comfortavit → Seseorang tidak bisa
disebut sebagai pelaku pembantu hanya karena ia kenal pelaku utamanya, tahu
apa yang ia perbuat, dan membantunya.
1381. Nullus dicitur felo principalis nisi actor aut qui praesens est, abettans aut
auxilians actorem ad feloniam faciendam → Seseorang dapat disebut sebagai
pelaku utama kejahatan ketika ia melakukan kejahatannya, atau ia membantu dan
ikut serta melakukan kejahatan.
1382. Nullus idoneus testis in re sua intelligitur → Orang yang bersaksi pada
perkaranya sendiri tidak dianggap kompeten.
1383. Nullus jus alienum forisfacere potest→ Tidak ada seorang pun yang dapat
menghilangkan haknya orang lain.53
1384. Nullus recedat e curia cancellaria sine remedio → Jangan biarkan siapapun
meninggalkan pengadilan tanpa remedi.
1385. Nullus videtur dolo facere qui suo jure utitur → Tidak ada seorang pun yang
dianggap telah melakukan perbuatan penipuan apabila ia hanya mempergunakan
haknya.
1386. Nul ne doit s’enrichir aux depens des autres → Tidak ada orang yang boleh
memperkaya dirinya dari kesengsaraan orang lain.
1387. Nul prendra advantage de son tort demesne → Tidak ada seorang pun yang
boleh ambil untung dari perbuatan jahatnnya
1388. Nul sans damage avera error ou attaint → Tidak ada seorang pun yang
dikatakan telah bersalah tanpa ada kerugian yang disebabkannya.
1389. Nunquam crescit ex post facto praeteriti delicti aestimatio → Penyelidikan atas
kerugian yang telah terjadi lama tidak dipengaruhi oleh apa yang beru terjadi.
1390. Nunquam decurritur ad extraordinarium sed ubi deficit ordinarium → Upaya
hukum luar biasa hanya dicari ketika upaya hukum biasa telah gagal.
1391. Nunquam fictio sine lege → Tidak ada fiksi tanpa hukum.
1392. Nunquam dimis dicitur quod nunquam satis dicitur → Pernyataan yang kurang
sufisien, tidak mengungkapkan terlalu banyak.
1393. Nunquam praescribitur in falso → Tidak ada surat yang memerintahkan
pemalsuan.
1394. Nunquam res humanae prospere succedunt ubi negliguntur divinae → Urusan
manusia tidak pernah makmur jika apa yang dianggap mulia diabaikan.
1395. Nuptias non concubitur sed consensus facit → Kesepakatan yang membuat
perkawinan sah.
1396. Obedientia est legis essential → Kepatuhan merupakan inti dari hukum.
1397. Obtemperandum est consuetudini rationabili tanquam legi → Adat yang logis
harus dipatuhi seperti hukum.
1398. Occupantis fiunt derelict → Barang yang ditinggalkan, maka akan menjadi milik
orang yang menemukannya.
1399. Odiosa et inhonesta non sunt in lege praesumenda → Jangan berprasangka
jahat dan tidak jujur terhadap hukum.
1400. Odiosa non praesumuntur → Tidak boleh berprasangka buruk.
1401. Officia judicialia non concedantur antequam vacant → Kantor yudisial hanya
tidak bekerja ketika tidak ada perkara.
1402. Officia magistratus non debent esse venalia → Kantor magistrasi tidak bisa
dijual.
1403. Officit conatus si effectus sequatur → Percobaan adalah ketika ada akibat yang
mengikuti.

53 Hlm 1669
1404. Officium nemini debet esse damnosum → Tidak ada institusi yang boleh
merugikan orang lain.
1405. Omossio eorum quae tacite insunt nihil operatur → Kelalaian yang tidak
berpengaruh tidak menimbulkan konsekuensi.
1406. Omne actum ab intentione agentis est judicandum → Setiap perkara akan
diadili berdasarkan perbuatan terdakwanya.
1407. Omne crimen ebrietas et incendit et detegit →Orang yang mabuk akan
mengungkapkan kesalahannya.
1408. Omne jus aut consensus fecit, aut necessitas constituit, aut firmavit
consuetudo → Setiap hak berasal dari kesepakatan, dilahirkan oleh kebutuhan
dan dikonfirmasi oleh adat.
1409. Omna magis dignum trahit ad se minus dignum, quamvis minus dignum sit
antiquius → Segala hal yang pantas akan menyingkirkan hal yang kurang pantas.
1410. Omne magnum exemplum habet aliquid ex iniquo, quod publica utilitate
compensatur →Setiap contoh yang hebat masih ada sedikit jahatnya, namun
dibenarkan oleh faedah publik.
1411. Omne majus continent in se minus→ Segala hal yang hebat masih ada
kekurangan di dalamnya.54
1412. Omne majus dignum continent in se minus dignum → Dalam segala hal yang
pantas pasti ada yang tidak pantas.
1413. Omne majus minus in se complectitur → Dalam segala hal yang hebat, pasti ada
yang tidak hebat.
1414. Omne principale trahit ad se accessorium →Dimana ada pelaku utama, disitu
ada pelaku pembantu.
1415. Omne quod solo inaedificatur solo cedit → Segala hal yang dibangun atas tanah,
maka akan disertakan bersama tanah tersebut.
1416. Omne sacramentum debet esse de certa scientia → Setiap sumpah harus
dipahami.
1417. Omnes actiones in mundo infra certa tempora habent limitationem → Setiap
perkara ada batas waktu untuk diajukan gugatannya.
1418. Omnes licentiam habere his quae pro se indulta sunt renunciare →Setiap
orang memiliki kebebasan untuk melepaskan apapun yang telah diberikan
kepadanya.
1419. Omnes prudentes illa admittere solent quae probantur iis qui in arte sua bene
versati sunt → Semua orang sudah terbiasa mempercayai apa yang dikatakan
oleh mereka yang ahli pada bidangnya.
1420. Omne testamentum morte consummatum est → Setiap wasit disahkan oleh
kematian.
1421. Omnia delicta in aperto leviora sunt → Kejahatan yang dilakukan secara
terbuka dianggap kejahatan ringan.
1422. Omnia praesumuntur contra spoliatorem → Prasangka buruk selalu ada
terhadap orang yang dituduh.
1423. Omnia praesumuntur legitime facto donec probetur in contrarium → Segala
perbuatan diasumsikan sah, sampai dibuktikan sebaliknya.

54 Hlm 1670
1424. Omnia praesumuntur rite et solemniter esse acta → Segala hal dianggap telah
dilakukan dengan benar.
1425. Omnia praesumuntur rite et solemniter esse acta donec probetur in
contrarium → Segala hal dianggap telah dilakukan dengan cara yang biasa dan
sesuai dengan peraturan sampai dapat dibuktikan sebaliknya.
1426. Omnia quae jure contrahuntur contrario jure pereunt → Semua kewajiban
yang dilahirkan oleh hukum hanya dapat dimusnahkan oleh hukum.
1427. Omnia quae sunt uxoris sunt ipsius viri → Kepemilikan seorang istri adalah
milik suami.
1428. Omnia rite esse acta praesumuntur → Semua hal diasumsikan telah dilakukan
dengan benar.
1429. Omnis conclusio boni et very judicii sequitur ex bonis et veris praemissis et
dictis juratorum → Setiap keputusan didasarkan oleh kebaikan dan kebenaran
yang ditemukan oleh juri.
1430. Omnis consensus tollit errorem → Setiap kesepakatan menghilangkan
kesalahan.
1431. Omnis definition in jure civili periculosa est, parum est enim ut non subverti
possit → Setiap definisi dalam civil law berbahaya karena tidak bisa ditafsirkan.
1432. Omnis exception est ipsa quoque regula → Setiap pengecualian merupakan
aturan.
1433. Omnis indemnatus pro innoxio legibus habetur → Setiap orang yang tidak
melakukan kesalahan dipandang tidak bersalah oleh hukum.
1434. Omnis innovation plus novitiate perturbat quam utilitate prodest → Setiap
inovasi lebih sering terhambat oleh kebiasaan lama dari pada memberikan
kegunaan yang lebih baik.
1435. Omnis interpretatio si fieri potest ita fienda est in instrumentis, ut omnes
contrarietates amoveantur → Setiap penafsiran dibuat sedemikian rupa untuk
menyingkirkan hal – hal yang berkontradiksi.
1436. Omnis interpretatio vel declarant, vel extendit, vel restringit → Setiap
penafsiran bersifat menjelaskan, memperluaskan, ataupun membatasi.
1437. Omnis nova constitutio futuris ( temporibus) formam imponere debet, non
praeteritis→ Setiap undang – undang baru seharusnya berlaku pada masa depan
bukan untuk masa lalu.55
1438. Omnis persona est homo, sed non vicissim → Setiap orang adalah manusia,
namun tidak setiap manusia adalah orang.
1439. Omnis privatio praesupponit habitum →Kepentingan bersama mengalahkan
kepentingan pribadi.
1440. Omnis querela et omnis actio injuriarum limitata est infra certa tempora →
Setiap perkara memiliki batas waktu tertentu dimana jika batas itu telah berlalu,
maka tidak bisa mengajukan gugatan.
1441. Omnis ratihabitio retrotrahitur et mandato priori aequiparatur → Setiap
ratifikasi memiliki efek retroaktif dan sama saja seperti perintah sebelumnya.
1442. Omnis regula suas patitur exceptiones → Setiap peraturan hukum memiliki
pengecualian sendiri.

55 Hlm 1671
1443. Omnium contribution sarciatur quod pro omnibus datum est → Apa yang telah
diberikan kepada semua orang seharusnya dapat dikompensasikan oleh
kontribusi semua orang.
1444. Omnium rerum quarum usus est, potest esse abusus, virtute solo excepta →
Segala hal yang bisa dipergunakan, maka bisa disalahgunakan.
1445. Opinio quae favet estamento est tenenda → Pilihan seseorang mengikuti
kehendaknya.
1446. Oportet quod certa res deducatur in judicium → Sesuatu yang menjadi bahan
perkara haruslah pasti.
1447. Oportet quod certa sit res quae venditur → Sesuatu yang akan dijual haruslah
pasti.
1448. Optima enim est legium interpres consuetudo → Adat adalah penafsir hukum
yang terbaik.
1449. Optima est lex quae minimum relinquit arbitrio judicis; optimus judex qui
minimum sibi → Hukum yang tebaik adalah hukum yang meninggalkan sedikit
keraguan pada hakim; hakim terbaik adalah hakim yang tidak merasa ragu.
1450. Optimam esse legem quae minimum relinquit arbitrio judicis; id quod
certitudo ejus praestat → Hukum yang terbaik adalah hukum yang
meninggalkan sedikit keraguan; dan hal ini dapat terjadi ketika hukum bersifat
pasti.
1451. Optima statui interpretatrix est ( omnibus particulis ejusdem inspectis)
ipsum statutum → Penafsir hukum yang terbaik adalah hukum itu sendiri.
1452. Optimus interpres rerum usus → Faedah adalah penafsir terbaik.
1453. Optimus interpretandi modus est sic leges interpretare ut leges legibus
accordant → Cara menafsirkan yang terbaik adalah dengan cara menyesuaikan
satu hukum dengan hukum lainnya.
1454. Optimus judex qui minimum sibi → Hakim terbaik adalah hakim yang tidak ragu.
1455. Optimus legume interpres consuetudo →Adat adalah penafsir hukum yang
terbaik.
1456. Ordine placitandi servato, servatur et jus → Ketika suatu permohonan
didengar, berarti hukum didengar.
1457. Originie propria neminem posse voluntate sua eximi manifestum est → Tidak
ada seorang pun yang berkehendak untuk diusir dari tempat kediamannya.
1458. Origo rei inspici debet → Asal muasal sesuatu harus dipertimbangkan.
1459. Pacta convent quae neque contra leges neque dolo malo initia sunt, omni
modo observanda sunt → Sebuah kontrak baik dibuat secara ilegal maupun
dengan cara menipu, namun harus tetap dipertimbangkan terlebih dahulu.
1460. Pacta dant legem contractui → Perjanjian melahirkan sebuah hukum.
1461. Pacta private juri public derogare non possunt → Kontrak perdata tidak
menghalangi hukum publik.
1462. Pacta quae contra leges constitutionesque vel contra bonos mores fiunt
nullam vim habere, indubitati juris est→ Merupakan suatu kepastian bahwa
kontrak yang bertentangan dengan hukum, atau bertentangan dengan standard
moral tidak memiliki kekuatan hukum.56

56 Hlm 1672
1463. Pacta quae turpem causam continent non sunt observanda → Kontrak yang
dibuat atas pertimbangan tidak bermoral akan dianggap tidak sah.
1464. Pactis privatorum juri public non derogatur → Kontrak tidak bisa
merendahkan hukum publik.
1465. Pacto aliquid licitum est quod sine pacto non admittitur→ Dengan perjanjian,
sesuatu dapat diperbolehkan, namun tanpa perjanjian hal itu mungkin tidak
diperbolehkan.
1466. Parens est nomen generale ad omne genus cognationis → “Parent” merupakan
istilah umum untuk menandakan suatu hubungan.
1467. Parentum est liberos alere etiam nothos →Tugas orang tua adalah untuk
mendukung anaknya.
1468. Paria copulantur paribus → Hal – hal yang serupa bersatu dengan yang serupa.
1469. Paribus sententiis reus absolvitur → Ketika ada beberapa pendapat, maka
tergugat diuntungkan.
1470. Par in parem imperium non habet → Diantara orang – orang yang setara, tidak
ada yang memiliki kekuasaan yang lebih besar.
1471. Parte quacumque inegrante sublata, tollitur totum → Ketika bagian
esensialnya dikeluarkan maka keseluruhannya runtuh.
1472. Partus ex legitimo thoro non certius noscit matrem quam genitorem suum →
Anak yang lahir dalam perkawinan yang sah akan mengikuti ayahnya bukan
ibunya.
1473. Partus sequitur ventrem → Anak mengikuti ibunya.
1474. Parum est latam esse sententiam, nisi mandetur executioni → Suatu putusan
bukan hanya diberikan, tetapi harus dilaksanakan.
1475. Parum proficit scire quid fieri debet si non cognoscas quomodo sit facturum
→ Percuma jika anda hanya mengetahui apa yang harus dilakukan, karena anda
seharusnya tahu efek yang akan mengikutinya.
1476. Pater est quem nuptiae demonstrant → Ayah yang sah adalah suami dari
perkawinan yang sah.
1477. Pater is est quem nuptiae demonstrant → Ayah yang sah adalah suami dari
perkawinan yang sah.
1478. Patria laboribus et expensis non debet fatigari → Juri seharusnya tidak
terbebani oleh tugas dan biayanya.
1479. Patria potestas in pietate debet, non in atrocitate consistere → Menjadi orang
tua itu membutuhkan kesetiaan.
1480. Peccata contra naturam sunt gravissima → Pelanggaran terhadap alam adalah
pelanggaran yang paling berat.
1481. Peccatum peccato addit qui culpae quam facit patrocinium defensionis
adjungit →Seseorang dapat diadili atas beberapa kejahatan yang ia lakukan
dalam rangkaian waktu yang sama.
1482. Pendente lite nihil innovetur → Dalam proses litigasi, tidak ada yang boleh
diubah.
1483. Per alluvionem id videtur adici, quod ita paulatim adicitur ut intelligere non
possimus quantum quoque momento temporis adiciatur →Terlalu banyak
penambahan dalam jangka waktu yang sempit akan menyebabkan beberapa
ketidakpastian.
1484. Perfectum est cui nihil deest secundum suae perfectionis vel naturae modum
→ Apa yang disebut sempurna adalah hal – hal yang tidak ada kekurangan
ataupun celanya.
1485. Periculosum est res novas et inusitatas inducer → Sangat berbahaya untuk
memperkenalkan hal – hal yang baru dan dan tidak biasa.
1486. Periculum rei venditae, nondum traditae, est emptoris → Pembeli memegang
resiko ketika barangnya belum diterima olehnya.
1487. Perjuri sunt qui servatis verbis juramenti decipiunt aures eorum qui
accipiunt → Mereka yang diambil sumpahnya namun memberikan keterangan
yang menipu juri maka dikatakan bahwa dirinya memberikan sumpah palsu.
1488. Perpetua lex est nullam legem humanam ac positivam perpetuam esse; et
clausula quae abrogationem excludit ab initio non valet→ Seperti manusia,
hukum tidak berganti; dan klausa yang menghilangkan bagian dari hukum
dianggap tidak sah.57
1489. Per rationes pervenitur ad legitimam rationem → Dengan memahami gagasan,
maka kita memahami hukum.
1490. Per rerum naturam factum negantis nulla probation est → Seseorang yang
menyangkal suatu fakta tidak perlu membuktikannya.
1491. Persona conjuncta aequiparatur interesse proprio → Terlibatnya seseorang
dalam sesuatu menandakan bahwa dirinya memiliki kepentingan di situ.
1492. Persona est homo cum statu quodam consideratus → Orang adalah manusia
yang dianggap memiliki status.
1493. Personae vice fungitur municipium et decuria → Kota atau kabupaten dapat
bertindak sebagai entitas atau seperti orang.
1494. Personalia personam sequuntur → Barang – barang pribadi mengikuti
pemiliknya.
1495. Perspicua vera non sunt probanda → Kebenaran yang sudah jelas tidak perlu
dibuktikan.
1496. Per varios actum legem experiential facit →Dari beberapa perbuatan, maka
muncullah pengalaman bagi hukum.
1497. Pirata est hostis humani generis → Pembajak adalah musuh kemanusiaan.
1498. Placita negative duo exitum non faciunt → Dua permohonan negatif tidak
membentuk suatu permohonan.
1499. Plena et celeris justitia fiat partibus → Berikanlah para pihak yang bersengketa
keadilan penuh dan cepat.
1500. Pluralis numerous est duobus contentus → Angka dua sudah dianggap banyak.
1501. Plures cohaeredes sunt quasi unum corpus in eo quod unum jus
habent.→Beberapa ahli waris dianggap satu orang karena kesamaan hak yang
dimilikinya.
1502. Plus exempla quam peccata nocent → Contoh lebih merugikan dari pada suatu
pelanggaran.
1503. Plus peccat auctor quam actor → Orang yang menginisiasi suatu kejahatan
dipandang lebih buruk dari pada yang melakukannya.
1504. Plus valet unus oculatus testis quam auriti decem → Satu saksi mata lebih baik
dari pada 10 saksi yang hanya mendengar.

57 Hlm 1673
1505. Plus vident oculi quam oculus → Beberapa saksi mata lebih baik dari pada hanya
satu.
1506. Poena ad paucos, metus ad omnes perveniat → Biarkan lah hukuman
dijatuhkan kepada beberapa orang agar memberi contoh kepada orang lain.
1507. Poenae potius molliendae quam exasperandae sunt →Hukuman harus
diringankan, bukan diberatkan.
1508. Poenae sunt restringendae → Hukuman harus ada batasnya.
1509. Poena ex delicto defunci haeres teneri non debet → Hukuman seseorang tidak
boleh diberlakukan kepada keturunannya.
1510. Poena non potest, culpa perennis erit → Hukuman tidak boleh diganti – ganti.
1511. Poena suos tenere debet actors et non alios →Hukuman hanya berlaku bagi
orang yang bersalah.
1512. Poena tolli potest, culpa perennis erit → Suatu hukuman bisa dibatalkan, namun
kesalahan tidak bisa.
1513. Politiae legibus, non leges politiis, adaptandae →Politik harus menyesuaikan
diri dengan hukum bukan sebaliknya.
1514. Ponderantur testes , non numerantur → Yang penting adalah isi kesaksian
saksi, bukan jumlah saksi.
1515. Posito uno oppositorum negatur alterum → Ketika satu pihak mengkonfirmasi,
pihak keduanya akan menyangkal.
1516. Possessio est quasi pedis position→ Kepemilikan bersifat tetap.58
1517. Possessio fratris de feodo simplici facit sororem esse haeredem → Seorang
adik dapat menjadi ahli waris kakaknya.
1518. Possessio pacifica per annos 60 facit jus → Kepemilikan selama lebih dari 60
tahun akan menimbulkan hak.
1519. Posteriora derogant prioribus → Sesuatu yang baru dapat membatasi yang
lama.
1520. Posthumus pro nato habetur → Anak yang lahir ketika ayahnya meninggal akan
dianggap lahir semasa ayahnya masih hidup.
1521. Postliminium fingit eum qui captus est semper in civitate fuisse →
Pengembalian hak bagaikan orang yang telah diculik, namun tidak keluar negeri.
* Orang yang telah ditangkap oleh musuh, ketika ia kembali, maka hak – haknya
akan dikembalikan.
1522. Potentia debet sequi justitiam, non antecedere → Kekuasaan mengikuti hukum
bukan sebaliknya.
1523. Potentia inutilis frustra est → Kekuasaan yang tidak berguna adalah kekuasaan
yang sia – sia.
1524. Potentia non est nisi ad bonum →Kekuasaan diberikan untuk kebaikan publik.
1525. Potestas stricte interpretatur → Penafsiran terhadap kekuasaan harus dibatasi.
1526. Potestas suprema seipsum dissolvere potest, ligare non potest → Kekuasaan
tertinggi dapat dicabut, dan tidak bisa mengikat dirinya sendiri.
1527. Potest quid renunciare, pro se et suis, jus quod pro se introductum est →
Seseorang dapat mencabut haknya sendiri walaupun hak tersebut diberikan
untuk keuntungannya sendiri.

58 Hlm 1674
1528. Potior est conditio defendentis → Kondisi yang terkuat adalah ketika tergugat
lebih diuntungkan dari pada penggugat.
1529. Potior est conditio possidentis → Kondisi yang terkuat terdapat pada pemilik
atau yang lebih berkuasa.
1530. Praedium servit praedio →Seseorang tidak bisa diperbudak di tanahnya sendiri.
1531. Praepropera consilia raro sunt prospera → Penasehat hukum yang ceroboh
jarang sejahtera.
1532. Praescriptio est titulus ex usu et tempore substantiam capiens ab auctoritate
legis →Surat berkuasa hukum berasal dari faedah sejalan dengan waktu dan
diberi kekuasaan oleh hukum.
1533. Praescriptio et execution non pertinent ad valorem contractus, sed ad tempus
et modum actionis instituendae →Surat berkuasa hukum dan pelaksanaannya
tidak mempengaruhi perjanjiannya, melainkan mempengaruhi waktu dan tata
cara pengajuan gugatannya.
1534. Praesentare nihil aliud est quam praesto dare seu offerre → Menghadirkan
sesuatu sama saja seperti memberikan sesuatu secara langsung.
1535. Praesentia corporis tollit errorem nominis, et veritas nominis tollit errorem
demonstrationis → Kehadiran seseorang akan membatalkan kesalahan pada
namanya; dan kebenaran namanya akan membatalkan kesalahan pada
deskripsinya.
1536. Praestet cautela quam medela →Pencegahan lebih baik dari pada pemulihan.
1537. Praesumatur pro justitia sententiae → Setiap hukuman dianggap adil
1538. Praesumitur pro legitimatione →Prasangka memihak pada legitimasi.
1539. Praesumptio ex eo quod plerumque fit →Prasangka muncul dari apa yang
terjadi.
1540. Praesumptiones sunt conjecturae ex signo verisimili ad probandum
assumptae → Prasangka didasarkan oleh kebenaran yang memungkinkan dan
bertujuan untuk mencari bukti.
1541. Praesumptio violenta plena probation → Prasangka yang memaksa merupakan
suatu bukti.
1542. Praesumptio violenta valet in lege → Prasangka yang dititikberatkan memiliki
efek dalam hukum.
1543. Praextextu liciti non debet admitti illicitum → Apa yang dianggap tidak sah,
tidak dapat disertakan dengan apa yang dianggap sah.
1544. Praxis judicum est interpres legum→ Perbuatan – perbuatan hakim adalah
penafsiran dari hukum.59
1545. Pretium succedit in locum rei → Harga disesuaikan dengan benda yang dijual.
1546. Prima pars aequitatis aequalitas → Langkah awal keadilan adalah kesetaraan.
1547. Primo executienda est verbis vis, ne sermonis vitio obstruatur oratio, sive lex
sine argumentis → Perkataan adalah hal pertama yang diperiksa untuk
mencegah adanya kesalahan pengertian atau kekeliruan dalam hukum.
1548. Princeps et respublica ex justa causa possunt rem meam auferre → Raja dan
negara boleh merampas properti saya dengan tujuan yang adil.
1549. Princeps legibus solutus est → Raja tidak terikat pada hukum apapun.

59 Hlm 1675
1550. Principalis debet semper excuti anequam perveniatur ad fideijussores →
Upaya utama harus dicoba terlebih dahulu sebelum lanjut ke upaya berikutnya.
1551. Principia probant, non probantur → Sebuah prinsip membuktikan bukan
dibuktikan.
1552. Principiis obsta → Menyangkal sesuatu dari awal, agar hal itu tidak mungkin
berhasil.
1553. Principiorum non est ratio → Penggunaan prinsip tidak perlu dijelaskan.
1554. Principium est potissima pars cujusque rei → Awal merupakan bagian terkuat
dari segalanya.
1555. Prior tempore, potior jure → Segala hal yang ditangani terlebih dahulu akan
lebih kuat pendiriannya.
1556. Privatio praesupponit habitum → Perampasan merendahkan kepemilikan.
1557. Privatis pactionibus non dubiuum est non laedi jus caeterorum → Hak
seseorang tidak boleh dipengaruhi oleh perjanjian orang lain
1558. Privatorum convention juri public non derogate → Perjanjian bukan
didasarkan oleh hukum publik.
1559. Privatum commodum public cedit → Kepentingan pribadi harus disingkirkan
demi kepentingan publik (kepentingan bersama).
1560. Privatum incommodum public bono pensatur → Kerugian pribadi dibenarkan
dengan keuntungan publik.
1561. Privilegium est beneficium personale est extinguitur cum persona → Hak
istimewa yang dimiliki oleh seseorang akan mati dengan orang itu.
1562. Privilegium est quasi private lex → Hak istimewa diatur oleh hukum perdata.
1563. Privilegium non valet contra rempublicam → Hak istimewa tidak memiliki
kekuatan hukum pada negara commonwealth.
1564. Probandi necessitas incumbit illi qui agit → Beban pembuktian dilimpahkan
kepada penggugat.
1565. Probationes debent esse evidentes, ( id esT ) perspicuae et faciles intelligi →
Bukti harus jelas dan mudah dimengerti.
1566. Probatis extremis, praesumitur media → Ketika hal yang menjadi titik penentu
telah dibuktikan, maka proses bisa dipercepat.
1567. Processus legis est gravis vexatio; execution legis coronat opus → Proses
hukum adalah usaha tersulit; dan pelaksanaan hukum adalah penghargaan
terhadap usaha itu.
1568. Prohibetur ne quis faciat in suo quod nocere possit alieno → Seseorang
dilarang untuk mempergunakan tanahnya sedemikian rupa sampai merugikan
orang lain.
1569. Proles sequitur sortem paternam → Seorang anak mengikuti ayahnya.
1570. Propinquior excludit propinquum; propinquus remotum; et remotus
remotiorem →Dalam kekerabatan, hubungan terdekat menyingkirkan hubungan
dekat; hubungan dekat menyingkirkan hubungan jauh, dan hubungan jauh
menyingkirkan hubungan di luar kekerabatan.
1571. Propositio indefinite aequipollet universali → Proposisi yang tidak pasti sama
saja seperti proposisi umum.
1572. Pro pessessione praesumitur de jure→ Dari kepemilikan, muncullah hak.60

60 Hlm 1676
1573. Pro possessore habetur qui dolo injuriave desiit possidere → Seseorang
dikatakan merampas ketika ia mendapatkan barangnya dengan cara menipu atau
merugikan orang lain.
1574. Proprietas totius navis carinae causam sequitur →Barang – barang yang ada
pada kapal mengikuti kapalnya.
1575. Proprietates verborum observandae sunt → Makna dari perkataan harus dicari.
1576. Prosecutio legis est gravis vexatio; execution legis coronat opus → Litigasi
merupakan usaha yang tersulit; dan pelaksanaan hukum adalah penghargaan
terhadap usaha itu.
1577. Protectio trahit subjectionem, subjection protectionem → Perlindungan
membawa submisi dan sebaliknya.
1578. Proviso est providere praesentia et future, non praeterita →Proviso
(ketentuan dalam perjanjian) ditujukan untuk hal – hal untuk masa kini atau masa
depan, bukan untuk masa lalu
1579. Prudentur agit qui pracepto legis obtemperat → Orang yang taat pada hukum
akan bertindak dengan hati – hati.
1580. Pueri sunt de sanguine parentum, sed pater et mater non sunt de sanguine
puerorum → Anak sedarah dengan orangtuanya, tapi orang tua tidak sedarah
dengan anaknya.
1581. Pupillus pati posse non intelligitur → Seorang anak yatim piatu tidak dapat
melakukan hal – hal yang bisa merugikan dirinya sendiri.
1582. Quae ab hostibus capiuntur, statim capientium fiunt → Segala hal yang
dirampas dari musuh publik, akan menjadi milik publik.
1583. Quae ab initio inutilis fuit insititutio, ex post facto convalescere non potest →
Institusi yang dari awalnya tidak sah, tidak bisa menjadi sah sejalan dengan
waktu.
1584. Quae ab initio non valent, ex post facto convalescere non possunt.
1585. Quae accesisionum locum obtinent, extinguuntur cum principals res
peremptae fuerint →Ketika intinya dimusnahkan, maka segala sesuatu yang
berkaitan dengannya akan dimusnahkan.
1586. Quae ad unum finem locuta sunt, non debent ad alium detorqueri → Sebuah
pernyataan untuk satu maksud tidak boleh diputarbalikan untuk maksud lain.
1587. Quae cohaerent personae a persona separari nequeunt → Segala hal milik
seseorang tidak bisa dipisahkan dari orang itu.
1588. Quae communi legi derogant stricte interpretantur → Undang – undang yang
berasal dari common law harus ditafsirkan.
1589. Quae contra rationem juris introducta sunt, non debent trahi in
consequentiam →Segala hal yang bertentangan dengan gagasan hukum tidak
patut dijadikan preseden.
1590. Quaecunque intra rationem legis inveniuntur, intra legem ipsam esse
judicantur → Apapun yang menjadi gagasan hukum dianggap hukum itu sendiri.
1591. Quae dubitationis causa tollendae inseruntur commune legem non laedunt →
Apapun yang disertakan dengan maksud untuk menghilangkan keraguan, maka
tidak mungkin merugikan common law.
1592. Quae dubitationis tollendae causa contractibus inseruntur jus commune non
laedunt → Klausa yang disertakan dalam perjanjian dengan maksud untuk
menghilangkan ambigu tidak akan merugikan hukum.
1593. Quae incontinenti ( vel certo ) fiunt inesse videntur → Segala hal yang langsung
dilakukan, akan dianggap sebagai bagian dari transaksi.
1594. Quae in curia acta sunt rita agi praesumuntur →Apa yang dilakukan di
pengadilan dianggap telah dilakukan dengan benar.
1595. Quae in aprtes dividi nequeunt solida a singulis praestantur → Segala hal yang
tidak dapat dipisahkan, maka akan dihadapkan secara bersamaan.
1596. Quae inter alios acta sunt nemini nocere debent, sed prodesse possunt→
Transaksi antara pihak yang bersangkutan boleh membawa keuntungan, namun
tidak boleh membawa kerugian bagi orang lain.61
1597. Quae in testament ita sunt scripta ut intelligi non possint, perinde sunt ac si
scripta non essent →Hal – hal dalam surat wasiat yang tidak dapat dimengerti
akan dianggap seolah – olah tidak pernah ada.
1598. Quae legi communi derogant non sunt trahenda in exemplum → Segala hal
yang merendahkan common law tidak patut untuk dijadikan preseden.
1599. Quae legi communi derogant stricte interpretantur → Segala hal yang
merendahkan common law harus ditafsirkan secara terbatas.
1600. Quaelibet concession fortissimo contra donatorem interpretanda est → Setiap
penghibahan harus ditafsirkan secara terbatas terhadap orang yang
menghibahkan.
1601. Quaelibet jurisdictio cancellos suos habet → Setiap yuridiksi memiliki batas.
1602. Qualibet poena corporalis, quamvis minima, major est qualibet poena
pecuniaria → Penghukuman fisik lebih baik dari pada hukuman sanksi.
1603. Quae mala sunt inchoate in principio vix bono peraguntur exitu → Segala
perbuatan buruk jarang berakhir dengan baik.
1604. Quae non fieri debent, facta valent → Segala hal yang tidak seharusnya
dilakukan, ketika dilakukan tetap dianggap sah.
1605. Quae non valeant singular, juncta juvant → Ada beberapa hal jika dipisahkan
tidak akan berguna namun ketika disatukan akan memberikan pengaruh.
1606. Quae praeter consuetudinem et morem majorum fiunt, neque placent neque
recta videntur → Segala hal yang bertentangan dengan adat yang sudah lama
bertahan, tidak dianggap sah.
1607. Quae propter necessitate recepta sunt, non debent in argumentum trahi →
Segala hal yang diterima sebagai sesuatu yang diperlukan tidak perlu lagi
diperdebatkan.
1608. Quaeras de dubiis, legem bene discere si vis → Pertanyakanlah poin – poin yang
meragukan anda agar anda dapat memahami hukum dengan baik.
1609. Quaere de dubiis, quia per rationes pervenitur ad legitimam rationem
→Pertanyakanlah poin – poin yang meragukan anda, karena melalui pemahaman
pada gagasan, kita akan mengerti gagasan hukum.
1610. Quaerere dat sapere quae sunt legitima vere → Penyelidikan adalah cara untuk
mencari kebenaran yang sah.
1611. Quae rerum natura prohibentur nulla lege confirmata sunt → Apa yang
dilarang secara duniawi tidak akan diperbolehkan oleh hukum.
1612. Quae singular non prosunt, juncta juvant → Hal – hal yang mungkin tidak
menguntungkan orang secara individu, mungkin menguntungkan secara kolektif.

61 Hlm 1677
1613. Quae sunt minoris culpae sunt majoris infamiae → Kejahatan yang kejam akan
dihukum dengan hukuman yang kejam.
1614. Qualitas quae inesse debet, facile praesumitur →Kualitas yang diwariskan bisa
diduga.
1615. Quam longum debet esse rationabile tempus, non definitur in lege, sed pendet
ex discretion justiciariorum → Berapa lama agar sebuah jangka waktu tertentu
masih dianggap logis tidaklah pasti, melainkan tergantung pada keputusan hakim.
1616. Quam rationabilis debet esse finis, non definitur, sed omnibus circumstantiis
inspectis pendet ex justiciariorum discretione → Berapa banyak agar suatu
sanksi masih dianggap logis tidaklah pasti, melainkan tergantung pada keputusan
hakim.
1617. Quamvis aliquid per se non sit malum, tamen si sit mali exempli, non est
faciendum → Meskipun suatu hal tidak buruk, namun apabila memberikan
contoh buruk, maka hal tersebut tidak boleh dilakukan.
1618. Quamvis lex generaliter loquitur, restringenda tame nest, ut cessante ratione
et ipsa cessat → Ketika hukum berbicara secara umum, maka harus dibatasi,
karena ketik hukum kehilangan pengaruhnya, maka gagasannya pun akan hilang.
1619. Quando aliquid conceditur, conceditur id sine quo illud fieri non possit →
Ketika suatu hibah terjadi tanpa ada barang yang dihibahkan, maka hibah
tersebut tidak ada efeknya.
1620. Quando aliquid mandatur, mandatur et omne per quod pervenitur ad illud→
Ketika apapun diperintahkan, maka hal – hal yang bisa dicapai akan
diperintahkan juga.62
1621. Quando aliquid per se non sit malum, tamen si sit mali exempli, non est
faciendum → Meskipun suatu hal tidak jahat, namun apabila memberikan contoh
buruk, maka hal tersebut tidak boleh dilakukan.
1622. Quando aliquid prohibetur ex directo, prohibetur et per obliquum → Jika suatu
hal dilarang secara tidak langsung, maka hal tersebut juga dilarang secara
langsung.
1623. Quando aliquid prohibetur, prohibetur omne per quod devenitur ad illud →
Ketika suatu hal dilarang, maka hal – hal yang berhubungan juga dilarang.
1624. Quando aliquis aliquid concedit, concedere videtur et id sine quo res uti non
potest →Ketika seseorang menghibahkan sesuatu, maka barang yang berkaitan
juga harus dihibahkan.
1625. Quando charta continent generalem clausulam, posteaque descendit ad
verba specialia quae clausulae generali sunt consentanea, interpretanda est
charta secundum verba specialia → Ketika dalam perjanjian terdapat klausa
umum yang kemudian diperjelas oleh klausa berikutnya, maka perjanjian
tersebut ditafsirkan sesuai dengan klausa yang lebih spesifik.
1626. Quando de una et eadem re, duo onerabiles existent, unu, pro insufficientia
alterius, de integro onerabitur → Ketika ada dua pihak yang bersalah atas hal
yang sama, namun pihak pertama tidak mampu menjalankan kewajibannya, maka
semua kewajiban dilimpahkan kepada pihak kedua.
1627. Quando disposition referri potest ad duas res, ita quod secundum relationem
unam vitiatur et secundum alteram utilis sit, tum facienda est relation ad

62 Hlm 1678
illam ut valeat disposition → Ketika terdapat dua disposisi dimana yang
pertama membatalkan dan yang kedua meneruskan, maka referensi akan
memilih yang kedua agar disposisinya dapat memberikan efek.
1628. Quando diversi desiderantur actus ad aliquem statum perficiendum, plus
respicit lex actum originalem → Ketika beberapa tindakan dibutuhkan untuk
penentuan kepemilikan harta, maka hukum akan memilih tindakan yang paling
sesuai.
1629. Quando duo jura concurrunt in una persona, aequum est ac si essent in
diversis → Ketika dua hak yang sama dimiliki oleh seseorang, maka sama saja
seperti dimiliki oleh dua orang.
1630. Quando jus domini regis et subditi concurrunt, jus regis praeferri debet →
Ketika hak raja dan hak masyarakat sama, maka hak raja akan diutamakan.
1631. Quando lex aliquid alicui concedit, concedere videtur id sine quo res ipsa esse
non potest → Ketika hukum mengabulkan sesuatu, namun tanpa hal yang
dikabulkan, maka pengabulan tersebut tidak ada.
1632. Quando lex aliquid alicui concedit, omnia incidentia tacite conceduntur →
Ketika hukum memberikan sesuatu kepada siapa pun, berarti ia memberikan
semua yang berhubungan dengan hal itu.
1633. Quando lex est specialis, ratio autem generalis, generaliter lex est
intelligenda → Ketika hukum itu spesifik, namun gagasannya umum, maka
hukum tersebut harus dimengerti secara umum.
1634. Quando licit id quod majus, videtur licere id quod minus → Ketika hal yang
lebih besar diperbolehkan, maka hal yang lebih kecil juga diperbolehkan.
1635. Quando plus fit quam fieri debet, videtur etiam illud fieri quod faciendum est
→ Ketika apa yang dilakukan melebihi apa yang perlu dilakukan, maka hal yang
perlu dilakukan tersebut dianggap telah dipenuhi.
1636. Quando quod ago non valet ut ago, valeat quantum valere potest → Ketika apa
yang saya lakukan tidak memberikan pengaruh apapun, maka dibiarkan saja.
1637. Quando verba et mens congruent, non est interpretationi locus → Ketika
perkataan dan maksudnya sesuai, maka tidak perlu ditafsirkan.
1638. Quando verba statute sunt specialia, ratio autem generalis, generaliter
statutum est intelligendum → Ketika pengucapan dalam undang – undang
sangat spesifik, namun memiliki gagasan yang umum, maka undang – undang
tersebut ditafsirkan secara umum.
1639. Quemadmodum ad quaestionem facti non respondent judices, ita ad
quaestionem juris non respondent juratores→ Hakim tidak menjawab
pertanyaan fakta, sama seperti juri tidak menjawab persoalan hukum63
1640. Qui accusat inegrae famae sit et non eriminosus → Orang yang menuduh
haruslah bersifat jujur dan tidak terlibat dalam kejahatan yang dituduhnya.
1641. Qui acquirit sibi acquirit haeredibus → Apa yang dimiliki seseorang, akan
dimiliki oleh keturunannya.
1642. Qui adimit medium dirimit finem → Orang yang menghilangkan sarananya,
maka ia menghancurkan pembatalannya.

63 Hlm 1679
1643. Qui aliquid statuerit parte inaudita altera, aequum licet dixerit, haud aequum
fecerit → Seseorang bersalah, apabila ia membuat suatu keputusan tanpa
mendengarkan penjelasan dari pihak kedua.
1644. Qui alterius jure utitur, eodem jure uti debet → Orang yang mempergunakan
hak orang lain, harus menggunakan haknya sendiri.
1645. Qui bene distinguit bene docet → Orang yang bisa membedakan, bisa mengajar
lebih baik.
1646. Qui bene interrogat bene docet → Orang yang bisa bertanya dengan baik, maka
ia bisa mengajar dengan baik.
1647. Qui cadit a syllaba cadit a tota causa →Orang yang menggunakan suku kata
yang salah, maka tujuannya gagal.
1648. Qui concedit aliquid, concedere videtur et id sine quo res ipsa esse non potuit
( sine quo concession eat irrita) → Seorang yang menghibahkan sesuatu, harus
memiliki barang yang dihibahkan agar hibahnya sah.
1649. Qui confirmat nihil dat → Orang yang mengkonfirmasi tidak memberikan
apapun.
1650. Qui contemnit praeceptum, contemnit praecipientem → Orang yang melawan
surat perintah, berarti ia melawan pihak yang mengeluarkannya.
1651. Quicquid aequiritur servo, acquiritur domino → Apapun yang didapatkan oleh
seorang abdi, maka menjadi milik majiakannya.
1652. Quicquid demonstratae rei additur satis demonstratae frusta est → Apapun
yang ditambahkan dalam tulisan yang sudah jelas, maka tambahan itu tidak
berlaku.
1653. Quicquid est contra normam recti est injuria → Apapun yang melawan suatu
hak, maka hal itu dianggap salah.
1654. Quicquid in excess actum est, lege prohibetur →Apapun yang dilakukan secara
berlebihan, maka akan dilarang oleh hukum.
1655. Quicquid judicis auctoritati subjicitur, novitati non subjicitur → Siapapun
yang sedang diadili oleh hakim, maka ia tidak bisa menyangkalnya.
1656. Quiscquid plantatur solo, solo cedit → Apapun yang ditanamkan pada tanah,
maka hal itu menyatu dengan tanah tersebut.
1657. Quicquid recipitur, recipitur secundum modum recipientis → Apapun yang
diterima, akan diterima sesuai dengan keinginan penerima.
1658. Quicquid solvitur, solvitur secundum modum solventis → Apapun yang
dibayar, akan sesuai dengan keinginan pembayar.
1659. Qui cum alio contrahit, vel est vel debet esse non ignarus conditionis ejus →
Seseorang yang membuat kontrak dengan orang lain, harus mengerti persyaratan
yang diajukan oleh pihak keduanya itu.
1660. Qui dat finem dat media ad finem necessaria → Seseorang yang ingin
mengakhiri sesuatu, harus memberikan cara atau sarana untuk melakukannya.
1661. Qui destruit medium destruit finem → Seseorang yang menghancurkan sarana,
maka ia menghancurkan pembatalannya.
1662. Qui doit inheriter al pere, doit inheriter al fitz → Siapapun yang diwarisi oleh
ayahnya, harus mewarisi anaknya.
1663. Quidquid enim sive dolo et culpa venditoris accidit in eo venditor secures est
→Dalam perkara yang melibatkan penjual keliling, apabila ia tidak menipu,
ataupun melakukan kesalahan, maka ia aman.
1664. Quid sit jus, et in quo consistit injuria, legis est definire → Ketika suatu hak
dilanggar, maka tugasnya hukum adalah untuk menegakkan hak itu.
1665. Quid turpi ex causa promissum est non valet→ Sebuah janji yang lahir dari
maksud yang salah, maka janji itu tidak sah.64
1666. Quieta non movere → Janganlah mengacaukan sesuatu yang tentram.
1667. Qui evertit causam evertit causatum futurum → Orang yang menghilangkan
sebuah tujuan, maka ia menghilangkan pengaruh yang mungkin dibawanya.
1668. Qui ex damnato coitu nascuntur, inter liberos non computentur → Mereka
yang lahir di luar nikah, seharusnya tidak dianggap sebagai anak.
1669. Qui facit id quod plus est, facit id quod minus est, sed non convertitur → Orang
yang melakukan lebih, akan mendapatkan lebih, orang yang melakukan sedikit,
akan mendapatkan sedikit. Bukan sebaliknya.
1670. Qui facit per alium facit per se → Perbuatan seorang agen, dianggap perbuatan
superiornya.
1671. Qui habet jurisdictionem absolvendi, habet jurisdictionem ligandi → Orang
yang memiliki wewenang untuk mengakhiri suatu kewajiban, maka ia memiliki
hak untuk menciptakan kewajiban.
1672. Qui haeret in litera, haeret in cortice → Orang yang diperkuat oleh bukti surat,
maka ia diuntungkan.
1673. Qui ignorant quantum solver debeat, non potest improbus videri → Orang
yang tidak tahu apa atau berapa yang harus ia bayar, tidak dianggap sebagai orang
yang tidak jujur.
1674. Qui in jus dominiumve alterius succedit jure ejus uti debet → Orang yang
dihibahkan properti oleh orang lain, maka ia boleh menggunakan haknya atas
properti itu.
1675. Qui in utero est, pro jam nato habetur quoties de ejus commodo quaeritur →
Bayi dalam kandungan sudah dianggap sebagai anak.
1676. Qui jure suo utitur, nemini facit injuriam → Orang yang menggunakanhaknya,
tidak merugikan siapapun.
1677. Qui jussu judicis aliquod fecerit non videtur dolo malo fecisse, quia parere
necesse est → Seseorang yang melaksanakan perintah hakim, tidak dianggap
melakukan penipuan, karena orang itu sedang mentaati perintah.
1678. Quilibet potest renunciare juri pro se inducto → Siapapun boleh melepaskan
haknya, meskipun hak tersebut menguntungkannya.
1679. Qui male agit odit lucem → Orang yang melakukan kesalahan, tidak ingin
diketahui.
1680. Qui mandate ipse fecisse videtur → Orang yang memerintah, maka ia dianggap
telah melakukannya sendiri.
1681. Qui melius probat, melius habet → Pihak yang memberikan bukti lebih banyak,
maka ia dalam posisi yang lebih menguntungkan.
1682. Qui nascitur sine legitimo mastrimonio, matrem sequitur → Seorang anak
yang lahir di luar nikah, akan mengikuti ibunya.
1683. Quo non cadunt in constantem virum, vani timores sunt aestimandi →
Ketakutan akan mempengaruhi karakter orang.
1684. Quo non habet, ille non dat → Orang yang tidak memiliki, tidak bisa memberi.

64 Hlm 1680
1685. Qui non habet in aere, luat in corpore, ne quis peccetur impune → Korporasi
yang tidak bisa membayar kerugian, maka kewajiban itu dilimpahkan kepada
individunya, untuk mencegah adanya impunitas.
1686. Qui non habet potestatem alienandi habet necessitate retinendi → Orang yang
tidak memiliki hak untuk menjual tanahnya, memiliki kewajiban untuk
mempertahankannya.
1687. Qui non improbat approbat →Orang yang tidak mencegahnya, berarti
menyetujuinya.
1688. Qui non negat fatetur → Orang yang tidak menyangkalnya, berarti mengakuinya.
1689. Quo non obstat quod obstare potest, facere videtur → Seseorang dikatakan
berbuat ketika ia tidak mencegah apa yang bisa ia cegah.
1690. Qui non prohibit cum prohibere possit, jubet→ Seseorang dikatakan
memerintah jika ia tidak melarang apa yang ia bisa larang.65
1691. Qui non prohibit quod prohibere potest, assentire videtur → Orang yang tidak
melarang apa yang ia bisa larang dianggap telah memberikan persetujuannya.
1692. Qui non propulsat injuriam quando potest infert → Seseorang bersalah apabila
ia tidak memperbaiki kerugian yang telah ia sebabkan, meskipun ia mampu untuk
melakukannya.
1693. Qui abstruit adytum destruit commodum →
1694. Qui omne dicit nihil excludit → Orang yang bisa menjelaskan semuanya, berarti
ia tidak menutupi apapun.
1695. Qui parcit nocentibus innocents punit → Seseorang yang membebaskan orang
yang bersalah, berarti ia menghukum orang yang tidak bersalah.
1696. Qui peccat ebrius, luat sobrius → Biarkanlah orang mabuk yang melanggar
hukum dihukum ketika ia sadar.
1697. Qui per alium facit per seipsum facere videtur → Seseorang yang menyuruh
orang lain untuk melakukan sebuah perbuatan, maka hal itu dianggap sebagai
perbuatan diri sendirinya.
1698. Qui per fraudem agit frustra agit → Orang yang melakukan penipuan akan sia
– sia.
1699. Qui potest et debet vetara, tacens jubet → Seseorang yang berdiam dan tidak
mencegah, sama saja seperti ia yang memerintahkan.
1700. Qui primum peccat ille facit rixam → Siapa yang berbuat, dialah penyebabnya.
1701. Qui prior est tempore potior est jure → Orang yang tidak bersalah diutamakan
haknya.
1702. Qui pro me aliquid facit, mihi fecisse videtur → Orang yang bertindak atas nama
saya, berarti tindakannya itu adalah perbuatan saya.
1703. Qui providet sibi, providet haeredibus → Apa yang didapatkan oleh seseorang
akan diwarisi ke keturunannya.
1704. Qui rationem in omnibus quaerunt rationem subvertunt →Mereka yang
mencari alasan untuk segala hal, akan merusak gagasan.
1705. Qui sciens solvit indebitum donandi consilio id videtur fecisse → Seseorang
yang membayar apa yang seharusnya tidak perlu dibayar, maka ia dianggap
memberikan hadiah.

65 Hlm 1681
1706. Qui semel actionem renunciaverit, amplius repetere non potest → Seorang
penggugat yang telah menarik kembali gugatannya, tidak bisa lagi menggugat
perkara yang sama.
1707. Qui semel malus in eodem genere → Orang yang telah berbuat jahat, akan selalu
disangka jahat.
1708. Qui sentit commodum, sentire debet et onus → Orang yang mendapatkan
keuntungan, harus bertanggungjawab.
1709. Qui sentit onus, sentire debet et commodum → Orang yang diberi beban, harus
diberi keuntungan juga.
1710. Quisquis est qui velit juris consultus haberi, continuet stadium, velit a
quocunque doceri → Siapapun yang menganggap dirinya sebagai ahli, harus
memperdalam ilmunya dan mampu untuk mengajarkannya kepada orang lain.
1711. Qui tacet consentire videtur → Orang yang berdiam saja dianggap telah
memberikan persetujuannya.
1712. Qui tacet consentire videtur ubi tractatur de ejus commodo → Ketika
seseorang yang berkepentingan diam saja, berarti ia memberikan
persetujuannya.
1713. Qui tacet non utique fatetur, sed tamen verum est cum non negare →
Seseorang yang berdiam saja bukan berarti ia mengakui, namun apabila apa yang
dikatakan itu benar, berarti ia tidak menyangkalnya.
1714. Qui tardius solvit minus solvit → Orang yang bayar telat, berarti bayarannya
kurang.
1715. Qui ult decipi, decipiatur → Biarkanlah orang yang ingin ditipu.
1716. Quod ab initio non valet, (in) tractu temporis non convalescet → Kerugian
tidak mungkin dapat diperbaiki oleh waktu saja.
1717. Quod ad jus natural attinet, omnes homines aequalus sunt → Semua manusia
setara di muka hukum.
1718. Quod aedificatur in area legata cedit legato→ Apa yang dibangun di atas tanah,
maka akan disertakan bersama tanah tersebut. 66
1719. Quod alias bonum et justum est, si per vim vel fraudem petatur, malum et
injustum efficitur→ Apa yang tadinya baik dan adil, apabila diperoleh dengan
kekerasan atau penipuan, maka hal itu akan menjadi jahat dan tidak adil.
1720. Quod alias non fuit licitum necessitas licitum facit → Keadaan terpaksa
memperbolehkan apa yang tadinya dilarang oleh hukum.
1721. Quod approbo non reprobo → Apa yang saya setujui, tidak saya larang.
1722. Quod a quoque poenae nomine exactum est id eidem restituere nemo cogitur
→ Apa yang telah dirampas dari seseorang sebagai hukumannya, bukan menjadi
kewajiban seseorang untuk mengembalikannya.
1723. Quod attinet ad jus civile, servi pro nullis habentur, non tamen et jure
naturali, quia, quod ad jus natural attinet, omnes homines aequali sunt →
Berdasarkan civil law, budak bukanlah orang yang tidak berarti, dan berdasarkan
hukum alam, semua manusia setara.
1724. Quod constat clare, non debet verificari → Kesepakatan yang jelas, tidak perlu
dibuktikan.

66 Hlm 1682
1725. Quod constat curiae, opera testium non indigent → Apa yang sudah jelas
kebenarannya, tidak memerlukan kesaksian saksi.
1726. Quod contra juris rationem receptum est, non est producendum ad
consequentias → Segala hal yang bertentangan dengan gagasan hukum, tidak
patut untuk dijadikan contoh.
1727. Quod contra legem fit, pro infecto habetur → Segala hal yang dilakukan dengan
cara menentang hukum, dianggap tidak sah.
1728. Quodconque aliquis ob tutelam corporis sui fecerit jure id fecisse videtur →
Apapun yang dilakukan oleh seseorang untuk membela dirinya sendiri dianggap
sah.
1729. Quod datum est ecclesiae, datum est Deo → Apa yang telah diberikan kepada
gereja, berasal dari Tuhan.
1730. Quod demonstrandi causa additur rei satis demonstratae, frustra fit → Segala
tambahan dengan maksud untuk memperjelas apa yang sudah jelas, dianggap
tidak perlu.
1731. Quod dubitas, ne feceris → Ketika dalam keraguan, sebaiknya tidak melakukan
apa – apa.
1732. Quod enim semel aut bis existit, praetereunt legislatores → Legislator hanya
dapat merevisi sekali atau dua kali atas peraturan yang sama.
1733. Quod est ex necessitate nunquam introducitur, nisi quando necessarium →
Apa yang dihadapkan dalam perkara yang berkaitan dengan keadaan terpaksa,
biasanya tidak dihadapkan kecuali perlu.
1734. Quod est inconveniens aut contra rationem non permissum est in lege →
Segala hal yang bertentangan dengan gagasan akan ditolak oleh hukum.
1735. Quod est necesarium est licitum → Apa yang dianggap butuh, maka sah menurut
hukum.
1736. Quod fieri debet facile praesumitur → Apa yang harus dilakukan, dianggap telah
dilakukan.
1737. Quod fieri non debet, factum valet → Walaupun sesuatu tidak perlu dilakukan,
namun akhirnya dilakukan juga, maka tetap sah menurut hukum.
1738. Quod inconsulto fecimus, consultius revocemus → Perbuatan yang dilakukan
tanpa pertimbangan, sebaiknya dibatalkan dengan pertimbangan.
1739. Quod initio non valet, tractu temporis non valet → Sesuatu yang tidak sah dari
awalnya, tidak berubah menjadi sesuatu yang sah dengan berjalannya waktu.
1740. Quod initio vitiosum est non potest tractu temporis convalescere → Sesuatu
yang cacat dari awal, tidak dapat berubah menjadi sempurna dengan berjalannya
waktu.
1741. Quod in jure scripto jus appellatur, id in lege Angliae rectum esse dicitur →Di
civil law hak disebut “jus”, namun pada hukum Inggris, hak disebut “rectum”
1742. Quod in monori valet, valebit in majori; et quod in majori non valet, nec valebit
in minori →Apa yang bermanfaat pada perkara kecil akan bermanfaat juga pada
perkara besar, dan apa yang tidak bermanfaat pada perkara besar, tidak akan
bermanfaat pada perkara kecil.
1743. Quod in uno similium valet, valebit in altero → Apa yang bermanfaat pada satu
atau dua kasus yang serupa, maka akan bermanfaat pada kasus lain yang serupa.
1744. Quod ipsis, qui contraxerunt, obstat, et successoribus eorum obstabit→ Hal –
hal yang tidak berlaku bagi satu, maka tidak akan berlaku bagi orang lain.67
1745. Quod jussu alterius solvitur pro eo est quasi ipsi solutum esset →Hutang yang
dibayar melalui orang ketiga, sama saja seperti hutang itu dibayar langsung.
1746. Quod meum est, sine facto sive defectu meo amitti seu in alium transferri non
potest → Apa yang menjadi milik saya tidak bisa dialihkan ke orang lain tanpa
perbuatan saya sendiri.
1747. Quod meum est sine me auferri non potest → Apa yang menjadi milik saya tidak
bisa dirampas tanpa persetujuan saya.
1748. Quod minus est in obligationem videtur deductum → Persoalan kecil
seharusnya disertakan juga dalam perjanjian.
1749. Quod naturalis ratio inter omnes homines constituit, vocatur jus gentium
→Hukum yang dibuat oleh seluruh bangsa dinamakan hukum bangsa – bangsa
(law of nations).
1750. Quos necessarie intelligitur id non deest → Apa yang telah dipahami berarti
tidak ada kekurangan di dalamnya.
1751. Quod necessitas cogit, defendit → Apa yang dianggap perlu dilakukan, dianggap
sah.
1752. Quod non apparet non est, et non apparet judicialiter ante judicium → Apa
yang tidak dihadirkan dianggap tidak ada, dan tidak ada yang dihadirkan tepat
sebelum putusan.
1753. Quod non capit christus, capit fiscus → Apa yang tidak diambil oleh gereja,
diambil oleh menteri keuangan.
1754. Quod non habet principium non habet finem → Apa yang tidak memiliki awal,
tidak memiliki akhir.
1755. Quod non legitur non creditor → Apa yang tidak dapat dibaca, tidak bisa
dipercaya.
1756. Quod non valet in principali, in accessorio seu consequenti non valebit; et
quod non valet in magis propinqui, non valebit in magis remoto → Apa yang
tidak diberlakukan kepada pelaku utama, maka tidak akan diberlakukan kepada
pelaku pembantu; dan apa yang tidak berpengaruh pada perkara pertama, tidak
akan berpengaruh pada perkara kedua.
1757. Quod nullius esse potest, id ut alicujus fieret nulla obligation valet efficere →
Apa yang tidak dimiliki oleh siapapun tidak bisa diklaim hak milik melalui
perjanjian.
1758. Quod nullius est, est domini regis → Segala hal yang tidak dimiliki oleh siapapun,
akan menjadi milik raja.
1759. Quod nullius est id ratione naturali occupant conceditur →Apa yang tidak
dimiliki oleh siapapun, maka akan menjadi milik orang pertama yang
menemukannya.
1760. Quod nullum est, nullum producit effectum → Apa yang telah dibatalkan, tidak
memiliki kekuatan hukum.
1761. Quod omnes tangit, ab omnibus debet supportari → Segala hal yang
menyangkut semua orang, maka harus didukung oleh semua orang.

67 Hlm 1683
1762. Quod per me non possum, nec per alium → Apa yang tidak bisa saya lakukan,
maka saya tidak akan menyuruh orang lain untuk melakukannya.
1763. Quod per recordum probatum non debet esse negatum → Apa yang telah
terbukti tidak dapat diingkari.
1764. Quod populous postremum jussit, id jus ratum esto → Hukum yang berlaku,
adalah hukum terakhir yang dibuat.
1765. Quod principi placuit legis habet vigorem; utpote cum lege regia, quae de
imperio ejus lata est, populous ei et in cum omne suum imperium et
potestatem conferat → Keputusan sang raja memiliki kekuatan hukum, karena
masyarakat telah memberikannya kedaulatan dan kekuasaan.
1766. Quod prius est verius est; et quod prius est tempore potius est jure → Apa yang
dihadapkan terlebih dahulu lebih ada kebenaran di dalamnya; dan apa yang
dihadpkan terlebih dahulu lebih kuat.
1767. Quod pro minore licitum est et pro majore licitum est →Apa yang dianggap sah
pada perkara kecil, maka akan dianggap sah pada perkara besar.
1768. Quod pure debetur praesenti die debetur → Apa yang diwajibkan tanpa syarat,
maka harus dipenuhi hari itu juga.
1769. Quodque dissolvitur eodem modo quo ligatur→ Dengan cara yang sama ketika
hal itu dibuat, maka dengan cara yang sama, hal tersebut dapat dibatalkan. 68
1770. Quod quis ex culpa sua domnum sentit, non intelligitur damnum sentire →
Kerugian yang seseorang alami akibat perbuatannya sendiri, bukan disebut suatu
kerugian.
1771. Quod quisquis norit, in hoc se exerceat → Biarkanlah setiap orang bekerja pada
bidangnya
1772. Quod quis sciens indebitum dedit hae mente, ut postea repeteret, repetere non
potest →Ketika seseorang melakukan suatu pembayaran dimana semestinya ia
tidak perlu bayar, maka ia tidak bisa menarik kembali uangnya.
1773. Quod remedio destituitur ipsa re valet si culpa absit →Tidak ada upaya hukum
bagi perbuatan – perbuatan yang tidak menimbulkan kerugian
1774. Quod semel aut bis existit praetereunt legislatores →Legislator pass over what
happens (only) once or twice.
1775. Quod semel meum est amplius meum esse non potest → Apa yang tadinya saya
miliki, tidak bisa lagi jadi milik saya.
1776. Quod semel placuit in electione, amplius displicere non potest → Seseorang
tidak bisa mengingkari apa yang telah ia pilih.
1777. Quod solo inaedificatur solo cedit →Apapun yang tumbuh dari tanah
kepemilikan seseorang, termasuk dalam kepemilikan itu.
1778. Quod sub certa forma concessum vel reservatum est, non trahitur ad valorem
vel compensationem →Apa yang telah dihibahkan, tidak bisa dievaluasi ataupun
dikompensasikan.
1779. Quod subintelligitur non deest → Apa yang dapat dimengerti berarti tidak ada
kesalahan di dalamnya.
1780. Quod tacit intelligitur deese non videtur →Apa yang dapat dimengerti tanpa
harus ada penjelasan, berarti tidak ada kesalahan di dalamnya.

68 Hlm 1684
1781. Quod vanum et inutile est, lex non requirit → Hukum tidak membutuhkan hal –
hal yang dianggap tidak berguna dan sia – sia.
1782. Quod vero contra rationem juris receptum est, non est producendum ad
consequentias → Apa yang bertentangan dengan hukum yang sesungguhnya,
tidak boleh dijadikan contoh.
1783. Quo ligature, eo dissolvitur → Sesuatu bisa saja memiliki kekuatan hukum,
ataupun tidak.
1784. Quo modo quid constituitur eodem modo dissolvitur → Sesuatu dapat
dimusnahkan dengan cara yang sama seperti pada saat hal itu dibuat.
1785. Quorum praetextu nec auget nec minuit sententiam, sed tantum confirmat
praemissa → “Quorum praetextu” tidak melebihi ataupun mengurangi suatu
makna, hanya menerangkan.
1786. Quotiens dubia interpretation libertatis est, secundum libertatem
respondendum erit → Ketika ada penafsiran yang meragukan terhadap
persoalan yang terkait dengan kebebasan (atau perbudakan), maka
keputusannya harus memihak kepada kebebasan.
1787. Quotiens idem sermo duas sententias exprimit, ea potissimum accipiatur
quae rei gerendae apitor est → Jika ada pernyataan yang mengandung dua
makna, maka dipilih makna yang paling sesuai dengan hasil akhir yang dituju.
1788. Quoties in stipulationibus ambigua oratio est, commodissimum est id accipi
quod res de, quo agitur in tuto sit → Ketika ada unsur ambigu dalam suatu
pernyataan, maka penafsiran harus dibuat seaman mungkin.
1789. Quoties in verbis nulla est ambiguitas, ibi nulla exposition contra verba
expressa fienda est →Ketika tidak ada unsur ambigu dalam suatu pernyataan,
maka tidak boleh membuat penjelasan yang bertentangan dengan pernyataan
tersebut.
1790. Quum de lurcu duorum quaeratur, melior est condition possidentis → Ketika
kedua belah pihak dihadapi dengan persoalan keuntungan, maka situasi pihak
yang memegang kekuasaan lebih diuntungkan.
1791. Quum in testamento ambigue aut etiam perperam scriptum est, benigna
interpretari et secundum id quod credible est cogitatum, eredendum est →
Ketika ada unsur ambigu dalam surat wasiat, maka harus ditafsirkan secara luas
dan sesuai dengan keingingan testator.
1792. Quum principalis causa non consistit, ne ea quidem quae sequuntur locum
habent→ Jika inti perkara tidak pasti, maka akibatnya pun diragukan.69
1793. Ratihabitio mandato aequiparatur →Ratifikasi sama seperti sebuah perintah.
1794. Ratio est formalis causa consuetudinis →Gagasan merupakan sumber dan
penyebab formal adanya adat istiadat.
1795. Ratio est legis anima, mutate legis ratione mutatur et lex →Gagasan adalah
jiwanya hukum; ketika akal budi hukum berubah, maka hukumnya pun berubah.
1796. Ratio et auctoritas duo clarissima mundi lumina→Gagasan dan kewenangan
merupakan dua cahaya yang paling terang di dunia.
1797. ratio in jure aequitas integra → Gagasan dalam hukum merupakan keadilan
yang paling sempurna.
1798. Ratio legis est anima legis → Gagasan hukum merupakan jiwa hukum.

69 Hlm 1685
1799. Ratio non clauditur loco → Gagasan tidak terbatas.
1800. Ratio potest allegari deficient lege, sed vera et legalis et non apparens →
Gagasan dapat dikemukakan ketika hukumnya gagal, namun gagasan itu harus
benar dan tidak bertentangan.
1801. Receditur a placitis juris potius quam injuriae et delicta maneant impunita →
Lebih baik menyimpang dari hukum, dari pada membiarkan kejahatan dan
kesalahan lolos tanpa dihukum.
1802. Recorda sunt vestigial vetustatis et veritatis →Kearsipan merupakan sisa dari
zaman dahulu dan kebenaran.
1803. Recurrendum est ad extraordinarium quando non valet ordinarium → Kita
harus berpaling kepada cara yang berbeda ketika cara biasa telah gagal.
1804. Reddenda singular singulis → Masing – masing memiliki tempatnya sendiri.
1805. Regula est, juris quidem ignorantiam cuique nocere, facti vero ignorantiam
non nocere → Kelalaian terhadap fakta masih bisa membebaskan seseorang dari
hukuman tetapi tidak demikian dengan kelalaian hukum.
1806. Regula pro lege, si deficit lex → Ketika hukum tidak sempurna, maka pepatah
dapat digunakan.
1807. Regulariter non valet pactum de re mea non alienanda → Perjanjian yang
melarang saya agar tidak dapat memperjualbelikan tanah milik saya, bukan
perjanjian yang memiliki kekuatan hukum.
1808. Reipublicae interest voluntates defunctorum effectum sortiri → Merupakan
tugas negara untuk memastikan agar wasiat seseorang terlaksanakan.
1809. Rei turpis nullum mandatum est → Tidak ada mandat untuk melakukan
kejahatan atau sesuatu yang tidak bermoral. Maka kegagalan dalam
melaksanakan titahnya, tidak dapat digugat.
1810. Relatio est fictio juris et intent ad unum →Fiksi hukum diciptakan untuk
mengisi kekosongan pada hukum.
1811. Relatio semper fiat ut valeat dispositio → Referensi harus dibuat sedemikian
rupa agar disposisi dalam surat wasiat dapat berlaku.
1812. Relativorum cognito uno, cognoscitur et alterum → Antara dua hal yang
berhubungan, ketika yang satu telah diketahui, maka yang kedua juga dapat
diketahui.
1813. Religio sequitur patrem → Anak selalu mengikuti agama ayahnya.
1814. Remissius imperanti melius paretur →Seseorang yang tidak terlalu keras dalam
memimpin, sepatutnya dituruti.
1815. Remoto impedimento, emergit actio → Ketika sebuah kesalahan tidak dapat
dihilangkan, maka gugatan akan lahir.
1816. Repellitur a sacramento infamis →Seseorang yang hina dilarang mengambil
sumpah.
1817. Repellitur exceptione cedendarum actionum →Penggugat kalah ketika suatu
pernyataan membuktikan bahwa perbuatannya dikehendaki.
1818. Reprobata pecuinia liberat solventum → Bayaran yang ditolak, akan
melepaskan orang yang membayar dari kewajibannya.
1819. Reputatio est vulgaris opinion ubi non est veritas→ Reputasi merupakan opini
umum ketika tidak ada pengetahuan lain.70

70 Hlm 1686
1820. Rerum ordo confunditur, si unicuique jurisdiction non servetur → Ketertiban
tidak ada gunanya jika yuridiksi tidak diterapkan dengan benar.
1821. Rerum progressus ostendunt multa, quae in initio praecaveri seu praevideri
non possunt →Rangkaian kejadian menggambarkan banyak hal dimana awal
kejadiannya tidak terduga.
1822. Rerum suarum quilibet est moderator et arbiter → Setiap orang merupakan
bos pada urusannya sendiri.
1823. Res accendent lumina rebus → Setiap permasalahan selalu berkaitan dengan
permasalahan lain.
1824. Res accessoria sequitur rem principalem → Pelaku pembantu mengikuti pelaku
utamanya.
1825. Res denominator a principaliori parte → Sesuatu diberi nama dari bagian yang
paling esensialnya.
1826. Reservatio non debet esse de proficuis ipsis quia ea conceduntur, sed de
redditu novo extra proficua → Reservasi penyewaan tidak dapat diberlakukan
kenaikan harga per tahunnya, melainkan diberikan harga yang berlaku pada saat
itu.
1827. Res est misera ubi jus est vagum et incertum → Keadaan yang paling buruk
adalah ketika hukum tidak adil dan tidak pasti.
1828. Res generalem habet signifactionem, quia tam corporea, quam incorporeal,
cujuscunque sunt generis naturae sive specie, comprehendit → Kata “barang”
memiliki arti yang umum, “barang” dapat merujuk pada benda baik yang
berbentuk, maupun yang tidak berbentuk.
1829. Resignatio est juris proprii spontanea refutatio → Pengunduran diri
merupakan pelepasan hak seseorang.
1830. Res inter alios acta alteri nocere non debet → Hal – hal yang dilakukan, tidak
boleh merugikan pihak ketiga.
1831. Res inter alios judicatae nullum aliis praejudicium faciunt → Perkara
seseorang ataupun putusannya tidak berlaku bagi pihak ketiga.
1832. Res judicata facit ex albo nigrum,ex nigro album, ex curvo rectum, ex recto
curvum →Terkadang dalam suatu perkara, apa yang tadinya putih akan menjadi
hitam; hitam ke putih; yang tadinya benar menjadi salah; salah menjadi benar.
1833. Res judicata pro veritate accipitur → Perkara yang ditangani selalu dicari
kebenarannya.
1834. Res nullius naturaliter fit primi occupantis → Suatu benda yang tadinya tidak
dimiliki oleh siapa pun, akan menjadi milik orang yang menemukannya.
1835. Resoluto jure concedentis, resolvitur jus concessum → Ketika haknya
seseorang dicabut, maka apa yang ia hibahkan dapat dibatalkan.
1836. Res periit domino suo → Pemusnahaan sesuatu merupakan kerugian pemiliknya.
1837. Res per pecuniam aestimatur, et non pecunia per res → Suatu barang dinilai
dalam bentuk uang, namun uang tidak dinilai dari bentuk barang.
1838. Respiciendum est judicanti nequid aut durius aut remissius constituatur
quam causa deposcit; nec enim aut severitatis aut clementiae Gloria
affectanda est → Seorang hakim yang sedang menangani sebuah perkara tidak
boleh mempertimbangkan lebih dari yang dihadapkan padanya; baik itu demi
perbaikan atau hukuman.
1839. Respondeat raptor, qui ignorare non potuit quod pupillum alienum abduxit
→ Seseorang yang mengambil keperawanan seorang wanita harus
bertanggungjawab atas perbuatannya.
1840. Respondeat superior → Seorang atasan harus bertanggungjawab.
1841. Responsio unius non omnino audiatur → Pernyataan satu saksi sepatutnya
tidak didengar.
1842. Res propria est quae communis non est → Suatu benda yang dimiliki sendiri,
bukan untuk digunakan oleh umum.
1843. Res quae intra praesidia perductae nondum sunt quanquam ab hostibus
occupatae, ideo postliminii non egent, quia dominum nondum mutarunt ex
gentium jure→ Suatu benda yang dicuri namun belum dibawa ke kediaman
pencuri, maka benda itu masih milik pemilik sebelumnya. 71
1844. Res sacra non recipit aestimationem → Sesuatu yang dianggap sakral tidak
dapat dipertanyakan.
1845. Res sua nemini servit → Tidak ada seorang pun yang dipekerjakan pada
tanahnya sendiri.
1846. Res transit cum suo onere → Tanggungjawab melekat pada setiap barang.
1847. Reus excipiendo fit actor → Tergugat menjadi penggugat ketika ia membuat
suatu permohonan.
1848. Reus laesae majestatis punitur, ut pereat unus ne pereant omnes.
1849. Re, verbis scripto, consensy, traditione, juncture vestes sumere pacta solent
→Suatu keseluruhan biasanya terdiri dari perkataan, penulisannya, kesepakatan,
pelaksanaan yang digabungkan jadi satu.
1850. Rex non debet esse sub homine sed sub Deo et lege → Seorang raja bukan di
bawah kewenangan orang lain, melainkan Tuhan dan hukum.
1851. Rex non potest fallere nec falli → Raja tidak menipu ataupun ditipu.
1852. Rex non potest peccare → Raja tidak pernah bersalah.
1853. Rex nunquam moritur → Raja tidak pernah mati.
1854. Riparum usus publicus est jure gentium, sicut ipsius fluminis → Berdasarkan
hukum negara, sungai adalah milik publik, sama seperti anak sungainya.
1855. Roy n’est lie per ascun statute, si il ne soit expressement nosme → Raja tidak
terikat pada hukum manapun, kecuali hukum yang secara khusus menyebut
namanya.
1856. Sacramentum habet in se tres comites, veritatem justitiam et judicium:
veritas habenda est in jurato; justitia et judicium in judice → Terdapat tiga
komponen dalam sumpah—kebenaran, keadilan, kehakiman: kebenaran pada
pernyataan yang dibuat oleh orang yang telah disumpah, Keadilan dan kehakiman
terdapat pada hakim yang mengambil sumpahnya.
1857. Sacramentum si fatuum fuerit, licet falsum, tamen non committit perjurium
→Pernyataan yang palsu, namun karena sumpahnya salah, maka tidak tergolong
sebagai sumpah palsu (perjury).
1858. Sacrilegus omnium praedonum cupiditatem et scelerem superat → Seseorang
yang melanggar sesuatu yang sakral, melebihi penjahat lain.
1859. Saepe constitutum est res inter alios judicatas aliis non praejudicare → Suatu
perkara tidak mempengaruhi pihak luar.

71 Hlm 1687
1860. Saepenumero ubi proprietas verborum attenditur, sensus veritatis amittitur
→ Ketika perkataan dibawa jauh dari intinya, maka kebenarannya hilang.
1861. Saepe viatorem nova, non vetus, orbita fallit → Biasanya hal baru bukan
kebiasaan lama yang bisa menipu seseorang.
1862. Salus populi (est) suprema lex → Perlindungan masyarakat adalah hukum
tertinggi.
1863. Salus reipublicae suprema lex → Perlindungan sebuah negara merupakan
hukum tertinggi.
1864. Salus ubi multi consiliarii → Dimana ada penasehat hukum, disitu ada
perlindungan.
1865. Sanguinis conjunction benevloentia devincit homines et caritate → Hubungan
darah melebihi hubungan lain, karen hubungan darah datang dari keluarga.
1866. Sapiens incipit a fine, et quod primum est in intentione, ultimum est in
executione → Orang yang bijak akan bermulai dari akhir, dan kesengajaan
ditempatkan terlebih dahulu sebelum penghukuman.
1867. Sapiens Omnia agit cum consilio → Orang bijak melakukan segala hal dengan
penuh pertimbangan.
1868. Sapentia legis nummario pretio non est aestimanda → Kebijakan hukum tidak
bisa dinilai dengan uang.
1869. Sapientis judicis est cogitare tantum sibi esse permissum, quantum
commissum et creditum→ Hakim yang bijak tahu apa yang boleh ia perbuat dan
apa yang telah dipercayakan kepadanya.72
1870. Satius est petere fonts quam sectari rivulos →
1871. Scientia sciolorum est mixta ignorantia → Seseorang bersifat lalai ketika ia
hanya mengetahui sedikit.
1872. Scientia utrimque par pares contrahentes facit → Pengetahuan yang rata di
antara kedua belah pihak, membuat para pihak tersebut sederajat.
1873. Scienti et volenti non fit injuria → Seseorang tidak mengalami kerugian apabila
ia mengetahui perbuatan jahat yang dilakukan terhadapnya namun membiarkan
saja.
1874. Scire debes cum quo contrahis → Setiap orang harus mengetahui dengan siapa
ia membuat perjanjian.
1875. Scire et scire debere aequiparantur in jure → Mengetahui sesuatu, dan
diharuskan untuk mengetahui merupakan dua hal yang sama dalam hukum.
1876. Scire leges non hoc est verba earum tenere, sed vim et potestatem → Hukum
bukan hanya dibaca, namun dipahami kekuatannya.
1877. Scire proprie est rem ratione et per causam cognoscere →Mengetahui isi
keseluruhan perkara, berarti mengetahui sebab dan akibatnya.
1878. Scribere est agree → Menulis adalah sebuah perbuatan.
1879. Scriptae obligations scriptis tolluntur, et nudi consensus obligation contrario
consensus dissolvitur → Kewajiban yang tertulis dapat dibatalkan melalui
tulisan juga, dan kewajiban yang lahir dari kesepakatan lisan, dapat dibatalkan
dengan cara pengucapan juga.
1880. Secta est pugna civilis, sicut actors armantur actionibus, et quasi accinguntur
gladiis, ita rei (e contra) muniuntur exceptionibus, et defenduntur quasi

72 Hlm 1688
clypeis → Gugatan merupakan pertengkaran perdata; dimana penggugat
menggunakan pedang untuk menuntut, dan tergugat mengajukan permohonan
bagaikan tameng untuk melindunginya.
1881. Secta quae scripto nititur a scripto variari non debet → Gugatan yang
bergantungan hanya pada tulisan, akan diselesaikan berdasarkan isi tulisan itu
saja.
1882. Secundum naturam est commode cujusque rei eum sequi quem sequentur
incommoda → Sudah hukum alam bahwa keuntungan sepatutnya diberikan
kepada orang yang telah mengalami kemalangan.
1883. Securius expediuntur negotia commissa pluribus, et plus vident oculi quam
oculus → Sebuah usaha seharusnya dipegang oleh orang – orang tertentu saja,
dari pada dipegang oleh banyak orang.
1884. Seisina facit stipitem →Apabila tanah dimiliki bersama, maka hasilnya pun
dimiliki bersama.
1885. Semel civis semper civis → Sekali menjadi warga negara, seterusnya akan
menjadi warga negara.
1886. Semel malus semper praesumitur esse malus in eodem genere → Orang yang
telah melakukan perbuatan jahat, akan dilihat jahat seterusnya.
1887. Semper in dubiis benigniora praeferenda sunt → Dalam menghadapi perkara
yang meragukan, maka konstruksi yang paling sesuai akan dipergunakan.
1888. Semper in dubiis id agendum est, ut quam tutissimo loco res sit bona fide
contracta, nisi quum aperte contra leges scriptum est → Dalam perkara yang
meragukan, sebaiknya memihak kepada perjanjian yang sah dan benar, kecuali
perjanjian tersebut telah terbukti bertentangan dengan hukum.
1889. Semper in obscuris quod minimum est sequimur → Dalam perkara yang tidak
pasti, maka sebaiknya mengikuti arah yang paling memiliki sedikit
ketidakpastian.
1890. Semper in stipulationibus et in caeteris contractibus id sequimur quod actum
est → Dalam menangani perkara yang mempermasalahkan sebuah perjanjian,
sebaiknya mengikuti pelaksanaan perjanjian itu atau apa yang telah disepakati.
1891. Semper ita fiat relation ut valeat dispositio → Referensi harus dibuat
sedemikian rupa agar disposisinya dapat terbuka sebaik mungkin.
1892. Semper necessitas probandi incumbit ei qui agit → Beban pembuktian selalu
dilimpahkan pada penggugat.
1893. Semper praesumitur pro legitimatione puerorum, et filiation non potest
probari →Sebuah asumsi selalu memihak pada anak sah, asumsi yang
mengatakan lain harus dibuktikan.
1894. Semper praesumitur pro negante→ Asumsi selalu memihak kepada pihak yang
menyangkal.73
1895. Semper praesumitur pro sentential → Asumsi selalu memihak kepada
kehakiman.
1896. Semper quo non prohibit pro se intervenire mandare creditor → Seorang yang
tidak melarang pihak ketiga untuk ikut campur dalam urusannya, dianggap telah
memberikan persetujuannya kepada pihak ketiga tersebut.

73 Hlm 1689
1897. Semper sexus masculinus etiam faemininum continent → Seorang lelaki selalu
melibatkan wanita dalam urusannya.
1898. Semper specialia generalibus insunt → Klausa – klausa spesifik selalu
disertakan dengan klausa – klausa biasa.
1899. Senatores sunt partes corporis regis → Para senator merupakan bagian dari
raja.
1900. Sensus verborum est anima legis → makna dari perkataan adalah penerapan
hukum.
1901. Sensus verborum est duplex, mitis et asper, et verba semper accipienda sunt
in mitiore sensu → Suatu perkataan dapat mengandung banyak arti, baik arti
yang buruk maupun arti sempit; namun, perkataan harus ditafsirkan sehalus
mungkin.
1902. Sensus verborum ex causa dicendi accipiendus est, et sermones semper
accipiendi sunt secundum subjectam materiam → Makna dari suatu perkataan
harus dilihat dari keadaan pada saat perkataan itu diucapkan, dan penafsiran
harus sesuai dengan inti perkataan itu.
1903. Sententia a non judice lata nemini debet nocere.→ Putusan yang dibacakan oleh
orang yang bukan hakim, tidak memiliki pengaruh apa pun.
1904. Sententia contra matrimonium nunquam transit in rem judicatam →
Penghukuman yang dilakukan terhadap perkawinan, bukanlah suatu keputusan
akhir.
1905. Sententia facit jus, et legis interpretation legis vim obtinet → Sebuah putusan
membentuk suatu hak, dan penafsiran hukum mendapatkan kekuatan hukum.
1906. Sententia facit jus, et res judicata pro veritate accipitur →Sebuah putusan
membentuk suatu hak, dan apa yang telah diadili dianggap mengikuti kebenaran.
1907. Sententia interlocutoria revocari potest, definitive non potest → Hakim
sementara dapat diganti, tetapi tidak demikian dengan hakim tetap.
1908. Sententia non fertur de rebus non liquidis → Suatu keputusan tidak dikeluarkan
bagi perkara yang tidak jelas.
1909. Sequi debet potential justitiam, non praecedere → Kekuasaan seharusnya
mengikuti keadilan bukan sebaliknya.
1910. Sermo index animi → Perkataan merupakan ekspresi dari pemikiran seseorang.
1911. Servanda est consuetudo loci ubi causa agitur → Kebiasaan tempat menggugat
seharusnya dipahami.
1912. Servitia personalia sequuntur personam → Seorang abdi selalu mengikuti
majikannya.
1913. Si a jure discedas, vagus eris et erunt Omnia omnibus incerta → Jika manusia
menghindar dari hukum, maka masyarakat akan terperangkap dalam
ketidakpastian.
1914. Si alicujus rei societas sit et finis negotio impositus est, finitur societas →
Apabila suatu usaha dibangun oleh kemitraan, lalu usaha itu tutup, maka
kemitraan tersebut berakhir.
1915. Si aliquid ex solemnibus deficiat, cum aequitas poscit subviendum est →
Ketika sesuatu tidak memenuhi persyaratan formal, dan ketika keadilan
membutuhkannya, maka persyaratan itu harus dipenuhi.
1916. Si assuetis mederi possis, nova non sunt tentanda →Jika seseorang dapat
digantikan kerugiannya melalui upaya hukum adat, maka tidak perlu
menggunakan upaya hukum.
1917. Sic enim debere quem meliorem agrum suum facere, ne vicini deteriorem
faciat → Setiap pemilik tanah seharusnya menggunakan tanahnya tanpa
merugikan tetangganya.
1918. Sie interpretandum est ut verba accipiantur cum effectu → Penafsiran harus
dibuat sedemikian rupa agar dapat membantu pelaksanaannya.
1919. Sic utere tuo ut alienum non laedas → Gunakanlah tanah milikmu sendiri dan
jangan merugikan tanah milik orang lain.
1920. Sicut natura nil facit per saltum, ita nec lex→ Baik hukum alam maupun hukum
manusia tidak mengadili kejanggalan.74
1921. Si duo in testamento pugnantia reperientur, ultimum est ratum→Jika dua
ketentuan saling berlawanan satu sama lain ditemukan di surat wasiat, maka yang
terakhir lah yang menentukan
1922. Sigillum est cera impressa quia cera sine impressione non est
sigillum→Sebuah segel adalah bagian dari lilin yang bermakna, karena lilin tanpa
makna bukanlah segel
1923. Si Judicas, cognosce→Jika kamu hakim, maka mengertilah.
1924. Silent leges inter arma→Hukum diam ditengah-tengah perang.
1925. Si meliores sunt quos ducit amor, plures sunt quos corrigit timor →Jika yang
lebih baik adalah mereka yang dibimbing oleh cinta, maka jumlah lebih besar
adalah mereka yang takut kebenaran
1926. Similitudo Legalis est casuum diversorum inter se collatorum similis ratio;
quod in uno similium valet, valebit in altero→Keserupaan hukum adalah alasan
serupa yang mengatur berbagai kasus ketika dibandingkan satu dengan yang
lainnya, untuk apa yang membantu di kasus yang serupa maka akan membantu di
kasus lainnya.
1927. Simplex commendatio non obligat→Rekomendasi yang sederhana tidak
mengikat.
1928. Simplex et pura donatio dici poterit ubi nulla est adjecta conditio nec
modus→Sebuah pemberian dikatakan tulus dan sederhana ketika tidak ada
syarat atau kualifikasi yang ditambahkan.
1929. Simplicitas est legibus amica, et nimia subtilitas in jure
reprobatur→Kesederhanaan adalah teman dari hukum, dan hal yang terlalu
bertele-tele dalam hukum adalah hal yang terkutuk.
1930. Sine possessione usucapio procedere non potest→Tanpa kepemilikan, bukti
kepemilikan (Usucapio Romawi) tidak dapat diproses
1931. Singuli in solidum tenentur→Setiap individu terikat untuk keseluruhan.
1932. Si non appareat quid actum est, erit consequens ut id sequamur quod in
regione in qua actum est frequentatur→Jika tidak jelas apa yang telah terjadi
(atau disepakati) maka konsekuensinya akan mengikuti apa yang jadi kebiasaan
di tempat dimana perjanjian itu di buat.
1933. Si nulla conjectura quae ducat alio, verba intelligenda sunt ex proprietate,
non grammatica sed populari ex usu→Jika tidak ada kesimpulan yang berujung

74 Hlm 1690
pada perbedaan hasil, perkataan di pahami berdasarkan arti yang paling tepat,
bukan berdasarkan tatabahasa namun dalam arti yang lebih dikenal dan biasa
1934. Si plures conditiones ascriptae fuerunt donationi conjunctim, omnibus est
parendum; et ad veritatem copulative requiritur quod utraque pars sit vera,
si divisim, quilibet vel alteri eorum satis est obtemperare; et in disjunctivis,
sufficit alteram partem esse veram→Jika beberapa syarat secara tertulis
berkaitan dengan sebuah pemberian, maka keseluruhannya harus mengikutinya;
dan dengan patuh pada kebenaran yang ada, maka diharuskan setiap bagian
untuk benar adanya, dianggap secara bersamaan; jika syaratnya terpisah, cukup
untuk memenuhi satu dari seluruh syarat tersebut; dan jika tidak terhubung,
maka yang tersebut atau yang lain dianggap benar.
1935. Si plures sint fidejussores, quotquot erunt numero, singuli in solidum
tenentur→Jika ada lebih dari satu kepastian, maka sebanyak apapun jumlahnya,
maka seseorang harus bertanggjawab untuk keseluruhannya.
1936. Si quidem in nomine, cognomine, praenomine, agnomine legatarii testator
erraverit, cum de persona constat, nihilominus valet legatum→Jika pewaris
telah berbuah salah dalam hal penamaan, julukan, panggilan, ataupun titel dari
ahli waris, ketika ada kepastian terkait sang ahli waris, maka itu tetap dapat
dianggap valid
1937. Si quid universitati debetur, singulis non debetur, nec quod debet universitas
singuli debent→Jika sesuatu dilakukan untuk perusahaan, maka itu tidak
dilakukan untuk anggotanya, ataupun anggotanya tidak berhutang apa yang
perusahaan itu berhutang.
1938. Si quis cum totum petissei partem petat, exceptio rei judicatae vocet →Jika
siapapun menuntut di bagian dimana ia seharusnya dituntut untuk keseluruhan,
maka putusan harus menetapkan res judicata (melawan terhadap gugatan.
1939. Si quis custos fraudem pupillo fecerit, a tutela removendus est.→Jika wali
melakukan kejahatan terhadap orang yang di bawah perwaliannya, maka ia di
hapus statusnya dari perwalian.
1940. Si quis praegnantem uxorem reliquit, non videtur sine liberus
decessisse.→Jika seseorang mati meninggalkan istrinya yang hamil, maka ia tidak
dianggap mati tanpa anak.75
1941. Si quis unum percusserit cum alium percutere vellet, in felonia tenetur→Jika
seseorang membunuh seseorang lainnya, ketika ia memang berniat untuk
membunuh orang lain, maka ia tetap dianggap bersalah.
1942. Si suggestio non sit vera, literae patentes vacuae sunt→Ketika petunjuknya
tidak benar, maka surat paten itu dianggap batal.
1943. Sive tota res evincatur, sive pars, habet regressum emptor in
venditorem→Jika properti seseorang dilakukan dengan pengusiran, baik
seluruhnya maupun sebagian, maka pembeli punya hak untuk menggugat penjual.
1944. Socii mei socius meus socius non est→Mitra dari mitra saya bukan mitra saya.
1945. Sola ac per se senectus donationem, testamentum aut trasnactionem non
vitiate→Lamanya usia dari sebuah transaksi, pemberian maupun wasiat tidak
melemahkan itu semua.

75 Hlm 1691
1946. Solemnitates juris sunt observandae→Kekhusyukan hukum harus
diperhatikan.
1947. Solo cedit quod solo implantatur→Apa yang ditanam di tanah, merupakan milik
dari tanah itu.
1948. Solo cedit quod solo inaedificatur→Apa yang dibangun di atas tanah, merupaka
milik tanah itu.
1949. Solus Deus haeredem facit→Tuhan yang menentukanahli waris.
1950. Solutio pretii emptionis loco habetur→Pembayaran dari harga sebuah barang,
berada di tempat penjualan.
1951. Solvendo esse nemo intelligitur nisi qui solindum potest solvere→Tidak ada
yang mengerti bagaimana berada dalam keadaan bangkrut, kecuali mereka yang
dapat membayar hutang mereka.
1952. Solvitur adhuc societas etiam morte socii→Sebuah kemitraan menghilang
ketikasalah satu mitranya meninggal.
1953. Solvitur eo ligamine quo ligatur→Dilepas oleh ikatan yang mengikatnya.
1954. Spes impunitatis continuum affectum tribuit delinquendi→Harapan untuk
kebebasan dari hukuman berbanding konstan dengan kecenderungan sebuah
pelanggaaran.
1955. Spoliatus debet ante omnia restitui→Sebuah pihak apabila secara paksa
dirampas hak kepemilikannya seharunya memiliki hak restitusi.
1956. Spoliatus episcopus ante omnia debet restitui→Seorang uskup yang merusak
apa yang seharusnya ia lihat, maka di atas semuanya hal tersebut harus
dikembalikan.
1957. Spondet peritiam artis→Ia berjanji (untuk menggunakan) kemampuan seninya.
Dimana ia melaksanakan pekerjaannya dalam cara yang mahir.
1958. Sponte virum fugiens mulier et adultera facta, doti sua careat, nisi sponsi
sponte retracta→Seorang wanita yang meninggalkan suaminya berdasarkan
dengan keinginannya dan berbuat zina harus kehilangan maharnya, kecuali ia
diambil kembali oleh suaminya sesuai dengan keinginannya.
1959. Stabit praesumptio donec probetur in contrarium→Sebuah dugaan akan tetap
menjadi dugaan hingga sebuah bukti diberikan secara berlawanan.
1960. Stare decisis et non quieta movere→Secara harfiah, untuk tetap pada putusan
yang sebelumnya dan tidak terpengaruh pada permasalahan yang ada. Untuk
mengikuti putusan preseden dan tidak untuk menyimpang prinsip yang telah
ditetapkan.
1961. Stat pro ratione voluntas→Sebuah wasiat akan tetap di tempat alasannya.
1962. Stat pro ratione voluntas populu→Keinginan orang orang akan tetap di tempat
alasannya.
1963. Statuta pro publico commodo late interpretatur→Peraturan yang dibuat untuk
kepentingan publik seharunya dibuat secara luas.
1964. Statuta suo claunduntur territorio, nec ultra territorium
disponunt→Peraturan terbatas untuk wilayah hukumnya sendiri dan tidak
berlaku extraterritorial.
1965. Statutum affirmativum non derogat communi legi→Sebuah peraturan yang
disetujui tidak mengangkat dari hukum umum.
1966. Statutum generaliter est intelligendum quando verba statuti sunt specialia,
ratio autem generalis→Sebuah peraturan dipahami secara umum, ketika kata
kata dari peraturan tersebut khusus namun alasannya umum
1967. Statutum speciale statuto speciali non derogat→Satu peraturan spesial tidak
mengangkat peraturan sepsial lainnya
1968. Sublata causa tollitur effectus→Menyingkirkan sebab, dan akibatnya akan
musnah.76
1969. Sublata veneratione magistratuum, respublica ruit→Ketika penghormatan
kepada pengadilan sudah rusak, maka kesejahteraan umum akan hancur.
1970. Sublato fundamento, cadit opus→Ketika sebuah dasar sudah dihapus (atau
hancur) maka strukturnya akan goyah.
1971. Sublato principali, tollitur adjunctum→Ketika sebuah prinsip sudah dibuang,
maka tambahannya dibuang.
1972. Succuritur minori; facilis est lapsus junvetutis→Bantuan diberikan untuk anak
anak; bagi remaja berbuat kesalahan adalah hal yang mudah (contoh: remaja
bertanggung jawab atas kesalahannya).
1973. Summa caritas est facere justitiam singulis et omni tempore quando necesse
fuerit→Amal terbesar adalah memberikan keadilan bagi setiap individual dan
setiap waktu ketika dibutuhkan.
1974. Summa est lex quae pro religione facit→Hukum tertinggi adalah yang berpihak
atas nama agama.
1975. Summum jus, summa injuria→Alasan yang lebih tinggi adalah hukum yang
berpihak pada agama.
1976. Superficies solo cedit→Lapisan atas tanah adalah bagian dari tanah. Apapun
yang menempel pada tanah adalah bagian daripadanya.
1977. Superflua non nocent→Jumlah yang berlebihan tidak menimbulkan cidera.
1978. Suppressio veri, expressio falsi→Penekanan atas kebenaran (sama halnya
dengan) ekspresi atas apa yang salah.
1979. Suppressio veri, suggestio falsi→Penekanan atas kebenaran (sama halnya
dengan) ekspresi atas apa yang salah.
1980. Surplusagium non nocet→Hal yang tidak ada hubungannya tidak menimbulkan
cedera. Tuduhan hal hal berlebihan, yang tidak sesuai dengan perkaranya, tidak
berpengaruh.
1981. Tacita quaedam habentur pro expressis→Beberapa hal walaupun tidak di
ungkapkan dianggap telah diungkapkan.
1982. Talis interpretatio semper fienda est ut evitetur absurdum, et inconveniens,
et ne judicium sit illusorium→Interpretasi selalu dibuat sesuai dengan cara yang
menghindari hal yang absurd dan tidak sesuai, dan begitu pula dengan putusan
yang berisi contoh buruk
1983. Talis non est eadem, nam nullum sumule east idem→“seperti” bukan “sama”,
untuk apa yang tidak sama dengan hal yang serupa
1984. Tantum bona valent, quantum vendi possunt→Suatu barang berharga sesuai
seberapa banyak mereka dapat terjual.
1985. Tantum concessum quantum scriptum→Berapa banyak yang diberikan sesuai
dengan yang tertulis.

76 Hlm 1692
1986. Tantum habent de lege, quantum habent de justitia→(preseden) memiliki nilai
sesuai dengan hukum yang menunjukkan keadilan
1987. Tantum operatur fictio in casu ficto quantum veritas in casu cero→Fiksi
hukum bertindak untuk taraf dan dampak yang sama di dalam kasus yang
selayaknya sebagaimana kebenaran terjadi di dalam kasus sebenarnya.
1988. Tantum praescriptum quantum possessum.→Hanya akan ada bukti
kepemilikan selama ada kepemilikan.
1989. Tempus enim modus tollendi obligationes et actiones, quia tempus currit
contra desides et sui juris contemptores→Untuk waktu yang dimaksudkan
merusak kewajiban dan tindakan, karena waktu berjalan melawan mereka ya
tidak aktif dan menunjukkan penghormatan yang sedikit atas hak mereka sendiri.
1990. Tempus ex suapte natura vim nullam effectricem habet→Waktu, atas sifatnya
sendiri, tidak punya kekuatan yang berdampak.
1991. Tempus mortis inspiciendum→(setiap orang harus) melihat waktu kematian.
1992. Tenor et qui legem dat feudo→Arah itu lah yang memberikan hukum imbalan.
Itu adalah arah dari pemberian aturan feudal terkait dampak dan jangkauannya.
1993. Teminus annorum certus debet esse et determinatus→Suatu kondisi waktu
seharusnya jelas dan definitif (dengan akhir yang tetap).
1994. Terminus et (ac) feodum non possunt constare simul in una eademque
persona→Syarat dan bayaran keduanya tidak bisa disatukan dan kepada satu
orang dalam waktu bersamaan.77
1995. Terra manens vacua occupanti conceditur→Tanah yang dibiarkan tidak
diduduki diberikan kepada penghuni yang ada.
1996. Terra transit cum onere→Tanah diberikan dengan kandungan yang ada.
1997. Testamenta latissimam interpretationem habere debent→Wasiat seharusnya
diinterpretasikan secara luas.
1998. Testamentum est voluntatis nostrae just sententia, de eo quod quis post
mortem suam fieri velit→Sebuah surat wasiat adalah pernyataan dari wasiat
mengenai apapun yang seseorang inginkan dilakukan setelah ia meninggal. Atau
seperti yang dinyatakan oleh Blackstone, sebuat surat wasiat adalah “pernyataan
hukum niat seseorang yang akan dilaksanakan setelah kematiannya.”
1999. Testamentum omne morte consummatum→Setiap wasiat dipenuhi oleh
kematian.
2000. Testatoris ultima voluntas est perimplenda secundum veram intentionem
suam→Wasiat terakhir pewaris harus dipenuhi sesuai dengan keinginannya
yang sesungguhnya.
2001. Testibus deponentibus in pari numero, dignioribus est credentum→Ketika
jumlah saksi yang memberikan kesaksian sama di dua pihak, yang lebih dapat
dipercaya lah yang dipercaya.
2002. Testibus, non testimoniis, credendum est.→Para saksi lah yang harus dipercaya,
bukan kesaksiannya.
2003. Testimonia ponderanda sunt, non numeranda→Kesaksian yang memberatkan,
tidak dihitung.
2004. Testis de visu praeponderat aliis→Seorang saksi mata lebih berharga dari yang
lain.

77 Hlm 1693
2005. Testis nemo in sua causa esse potest→Tidak seorang pun dapat menjadi saksi
di dalam perkaranya sendiri.
2006. Testis oculatus unus plus valet quam auritii decem→Satu orang saksi mata
lebih berharga dari 10 saksi pendengar.
2007. Testmoignes ne poent testifier le negative, mes l’affirmative →Para saksi tidak
dapat memberikan kesaksian secara negatif; mereka harus bersaksi untuk hal
yang mereka ketahui.
2008. Timores vani sunt aestimandi qui non cadunt in constantem
virum→Ketakutan itu harus dianggap sia-sia (atau dangkal) yang tidak
mempengaruh seseorang dengan karakter yang kuat.
2009. Titius haeres esto→Biarkan Titius yang menjadi ahli waris ku. Titus sebelumnya
adalah pasangan Romawi John Doe.
2010. Titulus est justa causa possidendi id quod nostrum est→Gelar disebabkan
kepemilikan yang kita miliki
2011. Tolle voluntatem et erit omnis actus indifferens→Pindahkan niatnya, dan
semua tindakan akan menjadi biasa saja
2012. Totum praefertur unicuique parti→Keseluruhan hal lebih disukai yang bagian
tertentunya saja.
2013. Tout ce que la loi ne defend pas est permis→Apapun yang hukum tidak
melarangnnya maka diizinkan.
2014. Toute exception non surveille tend a prendre la place du principe →Setiap
pengecualian yang tidak dikhususkan cenderun diasumsikan sebagai prinsip.
2015. Tractent fabrilia fabri→Biarkan pandai besi menunjukkan kerja
penempaannya.
2016. Traditio loqui facit chartam→Penyerahan membuat akta (dokumen) berbicara.
2017. Traditionibus et usucapionibus, non nudis pactis, transferuntur rerum
dominia.→Hak atas barang di pindahkan melalui penyerahan dan bukti
kepemilikan (ditemukan di bukti panjang kepemilikan) bukan dengan perjanjian
semata.
2018. Traditio nihil amplius transferre debet vel potest ad eum qui accipit quam est
apud eum qui tradit→Penyerahan tidak dapat menyerahkan lebih dari apapun
selain kepada penerima yang memiliki, dari yang diserahkan itu.
2019. Trado tibe ecclesiam→Saya serahkan gereja (atau penghidupan) kepadamu.
2020. Transgressione multiplicata, crescat poenae inflictio→Ketika pelanggaran
diulang, maka penderitaan atas hukuman akan di tingkatkan. 2 Co.Inst.479
2021. Transit in rem judicatam→Itu melewati ke dalam penilaian.78
2022. Transit terra cum onere→Tanah diberikan dengan beban yang ada.
2023. Tres faciunt collegium→Tiga bentuk dari sebuah perusahaan.
2024. Triatio ibi semper debet fieri ubi juratores meliorem possunt habere
notitiam→Persidangan seharusnya selalu digelar dimana para juri dapat
memiliki informasi yang lebih baik.
2025. Triennalis pacificus possessor beneficii est inde securus→Pemilik yang tidak
diganggu kepemilikannya dari sebuah barang untuk lebih dari tiga tahun maka ia
dianggap aman (dari gugatan).

78 Hlm 1694
2026. Turpis est pars quae non convenit cum suo toto→Bagian yang buruk tidak
mengikutkan bagian yang lain secara keseluruhan.
2027. Tuta est custodia quae sibimet creditur→Perwalian di jaminkan dan
dipercayakan kepadanya sendiri.
2028. Tutius erratur ex parte mitiori→Lebih aman untuk suatu kekeliruan di pihak
yang lebih halus (di pihak kelonggaran).
2029. Tutius est rei incumbere quam personae→Lebih aman untuk bergantung pada
sebuah barang dibanding ke seseorang. Tanggungan barang lebih aman dari pada
tanggungan individu.
2030. Tutius semper est errare in acquietando quam in puniendo, ex parte
misericordiae quam ex parte justitiae→Akan selalu lebih aman untuk suatu
kekhilafan untuk dibebaskan daripada dihukum, dan di pihak kemurahan hati
daripada keadilan.
2031. Tutor incertus dari non potest→Seorang yang tidak jelas tidak dapat ditunjuk
sebagai pendidik.
2032. Tutor in rem suam auctor fieri non potest→Seorang pendidik tidak dapat
bertindak atas dirinya sendiri.
2033. Tutor praesumitur intus habere, ante redditas rationes→Seorang pendidik
dianggap punya dana yang berada di tangannya, hingga rekeningnya diberikan.
2034. Tutor rem pupilli emere non potest→Seorang pendidik tidak boleh membeli
properti anak asuhnya.
2035. Ubi aliquid impeditur propter unum, eo remoto, tollitur
impedimentum→Ketika semuanya terhambat oleh suatu alasan, ketika itu di
hapuskan, maka hambatannya terhapus.
2036. Ubi cessat remedium ordinarium, ibi decurritur ad extraordinarium →Ketika
upaya hukum biasa sudah tidak dapat ditempuh, jalan lainnya harus merupakan
sesuatu yang luar biasa.
2037. Ubi culpa est, ibi poena subesse debet→Dimana ada kesalahan, maka disitulah
hukuman harus dijatuhkan.
2038. Ubicunque est inuria, ibi damnum sequitur.→Dimanapun terjadi tindakan
bersalah dalam hukum, maka kerusakan mengikutinya.
2039. Ubi damna dantur victus victori in expensie condemnari debet→Ketika
dinyatakan sebuah kerugian, pihak yang kalah seharusnya di hukum untuk
membayar atas pihak yang menang.
2040. Ubi eadem ratio, ibi idem jus→Dimana ada alasan yang sama, disitu ada hukum
yang sama.
2041. Ubi eadem ratio, ibi idem jus; et de similibus idem est judicium→Dimana ada
alasan yang sama, disitu ada hukum yang sama; dan putusan yang sama harus
diberikan berdasarkan fakta yang berbanding
2042. Ubi est forum, ibi ergo est jus→Dimana pengadilan (atau tempat jurisdiksi) nya
berada, maka hukum disanalah yang dianut.
2043. Ubi et dantis et accipientis turpitudo versatur, non posse repeti dicimus;
quotiens autem accipientis turpitudo versatur, repeti posse.→Ketika terjadi
kesalahan di bagian pemberi dan penerima, maka dapat dibilang hal tersebut
tidak dapat dipulihkan; namun ketika kesalahan itu ada di pihak penerima
(sendiri) maka itu dapat dipulihkan
2044. Ubi factum nullum, ibi fortia nulla→Ketika tidak ada fakta, maka tidak ada poin
yang kuat.
2045. Ubi jus, ibi remedium→Ketika ada hak, disitu ada upaya hukum.
2046. Ubi jus incertum, ibi jus nullum→Ketika hak yang dimilikinya tidak pasti, maka
tidak ada hak.
2047. Ubi lex aliquem cogit ostendere causam, necesse est quod causa sit justa et
legitima→Dimana ada hukum yang memaksa seseorang untuk menunjukkan
sebab, maka diperlukan agar sebab itu legal dan sesuai keadilan.79
2048. Ubi lex deest, praetor supplet→Ketika hukum tidak sempurna, maka otoritas itu
turut menyumbang ketidak sempurnaannya
2049. Ubi lex est specialis et ratio ejus generalis, generaliter accipienda est.→Ketika
suatu hukum itu berlaku khusus dan alasannya itu adalah sesuatu yang umum,
maka seharusnya digunakan sebagai peraturan umum.
2050. Ubi lex non distinguit, nec nos distinguere→Ketika hukum tidak membedakan
akan perkara suatu hal, kita tidak seharusnya membedakan hal tersebut.
2051. Ubi major pars est, ibi totum→Dimana ada bagian yang lebih kuat, maka
disitulah keseluruhannya.
2052. Ubi matrimonium, ibi dos→Dimana ada perkawinan, maka disitu ada mahar.
2053. Ubi non adest norma legis, omnia quasi pro suspectis habenda sunt→Ketika
tidak ada hukum yang mengatur, semuanya harus dilaksanakan, sebagaimana
selayaknya.
2054. Ubi non est condendi auctoritas, ibi non est parendi necessitas→Ketika tidak
ada kewenangan untuk membuat sebuah aturan, maka tidak diperlukan untuk
menaatinya
2055. Ubi non est directa lex, standum est arbitrio judicis, vei procedendum ad
similia→Dimana tidak ada hukum yang mengatur secara langsung, maka hakim
dapat mendasarkan putusannya pada putusan hakim terdahulu atau kasus yang
serupa
2056. Ubi non est lex, ibi non est transgressio quoad mundum→Ketika tidak ada
hukum, maka tidak ada pelanggaran selama dunia menghendaki
2057. Ubi non est manifesta injustitia, judices habentur pro bonis viris, et judicatum
pro veritate→Ketika tidak ada perwujudan ketidakadilan, para hakim dianggap
sebagai orang orang jujur, dan putusan mereka adalah kebenaran
2058. Ubi non est principalis, non potest esse accessorius→Dimana tidak ada hal yang
pokok, maka tidak mungkin ada hal tambahan
2059. Ubi nulla est conjectura quae ducat alio, verba intelligenda sunt ex
proprietate non grammatica sed populari ex usu→Ketika tidak ada kesimpulan
yang mengarahkan ke arah yang lain, perkataan diartikan sesuai dengan arti yang
seharusnya, tidak terbatas pada tatabahasa namun pada penggunaan umum
2060. Ubi nullum matrimonium, ibi nulla dos→Dimana tidak ada pernikahan, maka
disitu pula tidak ada mahar
2061. Ubi onus ibi emolumentum→Dimana ada beban, disitu ada kelebihan ataupun
keuntungan
2062. Ubi periculum, ibi et lucrum collocatur→Dimana ada resiko, disitu ada
keuntungan yang tumbuh

79 Hlm 1695
2063. Ubi pugnantia inter se in testamento juberentur, neutrum ratum est→Ketika
ada dua petunjuk saling berlawanan satu sama lain di dalam sebuah wasiat, maka
tidak satupun dianggap sah
2064. Ubi quid generaliter conceditur, inest haec exceptio, si non aliquid sit contra
jus fasque→Dimana suatu hal diberikan dalam persetujuan umum, pengecualian
ini dicantumkan secara tersirat: apabila tidak ada yang berlawanan dengan
hukum dan hak
2065. Ubi quis delinquit ibi punietur→Dimana ada seseorang yang melakukan
pelanggaran, disana lah ia akan dihukum
2066. Ubi verba conjuncta non sunt, sufficit alterutrum esse factum→Ketika
perkataan tidak tergabung, maka cukup apabila satu atau lainnya (dari hal hal
yang dijumlahkan) apabila terpenuhi
2067. Ultima voluntas testatoris est perimplenda secundum veram intentionem
suam→Wasiat terakhir dari pewaris harus dipenuhi sesuai keinginanya yang
sebenarnya
2068. Ultimum supplicium esse mortem solam interpretamur→Kematian adalah
hukuman yang paling berat.
2069. Ultra posse non potest esse et vice cersa→apa yang tidak dapat terwujud maka
tidak mungkin.
2070. Una persona vix potest supplere vices duarum→Satu orang tidak mungkin
mengisi tempat untuk dua orang.
2071. Unaquaeque gleba servit→Setiap gumpalan di bumi (di atas tanah) adalah
sasaran dari perbudakan.
2072. Uniuscujusque contractus initium spectandum est et causa→Awal dan sebab
dimulainya sebuah kontrak harus turut dipertimbangkan.80
2073. Unius omnino testis responsio non audiatur→Bukti dari satu saksi tidak
didengarkan.
2074. Universalia sunt notiora singularibus→Hal yang universal diketahui lebih baik
dari hal tertentu.
2075. Universitas vel corporatio non dicitur aliquid facere nisi id sit collegialiter
deliberatum, etiamsi major pars id faciat→Sebuah universitas atau perusahaan
tidak dianggap melakukan sebuah tindakan kecuali tindakan itu diambil sebagai
satu badan keseluruhan, bahkan apabila itu adalah bagian terpenting dari badan
itu, maka ia harus turut bertindak
2076. Un ne doit prise advantage de son tort demesne→Seseorang tidak boleh
mengambil keuntungan dari kesalahannya sendiri
2077. Uno absurdo dato, infinita sequuntur→Ketika satu hal absurd diizinkan, maka
jumlah tak berakhiran akan mengikuti
2078. Ununquodque dissolvitur eodem ligamine quo ligatur →Semuanya luluh
dengan ikatan yang sama yang mengikat bersamaan
2079. Unumquodque eodem modo dissolvitur quo colligatur→Semua tanggung
jawab itu lepas dengan tata cara hal itu dibentuk
2080. Unumquodque eodem modo colligatum est dissolvitur →Dalam tata cara
semuanya terikat, maka dalam hal yang sama ia terlepas

80 Hlm 1696
2081. Unumquodque est id quod est principalius in ipso→Sesuatu bagian prinsip dari
suatu hal adalah hal itu sendiri
2082. Unumquodque ligamen dissolvitur eodem ligamine qui et ligatur →Setiap
kewajiban gugur dengan tata cara ia di cantumkan dalam kontrak
2083. Unumquodque principiorum est sibimet ipsi fides; et perspicua vera non sunt
probanda→Setiap dan semua dalam prinsip umum di dalam jaminan atas janji,
dan kebenaran yang ada tidak perlu dibuktikan
2084. Unusquisque debet esse gnarus conditionis ejus cum quo contrahit→Setiap
orang seharusnya sadar atas syarat dari orang yang membuat kontrak
bersamanya
2085. Usucapio constituta est ut aliquis litium finis esset→Tanda bukti kepemilikan
(Usucapio Romawi) dibuat dalam rangka mengakhiri gugatan
2086. Usus est dominium fiduciarium→Pemakaian adalah kepemilikan fidusia
2087. Usus fit ex iteratis actibus→Penggunaan muncul dari tindakan yang berulang
ulang
2088. Utile per inutile non vitiatur→Apa yang berguna tidak dilemahkan oleh hal yang
tidak berguna
2089. Ut poena ad paucos, metus ad omnes perveniat→Saat hukuman menimpa
sedikit, (dan) ketakutan mempengaruhi semua.
2090. Ut res magis valeat quam pereat→Permasalahan itu mempunyai dampak,
dibanding gugur
2091. Uxor et filius sunt nomina naturae→Istri dan anak lelaki adalah nama dari
pembawaan
2092. Uxor non est sui juris sed sub potestate viri p→Seorang istri tidak mempunyai
hak-nya sendiri (contoh, ia tidak dapat bertindak secara bebas), namun dibawah
kekusaan suaminya
2093. Uxor sequitur domicilium viri→Seorang istri mengikuti domisili suaminya
2094. Vagabundum nuncupamus eum qui nullibi domicilium contraxit
habitationis→Kita menyebutnya pengembara bagi mereka yang tidak
mempunyai domisili tempat tinggal
2095. Valeat quantum valere potest→Biarkan ia berdampak sepanjang ia dapat
berdampak
2096. Vana est illa potentia quae nunquam venit in actum →Kesia-siaan adalah
kekuatan yang tidak pernah digunakan
2097. Vani timores sunt aestimandi, qui non cadunt in constantem
virem→Ketakutan itu dianggap tidak berdasar yang tidak mempengaruhi
seseorang dengan karakter yang kuat
2098. Vani timoris justa excusatio non est→Tidak ada alasan hukum berdasarkan
ketakutan tak berdasar
2099. Velle non creditur qui obsequitur imperio patris vel domini→Seseorang
dianggap tidak bertindak atas keinginannya sendiri apabila ia harusnya
mematuhi perintah ayahnya atau tuannya.81
2100. Vendems eandem rem duobus falsarius est→Seorang penjual berarti menipu
apabila ia menjual barang yang sama kepada dua pembeli (yang berbeda)

81 Hlm 1697
2101. Veniae facilitas incentivum est delinquendi→Kemudahan jika maaf adalah
insentif atas mereka yang melakukan kejahatan
2102. Verba accipienda sunt secundum subjectam materiam→Perkataan di
interpretasikan sesuai dengan subjek permasalahannya
2103. Verba accipienda ut sortiantur effectum→Perkataan digunakan sehingga dapat
memiliki dampak
2104. Verba aequivoca ac in dubio sensu posita intelliguntur digniori et potientiori
sensu→Perkataan samar samar dan yang diragukan dapat dimengerti secara
lebih pas dan lebih efektif
2105. Verba aliquid operari debent-debent intelligi ut aliquid operentur→Perkataan
seharusnya mempunyai dampak-kata yang seharusnya dimengerti agar
mempunyai dampak
2106. Verba aliquid operarti debent; verba cum effectu sunt accipienda→Perkataan
seharusnya mempunyai dampak; perkataan dianggap sedemikian rupa sehingga
memiliki dampak
2107. Verba artis ex arte→Istilah seni harus dijelaskan dari seni
2108. Verba chartarum fortius accipiuntur→Perkataan yang ada di akta digunakan
paling kuat terhadap orang yang melakukan penawaran padanya
2109. Verba cum effectu accipienda sunt→Perkataan harus digunakan semestinya
untuk menimbulkan dampak
2110. Verba currentis monetae tempus solutionis designant →Kata “uang saat ini”
merujuk pada waktu pembayaran
2111. Verba debent intelligi cum effectu→Perkataan seharusnya di mengerti dengan
dampaknya
2112. Verba debent intelligi ut aliquid operentur→Perkataan seharusnya dimengerti
sehingga mereka dapat memiliki dampak
2113. Verba dicta de persona intelligi debent de conditione personae→Perkataan
yang diucapkan oleh seseorang harus dimengerti berdasarkan keadaan orang
tersebut
2114. Verba generalia generaliter sunt intelligenda→Perkataan umum seharusnya
dimengerti secara umum pula
2115. Verba generalia restringuntur ad habilitatem rei vel aptitudinem
personae→Perkataan umum terbatas kepada kapabilitas dari dari subjek nya
atau kemampuan seseorang
2116. Verba generalia restringuntur ad habilitatem rei vel personae→Perkataan
umum terbatas kepada kemampuan dari subjek perkara atau orangnya
2117. Verba illata (relata) inesse videntur→Perkataan di kaitkan untuk
dipertimbangkan apabila ia menjadi satu
2118. Verb in differenti materia per prius, non per posteriusm intelligenda
sunt→Perkataan ditujukan untuk subjek yang berbeda dan dimengerti atas apa
yang terjadi sebelumnya, bukan apa yang mengikuti setelahnya
2119. Verba intelligenda sunt in casu possibili→Perkataan dimengerti sebagai
referensi pada kasus yang memungkinkan
2120. Verba intentioni, et non e contra, debent inservire →Perkataan harusnya
menjadi subjek dari niatan, bukan sebaliknya
2121. Verba ita sunt intelligenda, ut res magis valeat quam pereat→Perkataan
dimengerti sebagaimana ia berdampak dibanding ia tidak memiliki dampak
2122. Verba mere aequivoca, si per communem usum loquendi in intellectu certo
sumntur, talis intellectus praeferendus est.→Ketika perkataan hanya samar-
samar, jika dalam penggunaannya ada ada maksud tertentu, maka maksud itu lah
yang dijadikan acuan sebagai arti
2123. Verba nihil operarti melius est quam absurde→Lebih baik perkataan tidak
mempunyai dampak daripada memiliki dampak yang absurd
2124. Verba non tam intuenda quam causa et natura rei, ut mens contrahentium ex
eis potius quam ex verbis appareat→Perkataan (dari sebuah kontrak) tidak
dilihat sedemikian rupa sebagai sebab dan sifat dari perkara, sehingga tujuan dari
kedua belah pihak yang membuat kontrak dapat terlihat dari nya dibanding
melihatnya (hanya) sebagai perkataan.82
2125. Verba offendi possunt, imo ab eis recedere licet, ut verba ad sanum
intellectum reducantur→Sebuah kata dapat menyalahkan-memang, jika
diizinkan untuk digunakan, dengan tujuan agar perkataan tersebut dikembalikan
untuk tujuan yang bijaksana
2126. Verba ordinationis, quando verificari possunt in sua vera significatione, trahi
ad extraneum intellectum non debent→Dimana sebuah kata dari peraturan
dibuat sesuai dengan makna sebenarnya, maka tidak seharusnya digabungkan
dengan makna yang asing
2127. Verba posteriora propter certitudinem addita, ad priora quae certitudine
indiget, sunt referunda→Kata yang ditambahkan di kemudian, di gunakan untuk
kepastian dijadikan acuan untuk kata sebelumnya dimana ia dibutuhkan
2128. Verba pro re et subjecta materia accipi debent→Kata harus digunakan dalam
hal paling berhubungan dengan benda dan subjek permasalahan
2129. Verba quae aliquid operari possunt non debent esse superflua→Kata yang
mempunyai pengaruh tidak seharusnya (dianggap) tak berguna
2130. Verba quantumvis generalia ad aptitudinem restringuntur, etiamsi nullam
aliam paterentur restrictionem→Kata, bagaimanapun juga secara umum,
terbatas pada kecocokan (cont: untuk disesuaikan dengan subjek permasalahan),
walapun tidak mengandung larangan lain
2131. Verba relata hoc maxime operantur per referentiam ut in eis inesse
videntur→Kata yang dijadikan acuan, oleh sebuah acuan, mempengaruhi dalam
hal tertentu, apabila ia dinyatakan tergabung dalam hal tersebut (klausa). Kata
dimana dijadikan acuan dibuat sebagai instrumen yang mempunyai pengaruh dan
kegunaan sebagaiamana bila mereka dimasukkan ke dalam klausa yang mengacu
kepada mereka
2132. Verba relata innese videntur→Kata dimana digunakan sebagai referensi, akan
dianggap tergabung
2133. Verba secundam materiam subjectam intelligi nemo est qui nescit→Tidak
seorangpun yang tidak mengerti perihal hal tersebut hadir berdasarkan subyek
yang ada
2134. Verba semper accipienda sunt in mitiori sensu→Perkataan selalu dapat
digunakan dengan lebih lembut

82 Hlm 1698
2135. Verba strictae significationis ad latam extendi possunt, si subsit ratio→Kata
dengan makna yang tepat dapat memberi makna yang luas jika ada alasan untuk
itu
2136. Verba sunt indices animi→Perkataan mengindikasikan niatan
2137. Verbis standum ubi nulla ambiguitas→Setiap orang harus patuh pada kata
dimana tidak ada dua arti
2138. Verbum imperfecti temporis rem adhuc imperfectam significat→Sebuah kata
di dalam kalimat yang tidak sempurna menunjukkan sesuatu yang belum selesai
2139. Veredictum quasi dictum veritatis; ut judicium quasi juris dictum→Sebuah
putusan, sebagaimana itu seharusnya, menjelaskan kebenaran, dengan cara yang
sama dimana putusan menjelaskan tentang hukum (atau hak)
2140. Veritas demonstrationis tollit errorem nominis→Kebenaran tentang deskripsi,
meniadakan kesalahan atas nama
2141. Veritas habenda est in juratore; justitia et judicium in judice→Kebenaran
adalah sesuatu yang diinginkan dari anggota juri; keadilan dan putusan berada di
hakim
2142. Veritas nihil veretur nisi abscondi→Kekhawatiran akan kebenaran bukan lah
apa apa kecuali untuk disembunyikan
2143. Verita nimium altercando amittitur→Dengan terlalu banyak pertengkaran
maka kebenaran akan hilang
2144. Veritas nominis tollit errorem demonstrationis→Kebenaran akan nama,
menghapus kesalahan di deskripsi
2145. Veritatem qui non libere pronunciat, proditor est veritatis →Seseorang yang
tidak mengatakan kejujuran secara bebas adalah pengkhianat terhadap
kebenaran
2146. Via antiqua via est tuta→Jalan yang tua adalah jalan yang aman
2147. Via trita est tutissima→Jalan yang ditempuh adalah jalan yang paling aman
2148. Via trita, via tuta→Jalan yang ditempuh adalah jalan yang aman.83
2149. Vicarius non habet vicarium→Seorang wakil tidak mempunyai wakil
2150. Vicini viciniora praesumuntur scire→Tetangga adalah orang yang dianggap
tahu hal hal disekitar
2151. Videtur qui surdus et mutus ne poet faire alienation→Orang tuli dan bisu tidak
boleh diasingkan
2152. Vigilantibus et non dormientibus jura subveniunt→Hukum membantu mereka
yang waspada, bukan yang tidur
2153. Vim vi repellere licet, modo fiat moderamine inculpatae tutelae, non ad
sumendam vindictam, sed ad propulsandam injuriam→Adalah sah untuk
menangkis kekuatan dengan kekuatan; namun biarkan itu selesai dengan
pertahanan kontrol diri yang kecil kemungkinanya dapat disalahkan-bukan untuk
membalas dendam namun menangkis cedera
2154. Viperina est expositio quae corrodit viscera textus →Itu adalah pertunjukan
berbahaya yang menggerogoti isi dari teks
2155. Vir et uxor censentur in lege una persona→Menurut Hukum suami dan istri
adalah satu individu
2156. Vis legibus est inimica→Paksaan bertentangan dengan hukum

83 Hlm 1699
2157. Vitium clerici nocere non debet→Kesalahan administrasi tidak seharusnya
menimbulkan prasangka
2158. Vitium est quod fugi debet, ne, si rationem non invenias, mox legem sine
ratione esse clames→Itu adalah kesalahan yang seharusnya dihindari, jika kamu
tidak menemukan kesalah, namun kamu berseru bahwa hukum tersebut tanpa
alasan
2159. Vix ulla lex fieri postest quae ominibus commoda sit, sed si majori parti
prospiciat, utilis est.→Tidak mungkin hukum dibuat untuk menguntungkan bagi
semua; tapi jika itu memberi keuntungan bagi mayoritas, maka itu berguna
2160. Vocabula artium explicanda sunt secundum definitiones
prudentium→Terminologi seni dijelaskan berdasarkan mereka yang
berpengalaman di bidang seni
2161. Volenti non fit injuria→Tidak ada kerusakan bagi mereka yang menyetujuinya
2162. Voluit sed non dixit→Seseorang berkehendak namun tidak mengungkapkan
2163. Voluntas donatoris in charta doni sui manifeste expressa
observetur→Keinginan dari pemberi, jika secara jelas diungkapkan di dalam akta
pemberiannya, harus diperhatikan dengan cermat
2164. Voluntas et propositum distinguunt maleficia→kehendak dan tujuan
membedakan kejahatan
2165. Voluntas facit quod in testamento scriptum valeat→Keinginan dari waris akan
mengesahkan apa yang tertulis di surat wasiat
2166. Voluntas in delictis non exitus spectatur→Di dalam sebuah pelanggaran, tujuan
lah dan bukan hasil yang dianggap
2167. Voluntas reputatur pro facto→Wasiat akan digunakan untuk akta
2168. Voluntas testatoris ambulatoria est usque ad mortem→Wasiat dari pewaris
dapat ia ubah kapanpun serta berlaku hingga ia mati.
2169. Voluntas testatoris habet interpreationem latam et benignam→Wasiat dari
pewaris harus di interpretasikan secara luas dan bebas
2170. Voluntas ultima testatoris est perimplenda secundum veram intetionem
suam→Wasiat terakhir dari ahli waris harus dipenuhi sesuai dengan niatnya
yang sebenarnya
2171. Vox emissa volat; litera scripta manet→Ketika suara yang diperdengarkan
menghilang; huruf yang tertulis lah yang tersisa.84

84 Hlm 1700

Anda mungkin juga menyukai