Anda di halaman 1dari 3

Bioavailabilitas Protein dari

Duckweed Wolffia globosa, Sebuah Tanaman


Akuatik Baru

Pendahuluan

Duckweed atau kiambang, bisa juga disebut sebagai mata lele, merupakan salah
satu tanaman yang mengandung protein tinggi. Salah satu genus duckweed
yaitu Wolffia. Wolffia memiliki kandungan asam amino esensial yang tinggi
dibandingkan dengan biji-bijian.

Struktur morfologi dari tanaman Wolffia globosa adalah thalus sederhana, panjang


sekitar 0,4 – 0,9 mm, memiliki kantong basal di bagian bawahnya dan merupakan
tanaman paling kecil di dunia. Wolffia globosa memiliki tanaman induk dan
tanaman anak. Kandungan gizi dari duckweed ini tercermin pada kadar protein
yang tinggi, yaitu bisa mencapai lebih dari 45% dari berat kering. Kandungan
protein tersebut terdapat 9 asam amino esensial dan 6 non esensial dengan skor
asam amino terkoreksi yang mudah dicerna (PDCAAS) 89%.

Kandungan protein pada tanaman biasanya menunjukkan bioavailabilitas dalam


tubuh yang rendah. Hal ini terjadi karena adanya tripsin inhibitor atau
hemaglutinin. Potensi dari duckweed yang tinggi kandungan protein memacu
penelitian tentang eksplorasi bioavailabilitas asam amino esensial dari tanaman
duckweed ketika dikonsumsi oleh manusia dibandingkan dengan konsumsi
makanan yang mengandung iso-protein bersumber dari hewani (keju lunak) dan
nabati (kacang polong).

Baca juga: Sistematika Penulisan Skripsi

Tujuan

Mengetahui bioavailabilitas protein tanaman akuatik baru, duckweed Wolffia


globosa.

Metode
Populasi penelitian ini adalah 37 pria sehat dengan kriteria inklusi usianya lebih
dari 30 tahun dan obesitas perut sedang. Tiga hari sebelum tes makan, para peserta
diinstruksikan untuk mempertahankan diet stabil. Makanan yang konsumsi
dirancang untuk bisa menyediakan 2000 kkal/hari, yaitu terdiri dari 55%
karbohidrat, 15% protein, dan 30% lemak dari total energi. Setiap makanan
disajikan dengan air mineral sebanyak 250 ml dan setiap peserta diminta untuk
menghabiskan makanan mereka dalam waktu 15 menit untuk mempertahankan
jadwal yang tepat. Selanjutnya dilakukan pengukuran darah.

Pembahasan

Peserta dilakukan pengelompokan acak menjadi 3 kelompok sesuai sumber asupan


makanan, yaitu 12 orang mengonsumsi keju, 11 orang kacang polong, dan 13
orang duckweed. Peserta adalah laki-laki yang berusia 48,8 ± 10,4 tahun dengan
indeks massa tubuh (BMI) rata-rata, yaitu 31,1 ± 4,1 kg/m 2.

Sumber makanan dapat meningkatkan konsentrasi asam amino esensial secara


signifikan di atas garis dasar kecuali kandungan lisin dan metionin pada duckweed,
kandungan lisin, metionin, dan triptofan pada keju, serta kandungan lisin,
metionin, dan valin pada kacang polong. Konsentrasi lisin dan metionin dalam
yang rendah pada duckweed ini sejalan dengan kelimpahan lisin dan metionin yang
relatif rendah pada tanaman.

Konsentrasi metionin, histidina, fenilanalini, treonin, lisin dan triptofan pada darah
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan antara tiga kelompok makanan.
Triptofan pada sumber kacang polong dan duckweed meningkat secara signifikan
dibandingkan dengan pada keju. Triptofan ini berperan penting dalam sintesis
serotonin, neurotransmitter yang memodulasi nafsu makan dan sensasi kenyang
yang terjadi kemudian.

Kesimpulan

Konsentrasi asam amino esensial dalam darah setelah mengonsumsi duckweed


serupa dengan sumber protein hewani dan nabati yang mumpuni sehingga dapat
berfungsi sebagai sumber protein yang kompatibel bagi vegetarian yang
berhubungan dengan masalah ekologis, ideologis, dan kesehatan.

Daftar Pustaka
Kaplan, A., Zelicha, H., Tsaban, G., Meir, A. Y., Rinott, E., Kovsan, J., … &
Willenberg, A. (2018). Protein bioavailability of … randomized controlled
trial. Clinical Nutrition, 38(6), 2576-2582.

Anda mungkin juga menyukai