DEMAM BERDARAH
Oleh :
Semester 6B
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pendidikan Kesehatan Diet Hipertensi, Penyakit TBC, Gizi Buruk, Demam
Berdarah”. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dosen Ns.
Mochamad Heri S.Kep.,M.Kep selaku pengajar mata kuliah Keperawatan Keluarga
karena telah memberikan kami tugas sehingga kami lebih banyak tahu ilmu mengenai
pembuatan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
3.1 Simpulan.....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas terdapat beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Apakah definisi dari pendidikan kesehatan ?
2. Apakah tujuan dari pendidikan kesehatan?
3. Bagaimanakah ruang lingkup pendidikan kesehatan?
4. Bagaimanakah prinsip pendidikan kesehatan
5. Bagaimanakah pendidikan kesehatan pada Diet Hipertensi?
6. Bagaimanakah pendidikan kesehatan pada penyakit TBC ?
7. Bagaimanakah pendidikan kesehatan pada Gizi Buruk?
8. Bagaimanakan pendidikan kesehatan pada Demam Berdarah?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas terdapat beberapa tujuan yaitu diantaranya:
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam pembuatan makalah ini adalah untuk membantu bagi
para pembaca atau mahasiswa untuk mengetahui dan memahami lebih dalam
mengenai pendidikan kesehatan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari pendidikan kesehatan
2. Untuk mengetahui tujuan dari pendidikan kesehatan
3. Untuk mengetahui manfaat dari pendidikan kesehatan
4. Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan kesehatan
5. Untuk mengetahui prinsip pendidikan kesehatan
6. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan Diet Hipertensi
7. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan penyakit TBC
8. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan Gizi Buruk
9. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan pada Demam Berdarah
2
1.4 Manfaat
Dari tujuan diatas terdapat beberapa tujuan yaitu diantaranya:
1.4.1 Manfaat Untuk Penulis
Manfaat bagi penulis yaitu sebagai untuk pemenuhan tugas dan untuk
mengetahui lebih dalam mengenai pendidikan kesehatan
1.4.2 Manfaat Untuk Pembaca
Manfaat bagi pembaca yaitu agar para pembaca khususnya bagi para
mahasiswa agar dapat lebih memahami dan mengetahui mengenai
apendidikan kesehatan
1.4.3 Manfaat Untuk Instansi
Manfaat untuk instansi yaitu untuk memenuhi kepentingan mahasiswa dalam
pembuatan tugas-tugas sebagai kerangka acuan atau refrensi serta untuk
mengetahui kemampuan mahasiswa dalam mengerjakan maupun
menyelesaikan tugas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
1. Aspek Kesehatan
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup
empat aspek pokok yaitu:
Promosi ( promotif )
Pencegahan ( preventif )
Penyembuhan ( kuratif )
Pemulihan ( rehabilitatif )
2. tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan
menjadi lima yaitu:
1) Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
2) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah dengan
sasaran murid.
3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan yang bersangkutan.
4) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, yang mencakup terminal
bus, stasiun, bandar udara, tempat-tempat olahraga, dan sebagainya.
5) Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti: rumah
sakit, Puskesmas, Poliklinik rumah bersalin, dan sebagainya.
2.4 Prinsip Pendidikan Kesehatan
1) Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan
kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat
mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.
5
2) Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang
kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang
dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
3) Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan
tingkah lakunya sendiri.
4) Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah
lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
6
B. Penyebab Hipertensi
Peningkatan tekanan darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
risiko antara lain meliputi umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas,
kadar garam tinggi, dan kebiasaan hidup seperti merokok dan minuman
beralkohol. Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi yaitu usia lanjut, adanya riwayat tekanan darah tinggi
dalam keluarga, kelebihan berat badan yang diikuti dengan kurangnya
berolahraga. Fenomena ini disebabkan karena perubahan gaya hidup
masyarakat secara global, seperti semakin mudahnya mendapatkan makanan
siap saji membuat konsumsi sayuran segar dan serat berkurang, kemudian
konsumsi garam, lemak, gula, dan kalori yang terus meningkat(Runtukahu et
al., 2015)
7
Diet hipertensi merupakan jenis diet yang memang dikhususkan untuk
mereka para penderita penyakit tekanan darah tinggi. Diet hipertensi
dilakukan dengan cara mengatur pola makan diet ketat yang sehat dan tidak
mengkonsumsi makanan yang dapat memicu kenaikan tekanan darah yang
menjadi hal yang harus diperhatikan oleh setip penderita hipertensi.
8
lebih sehat karena nutrisi yang terpenuhi dengan baik dapat membantu
meningkatkan imunitas tubuh.
9
dari dokter sendiri maupun tenaga kesehatan lainnya dibandingkan
responden yang berstatus sosial ekonomi menengah keatas. Karena
sebagian besar penderita yang berstatus sosial ekonomi menengah
kebawah mempunyai keterbatasan ekonomi untuk memenuhi semua
anjuran yang diberikan tenaga kesehatan, sehingga mereka hanya
mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan standar keuangan yang
mereka miliki sehingga kurang memperdulikan diet yang mereka jalankan.
10
Menambahkan satu porsi sayur pada makan siang di hari pertama dan
makan malam pada hari berikutnya.
b. Meningkatkan asupan produk susu bebas lemak atau rendah lemak
hingga tiga porsi sehari dengan tujuan meningkatkan asupan kalium,
magnesium dan kalsium.
c. Membatasi konsumsi daging, jika biasa makan daging porsi besar
batasi sampai setengah dari porsi biasanya. Kamu juga bisa mencoba
makan tanpa daging, seperti dua hari dalam seminggu ngga
mnegonsumsi daging sama sekali.
d. Gunakan makanan rendah lemak jenuh, lemak trans, kolesterol,
natrium, gula dan kalori sebagai cemilan seperti buah, kacang kering
tanpa garam, kismis, crakers, yogurt bebas atau rendah lemak dan
sayuran segar.
e. Membatasi asupan tinggi kalori seperti kue manis, minuman soda,
cake, dan lainnya
f. Konsumsi ikan dan unggas yang mengandung Saturated Fatty
Acid (SAFA) secukupnya
4) Diet rendah garam merupakan diet yang dimasak dengan atau tanpa
menggunakan garam namun dengan pembatasan tertentu. Garam rendah
yang digunakan adalah garam natrium. Natrium merupakan kation utama
dalam cairan ekstraselular tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan
cairan. Asupan natrium yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan
hipertensi. Tujuan dari diet rendah garam adalah membantu menurunkan
tekanan darah serta mempertahankan tekanan darah menuju normal.
Pasien dengan tekanan darah yang tinggi diatas normal akan diberi
makanan dengan konsumsi garam yang rendah sesuai tingkat
keparahannya
11
Diet rendah garam I hanya boleh mengkonsumsi natrium sebanyak
200-400 mg Na per hari
Diet rendah garam II hanya akan mengkonsumsi natrium sebanyak
600-800 mg Na per hari,
Diet rendah garam III hanya boleh mengkonsumsi 1000-1200 mg
Na per hari yang akan dimasukan dalam makanan yang
dimakan(Palimbong et al., 2018)
H. Jenis Makanan Diet Hipertensi
Terigu menggunakan
garam (asin)
12
asinan
Buah-Buahan Semua jenis Durian
buah-buahan Buah buahan
yang diawetkan
dengan garam
Lemak Minyak tanpa Margarin yang
garam mengandung
Margarin dan garam
mentega tanpa
garam
Bumbu Semua bumbu Garam dapur
kering yang Bumbu yang
tidak mengandung
mengandung micin
garam Kecap asin
Tauco
Terasi
Minuman Air Putih Kopi
Soda
13
dapat menyerang hampir semua organ tubuh, namun bakteri TBC lebih sering
menyerang organ paru (80-85%) (Depkes, 2008).
14
”bebas influenzae” makin pendek. Salah satu keluhan pertama penderita
TB paru adalah sering mendapatkan serangan ”influenzae”. Setiap kali
mendapat serangan dengan suhu bisa mencapai 40ºC-41ºC.
2. Demam
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-41OC, keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi
kuman tuberculosis yang masuk.
3. Batuk
Mycobacterium tuberculosis mulai berkembang biak dalam jaringan paru.
Selama bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, orang sakit tidak
akan batuk. Batuk pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya
batuk diperlukan untuk membuang produk-produk ekskresi dari
peradangan keluar. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.
Batuk ini diperlukan untuk membuang produk radang. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering (non produktif). Keadaan setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang
lanjut berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah
yang cepat. Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding
bronkus.
4. Batuk Darah (hemoptoe)
Batuk darah akan terjadi bila ada pembuluh darah yang terkena dan
kemudian pecah. Tergantung dari besarnya pembuluh darah yang pecah
maka akan terjadi batuk darah ringan, sedang, atau berat tergantung dari
berbagai faktor. Satu hal yang harus diingat adalah tidak semua batuk
darah dengan disertai gambaran lesi di paru secara radiologis adalah TB
paru. Batuk darah juga terjadi pada berbagai penyakit paru lain seperti
penyakit yang namanya bronkiektesi, kanker paru dan lain-lain.
5. Sesak nafas
15
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak
nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
6. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada
pleura, sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan
jarang ditemukan.
7. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang,
nyeri otot dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin berat dan
hilang timbul secara tidak teratur.
16
E. Pemeriksaan Penyakit TBC
Adapun pemeriksaan TBC yang dapat dilakukan yaitu:.
1. Skin test (PPD, mantoux, tine, and volliner patch): reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen
intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi, tetapi
tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif.
2. Chest X-ray: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di
bagian atas paru-paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik
atau cairan pleura. Perubahan yang mengindikasikan TB yang lebih berat
dapat mencakup area berlubang dan fibrosa.
3. CT-scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB
inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis
fibrotik ireguler, pita parenkimal, kalsifikasi nodul dan adenopati,
perubahan kelengkungan beras bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan
emifesema perisikatriksial
4. Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronkhus atau kerusakan paru-paru karena TB.
17
Cara ini merupakan cara yang sederhana, murah, dan efektif dalam
mencegah penularan TB dalam ruangan. Pasien harus menggunakan
sapu tangan untuk menutupi mulut dan hidung, sehingga saat batuk
atau bersin tidak terjadi penularan melalui udara.
b. Masker
Penggunaan masker secara rutin akan menurunkan penyebaran kuman
lewat udara. Jika memungkinkan, pasien TB dengan batuk tidak
terkontrol disarankan menggunakan masker setiap saat. Staf medis
juga disarankan menggunakan masker ketika paparan terhadap sekret
saluran nafas tidak dapat dihindari. Rekomendasi NTP (National TB
Prevention) terhadap paparan TB:
Segera rawat inap pasien dengan TB paru BTA (+) untuk
pengobatan fase intensif, jika diperlukan.
Pasien sebaiknya diisolasi untuk mengurangi risiko paparan TB ke
pasien lain.
Pasien yang diisolasi sebaiknya tidak keluar dari lingkungan
rumah tanpa memakai masker.
2. Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
BCG merupakan vaksin hidup yang berasal dari M.bovis. Fungsi BCG
adalah melindungi anak terhadap TB diseminata dan TB ekstra paru
berat (TB meningitis dan TB milier). BCG tidak memiliki efek
menurunkan kasus TB paru pada dewasa. BCG diberikan secara
intradermal kepada populasi yang belum terinfeksi.
a. Tes Tuberkulin
Neonatus dan bayi hingga berusia 3 bulan tanpa adanya riwayat
kontak dengan TB, dapat diberikan vaksinasi BCG tanpa tes
tuberkulin sebelumnya.
b. Vaksinasi Rutin
Pada negara dengan prevalensi TB yang tinggi, WHO
merekomendasikan pemberian vaksinasi BCG sedini mungkin,
18
terutama saat baru lahir. Pada bayi baru lahir hingga usia 3 bulan,
dosisnya adalah 0,05 ml sedangkan untuk anak yang lebih besar
diberikan 0,1 ml.
3. Terapi Pencegahan
Tujuan terapi pencegahan adalah untuk mencegah infeksi TB menjadi
penyakit, karena penyakit TB dapat timbul pada 10 % orang yang
mengalami infeksi TB. Kemoprofilaksis dapat diberikan bila ada
riwayat kontak dengan tes tuberkulin positif tetapi tidak ada gejala
atau bukti radiologis TB. Obat yang digunakan biasanya adalah
isoniazid (5 mg/kg) selama 6 bulan. Jika memungkinkan, dilakukan
dengan pengamatan langsung. Kelompok yang mendapat profilaksis,
yaitu :
a.keluarga yang terinfeksi TB paru
b. keluarga yang sedang terkena TB paru, sebaiknya
mendapat isoniazid selama 3 bulan. Setelah 3 bulan, dilakukan
tes tuberkulin. Jika hasil negatif maka diberikan vaksinasi, jika
positif maka dilanjutkan isoniazid selama 3 bulan lagi. Jika
terdapat adanya bukti penyakit, maka perlu diberikan
pengobatan penuh.
c.keluarga tanpa gejala sebaiknya diberikan profilaksis isoniazid
6 bulan
d. keluarga dengan gejala dan pemeriksaan yang
menunjukkan TB diberikan profilaksis isoniazid (Wieslaw et
al, 2001).
G. Pengobatan Penyakit TBC
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian
19
OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan
sangat dianjurkan.
2) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)
20
terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala
marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor
B. Penyebab Gizi Buruk
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut
UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu:
1) Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya
jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi
unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu
kemiskinan
2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini
disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa
menyerap zat-zat makanan secara baiK
3) Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:
a. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh
masyarakat
b. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh
anak
c. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak
memadai
d. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab
gizi buruk pada balita, yaitu :
Keluarga miskin
Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi
anak
Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC,
HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.
21
Ciri-ciri dan gejala kurang gizi
Pada seseorang dengan kurang gizi yang ekstrem, tampilan fisik akan sangat
kentara. Namun, secara umum berikut adalah gejala dari gizi kurang:
22
normal atau kurang berdasarkan usianya, perbandingan antara berat badan
terhadap tinggi badan normal atau dibawah normal Pengukuran lingkar lengan
atas (Lila) didapatkan hasil lebih kecil dari normal Pematangan tulang
terhambat.
A. Kwasiorkor
Kwasiorkor memiliki ciri-ciri:
a. Edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama
punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab
b. Pandangan mata sayu
c. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah
dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok
d. Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
e. Terjadi pembesaran hati
f. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi
berdiri atau duduk
g. Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas
dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas
(crazy pavement dermatosis)
h. Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
i. Anemia dan diare
B. Marasmus
Marasmus memiliki ciri-ciri
a. Badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya
terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Mudah menangis/cengeng dan rewel
d. Kulit menjadi keriput
e. Jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy
pant/pakai celana longgar)
f. Perut cekung, dan iga gambang
23
g. Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
h. Diare kronik atau konstipasi (susah buang air).
C. Marasmic-Kwashiorkor
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa
gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak
mencolok
D. Obesitas
Obesitas adalah masalah gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan
ditandai dengan akumulasi jaringan lemak secara berlebihan di seluruh
tubuh, dimana terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang
diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas berarti berat badan (BB) yang
melebihi BB rata-rata. Seseorang yang memiliki berat badan 20%
lebih besar dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal
berarti mengalami obesitas.
24
diberikan. Pemberian protein dapat dilakukan dari kadar yang rendah yang secara
bertahap terus ditambah. Hal ini dilakukan supaya saluran cerna penderita tidak
kaget bila langsung diberi asupan tinggi kalori tinggi protein.Penanganan
dirumah bisa dilakukan dengan mencukupkan kebutuhan gizi seimbang bagi
anak. Makanan yang dikonsumsi harus lengkap mengandung karbohidrat, lemak,
protein, vitamin dan mineral.
25
B. Penyebab Demam Berdarah
Penyebab penyakit ini adalah virus dengue yang sampai sekarang dikenal
ada 4 tipe (tipe 1, 2, 3dan 4), termasuk dalam group B Anthropod Borne
Virus (Arbovirus), keempat virus ini telah ditemukan di berbagai daerah
di Indonesia. Penelitian di Indonesia menunjukkan Dengue tipe-3
merupakan serotype virus yang dominant yang menyebabkan kasus yang
berat.Masa inkubasi penyakit demam berdarah dengue diperkirakan ≤ 7
hari.
C. Tanda dan Gejala Demam Berdarah
Berikut tanda dan gejala demam berdarah:
a) Panas mendadak tinggi 2 sampai 7 hari.
b) Badan terasa lemah/lesu.
c) Sering disertai nyeri di ulu hati.
d) Bintik-bintik merah di kulit seperti bekas gigitan nyamuk.
Cara membedakan bintik merah bekas gigitan nyamuk dengan gejala
DBD: regangkan kulit pada bintik merah, bila hilang berarti bukan
tanda demam berdarah,
e) Tekadang disertai mimisan, berak darah atau muntah darah.
f) Hari ke empat-ke lima, panas bisa turun secara tiba-tiba, hal ini perlu
diwaspadai karena bisa merupakan tanda bahaya, dengan gejala:
gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, banyak mengeluarkan keringat
dingin, bila keadaan berlanjut dapat menimbulkan syok dan kematian
D. Drajat Demam Berdarah
Derajat DBD menurut Depkes (2005) dikelompokkan dalam empat
derajatyaitu :
a. Derajat I, yaitu demam disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu
satunya gejala perdarahan adalah hasil uji tourniquet positif.
26
b. Derajat II, yaitu gejala yang timbul pada DBD derajat I ditambah
perdarahan spontan biasanya dalam bentuk perdarahan di bawah kulit
atau bentuk perdarahanlainnya.
c. Derajat III, yaitu kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi
yang cepat dan lemah, hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan
lembab serta pasien gelisah.
d. Derajat IV, yaitu syok berat dengan tidak teraba denyut nadi maupun
tekanan darah.
E. Penularan Demam Berdarah
Penyakit Demam Berdarah Dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Selanjutnya virus ini berkembang biak
dikelenjar liur nyamuk selama kurang lebih 1 minggu, pada saat ini nyamuk
sangat infeksius artinya sangat potensial untuk menularkan ke orang sehat.
Dalam tubuh orang yang tertular, virus berkembang selama kurang lebih 1
minggu. Setelah tahap ini orang tersebut akan mulai timbul panas tinggi
yang kita sebut Demam Berdarah Dengue.
F. Pencegahan Demam Berdarah
Cara pencegahan dan pemberantasan DBD yang dapat dilakukan saat
ini adalah memberantas vector yaitu nyamuk Aedes aegypti dan
pemberantasan terhadap jentikjentik penyakit. Hal ini dikarenakan vaksin
untuk mencegah dan obat untuk membasmi virus dengue belum tersedia
( Depkes RI, 2005). Cara pencegahan yang dianggap paling tepat adalah :
1. Pemberantasan nyamuk dewasa
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara
penyemprotan (pengasapan/fogging) dengan insektisida. Mengingat
kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda-benda bergantungan,
maka penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah.
Untuk membatasi penularan virus dengue penyemprotan
dilakukan dua siklus dengan interval satu minggu. Pada
penyemprotan siklus pertama semua nyamuk yang mengandung
27
virus dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk nyamuk lainya akan
mati, tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru yang
diantaranya akan mengisap darah penderita viremia yang masih ada
yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena
itu perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua. Penyemprotan kedua
dilakukan satu minggu sesudah penyemprotan yang pertama agar
nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum
menularkan kepada orang lain.
2. Pemberantasan jentik
Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan
istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN-DBD) dilakukan dengan cara :
a. Fisik
Pemberantasan dengan cara fisik dikenal dengan kegiatan 3M
yaitu menguras dan menyikat bak mandi, bak WC dan lain-lain,
menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum
dan lain-lain), mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan
barang-barang bekas seperti kaleng, ban, tempurung dan
lainlain.Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu
dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar
nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu.
Pada saat ini telah dikenal dengan istilah 3M plus yaitu
mengganti air di dalam vas bunga, tempat minum burung atau
tempat yang sejenis seminggu sekali, memperbaiki saluran dan
talang yang tidak lancar/rusak, membersihkan dan mengeringkan
tempat-tempat yang dapat menampung air hujan seperti pelepah
pisang, melakukan larvasidasi yaitu membubuhkan bubuk
pembunuh jentik (abate) di tempat yang sulit dikuras atau di
daerah yang sulit air, memasang kawat kasa di rumah,
menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar,
28
mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memakai,
menggunakan kelambu dan memakai obat nyamuk.
b. Kimia
Cara memberantas nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan
insektisida pembasmi jentik ini antara lain dikenal dengan istilah
larvasida. Larvasida yang biasa digunakan antara lain temephos.
Formulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand
granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (± 1 sendok
makan rata) untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos
ini mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula
digunakan golongan insect growth regulator.
c. Biologi
Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan cara biologi adalah
dengan memelihara ikan pemakan jentik yaitu ikan kepala timah,
ikan gupi, ikan cupang/tempalo dan lain-lain.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Menurut Undang-
undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan kesehatan
adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya,
sehingga produktif secara ekonomi maupun social, pendidikan kesehatan
disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi
lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan
lainnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
hipertensi dan meningkatkan perilaku diet hipertensi yaitu dengan pemberian
pendidikan kesehatan.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah keadaan dimana tekanan darah
seseorang berada diatas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk
sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Penyakit ini dikategorikan sebagai the
silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi.
Hipertensi dapat di sebabkan oleh beberapa faktor meliputi, umur, jenis kelamin,
riwayat keluarga, obesitas, kadar garam tinggi, dan kebiasaan hidup seperti
merokok dan minuman beralkohol. Terkadang seseorang yang menderita
hipertensi sering mengalami sakit kepala, merasakan pegal dan tidak nyaman
pada tengkuk, peningkatan tekanan darah >140 /90 yang drastis. Untuk
menurrunkan hipertensi hendaknya penderita melakukan diet hipertensi, untuk
mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang serius karena menggunakan
30
metode pengendaliannya yang alami. Adapun manfaat diet hipertensi yaitu,
Cocok untuk penderita hipertensi, Menjaga berat badan, Menjaga berat badan,
Mengurangi kadar kolesterol di dalam darah, Menjadikan tubuh lebih sehat,
Menyehatkan pencernaan. Agar diet dapat terlaksana dengan patuh adapun
faktor-faktor yang dapat berpengaruh seperti, pengetahuan, usia, jenis kelamin,
status sosial ekonomi. Penderita juga harus menerapkan kepatuhan terhadap diet
agar berhasil, dukungangan keluarga juga berpengaruh dalam diet dan juga
DASH (Dietary Approaches To Stop Hypertension) merupakan cara yang bisa
diterapkan untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah. Jenis makanan diet
sudah di kelompokan dalam beberapa kelompok dalam golongan makanan yaitu,
ada karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran, buah-buahan, lemak,
bumbu, minuman.
31
Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi
medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun
seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini
sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh
makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke dalam
tubuh.
3.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa lebih banyak belajar untuk memberikan pengetahun atau
pemahaman mengenai pendidikan kesehatan dan mengaplikasikan denga asuhan
keperawatan keluarga dan instansi lebih banyak memberikan acuan atau pedoman
untuk pembuatan penyusunan tugas-tugas mengenai keperawtan keluarga, agar
mahasiswa bisa mengerjakan dengan baik.
32
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, C., Barclay, L., Passey, M., & Wilson, S. (2016). Improving knowledge and
behaviours related to the cause, transmission and prevention of Tuberculosis
and early case detection: a descriptive study of community led Tuberculosis
program in Flores, Indonesia. BMC Public Health, 16(1), 740.
https://doi.org/10.1186/s12889-016-3448- Diakses pada tanggal 6 Maret 2021
pukul 11.00 WITA
Fichman, H. C., Fernandes, C. S., Nitrini, R., Lourenco, R. A., Paradela, E. M. de P.,
Carthery-Goulart, M. T., & Caramelli, P. (2009). Age and educational level
effects on the performance of normal elderly on category verbal fluency tasks.
Dementia & Neuropsychologia, 3(1), 49–54.
https://doi.org/10.1590/S198057642009DN30100010 Diakses pada tanggal 6
Maret 2021 pukul 11.30 WITA
Miyusliani, S., & Yunita, J. (2011). Faktor Resiko yang Berpengaruh Terhadap
Kepatuhan Diet Hipertensi. Jurnal Kesehatan Komunitas, 1(3), 163–169.
https://doi.org/10.25311/keskom.vol1.iss3.21
33
Palimbong, S., Kurniasari, M. D., & Kiha, R. R. (2018). Keefektifan Diet Rendah
Garam Pada Makanan Biasa Dan Lunak Terhadap Lama Kesembuhan Pasien
Hipertensi. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 3(1), 74–89.
https://www.researchgate.net/publication/326516860_Keefektifan_Diet_Rendah
_Garam_I_Pada_Makanan_Biasa_Dan_Lunak_Terhadap_Lama_Kesembuhan_
Pasien_Hipertensi
Puspita, A., Aisah, S., & Sutoyo. (2016). Sikap Terhadap Kepatuhan Diit Hipertensi
dengan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Doro II Kabupaten Pekalongan. Jurnal Keperawatan, 5(1), 1–13.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/FIKkeS/article/view/1855
Runtukahu, R., Rompas, S., & Pondaag, L. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan Melaksanakan Diet Pada Penderita Hipertensi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur. Jurnal
Keperawatan UNSRAT, 3(2), 108615.
34