Anda di halaman 1dari 4

SEKOLAH TINGGITEOLOGI INJILI ABDI ALLAH

Nama : Meidama Lawolo


NIM : 771012002
Mata Kuliah : Significance of Reformed Theology in Contemporty World
Dosen Pengampu : Prof. Joseph Tong, Ph.D.
Tugas : Paper Refleksi

SIGNIFIKANSI TEOLOGI REFORMED DAN POLITIK

PENDAHULUAN
Politik dan gereja adalah dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini menjadi persoalan
yang sering diperdebatkan dalam kelas teologi yang juga merupakan pergumulan gereja,
pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana sikap gereja terhadap politik? Menjawab
pertanyaan ini, ada yang berpendapat bahwa politik itu kotor sehingga tidak perlu ikut campur
dalam politik. Sebaliknya ada tanggapan bahwa gereja harus ikut campur dalam politik. Untuk
mengetahui sikap yang tepat maka politik perlu dilihat dari sudut padang teologi dalam hal ini
melihat dengan cermat pandangan teologi Reformed.

Pandangan Alkitab terhadap Politik


Politik merupakan hal yang tidak terpisah dari kehidupan umat Allah. Dalam Alkitab
terdapat beberapa nats yang membicarakan tentang politik bahkan tokoh-tokoh Alkitab
mempunyai peran penting dalam dunia politik antara lain:
1. Yusuf menjadi tokoh Penting dalam Politik Mesir (Kejadian 41:37-57)
Peran Yusuf menjadi penguasa di Mesir sangat penting terutama dalam situasi
yang sulit pada waktu itu. Yusuf diangkat Tuhan untuk mejadi alat Tuhan mengatur
kehidupan bangsa Mesir supaya tidak mati kelaparan. Tetapi yang lebih dari itu Yusuf
justru dipakai Tuhan untuk memelihara kelangsungan hidup umat-Nya. Yusuf sangat
menyadari hal ini dan mengungkapkannya kepada saudara-saudaranya “Memang kamu
telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya
untik kebaikan dengan maksud melakukan seperti yang sekarang ini, yakni memelihara
hidup suatu bangsa yang besar. Di sini kita melihat bahwa Allah bisa memakai jabatan
politik untuk memelihara kehidupann umat-Nya.
2. Yesus tidak melarang untuk melaksanakan kewajiban dalam bernegara
Yesus waktu masih di dunia tidak pernah mengeluarkan perkataan untuk
melarang pengikut-Nya untuk terlibat dalam politik. Sebaliknya ketika Yesus
diperhadapkan dengan sebuah masalah antara kewajiban kepada Allah dan kewajiban
kepada negara justru Yesus memunculkan jawaban yang sangat mencengangkan “Lalu
kata Yesus kepada mereka: “Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib
kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada
Allah!” (Lukas 20:25). Di sini Yesus berkata bahwa apa yang menjadi kewajiban
kepada Allah maka diberikan kepada Allah dan kewajiban sebagai warga negara dalam
politik maka diberikan kepada negara.
3. Alkitab mendorong untuk taat kepada Lembaga manusia (Lembaga Politik)
Petrus sebagai salah satu Rasul dalam suratnya mengajak umat Allah untuk
tunduk kepada aturan pemerintah sebagai wujud rasa tunduk kepada Allah. Petrus
berkata: “Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja
sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi.” (1 Petrus 2:13).
4. Pemeritah berasal dari Allah dan harus dihormati (Roma 13:1-7)
Dalam Alkitab justru dalam surat Paulus terdapat satu peringkop yang secara
sepesifik membahas tentang politik atau Lembaga pemeritah. Paulus mendorong setiap
orang untuk tunduk kepada Lembaga pemeritahan karena pemeritah ada ditetapkan oleh
Allah (Roma 13:1). Lebih lagi Paulus menyamakan bahwa melawan pemerintan sama
dengan melawan ketetapan Allah karena pemeritah adalah hamba Allah (ayat 2-3).
Dalam hal ini Paulus mengungkapkan bahwa pemeritah atau jabatan politik merupakan
prakarsa Allah sebagai saranan untuk mengatur kehidupan manusia dan di dalamnya
termasuk orang percaya.

Pandangan Calvin Politik


Yohanes Calvin mempunyai sumbangsi yang sangat besar dalam politik modern dan
diakui oleh banyak orang.1 Bagi Calvin ada dua jenis pemerintahan. Yang satu ada dalam batin
manusia dan berurusan dengan kehidupan kekal. Yang lainnya dimaksudkan untuk mengatur
tata kehidupan yang benar dari segi sipil serta lahiriah. Kedua pemerintahan ini tidak
bertentangan satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini Calvin melihat bahwa Orang Kristen
tidak boleh memandang politik sebagai sesuatu yang kotor, apalagi menjauhinya.

1
C. Hancock, Calvin and the Foundations of Modern Politics (Ithaca and London: Cornell University
Press 1989).
Bagi Calvin, kekuasaan politis adalah suatu panggilan yang tidak hanya suci dan sah di
hadapan Allah tetapi juga paling kudus dan yang paling terhormat di antara semua panggilan
dalam kehidupan.2 Tugas utama pemerintahan sipil adalah mendukung dan melindungi
penyembahan kepada Allah dari sudut lahiriah, memupuk dan menjaga ketenteraman umum,
membina kesusilaan, serta melindungi harta milik setiap orang dari gangguan.3 Dengan begitu
Calvin memberi harga yang sangat tinggi kepada kekuasaan politik. Politik itu mulia dan harus
dilaksanakan dengan segala kebaikan untuk melayani tujuan yang sebenarnya demi kebaikan
manusia dan semesta ciptaan Allah.
Negara diciptakan oleh Allah untuk mempertahankan kedamaian dan keadilan dalam
dunia yang berdosa. Tanpa ada yang memerintah dan menerapkan hukum, sebuah masyarakat
akan jatuh ke dalam anarki. Negara ada karena kebanyakan orang, juga orang Kristen, bukan
orang Kristen sejati, melainkan orang jahat. Itu sebabnya negara sangat dibutuhkan selama
Kristus belum secara langsung memerintah di dunia ini. Konsekwensinya negara juga tidak
punya kebebasan untuk melakukan apa saja yang dikehendakinya, karena negara, termasuk
pemerintah, berada di bawah hukum Allah. Hukum yang dijalankan pemerintah harus
diterapkan secara adil. Penguasa bekerja untuk Tuhan dan untuk rakyat.4
Calvin juga berpendapat bahwa gereja memiliki peran untuk dimainkan dalam negara.
Gereja berperan untuk memberikan pengajaran Alkitab mengenai negara dan fungsinya.
Namun, gereja tidak boleh mengatur negara. Calvin percaya pada teokrasi namun bukan pada
eklesiokrasi. Baik pemimpin gereja maupun penguasa negara secara langsung bertanggung
jawab kepada Allah untuk tindakan mereka. Kendati demikian mereka tidak boleh saling
mengatur.
Dengan cara ini Calvin meletakkan prinsip yang sangat jelas mengenai pemisahan
fungsi gereja dan negara. Keduanya memiliki kedudukan yang setara. Gereja dan negara
berhubungan dan saling mendukung timbal balik, namun juga tidak bergantung satu sama lain.
Keduanya menerima tugas yang berbeda dari Allah. Fungsi keduanya juga tidak boleh
dicampur secara tidak benar. Masing-masing mereka punya kewenangan dan otoritasnya
sendiri.5 Itu berarti, jika negara berusaha untuk mencampuri urusan gereja atau berusaha untuk
menghalangi pelayanan kerohanian, gereja memiliki hak dan kewajiban untuk tidak menaati,

2
Yohanes Calvin, Institutio: Pengajaran Agama Kristen, terj. Ny. Winarsih Arifin, Jan S. Aritonang, dan
Th. Van den End (Jakarta: BPK GM, 1983) 255.
3
Ibid., hlm. 254-256
4
Christian de Jonge, Apa Itu Calvinisme?, cet. Ke-7 (Jakarta: BPK GM, 2011) 266-268.
5
Ibid., hlm. 270-271.
walaupun akhirnya gereja harus mengalami penderitaan akibat konsekwensi dari ketidaktaatan
tersebut.

Kesimpulan
Politik merupakan Lembaga yang dibuat Allah untuk mengontrol kehidupan manusia.
Oleh karena itu politik tidaklah kotor, kalaupun ada politik kotor maka bukan politiknya yang
kotor tetapi orang yang melaksanakan politik itu sendiri. Lembaga politik dan Lembaga gereja
memiliki kesetaraan dan harus saling mensuport tetapi dalam hal internal masing-masing
Lembaga ini tidak boleh saling ikut campur. Lembaga politik menjalankan tugas yang diberikan
Tuhan untuk melindungi gereja, tanpa melakukan interfensi terhadap ajaran gereja sehingga
semua orang gerejawi menikmati kebebasan beribadah atau melaksanakan fungsi sacral. Gereja
juga berperan untuk memberikan pengajaran Alkitab mengenai negara dan fungsinya. Namun,
gereja tidak boleh mengatur negara. Gereja mempunyai tugas sebatas mengingatkan penguasa
negara mengenai hukum Allah, namun gereja tidak dapat menentukan bagaimana hukum itu
diaplikasikan dalam penetapan kebijakan politik. Sebaliknya penguasa politik dapat memberi
saran kepada gereja mengenai hal-hal yang berkaitan dengan urusan sipil, namun tidak dapat
memaksa gereja untuk menaati aturan sipil dalam pengajaran, ibadah, dan kepemimpinan
gereja.

Anda mungkin juga menyukai