Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dermawati Saragih

Nim : 18405037
Prodi : Akuntansi ( Pagi )
Mata kuliah : PAK
BAB XIII
GEREJA DAN POLITIK

SIKAP POLITIK YESUS


Yesus memiliki pendirian politik yang unik. Ia mulai dengan membentuk
sebuah gerakan rakyat; grassroot. Dia berjalan dari satu tempat ketempat yang lain
untuk memperkenalkan misi yang Dia bawa. Gerakan yang Ia bentuk itu bersifat
terbuka. Yesus tidak diskriminatif. Memang tampak bahwa pengikut Yesus
kebanyakan adalah orang kecil, orang miskin dan lemah. Namun Yesus sama sekali
bukan anti penguasa dan pejabat. Ia memihak orang kecil, tetapi tidak menoleransi
dosa atau kesalahan yang ada pada mereka. Jadi Yesus sebenarnya bukan melayani
orang miskin, lemah dan kecil. Ia sebenarnya melayani nilai kebaikan dan kebenaran.
Misi utamanya adalah memberitakan kerajaan Allah, tetapi kerajaan Allah yang Ia
sampaikan bukan menyangkut keselamatan tanpa masa kini, atau masa kini tanpa
keselamatan, melainkan keselamatan yang di alami masa kini.

PRESENSIA GEREJA DALAM POLITIK


Dengan bercermin pada Yesus maka sikap politik Gereja dalah berpihak pada
nilai keadilan dan kebenaran. Gereja tidak berpolitik kekuasaan, tetapi berpolitik
moral, yakni: “Menempatkan kebijakan-kebijakan politis dibawah penilaian moral,
khususnya apabila hal itu dituntut ( oleh penghormatan terhadap ) hak-hak dasar
pribadi manusia oleh keselamatan jiwa manusia.” Itu berarti wajib hukumnya bagi
Gereja untuk berteologitentang politik. Maksudnya, Gereja perlu terus-menerus
menlai dan menyikapi semua perangkat konstitusi dan hukum serta perilaku
penyelenggaraan kekuasaan dalam Negara berdasarkan prinsip-prinsip yang ia terima
sebagai perintah dari Tuhan.
Presensia Kristen dalam politik bukan sebuah sikap wait and see, ibarat
menjadi pemadam kebakaran. Gereja harus bertindak positif, kristis, realistis, dan
kreatif dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur, baik material maupun
spiritual. Karena politik merupakan salah satu kekuatan yang ikut memberi isi bagi
pundi-pundi kehidupan bersama yang adil dan makmur itu, Gereja harus ikut ambil
bagian dalam merancang isi dari pundi-pundi itu.

Manfaat Positif Presensia Gereja dalam Politik


1. Presensia Gereja dalam politik memperlihatkan bahwa injil kerajaan Allah
bukan satu berita keselamatan yang bersifat utopis dan meng-ghetto.
2. Kehadiran Gereja dalam lembaga politik membuka peluang bagi
terjadinya pemahaman kembali akan kehidupan politik sebagai satu
kawasan yang tidak steril terhadap kuasa dan kasih Allah didalam Kristus.
3. Kehadiran Kristen dalam lembaga politik memungkinkan makin
terbukanya networking pelayanan gereja.

Presensia Pendeta dalam Lembaga Politik

1. Politik nilai menunjuk pada penerapan prinsip-prinsip moral, etika, dan


spiritualitas universal seperti kebenaran, keadilan, kesetaraan dan
keterbukaan.
2. Jabatan dalam gereja diadakan untuk membangun kehidupan jemaat
dengan cara memberitakan firman dan melayani sakramen secara terus-
menerus.

Pendeta adalah jabatan pelayanan dalam gereja. Ia ditabiskan bukan untuk politik
secara langsung, tetapi melengkapi warganya untuk hidup sesuai dengan kehendak
Allah, termasuk berpolitik secara langsung. Oleh karena itu, pendeta bukanlah jabatan
politis. Presensia pendeta dalam lembaga politik bersifat in absentia, kehadiran dalam
bentuk tidak hadir secara kelembagaan. Ini penting agar gereja terhindar dari bahaya-
bahaya berikut:
1. Gereja terhindar dari bahaya yang dinamakan alienasi atau sekularisasi.
Kehadiran pendeta dalam lembaga-lembaga politik menciderai kemuridan
pendeta kepada Kristus.
2. Gereja kehilangan sifatnya sebagai persekutuan yang aman dan menjadi
Gereja yang partisan.

Gereja Mendirikan Partai Politik Kristen?


Gereja sebagai organisasi karena itu harus membatasi diri hanya pada
panggilannya saja, yakni memberitakan firman Allah dan melayani sakramen. Dalam
hubungan dengan Negara adalah pantas bagi gereja untuk membentuk partai politik
Kristen. Melalui partai ini gereja dapat menetapkan nilai nilai kehidupan baru dalam
Negara dan mempengaruhi pelaksanaan kekuasaan dalam Negara. Gereja sebagai
institusi tidak perlu ambil bagian langsung dalam kehidupan bernegara. Memang
Negara termasuk pada kawasan manusia dengan fungsi dan maksud yang khusus,
tetapi Negara bukan sebuah realita yang otonom, berdiri sendiri dan berada di dalam
injil kasih karunia Allah didalam kristus. Tempat dan fungsi Negara berhubungan erat
dengan rencana Allah menyelamatkan manusia. Jadi Negara dan Gereja berada dalam
satu kawasan

Anda mungkin juga menyukai