Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Yigal Edward

NIM : G016211033
Matkul : Pendidikan Agama Kristen
Prodi : Teknologi Produksi Tanaman Pangan

BISAKAH BERPOLITIK DALAM GEREJA


Kegiatan politik tidak dapat dipisahkan dari partai politik. Maka partai politik sering
disebut sebagai kendaraan politik. Melalui partai politik inilah, golongan atau sekelompok
orang menyampaikan aspirasi politiknya yang tidak jarang juga sering sebagai alat untuk
memaksakan kehendaknya. Partai politik akan mengutamakan kepentingan partainya,
sekalipun dengan embel-embel untuk kepentingan negara. Namun partai politik adalah sah
dalam sebuah negara yang demokratis di mana warganya bebas menyampaikan opini.
Dalam perjalanan sejarah, silih berganti terjadi dominasi gereja atas negara. Karena itu,
para apologet dan para teolog Kristen, sejak gereja mula-mula sampai sekarang ini,
berusaha untuk mencari hubungan yang relevan antara gereja dan negara, dan kegiatan
berpolitik sebagai tanggung jawab warga gereja selaku warga negara. Belakangan
kebanyakan dari mereka ber-pendapat bahwa gereja harus dipisahkan dari negara.

Negara tidak boleh mencampuri urusan gereja, sebaliknya gereja patut memberikan
sumbangsih sebagai perwujudan dari “menjadi garam dan terang dunia”. Untuk itu, gereja
sebagai institusi rohani tidak perlu terlibat dalam aksi politik praktis. Gereja juga tidak
perlu mendukung partai politik, sekalipun itu partai politik Kristen yang didirikan oleh para
pendeta atau rohaniwan manapun juga, baik secara langsung maupun tidak langsung. Para
rohaniwan, yaitu pendeta dan pejabat gereja lainnya, merupakan representasi umat dan
gereja Tuhan. Bila para rohaniwan dan pejabat gereja lainnya sudah menjadi bagian dari
kegiatan politik praktis, siapakah lagi yang menggembalakan umatnya, termasuk para
politisi Kristen, yang mana mereka bukan rohaniwan dan bukan pula pejabat gereja?
Gereja, melalui pejabat gereja, seharusnya meng-gembalakan umatnya yang terjun dalam
dunia politik, sehingga mereka menjadi politisi yang berani membela kebenaran dan
keadilan, serta berani membela kaum lemah dan miskin sebagaimana Yesus sendiri
berpihak kepada mereka.

Gereja sepatutnya meng-gembalakan umatnya yang berpolitik praktis sekaligus


menyadari posisinya sebagai agen Kerajaan Allah di bumi ini. Karenanya, orang Kristen
sebagai anggota gereja mempunyai tugas mengomunikasikan kebenaran dan keadilan
kepada seluruh umat manusia tanpa pandang bulu. Warga gereja atau umat Kristen
berjuang untuk umat manusia ciptaan Tuhan. Gereja tidak berjuang untuk membangun
masyarakat yang eksklusif dan berjuang untuk kelompoknya sendiri. Dalam perjuangan
politik, orang-orang Kristen tetap harus menjadi terang dan garam di mana pun mereka
berada, termasuk melalui partai politik yang sifatnya nasionalis, yang sedang mem-
perjuangkan kebenaran dan keadilan demi proses pem-bangunan bangsa serta mem-bangun
masyarakat yang adil dan makmur, dan tidak membangun suatu institusi politik yang
berjuang untuk kelompoknya sendiri. Gereja tidak boleh dikotori oleh nafsu-nafsu duniawi
yang bertopengkan partai politik Kristen atau sejenisnya, dengan alasan membela hak-hak
Kristen atau mewujudkan Indonesia Baru berdasarkan prinsip-prinsip atau ajaran
kekristenan. Tetapi, gereja seharusnya menunjukkan jati diri yang benar (integritas) sesuai
dengan prinsip-prinsip Alkitab dan mengakui bahwa Indonesia dibangun di atas dasar
Pancasila yang “Berbhinneka Tunggal Ika”.

Gereja tidak perlu berpolitik praktis, tetapi gereja mendukung umatnya dan
menggembalakan mereka secara benar, yakni orang-orang yang kompeten di dalamnya,
sehingga tidak menyimpang dari esensinya, yakni menjadi garam dan terang Kristus dalam
dunia ini. Dengan demikian, gereja mendatangkan sesuatu yang berarti bagi bangsa dan
negara Indonesia tercinta ini.

DAFTAR PUSTAKA
https://binus.ac.id/character-building/2021/02/bolehkah-gereja-berpolitik/

Anda mungkin juga menyukai