Dalam kasus PLN, terlihat bahwa respon komunikasi krisis yang dilakukan belum mencerminkan skema komunikasi krisis yang efektif. Publik justru dibombardir viralnya informasi "liar tapi benar" menyangkut dampak black out operasional PLN yang menyebabkan putusnya aliran listrik di seantero Jakarta Raya, sebagian Jabar, Banten, bahkan hingga Bali. Peran media sosial memang luar biasa massif dan punya daya jangkau luar biasa secara cepat sehingga terkesan respons PLN tidak ada gaungnya sama sekali di mata publik. Dalam situasi inilah, pihak PLN terlihat kurang merespons dan memahami dinamika media sosial yang menjadi mainstream alur komunikasi publik masyarakat Indonesia sekarang ini. Diakui, ada tiga opsi kemungkinan dari dampak krisis yang menyebabkan pihak perusahaan gamang melaksanakan tindakan atau respons komunikasi yang efektif dan tepat. Pertama, perusahaan berpotensi mengalami masalah besar, potensi bangkrut atau keluar dari bisnisnya, serta pimpinannya berpotensi menghadapi tuntutan kejahatan pidana. Kedua, perusahaan akan tetap eksis, tetapi mungkin berpotensi kehilangan citra dan respek dari publik atau pelanggannya serta tidak berimplikasi signifikan pada kondisi finansialnya. Ketiga, perusahaan akan menghadapi kondisi tekanan yang luar biasa kencang untuk mendapatkan dukungan opini public, perombakan top manajemen, dan proses recovery kembali menuju posisi awal sebagai good company. 2. Grab : Covid-19 Krisis Terbesar CEO Grab Anthony Tan mengatakan virus corona (SARS-CoV-2) yang menyebabkan pandemi Covid-19 telah menciptakan tantangan dan krisis terbesar sejak perusahaan berdiri. Krisis dan tantangan ini mengharuskan Grab mengeluarkan keputusan sulit untuk memotong pengeluaran dan mengelola modal. Pandemi Covid-19 membuat pemesanan layanan taksi dan ojek online Grab di Asia Tenggara menurun drastis karena penerapan pembatasan aktivitas warga di luar rumah. Perusahaan yang berbasis di Singapura ini adalah perusahaan rintisan (startup) yang paling bernilai di Asia Tenggara karena sukses berkembang melampaui perjalanan ke pengiriman makanan dan layanan lainnya. pada Februari, Grab mengumpulkan lebih dari US$850 juta atau sekitar Rp13,2 triliun sebagai modal untuk melakukan ekspansi di berbagai wilayah di Asia Tenggara tersebut. Grab telah berusaha mengimbangi penurunan pemesanan layanan taksi online dan ojek online dengan pengiriman makanan, yang mengalami lonjakan permintaan karena orang-orang tinggal di rumah. Tan mengatakan Grab akan memutar otak untuk memotong pengeluaran dan mengelola di tengah wabah corona."Kami akan mengukur biaya dengan tepat, mengelola modal kami secara efisien, dan melakukan penyesuaian operasional yang diperlukan untuk mengatasi badai dan mengukir jalan menuju profitabilitas," kata Tan. 3. Kepanikan Bank, 1907 Kepanikan pada 1907 terjadi karena terjun bebasnya pasar saham Dow lebih dari 50% dibanding tahun sebelumnya. Pemicunya adalah over-ekspansi dan spekulasi pasar yang buruk. Pasar saham jatuh pada Maret dan terulang kembali pada Oktober, menyebabkan hilangnya kepercayaan pada bank disusul bangkrutnya Bank Amerika Utara. Pada Februari 1908 kepercayaan publik mulai pulih dan pada Mei, Kongress menyetujui Undang-undang Aldrich-Vreeland Act dan membentuk Komisi Moneter Nasional untuk meredam setiap kepanikan pasar di masa datang. 4. Krisis Minyak OPEC Tahun 1973 Berbagai negara anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) yang sebagian besar adalah negara Timur Tengah melakukan aksi balas dendam dengan cara berhenti mengekspor minyak ke Amerika Serikat dan sekutunya. Penyebabnya adalah AS memilih untuk mengirimkan bantuan militer kepada Israel ketika perang Arab- Israel keempat sedang berlangsung. Akibatnya, harga minyak di berbagai negara maju terus naik, inflasi juga terus meninggi, hingga terjadi stagnasi ekonomi. 5. Resesi Besar 2007-2008 Resesi Besar bermula di Amerika Serikat dan berakhir di dunia. Pemicunya ialah Subprime Mortgage atau kredit rumahan yang diberikan pada debitor atau peminjam dengan sejarah kredit buruk atau bahkan belum pernah melakukan kredit sama sekali yang diizinkan untuk membeli rumah dengan harga mahal tanpa uang muka sejak tahun 2007. Dengan portofolio kredit yang buruk, banyak peminjam yang tidak bisa membayarkan pinjamannya kepada bank. Alhasil, pasar saham AS kehilangan USD 6,5 triliun (Rp94 kuadriliun), pengangguran mencapai 10 persen, harga minyak melambung, krisis pangan terjadi di dunia, inflasi tinggi, hingga bangkrutnya berbagai perusahaan besar, termasuk Lehman Brothers.
Pendekatan sederhana terhadap krisis ekonomi di Yunani: Sebuah perjalanan untuk menemukan krisis ekonomi Yunani yang dimulai pada tahun 2008 dan menggemparkan dunia. Penyebab dan implikasinya