Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mitsalina Arifah

Npm : 192050381

Kelas :B

Matakuliah : Komunikasi Krisis & Bencana

Dosen : DHINI ARDIANTI S.SOS.,M.I.KOM

Tugas

5 kasus krisis di dunia

Jawab

1. Komunikasi Krisis PLN


Dalam kasus PLN, terlihat bahwa respon komunikasi krisis yang dilakukan belum
mencerminkan skema komunikasi krisis yang efektif. Publik justru dibombardir viralnya
informasi "liar tapi benar" menyangkut dampak black out operasional PLN yang
menyebabkan putusnya aliran listrik di seantero Jakarta Raya, sebagian Jabar, Banten,
bahkan hingga Bali. Peran media sosial memang luar biasa massif dan punya daya
jangkau luar biasa secara cepat sehingga terkesan respons PLN tidak ada gaungnya sama
sekali di mata publik. Dalam situasi inilah, pihak PLN terlihat kurang merespons dan
memahami dinamika media sosial yang menjadi mainstream alur komunikasi publik
masyarakat Indonesia sekarang ini.
Diakui, ada tiga opsi kemungkinan dari dampak krisis yang menyebabkan pihak
perusahaan gamang melaksanakan tindakan atau respons komunikasi yang efektif dan
tepat. Pertama, perusahaan berpotensi mengalami masalah besar, potensi bangkrut atau
keluar dari bisnisnya, serta pimpinannya berpotensi menghadapi tuntutan kejahatan
pidana. Kedua, perusahaan akan tetap eksis, tetapi mungkin berpotensi kehilangan citra
dan respek dari publik atau pelanggannya serta tidak berimplikasi signifikan pada kondisi
finansialnya. Ketiga, perusahaan akan menghadapi kondisi tekanan yang luar biasa
kencang untuk mendapatkan dukungan opini public, perombakan top manajemen, dan
proses recovery kembali menuju posisi awal sebagai good company.
2. Grab : Covid-19 Krisis Terbesar
CEO Grab Anthony Tan mengatakan virus corona (SARS-CoV-2) yang menyebabkan
pandemi Covid-19 telah menciptakan tantangan dan krisis terbesar sejak perusahaan
berdiri. Krisis dan tantangan ini mengharuskan Grab mengeluarkan keputusan sulit untuk
memotong pengeluaran dan mengelola modal. Pandemi Covid-19 membuat pemesanan
layanan taksi dan ojek online Grab di Asia Tenggara menurun drastis karena penerapan
pembatasan aktivitas warga di luar rumah. Perusahaan yang berbasis di Singapura ini
adalah perusahaan rintisan (startup) yang paling bernilai di Asia Tenggara karena sukses
berkembang melampaui perjalanan ke pengiriman makanan dan layanan lainnya. pada
Februari, Grab mengumpulkan lebih dari US$850 juta atau sekitar Rp13,2 triliun sebagai
modal untuk melakukan ekspansi di berbagai wilayah di Asia Tenggara tersebut. Grab
telah berusaha mengimbangi penurunan pemesanan layanan taksi online dan ojek online
dengan pengiriman makanan, yang mengalami lonjakan permintaan karena orang-orang
tinggal di rumah. Tan mengatakan Grab akan memutar otak untuk memotong
pengeluaran dan mengelola di tengah wabah corona."Kami akan mengukur biaya dengan
tepat, mengelola modal kami secara efisien, dan melakukan penyesuaian operasional
yang diperlukan untuk mengatasi badai dan mengukir jalan menuju profitabilitas," kata
Tan.
3. Kepanikan Bank, 1907
Kepanikan pada 1907 terjadi karena terjun bebasnya pasar saham Dow lebih dari 50%
dibanding tahun sebelumnya. Pemicunya adalah over-ekspansi dan spekulasi pasar yang
buruk. Pasar saham jatuh pada Maret dan terulang kembali pada Oktober, menyebabkan
hilangnya kepercayaan pada bank disusul bangkrutnya Bank Amerika Utara. Pada
Februari 1908 kepercayaan publik mulai pulih dan pada Mei, Kongress menyetujui
Undang-undang Aldrich-Vreeland Act dan membentuk Komisi Moneter Nasional untuk
meredam setiap kepanikan pasar di masa datang.
4. Krisis Minyak OPEC Tahun 1973
Berbagai negara anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries)
yang sebagian besar adalah negara Timur Tengah melakukan aksi balas dendam dengan
cara berhenti mengekspor minyak ke Amerika Serikat dan sekutunya. Penyebabnya
adalah AS memilih untuk mengirimkan bantuan militer kepada Israel ketika perang Arab-
Israel keempat sedang berlangsung. Akibatnya, harga minyak di berbagai negara maju
terus naik, inflasi juga terus meninggi, hingga terjadi stagnasi ekonomi.
5. Resesi Besar 2007-2008
Resesi Besar bermula di Amerika Serikat dan berakhir di dunia. Pemicunya ialah
Subprime Mortgage atau kredit rumahan yang diberikan pada debitor atau peminjam
dengan sejarah kredit buruk atau bahkan belum pernah melakukan kredit sama sekali
yang diizinkan untuk membeli rumah dengan harga mahal tanpa uang muka sejak tahun
2007. Dengan portofolio kredit yang buruk, banyak peminjam yang tidak bisa
membayarkan pinjamannya kepada bank. Alhasil, pasar saham AS kehilangan USD 6,5
triliun (Rp94 kuadriliun), pengangguran mencapai 10 persen, harga minyak melambung,
krisis pangan terjadi di dunia, inflasi tinggi, hingga bangkrutnya berbagai perusahaan
besar, termasuk Lehman Brothers.

Anda mungkin juga menyukai