Anda di halaman 1dari 12

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI
SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV – 2019
Nama : Neni Mulyati
NPM : A 171 089

Zat Aktif : Lorazepam


Jumlah Tablet : 190.000
Dosis dan Alasan Pemilihan Dosis : 2 mg, karena digunakan dengan tujuan
untuk sedasi dan mengurangi
kegelisahan pada persiapan operasi.
Dosis ini cukup untuk menenangkan
sebagian besar orang dewasa.
Metode Pembuatan : Kempa Langsung

I. PREFORMULASI
1.1 Lorazepam
Struktur :

Gambar 1.1 Struktur Lorazepam


(British Pharmacopoeia, volume II 2009:3551)
Berat Molekul : 321,16 g/mol
Pemerian : Serbuk putih atau praktis putih, tidak berbau, tidak
higroskopis.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etaol,
sukar larut dalam kloroform.
Stabilitas : Lorazepam tidak boleh dikeringkan
pH : 650c
Kegunaan : Untuk mengurangi kegelisahan sebelum operasi.
(Farmakope Indonesia edV:782)
1.2 Zat Tambahan
A. Calcium Phosphate Dibasic Anhydrous
Struktur :

Gambar 1.2 Struktur Calcium Phosphate Dibasic


Anhydrous
Pemerian : Bubuk putih tidak berbau, kristal padat seragam
Kegunaan : Pengisi
Alasan : Penambahan Calcium Phosphate Dibasic
Anhydrous sebagai zat tambahan yang berfungsi
sebagai pengisis, karena dilihat dari sifat alirnya
memiliki kemampuan mengalir yang baik,
sehingga dapat memperbaiki laju alir zat aktif
pada proses pengempaan tablet.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam eter, etanol dan air.
pH : 7,3
Densitas : 2,89 gram/cm3
Aliran : Memiliki pemadatan dan sifat alir yang baik
Kelembapan : Non higroskopis.
Stabilitas : Calcium Phosphate Dibasic Anhydrous adalah bahan
yang relatif non higroskopis. Di bawah kondisi
II. FORMULASI DAN TEKNIK PEMBUATAN
a. Formula Yang Akan Dibuat
R/ Lorazepam 2 mg
Calcium Phosphate Dibasic Anhydrous qs
Amprotab 20%
Glyseril Behenate 2%
Cellulose Powder 1%
b. Metode Yang Digunakan
Kempa Langsung
c. Alasan Pemilihan Metode
Karena sifat dari lorazepam yang tidak boleh dikeringkan tidak
memungkinkan untuk menggunakan metode granulasi basah, dan dosis yang
relatif sangat kecil tidak memungkinkan untuk menggunakan metode granulasi
kering, karena dikhawatirkan zat aktif akan hilang pada saat proses slugging
ataupun pada saat proses pembuatan granul.
d. Alasan Pertimbangan Konsentrasi Yang Ditambahkan
Lorazepam digunakan sebanyak 2 mg karena dosis lazim lorazepam yang
biasa digunakan dengan tujuan untuk mengatasi gangguan kecemasan sebelum
operasi adalah 2 mg, Calcium Phosphate Dibasic Anhydrous ditambahkan
dengan konsentrasi secukupnya, karena berfungsi sebagai pengisi, yang
nantinya dapat menutupi kekurangan bobot tablet, sehingga dapat ditutupi
bobotnya dengan zat tambahan sebagai pengisi sesuai yang diinginkan.,
Amprotab digunakan sebagai pengikat dan penghancur dengan konsentrasi
20%, penambahan konsentrasi ini untuk mengoptimalkan pengikatan untuk zat
aktif pada proses pengempaan, dengan konsentrasi yang sama amprotab
digunaakan sebagai penghancur, yang mana pada konsentrasi tersebut
amprotab dapat memberikan waktu hancur yang baik ketika kontak dengan
cairan tubuh, Glyseril Behenate digunakan sebagai lubrikan dengan konsentrasi
2% pada pembuatan tablet ini, hal ini bertujuan agar dapat meminimalisir
kecenderungan saat melekat pada mesin sehingga mengurangi gesekan antara
permukaan tablet dengan dinding die selama pengempaan, Celllulose Powder
ditambahkan sebanyak 1% sebagai glidan karena sifatnya yang baik digunakan
untuk kempa langsung. Walaupun sifatnya higroskopis, namun karena sedikit
konsentrasi yang digunakan, hal ini tidak akan terlalu mempengaruhi
disintegrasi dari tablet.

III. PERHITUNGAN
a. Setiap tablet mengandung : Lorazepam 2 mg
b. Bobot tablet : 100 mg
c. Jumlah tablet : 190.000 tablet
III.1 Untuk Tiap Tablet
1. Fasa Luar : 3%
Glyceryl Behenate : 0,02 x 100 = 2 mg
Cellulose Powder : 0,01 x 100 = 1 mg
Fase Luar : (100 – 3%) = 97%
: 0,97 x 100 =97mg
2. Fasa Dalam (tanpa zat aktif)
(97 – 2 ) : 95 mg
Maka
Amprotab : 0,2 x 95 =19 mg
Calcium Phosphate Dibasic Anhydrous : (95 – 19) = 76 mg
Jumlah : 100 mg
III.2 Untuk 190.000 Tablet
1. Fasa Dalam
Lorazepam : 2 mg x 190.000 = 380.000 mg
Amprotab : 19 mg x 190.000 = 3.610.000 mg
Calcium Phosphate : 76 mg x 190.000 = 14.440.000 mg
Dibasic Anhydrous
2. Fasa Luar
Glyceryl Behenate : 2 mg x 190.000 = 380.000 mg
Cellulose Powder : 1 mg x 190.000 = 190.000 mg +
Jumlah = 19.000.000 mg
III.3 Penimbangan
Lorazepam : 380.000 mg = 380 g
Amprotab : 6.610.000 mg = 3.610 g
CalciumPhosphate : 14.440.000 mg = 14.440 g
Dibasic Anhydrous
Glyceryl Behenate : 380.000 mg = 380 g
Cellulose Powder : 190.000 mg = 190 g

IV. ALUR PROSEDUR PEMBUATAN


Semua bahan disiapkan lalu ditimbang. Lorazepam 380 g, Amprotab 3.610
g, Calcium Phosphate Dibasic Anhydrous 14.440 g. Dicampurkanzat aktif
beserta zat tambahan fase dalam sampai homogen. Dilakukan evaluasi
(Homogenitas, Kompresibilitas, Laju Alir, Sudut Istirahat, dan Kerapatan
Sejati).
Semua bahan fase luar ditimbang Glyceryl Behenate 380 g dan Cellulose
Powder 190 g. Dimasukkan ke dalam campuran fase dalam dan dicampurkan
sampai homogen.
Setelah serbuk homogen, dilakukan evaluasi massa siap cetak
(Kompresibilitas, Laju Alir, dan Sudut Istirahat). Masa siap cetak telah
memenuhi syarat kemudian dilakukan pencetakan tablet dengan metode kempa
langsung, kemudian dilakukan evaluasi tablet (Uji keseragaman Bobot, Uji
Keseragaman Ukuran, Uji Waktu Hancur, Uji Kekerasan , Friksibilitas dan
Friabilitas.

V. EVALUASI YANG DILAKUKAN


5.1 Evaluasi Massa Siap Cetak
5.1.1 Distribusi Ukuran.
Ayakan dengan nomor mesh 40, 60, 80, dan 200 disusun dari atas
ke bawah dengan urutan nomor mesh terkecil berada di paling atas,
kemudian sebanyak 100 gram serbuk ditimbang dan dimasukkan ke
atas ayakan lalu digoyangkan hingga serbuk – serbuk terayak. Masing-
masing serbuk yang tertinggal di ayakan, ditimbang kembali dan
dihitung distribusi partikel setiap ayakan.

5.1.2 Kompresibilitas
Sampel dari bahan serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur,
kemudian diukur volumenya, dicatat sebagai volume curah. Kemudian,
ditempatkan gelas ukur di atas kain, dimampatkan dengan diketuk
secara berulang hingga volume konstan, dan dicatat sebagai volume
mampat. Setelah itu dihitung kompresibilitas dan Rasio Hausner.
5.1.3 Laju Alir dan Sudut Istrirahat
Sampel dari bahan serbuk ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam
alat corong getar dengan dengan kondisi lubangnya tertutup. Setelah itu
tutup corong dibuka, sambil dihitung waktu dari awal tutup corong
terbuka sampai mengalir. Nilai kecepatan alir dihitung dari serbuk yang
keluar dari corong getar, tinggi timbunan serbuk, dan diameter dari 8
garis potong yang terbentuk dari jatuhnya serbuk yang tersebar.
Terakhir dihitung rata-rata diameter dan dihitung sudut istirahatnya.
5.1.4 Kerapatan Sejati
Ditimbang pikno kosong dan tutupnya, lalu diisi dengan serbuk
sebanyak 2/3 bagian kemudian ditimbang. Selanjutnya diisi paraffin
cair kedalam pikno yang berisi serbuk dengan perlahan hingga penuh.
Lalu ditimbang piknometer berisi serbuk dan paraffin cair. Bersihkan
piknometer lalu diisi pikno kosong dengan paraffin cair hingga penuh
kemudian ditimbang. Dihiting kerapatan sejatinya.

5.2 Evaluasi Tablet


5.2.1 Keseragaman Bobot
Disiapkan tablet sebanyak 20 tablet, kemudian ditimbang dan
dicatat bobot dari setiap tablet, dihitung rata-rata tiap tablet. Dicatat
hasilnya.
5.2.2 Keseragaman Ukuran
Disiapkan tablet sebanyak 20 tablet, kemudian diukur tebal dan
diameter tablet satu persatu menggunakan jangka sorong. Hasil dicatat.
5.2.3 Kekerasan Tablet
Disiapkan tablet sebanyak 4 tablet. Diletakkan tablet pada ujung
alat dengan posisi vertikal, kemudian diputar spiral pada bagian bawah
skala secara perlahan-lahan sampai tablet pecah. Dibaca dan dicatat
skala yang dicapai pada tablet saat tepat hancur.
5.2.4 Friabilitas
Disiapkan tablet sebanyak 20 tablet dan ditimbang. Dimasukan
tablet – tablet tersebut kedalam alat Friabilator, diatur waktunya
selama 4 menit pada kecepatan 25 rpm. Ditimbang kembali dan dicatat
bobot tablet tersebut.
5.2.5 Friksibilitas
Disiapkan tablet sebanyak 20 tablet dan ditimbang. Dimasukan
tablet – tablet tersebut kedalam alat Friksibility tester, diatur waktunya
selama 4 menit pada kecepatan 25 rpm. Ditimbang kembali dan dicatat
bobot tablet tersebut.
5.2.6 Waktu Hancur
Disiapkan tablet sebanyak 6 tablet dan dimasukkan ke setiap
tube, lalu ditutup dengan penutup. Dinaik turunkan keranjang tersebut
pada suhu 37oC, kemudian diamati tablet yang terakhir hancur dan
dicatat hasilnya.

VI. KEMASAN ATAU LABEL


6.1 Label
Gambar 6.1 Label

6.2 Kemasan Primer

Gambar 6.2 Kemasan Primer

6.3 Kemasan Sekunder


Gambar 6.3 Kemasan Sekunder

6.4 Keterangan
A. No. Batch 05191006
05 : Bulan pembuatan
19 : Tahun produksi
10 : Kode bentuk sediaan (Tablet)
06 : Produksi pertama

B. No. Reg. DKL1910610210A1


D : Dagang
P : Psikotropika
L : Lokal
19 : Tahun persetujuan obat tersebut oleh BPOM
106 : Nomor urut pabrik
102 : Nomor urut obat yang disetujui untuk masing-masing pabrik
10 : Kode bentuk sediaan (Tablet)
A : Kekuatan obat jadi yang pertama disetujui
1 : Kemasan utama

C. Logo Yang Digunakan

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

D. Brosur Obat
VII. DAFTAR PUSTAKA
British Pharmacopoeia. 2009. British Pharmacopoeia. Volume I & II.
London: The British Pharmacopoeia Commission.
C, Raymond Rowe. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Edisi 5.
USA: Pharmaceutical Press.
C, Raymond Rowe. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Edisi 6.
USA: Pharmaceutical Press.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia.
Edisi V. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai