Oleh Rab. Sukamto Dan Supriatna S. Tahun 1982
Oleh Rab. Sukamto Dan Supriatna S. Tahun 1982
Sulawesi Selatan
PENDAHULUAN
Data geologi tinjau yang dihasilkan pada 1971 kemudian dilengkapi sejumlah
lintasan geologi yang lebih rapat, yang dilakukan dari September disusun
menjadi peta geologi ber sistem Luar Jawa, sekala 1:250.000.
Daerah ini mempunyai penduduk yang relatif lebih padat daripada bagian
lain Sulawesi Selatan bertempat tinggal di kota kabupaten dan kecamatan,
penduduk terdapat di desa dan kampung di sepanjang semua jalan utama
yang menuju kedaerah pedalaman. Sebagian besar penduduk bertani sawan
sehingga membuat daerah ini penghasil padi yang utama di Sulawesi.
Penduduk di sepanjang pantai kebanyakan nelayan yang di kota kebanyakan
berniaga atau jadi karyawan. Kehidupan sosial di daerah ini mencerminkan
kehidupan asli Sulawesi Selatan. Seperti Bugis, Makassar, dan Bajo.
Penduduk kebanyakan beragama Islam, tetapi tetapi yang beragama Katoilik
dan Protestan serta yang beragama lain hanya sedikit.
Daerah pemetaan sangat mudah dicapai. Hubungan udara yang pada 1971
antara Jakarta dan Makassar (sekarang Ujung Pandang) hanya berlagsung
beberapa kali dalam seminggu. sekarang telah berubah jadi beberapa kali
dalam satu hari Lapangan udara Ujung Pandang, Mandai, terletak di bagian
baratlaut Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai. Hampir seluruh daerah
pemetaan dapat dengan mudah dicapai dengan mobil. Semua kota
kabupaten dan sebagian dari kota kecamatan mempunyai hubungan jalan
yang dapar dilalui kendaraan mobil, jalan desa dan setapak dapat ditemukan
hampir di seluruh daerah ini.
Peta dasar yang dipakai dalam pemetaan ini adalah peta topografi bersekala
1 :250.000. AMS Seri T-503, 1965, No SB 50-4 dan 51-1 yang juga dipakai
sebagai peta dasar Kompilasi. Untuk lapangan dipakai peta topografi
bersekala 1 : 50.000. Di samping itu dipakai potret udara yang melingkupi
bagian barat lembar, dan sebagian dari bagian timur. Potret ini sebagiar
besar bersekala 1 : 50.000. selain yang bersekala 1: 10.000.
GEOMORFOLOGI
Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit dan lebih rerdah, dengan
puncaknya rata-rata setinggi 700 m, dan yang tertinggi 787 m. Juga
pegunungan ini sebagian besar berbatuan gunungapi. Bagian selatannya
selebar 20 km dan lebih tinggi, tetapi ke utara meyempit dan merendah, dan
akhirnya menunjam ke bawah batas antara Lembah Walanae dan dataran
Bone. Bagian utara pegunungan ini bertopografi kras yang permukaannya
sebagian berkerucut. Batasnya di timurlaut adalah dataran Bone yang sangat
luas, yang menempati hampir sepertiga bagian timur.
STRATIGRAFI
Kelompok batuan tua yang umurnya belum diketahui terdiri dari batuan
ularabasa, batuan malihan dan batuan melange. Batuannya terbreksikan dan
tergerus dan mendaun, dan sentuhannya dengan formasi dl sekitarnya
berupa sesar atau ketidselarasan. Penarikhan radiometri pada sekis yang
menghasilkan 111 juta tanun Kemungkinan menunjukkan peristiwa malihan
akhir pada tektonik Zaman Kapur. Batuan tua ini tertindih tak selaras oleh
endapan flysch Formasi Balangbaru dan Formasi Marada yang tebalnya lebih
dari 2000 m dan berumur Kapur Akhir. Kegiatan magma sudah mulai pada
waktu itu dengan bukti adanya sisipan lava dalam flysch.
Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah itu semuanya berkaitan erat
dengan kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sill dan retas,
bersusunan beraneka dari basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit. dan
berumur berkisar dari 8.3 sampai 19 ± 2 juta tahun.
Endapan Permukaan
Formasi ini tebalnya sekitar 2000 m; tertindih tak selaras batuan Formasi
Mallawa dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan, dan menindih tak selaras
Kompleks Tektonik Bantimala.
Fosil foraminifera yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1971 dan
1974). dan lokasi A.29.b. Tc.239.b dan Tc.239.d yang, di
Fosil dari batuan Formasi Tonasa telah dikenali oleh D. Kadar (Hubungan
tertulis 1971, 1973), Reed & Malicoat (M.W. Konts, hubungan tertulis, 1972),
Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1973, 1974), dan oleh Sudiyono
(hubungan tertulis, : 1973). Contoh batuan yang dianalisa dari lokasi: A.46,
A.112, B.28.b. B.29. B30. B.33, P.58, B. 129, C.8, C51, D.30, Ta.72, Ta.79.
Ta.81, Ta.90. Ta.131, Ta.134.d, Ta.186.a. Ta.452, Ta.506. Tb.2. Tc.65.a.
Tc.94, Tc.100, Tc.134, Td.6, Td.20. Td.63, Td.70. Td.101, Td.112, Td.116,
Te.121, Te.216.a, Ti.1, Ti.3, dan Ti.9. Fosil yang dikenali termasuk:
Dictyoconus sp., Asterocydina sp., An. matanzensis COLE, Biplanispira sp.,
Discocyclina sp., Nummulites sp., N. atacicus LEYMERIE. N. pangaronensis
(VERBEEK), Fasciolites sp., F. oblonga D’ORBIGNY, Alveolinella sp.,
Orbitolites sp., Pellatispira sp., P. madaraszi HANTKEN, P. orbitoidae
PROVALE. P. provaleae YABE, Spiroclypeus sp., S. tidoenganensis9 VAN DER
VLERK. S. verinicularis TAN, Globorotalia sp., Gl. centralis CUSHMAN &
BERMUDEZ, Gl, mayeri CUSHMAN & ELLISOR, Gl. obesa BOLLI, Gl
preamenardii CUSHMAN & STAINFORTH. Gl. siakensis (LE ROY),
Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Gn. dehiscens (CHAPMAN-
PARR COLLINS) Hantkenina alabamensis CUSHMAN, Heterostegina sp., H.
bornensis VAN DER VLERK, Austrotrillina bowcbini (SCHLUMBERGER),
Lepidocyclina sp.,
Tebal formasi ini diperkirakan tidak kurang dari 3000 m; menindih selaras
batuan Formasi Malawa, dan tertindih tak selaras batuan Formasi Camba;
diterobos oleh sill, retas, ban stok batuan beku yang bensusunan basal,
trakit, dan diorit.
Lagi pula ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain, ganggang dan koral
dalam formasi ini. Kemungkinan sebagian dari Formasi Camba diendapkan
dekat daerah pantai. Secara setempat ditemukan pula fosil berumur Pliosen
Awal, seperti yang di sebelah utara Ujung Pandang.
Satuan ini tebalnya sekitar 5000 m, menindih tak selaras batugamping dari
Formasi Tonasa (Temt) dan batuan dari Formasi Malawa (Tem), mendatar
berangsur berubah jadi bagian bawah dari pada Formasi Walanae (Tmpw);
diterobos oleh retas, Sil dan stok bersusunan basal piroksen, andesit dan
diorit.
Penarikan Kalium Argon pada batuan basal dari lokasi 7 menghasilkan 17,7
juta tahun (Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis, 1972), dasit dan andesit
dari lokasi 1 dan 2 masing-masing menghasilkan umur 8,93 dan 9,29 juta
tahun (ET.D. Obradovich, hubungan tertulis, 1974), dan basal dari Birru
menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. vaan Leeuwen, hubungan tertulis, 1978).
Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung moluska
dan sepaian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa
Fosil yang dikenali oleh D. Radar (hubungan tertulis, 1973) dan contoh
batuan Ta.37, Ta.52, Ta.58.a, Td.104 dan Td.105, adalah: Lepidocyclina sp.,
L. cf) omphalus TAN, L. sumtrensis (BRADY), B. Verbeeki (NEWTON &
HOLLAND), Mogypsina sp., M. thecidaeforinis (RUTTEN), M. cf. cupulaeforinis
(ZUFFARDI-COMERCY), Globorotalia sp., Gl. Mayeri CUSHMANN & ELLISOR,
Gl. lobata BERMUDEZ, Gl. praemenardii CUSHMANN & STAINFORTH. Gl
praescitula BLOW, Gl. siakensis (LEROY), Globorotaloides variabilis BOLLI,
Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Gn. globosa BOLLI,
Globigerinoides sp., Gd. immaturus LEROY. Gd. sacculifer (BRADY) Gd.
subquadratus BRONNIMANN, Biorbulina bilobata (D’ORBIGNY), Orbulina
suturalis BRONNIHANN, O. universa D’ORBIGNY, Hastigerina siphonifera
(D’ORBIGNY), Sphaeroidinellopsis kochi (GAUDRIE), Sp. Seminulina
(SGHWAGER), Operculina sp., Amphistegina sp., Cyclocypeus sp., dan
ganggang. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah (Tf;
N.9 - N. 13).
(PARKER & JONES), Amphistegina sp., dan Operculina sp. Gabungan fosil
tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah - Pliosen (N.9-N.20). Lagi pula
13
Fosil foram yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1974), dan lokasi
E.755 dan Ta. 157 adalah : Amphistegina sp., Operculina sp., Orbulina sp.,
Rotalia sp., dan Gastropoda. Satuan ini di banyak tempat membentuk
pebukitan kerucut, dan beberapa membentuk punggungan yang sejajar
dengan pantai timur, yaitu di barat Watampone; di lembah S. Walanae, dan
di utara Tacipi, batugamping Anggota Tacipi tarsingkap di sana-sini di dalam
batuan Formasi Walanae; tebal satuan ini dperkirakan tidak kurang dan 1700
m.
Batuan Gunungapi
Satuan ini tebalnya sekitar 400 m; sebagai lanjutan dan yang tersingkap di
Birru, di lembar Ujung Pandang, Benteng & Sinjai, yang oleh van Leeuwen
(1974) disebut batuan Gunungapi Langi; ditindih takselaras oleh batuan
Eosen Formasi Tonasa dan Formasi Malawa; diterobos oleh batuan
granodiorit dan basal.
14
Satuan batuan ini berumur lebih muda dari batugamping Eosen dan lebih tua
dari Formasi Camba Miosen Tengah, mungkin Miosen Bawah; dan tebalnya
tidak kurang dari 4.250 m.
banyak sepaian piroksen. Satuan batuan ini tebalnya tidak kurang dari 1250
m di lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai setelah selatan daerah lembar
ini menindih takselaras batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv); mungkin
berumur Pliosen Akhir
Batuan Terobosan
t TRAKIT: terobosan trakit berupa stok, sil dan retas; bertekstur porfir
kasar dengan fenokris sanidin sampai 3 cm panjangnya; berwarna putih
16
mika dan klorit; di bawah mikroskop t’Hoent & Ziegler (1915) dan Subroto &
Saefudin (hubungan tertuis. 1972) mengenali sekis glaukofan, eklogit, sekis
garnet, sekis amfibol, sekis kiorit, sekis muskovit, sekis muskovit-tremoilit-
aktinolit, sekis muskovit-aktinolit, genes albit-ortoklas, dan genes kuarsa-
felspar; eklogit tidak ditemukan berupa singkanan, melainkan berupa
sejumlah bongkah besar di daerah batuan malihan; di lokasi Te. 149.a
sekisnya mengandung grafit;, berwarna kelabu, hijau, coklat dan biru.
tebalnya tidak kurang dari 2000 m dan bersentuhan sesar dengan satuan
batuan di sekitarnya. Penarikhan Kalium/Argon pada sekis di timur Bantimala
(lokasi 5) menghasilkan umur 111 juta tahun (J.D. Obradovich. hubungan
tertulis, 1974).
TEKTONIKA
Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada Kala Paleosen, yang hasil
erupsinya terlihat di timur Bantimala dan di daerah Birru (lembar
Ujungpandang, Benteng & Sinjai). Pada Kala Eosen Awal, rupanya daerah di
barat berupa tepi
daratan yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi
Malawa; sedangkan di daerah timur, berupa cekungan laut dangkal tempat
pengendapan batuan klastika bersisipan karbonat Formasi Salo Kalupang.
Pengendapan Formasi Malawa kemungkinan hanya berlangsung selama awal
Eosen, sedangkan Formasi Salo Kalupang berlangsung sampai Oligosen
Akhir.
Di barat diendapkan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas sejak Eosen
Akhir sampai Miosen Awal. Gejala ini menandakan bahwa selama waktu itu
terjadi paparan laut dangkal yang luas, yang berangsur-angsur menurun
sejalan dengan adanya pengendapan. Proses tektonik di bagian barat ini
berlangsung sampai Miosen Awal, sedangkan di bagian timur kegiatan
18
gunungapi sudah mulai lagi selama Miosen Awal, yang diwakili oleh Batuan
Gunungapi Kalamiseng dan Soppeng (Tmkv dan Tmsv).
Akhir kegiatan ganungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang
menyebabkan terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian menjadi
cekungan tempat pembentukan Formasi Walanae. Peristiwa ini kemungkinan
besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah, dan menurun perlahan selama
sedimentasi sampai Kala Pliosen. Menurunnya Terban Walanae dibatasi oleh
dua sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae yang seluruhnya nampak
hingga sekarang di sebelah timur, dan sesar Soppeng yang hanya tersingkap
tidak menerus di sebelah barat.
Sesar utama yang berarah utara-baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah, dan
tumbuh sampai setelah Pliosen. Pelipatan besar yang berarah hampir sejajar
dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya,
tekanan mendatar berarah kira-kira timut-barat pada waktu sebelum akhir
Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang
menyesarkan batuan pra-kapur Akhir di Daerah Bantimala yang kemudian
tertekan melawati batua tersier.
Penyesaran yang relarif lebih kecil di bagian timur Lembar Walanae dan di
bagian barat pegunungan barat yang berarah baratlaut - tenggara dan
merencong, kemungkinan besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan
sepanjang sesar besar.
DAFTAR REFERENSI/REFERENCES
Patty, E.J. and S. Wiryosujono, 1962. The raw materials for cement plant in
the Tonasa - Baloci area on South Sulawesi; unpubl. rept GSI, No.
20/do.
Steiger, von H., 1915. Petrografische beschrijying van eenege gesteenten uit
de onderafdeeling Pangkadjene en het landscap Tanette v/h Govt.
Celebes dan Onderhorighede; jaarb. Mijnw. Verh., pp. 171-227.
van Leeuwen, T.M., 1974 . The geology of Birru area, South Sulawesi; PT
Riotinto Bethlehem Indonesia, unpubl. rept.
Penarikhan Radiometri
Yang
LoKasi Batuan Cara Keterangan
dianaliss Umur
Sebelah
timur
1
Parepare Trakit K/Ar 4,25 jt
Basal
Biru K/Ar 6,2 jt 2
piroksen
Jejak
Biru Granodiorit 19±2 jt 3
belah