Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN UMUM LAPANGAN

Studi Potensi Hidrokarbon di blok “A” ini merupakan bagian dari kontrak
kerja antara PT. GDA Consultant dengan Perusda Benuo Taka, sebagai pemilik
konsensi Kontrak Jasa Produksi minyak dan gas bumi di area Blok “A”,
Kalimantan Timur. Hingga saat ini Lapangan “A” masih berproduksi
menghasilkan gas bumi dalam jumlah yang kecil. Dengan sisa cadangan yang ada
diharapkan masih memberikan nilai ekonomis. Studi ini dilakukan dalam rangka
pengembangan lapangan “A” yang sudah ada untuk mendapatkan hasil produksi
yang maksimal.

2.1. Lokasi
Secara administrasi Lapangan “A” berada dalam wilayah Kabupaten
Penajam Paser Utara, Propinsi Kalimantan Timur, lebih kurang 15 kilometer barat
daya kota Balikpapan, yang dipisahkan oleh Teluk Balikpapan. Blok Lapangan
“A” mempunyai luas 30.74 kilometer persegi, dibatasi oleh titik-titik koordinat :
Titik Longitude Latitude
A 166°41’00” 1°18’00”
B 166°44’00” 1°18’00”
C 166°44’00” 1°21’00”
D 166°41’00” 1°21’00”
Peta Blok Lapangan Wailawi ditunjukkan pada Gambar 2.1. pada
halaman selanjutnya.

4
Gambar 2.1. Peta Lokasi Blok Wailawi 20)

2.2. Geologi Regional


2.2.1. Geologi Daerah “A”
Dalam pandangan geologi daerah “A” termasuk ke dalam cekungan Kutai,
yang terletak dibagian paling selatan dan merupakan bagian dari sub-cekungan
Pasir. Subcekungan ini berbatasan dengan pematang pegunungan Meratus di
barat, paparan platform paternoster di sebelah timur dan dibatasi sesar Adang di
utara. Secara umum juga bisa dikatakan bahwa daerah “A” terletak di dalam rezim
zona sesar/patahan normal dari apa yang dinamakan sebagai zona Adang Flexure
yang berkembang memanjang dengan arah tenggara-baratlaut di sisi sebelah
selatan cekungan Kutai. Secara geologi regional daerah “A” merupakan daerah
pengendapan yang terisi oleh batuan sedimen berumur Miosen - Pliosen yang
terlipat dengan arah perlipatan relatif berarah timurlaut-baratdaya mengikuti arah
antiklinorium dalam cekungan Kutai.
Berdasarkan data anomali gaya berat (gravity) permukaan bumi, Cekungan
Kutaidapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu zona Kutai Hulu (Upper Kutai) dan
zona Kutai Hilir (Lower Kutai) yang dipisahkan oleh zona gravity yang tinggi
yang disebut zona Kutai High. Daerah “M” sendiri merupakan bagian dari zona
Kutai Hilir.

5
Ketebalan sedimen di daerah yang merupakan pinggiran selatan cekungan
Kutai ini, tidaklah setebal di pusat cekungan yang mencapai 30.000 feet. Di dalam
subcekungan Pasir ini ketebalan sedimen daerah “A” diperkirakan hanya
mencapai 6000 hingga 8000 feet (Gambar 2.3.). Material batuan yang menyusun
batuan sedimen di daerah Wailawi diketahui terangkut dari kompleks batuan
pegunungan Meratus yang terletak di sebelah barat dan barat daya. Gambar 2.2.
di bawah menunjukkan daerah “A” termasuk dalam bagian Cekungan Kutai
bagian selatan yang terletak di sebelah selatan Adang flexure.

Gambar 2.2. Daerah “A” Termasuk Dalam Bagian Cekungan Kutai Bagian
Selatan Yang Terletak di Sebelah Selatan Adang flexure 20)

Gambar 2.3. Pada halaman selanjutnya menunjukkan penyebaran struktur


geologi regional daerah “A” dan susunan sedimen didaerah “A” yang
menunjukkan umur Miosen-Pliosen.

6
Gambar 2.3. Penyebaran Struktur Geologi Regional Daerah “A” dan
Susunan Sedimen di Daerah “A” 20)

2.2.2. Struktur Geologi Daerah “A”


Struktur gelologi yang terbentuk disekitar daerah “A” merupakan struktur
lipatan antiklinal dan sinklinal berarah umum barat daya - timur laut yang
kemungkinan adalah terusan dari arah umum antiklin Klandasan. Struktur
perlipatan ini dibatasi atau terpotong oleh sesar normal yang berarah barat laut -
tenggara di bagian utara, sesar mendatar normal di bagian selatan. Sesar-sesar
tersebut memotong ke bagian lapisan batuan Miosen Tengah dan bagian yang
lebih tua. Searah dengan perlipatan berkembang sesar naik baik di bagian
tenggara, tengah dan barat laut yang sulit dibedakan apakah berupa sesar naik
murni ataukah inversi.
Sedangkan daerah dalam blok “A” sendiri terdiri dari struktur antiklin
yang terkompartementalisasi oleh sesar-sesar normal berarah umum baratlaut –
tenggara dan sesar naik yang relative sejajar dengan sumbu perlipatan.

2.2.3. Stratigrafi Daerah “A”


Cekungan Kutai terbentuk pada Eosen Tengah sebagai cekungan
ekstensional yang awalnya terisi oleh endapan genang laut (trangresif) berumur

7
Eosen hingga Oligosen dan kemudian diikuti endapan susut laut (regresif) pada
saat Miosen Tengah hingga sekarang (Courteney dkk, 1991). Gambar 2.4. Di
bawah menunjukkan kolom stratrigrafi cekungan Kutai.

Gambar 2.4. Kolom Stratigrafi Cekungan Kutai 20)

Sedikit berbeda dengan susunan lithostratigrafi dalam cekungan Kutai


pada umumnya yang digambarkan oleh Courteney dkk (1991). Untuk daerah “A”,
kenampakan strata formasi batuan yang penting dimulai dari formasi Pamaluan
yang diendapkan pada Oligosen Akhir. Formasi Pamaluan ini diendapkan
serpih,batulempung yang berselingan dengan napal (marl), batupasir dan

8
batugamping. Batuan sedimen yang menyusun formasi Pamaluan umumnya
bersifat karbonat yang menunjukkan pembentukan pada lingkungan laut. Gambar
2.5. di bawah menunjukkan generalisasi kolom stratrigrafi daerah “A”.

Gambar 2.5. Generalisasi Kolom Stratigrafi Daerah “A” 20)

Di atas formasi Pamaluan diendapkan batuan formasi Bebulu yang terdiri


atasbatugamping dengan sisipan napal dan serpih lanauan hingga pasiran. Formasi
Bebulu diendapkan pada Miocene Awal pada lingkungan laut dangkal. Batuan
klastik dari formasi Pulau Balang kemudian diendapkan di atas formasi Bebulu
pada periode Miocene Awal hingga Miosen Tengah. Formasi Pulau Balang terdiri
atas batuan sedimen batulempung yang berselingan dengan batupasir kuarsa,
batupasir dan disisipi juga oleh lapisan-lapisan batubara. Lingkungan
pengendapan dari formasi ini adalah sub-litoral dan kemungkinan juga deltaik.

9
Mulai Miosen Tengah, diendapkan urutan endapan delta yang kemudian
membentuk kelompok Balikpapan yang antaralain terdiri dari apa yang disebut
satuan Lamaru Shale dan Klandasan Sands, dan formasi Kampung Baru.
Pengendapan batuan sedimen tersebut berlangsung hingga kisaran umur Plio –
Pleistosen.
Di atas permukaan daerah “A” memperlihatkan dan sekitarnya ditutupi
endapan alluvium berumur Kuarter dan batuan tersingkap berupa bagian dari
kelompok Balikpapan atau biasa disebut juga formasi Balikpapan dan formasi
Kampung Baru. Gambar 2.6. di bawah menunjukkan geologi permukaan di
cekungan Kutai bagian selatan, interpretasi seismik struktur antiklin mempunyai
arah umum timurlaut-baratdaya.

Gambar 2.6. Geologi Permukaan di Cekungan Kutai Bagian Selatan 20)

2.2.4. Sistem Minyak Bumi


Daerah “A” di dalam sub-cekungan Pasir merupakan bagian cekungan
Kutai sebelah selatan yang telah terbukti mengandung hidrokarbon. Sebagaimana
lapangan produktif sekitar lainnya di cekungan Kutai, blok ini kemungkinan
berhubungan dengan sistem minyak bumi sedimen upper neogen di Kutai Hilir
(Lower Kutai). Area kitchen tempat hidrokarbon terbentuk di cekungan Kutai
kebanyakan terletak pada bagian timur cekungan, walaupun beberapa kitchen
kecil, lokal dan ataupun yang lebih tua dapat juga ditemukan di bagian barat dan

10
selatan cekungan. Gambar 2.7. di bawah menunjukkan sebaran hidrokarbon di
cekungan Kutai.

Gambar 2.7. Sebaran Hidrokarbon di Cekungan Kutai 20)

Sistem minyak bumi yang berkembang di daerah sub-cekungan Pasir tidak


lepas darikondisi geologi yang terdapat dalam cekungan Kutai dengan melibatkan
elemen sistem minyak bumi yang sama seperti batuan sumber/induk (source rock)
berupa serpih (shale) yang kaya dengan unsur organik, batuan reservoir berupa
batuan sediment klastik berupa batupasir yang berporositas sedang, dan perangkap
struktur serta batuan penyekat berupa kombinasi struktur antiklin dan serpih
sebagai batuan penutup (cap rocks) yang membuat minyak dan gas bumi terjebak
di bawah permukaan.

2.2.5. Batuan Induk (Source Rock)


Di daerah cekungan Kutai bagian selatan, batuan induk (source rock) yang
masuk kategori matang dapat ditemukan pada sedimen klastik halus berumur
Oligosen Atas - Miosen bawah.
Di daerah “A” batuan tersebut di dapat pada formasi Pamaluan dan
formasi Bebulu. Batuannya berupa serpih organik yang mengandung karbon atau
coal mungkin bertindak sebagai source rock dari hidrokarbon yang terperangkap
dalam struktur (Bachtiar, 1993). Sebagian besar batuan induk (source rock) yang

11
ada di cekungan kutai berhubungan dengan sedimen deltaik yang berasal dari
batubara dan serpih dengan kandungan organik tinggi.

2.2.6. Batuan Reservoir


Secara stratigrafi, batuan sedimen untuk target reservoir Blok “A” adalah
lapisan-lapisan batupasir berumur Miosen Awal dari Formasi Bebulu, yang
secaraketerdapatan reservoirnya kemudian dapat dibagi menjadi 3 kelompok
litostratigrafi, yaitu Bebulu Bawah, Bebulu Tengah dan Bebulu Atas (formasi
Pulau Balang) dan Klandasan sands (Gambar 2.7.). Batupasir yang terdapat dan
bertindak sebagai reservoir di bawah permukaan daerah “A” umumnya sedimen
klastik berukuran butir sedang yang berselingan dengan serpih, lanau serta
menjemari (interfingering) dengan lapisan batugamping. Batupasir reservoir
tersebut mempunyai porositas rata-rata berkisar antara 14 – 20 %, Ketebalan net
pay berkisar dari 10 – 80 feet.

2.2.7. Lapisan Penutup dan Perangkap


Batuan sedimen serpih dari formasi Pulau Balang dan formasi Balikpapan
merupakan sebagai lapisan penutup (cap rock) yang sudah terbukti baik di dalam
cekungan Kutai bagian selatan (Gambar 2.7.). Batuan tersebut terdapat berupa
lapisan yang cukup tebal atau pun biasanya menyisip diantara batupasir yang
mengandung hidrokarbon. Sesar – sesar di daerah ini juga membentuk suatu
kondisi lapisan penutup (seals) yang efektif. Sedangkan tipe perangkap di daerah
“A” adalah berupa struktur antiklin yang terkompartementalisasi oleh sesar –
sesar yang memotongnya (faulted anticline). Antiklinya mempunyai arah
timurlaut-baratdaya dan dipotong oleh sesar normal berarah baratlaut – tenggara
dan sesar naik berarah baratdaya – timurlaut.
Gambar 2.8. pada halaman selanjutnya menunjukkan kolom stratigrafi
cekungan Kutai bagian selatan, memperlihatkan hubungan batuan induk (source
rock), reservoir dan penutup/seals.

12
Gambar 2.8. Kolom Stratigrafi Cekungan Kutai Bagian Selatan 20)

2.2.8. Jalur Migrasi


Mirip dengan pola migrasi di lapangan dalam cekungan Kutai basin
lainnya,akumulasi hydrocarbon yang ada di “A” diasumsikan bermigrasi baik
secara lateral sejajar dengan arah kemiringan sayap struktur antiklin maupun
secara mekanisme vertikal melalui sistem sesar yang dapat menyalurkan minyak
dan gas bumi. Agaknya sistem migrasi yang terakhir inilah yang cukup dominan,
jika melihat daerah “A” yang dekat dengan zona sesar Adang (Adang flexure).
Proses migrasi di cekungan Kutai ini dipercaya dimulai pada Miosen Akhir
yangkemudian berlanjut hingga Pliosen, dan kemungkinan masih terjadi hingga
saat sekarang.

13

Anda mungkin juga menyukai