Anda di halaman 1dari 3

Pencari materi : Moh Gafar (NIM: 184190023)

Seni Daerah Buol


Tari tradisional masing-masing daerah tentunya sangat dipegang teguh oleh masyarakat itu sendiri karena
merupakan salah satu warisan kesenian yang berasal dari daerah itu sendiri. Kebiasaan yang dilakukan
masyarakat tentunya sangat diperlukan dan dijaga kelestariannya seperti salah satunya yaitu tari, tari
dalam kehidupan masyarakat yang berada di Indonesia telah berkembang luas dan merupakan salah satu
identitas dari masing-masing daerah. Tari merupakan gerak tubuh yang mengikuti musik iringan dan
gerakan tersebut dihasilkan dari ciptaan manusia. Seni tari di Indonesia pada umumnya dilaksanakan pada
upacara kematian, upacara pernikahan, upacara penyambutan tamu, sebagai sarana hiburan, dan lain
sebagainya.
Kabupaten Buol merupakan sebuah wilayah yang terletak disebelah utara pulau Sulawesi tepatnya di
Sulawesi Tengah. Kabupaten Buol memiliki beragam kesenian baik seni tari maupun seni musik yang
masih dipegang teguh oleh masyarakat Suku Buol. Kesenian suku Buol yang biasanya sering dijumpai
yaitu pada acara pernikahan, penyambutan tamu besar, ulang tahun daerah, dll.
Kodolagon merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Bokat, masyarakat suku Buol yang
berada di Desa ini masih memegang teguh kesenian yang lahir dan berasal dari daerahnya sendiri seperti,
Seni tari dan seni musik. Seni tari yang masih dipertahankan sampai saat ini yaitu tari Jepeng. Tarian ini
merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Buol yang merupakan kebiasaan yang
dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat suku Buol dan sampai saat ini masih dipertahankan
dan dijaga kelestariannya baik dari segi gerak dan segi musik pengiringnya. Di Desa Kodolagon tarian ini
selalu dihadirkan pada saat acara pernikahan dan sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan secara turun
temurun oleh masyarakat.
Jepeng merupakan istilah yang telah berkembang di masyarakat Suku Buol, Jepeng dalam bahasa Buol
yaitu Balumba yang artinya menari bersama mengikuti alunan musik pengiring. Tarian ini merupakan
tarian berpasangan yang pada awalnya terdiri dari dua orang laki-laki dan terus berkembang menjadi
lebih dari dua orang penari yang terdiri dari penari laki-laki maupun penari perempuan. Tarian ini pula
Memiliki pola gerak tertentu yang gerakanya merupakan gerakan khas suku Buol, pada acara pernikahan
di Desa Kodolagon tarian ini selalu ada dan pada tahapan upacara pernikahan ditemukan tari tersebut
pada tahapan tertentu. Tari Jepeng diiringi dengan alat musik tradisional suku Buol yaitu Gambos,
maruas,rabana biolya dan diiringi juga dengan wunugon (pantun) yang bersyairkan bahasa Daerah suku
Buol.
Peneliti tertarik mengambil judul ini karena saat ini tari Jepeng masih dipertahankan dan dilaksanakan
oleh masyarakat suku buol yang berada di desa kodolagon. Dan peneliti juga tertarik untuk mengetahui
elemen-elemen dari tari Jepeng tersebut baik dari bentuk, gerak, ruang maupun waktu tarian tersebut.
Sehingga peneliti mangangkat judul “Bentuk Penyajian Tari Jepeng Pada Upacara Pernikahan di Desa
Kodolagon Kecamatan Bokat Kabupaten Buol”.

(Sumber: http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2017-1-1-88209-341412018-bab1-07082017034016.pdf)
Tari Monamut
Tari Monamut adalah salah satu tarian yang berasal dari daerah Kabupaten Buol propinsi Sulawesi tegah
tari ini di pentaskan dalam acarah pernikahan dan penjemputan tamu serta di acara-acara daerah. Tari ini
di dalam pernikahan mengambarkan kedua calon pengantin dalam mempersiapkan bahtera rumah tangga,
ke unikan tari ini menggunakan properti piring, pada properti piring tersebut harus berisi beras yang
sudah di beri warna(kuning) tari Monamut memiliki 4 penamaan gerak yaitu mopotetu, monarema,
mogile-gigile dan tabe. Dalam tari ini terdapat 2 pola lantai Penelitian Bentuk penyajian tari Monamut di
desa Bunobogu Kecamatn Bunobogu Kabupaten Buol menggunakan metode kualitatif. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini di mulai dari tahap
observasi,wawancara, dan dokumentasi sehingga dapat membantu memperoleh data yang sesuai dengan
kebutuhan peneliti sedangkan tehnik analisis data melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data,
penarikan keseimpulan. Berdasrkan hasil penelitian bahwa tari Monamut adalah tarian kreasi yang angkat
dari gerak yangga dan jepeng yang di pertunjukan dalam acarah pernikahan dan penyambutan tamu dan
acrah kedaerahan. Tari Monamut ini memiliki 8 ragam gerak motif dan 4 penamaan gerak yaitu
mopoteetu, monarem, mogile-gigile dan tabe. Gerak mopotetu posisi tangan kanan di ayunkan ke
samping kanan atas, gerak monarema tangan kanan mengayun ke belakang, ke depan dan ke atas pada
saat mengayun posisi kaki mengikuti arah tangan, gerak mogile-gigile kedua tangan di ayunkan ke atas
kepala denga posisi kaki kanan dan kiri di tekuk kemudian gerak tabe kaki kanan di jinjit, tangan kiri di
tekuk di depan dada dengan memegang piring yang berisi beras dan tangan kanan di ayunkan sambil
mengambil beras yang berada pada piring. Tari Monamut memiliki 2 pola lantai yaitu bersab dan saling
berhadapan.

(Sumber: https://repository.ung.ac.id/skripsi/show/341412014/bentuk-penyajian-tari-monamut-di-desa-
bunobogu-kecamatan-bunobogu-kabupaten-buol.html)

Budaya dan seni daerah buol


Kebudayaan menjadi poin penting dari suatu daerah dan menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi
daerah tersebut. Setiap daerah pastinya memiliki keanekaragaman budaya yang mempunyai kekhasan
atau keunikannya masing-masing. Begitu pula dengan kabupaten Buol yang mempunyai kebudayaannya
sendiri. Buol dikenal dengan keindahan alamnya, keanekaragaman hayati dan budayanya yang masih
dilestarikan hingga saat ini. Pencampuran antara budaya Buol dan budaya suku Bugis, Tolitoli, kaili dan
Gorontalo menjadikan Kabupaten Buol sebagai daerah yang kaya akan budaya tetapi bahasa Buol
merupakan bahasa yang umum digunakan oleh masyarakat di daerah ini. Bahasa ini memiliki struktur
yang logika dan memiliki aturan yang kuat dalam pengucapannya. Budaya kabupaten Buol juga
mendapat pengaruh besar dari kebudayaan Arab Islam dimana mayoritas masyarakatnya memeluk Agama
Islam.
Kabupaten Buol memiliki kebudayaan seperti mengukir, tarian, seni musik, dan beragam budaya lainnya.
Tarian-tarian yang ada di kabupaten Buol yang masih di laksanaakan pada saat ini antara lain tari
Monamut sebagai tarian penjemputan tamu-tamu resmi, Yangga yang berarti “langkah” yang digunakan
dalam gerak pencak silat tradisional di Kabupaten Buol dan tari Bila. Ada juga musik tradisional seperti
Rebana untuk mengiring panjun/pantun, Gambus biasa di gunakan sebagai pengiring tari Jepeng, dan
kulrindang. Kulrindang biasanya dimainkan pada acara pernikahan, selamatan atau syukuran, dan pada
saat kedukaan. Kulrindang dapat juga dipakai sebagai musik pengiring tari tradisional maupun kreasi.
Sejarah dari tog kulrindang seperti yang diungkapkan oleh narasumber ibu Maryam Mailili salah satu
penulis di kabupaten Buol, yaitu asal usul dari Tog kulrindang tidak diketaui hingga saat ini. Musik
tradisi tog kulrindang ini tidak terlepas dari prosesi upacara adat perrnikahan yang ada di kabupaten Buol,
ketika tog kulrindang berbunyi menandakan ada pernikahan yang sedang berlangsung di daerah tersebut,
karena tog kulrindang lebih sering dijumpai pada saat upacara pernikahan dari pada upacara-upacara yang
lain. Dalam penyajiannya Tog kulrindang pada upacara moponikah (pernikahan) di kabupaten Buol pada
dasarnya disajikan dalam lima tahapan pada pernikahan yaitu, pertama pada saat motanduan/moposakisi,
mopopake bore (menghias rumah), kemudian puncak dari semua tahapan yaitu akad nikah (nikah batin),
mongolyondigi dan penutup dari tahapan ini yang disajikan tog kulrindang yaitu mopoalyom. Dengan
demikian, penyajian tog kulrindang pada upacara pernikahan di kabupaten Buol, dapat diasumsikan tog
kulrindang menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan tahapan upacara pernikahan dan
mempunyai peran penting dan fungsi tertentu dalam pernikahan tersebut, mengingat dari beberapa
tahapan itu penyajiannya selalu ditemukan pada setiap upacara pernikahan di kabupaten buol. Dari uraian
latar belakang di atas muncul pertanyaan terkait dengan tog kulrindang dalam upacara pernikahan di
Kabupaten Buol, (1) kenapa tog kulrindang selalu dihadirkan dalam upacara moponikah di Kabupaten
Buol. (2) alasan-alasan apa masyarakat memasukan Tog Kulrindang dalam upacara moponikah? dan
mengapa dalam sebagian besar tahapan upacara moponikah di Kabupaten Buol selalu ada penyajian Tog
kulrindang. Dari beberapa pertanyaan ini maka peneliti akan meneliti bentuk penyajian Tog Kulrindang
dalam upacara moponikah di desa kulango kecamatan Biau kabupaten Buol provinsi Sulawesi Tengah.

(Sumber: http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2016-1-2-88209-341412012-bab1-29122016112556.pdf)

Anda mungkin juga menyukai