Anda di halaman 1dari 99

LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI LITERATUR

IMPLEMENTASI SUPORT KELUARGA UNTUK


MENINGKATKAN CARA PERAWATAN
DIRI PADA PASIEN HARGA
DIRI RENDAH DIRI

ARUM TRI WULANDARI


(NIM : 2017.1203)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN LAHAT
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI LITERATUR
IMPLEMENTASI SUPORT KELUARGA UNTUK
MENINGKATKAN CARA PERAWATAN
DIRI PADA PASIEN HARGA
DIRI RENDAH DIRI

DisusunUntuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes Palembang

ARUM TRI WULANDARI


(NIM : 2017.1203)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN LAHAT
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir Studi Literatur dengan judul :

“Implementasi Support Keluarga Untuk Meningkatkan Cara Perawatan Diri Pada

Pasien Harga Diri Rendah”

Oleh : Arum Triwulandari

Nim : 2017.1203

Telah diperiksa dan disetujui layak untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Sidang Laporan Tugas Akhir Studi Literatur pada Program Studi DIII

Keperawatan Lahat Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Palembang.

Lahat, April 2020

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

H.Abdul Gani,SPd,SKM,S.Kep,M.Kes Sri Endriyani,S.Kep,Ners.M.Kep


NIP. 196609041989031003 NIP. 197601191998032003

iii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir Studi Literatur oleh Arum Triwulandari NIM. 2017.1203
dengan judul “Implementasi Support Keluarga Untuk Meningkatkan Cara
Perawatan Diri Pada Pasien Harga Diri Rendah “
Dewan Penguji
Penguji Ketua Penguji Anggota I Penguji Anggota II

H.A.Gani,SPd.,SKM.,S.Kep.,M.Kes SumitroAdiPutra,S.Kep.Ners.M.Kes Yunike,S.Kep.Ners.M,Kep


NIP. 196609041989011003 NIP. 19760308200031004 NIP.19800619200212200

Mengetahui
Ketua Prodi DIII Keperawatan Lahat

H.A.Gani,S.Pd.,SKM.,S.Kep.,M.Kes
NIP. 196609041989011003

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Arum Triwulandari
NIM : 2017.1203
Program Studi : D III Keperawatan
Institusi : Poltekkes Kemenkes Palembang
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Tugas Akhir Studi Literatur yang
saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan
merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan Tugas Akhir
Studi Literatur ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Lahat, April 2020
Pembuat Pernyataan

Arum Triwulandari
NIM : 2017.1203
Mengetahui
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

H.Abdul Gani,SPd,SKM,S.Kep,M.Kes Sri Endriyani,S.Kep.Ners.M.Kep


NIP. 196609041989031003 NIP. 197601191998032003

v
PERSETUJUAN PUBLIKASI
LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI LITERATUR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan


Lahat, saya yang bertanda Tangan di bawah ini :
Nama : Arum Triwulandari
NIM : 2017.1203
Program Studi : Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan Lahat
Jurusan : D3 Keperawatan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepeda
Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan Lahat Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non- exclusive Royalty – Free Right) atas Laporan Tugas Akhir
Studi Literatur saya yang berjudul : Penerapan Relaksasi Nafas Dalam Pada
Pasien Hipertensi Dengan Masalah Cemas.
Besarta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Poltekkes Kemenkes Palembang berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan
tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Lahat
Pada tanggal : April 2020
Yang menyatakan

Arum Triwulandari
NIM. 2017.1203

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir Studi Literatur dengan judul : “Implementasi Support Keluarga Untuk

Meningkatkan Cara Perawatan Diri Pada Pasien Harga Diri Rendah”dapat

diselesaikan. Penulisan Laporan Tugas Akhir Studi Literatur ini dilakukan dalam

rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya

Keperawatan pada Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Lahat.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak

pada penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Muhammad Taswin,S.Si,Apt,MM,M.Kes selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Palembang.

2. Ibu Hj. Devi Mediarti,S.Pd,S.Kep.M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.

3. Bapak H.Abdul Gani,S.Pd,SKM,S.Kep,M.Kes selaku ketua Prodi

Keperawatan Lahat

4. Bapak H.Abdul Gani,S.Pd,SKM,S.Kep,M.Kes selaku Dosen Pembimbing

Utama yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

mengarahkan saya dalam peyusunan Laporan Tugas Akhir Studi Literatur ini.

5. Ibu Sri Endriyani,S.Kep,Ners.M.Kep selaku Dosen Pembimbing Pendamping

yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya

dalam peyusunan Laporan Tugas Akhir Studi Literatur ini.

vii
6. Bapak Sumitro Adi Putra,S.Kep,Ns,M.Kes selaku Penguji I dalam Laporan

Tugas Akhir Studi Literatur.

7. Ibu Yunike,S.Kep.Ners.M.Kes selaku Penguji II dalam Laporan Tugas Akhir

Studi Literatur.

8. Seluruh staf Dosen Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan

Lahat yang telah memberikan bimbingan, selama penulisan mengikuti

pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan Lahat.

9. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan

material dan moral.

10. Sahabat yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir Studi Literatur ini.
Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan kepada penulis,

mendapatkan balasan dari ALLAH SWT. Besar harapan penulis agar Laporan

Tugas Akhir Studi Literatur ini dapat bermanfaat.

Saya menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir Studi Literatur ini jauh dari

kesempurnaan maka kiranya mohon saran dan masukkan demi perbaikan. Semoga

Laporan Tugas Akhir Studi Literatur ini berguna bagi diri saya dan

pengembangan ilmu keperawatan.

Lahat, April 2020

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………….ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………….iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI…………………………………....iv
HALAMAN PERYATAAN ORISINALITAS…………………………..….v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………………..……vi
KATAPENGANTAR…………………………………………………………vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………..xi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….xii
ABSTRAK…………………………………………………………………….xii
ABSRTACT…………………………………………………………………..xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang. ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah. .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian. ........................................................................... 2
1.3.1 Tujuan umum. ......................................................................2
1.3.2 Tujuan khusus. ......................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian. ......................................................................... 3
1.4.1 bagi klien/keluarga. ............................................................... 3
1.4.2 bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ............ 3
1.4.3 bagi puskesmas bandar jaya lahat .......................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Harga Diri Rendah. .................................................. 4
2.1.1 Definisi. ............................................................................... 4
2.1.2 Tanda dan Gejala. ................................................................ 5
2.1.3 Rentang Respons. ................................................................. 5
2.1.4 Mekanisme Koping. ............................................................. 6

ix
2.1.5 Pohon Masalah. ....................................................................7
2.1.6 Diagnosa Keperawatan. ......................................................... 7
2.1.7 Data yang perlu dikaji. .......................................................... 7
2.2. Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian. .......................................................................... 8
2.2.2 Faktor Predisposisi……………………………………………9
2.2.3 Faktor Prespitasi……………………………………………...10
2.2.4. Strategi Pelaksanaan tindakan Keperawatan…………………11

BAB III METODE PENELIAN


3.1 Desain Penelitian…………………………………………………..17
3.2 Variabel Penelitian.................................................................. …..17
3.3 Kriteria Yang Digunakan…………………………………………..17
3.4 Sumber Artikel. ............................................................................ 18
3.5 Langkah Literatur. ........................................................................ 24
3.6 Analisa dan Penyajian Penelitian. ................................................. 25
3.7 Etika Penelitian. ............................................................................ 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian…………………………………………………….26
4.2 Pembahasan………………………………………………………...35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………………...37
5.2 Saran……………………….……………………………………....37

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.3 Rentang Respon………………………………………………………5


Tabel 2.1.5 Pohon Masalah………………………………………………………..7
Tabel 2.17 Data Yang Perlu DKaji……………………………..……....………...7
Tabel 4.1 Review Literatur …………………………………………..………..26

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsul Pemimbing I


Lampiran 2 Lembar Konsul Pemimbing II
Lampiran 3 Lembar Pengajuan Judul
Lampiran 4 Lembar Artikel

xii
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LAHAT

LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI LITERATUR, April 2020


ARUM TRIWULANDARI

Implementasi Support Keluarga Untuk Meingkatkan Cara Perawatan Diri

Pada Pasien Harga Diri Rendah

Xv + 37 Halaman + 4 Tabel + 4 Daftar Lampiran

ABSTRAK
Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
negatif tentang kemampuan dirinya. Pemberian TAK stimulasi persepsi yang
efektif didukung dengan lingkungan tempat terapi diberikan,dan kemauan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan, maka diharapkan dapat mengatasi harga diri rendah
juga dapat mempersepsikan yang di paparkan dengan baik dan tepat. Tujuan
penelitian yaitu untuk menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada Tn.Y dengan
harga diri rendah dalam upaya meningkatkan harga diri dengan terapi aktivitas
kelompok. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif
dengan studi kasus.Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebelum dilakukan
intervensi skor HDR Pasien 19 meningkat menjadi 24 yang diukur menggunakan
kuisioner Rosenberg Self Esteem Scale. Kesimpulan penelitian yaitu terapi
Aktivitas Kelompok (Stimulasi Persepsi) dapat meningkatkan harga diri klien.

xiii
POLYTECHNIC OF HEALTH PALEMBANG
MAINTENANCE PRODUCTION

REPORT ON THE LITERATURE STUDY TASK, April 2020


ARUM TRIWULANDARI

IMPLEMENTATION OF FAMILY SUPPORT TO IMPROVE SEL-CARE


FOR PATIENTS WITH LOW SELF ESTEEM
Xv + 37 Halaman + 4 Tabel + 4 Daftar Lampiran

ABSTRACT

Low self-esteem is a condition where an individual experiences a negative self-evaluation


of his abilities. Giving TAK effective stimulation of perception supported by the
environment in which the therapy is given, and the willingness to participate in activities,
it is expected to overcome low self-esteem and also perceive what is described properly
and appropriately. The aims to apply mental nursing care to Mr. Y with low self-esteem
in an effort to increase self-esteem with group activity therapy. The research method used
is a descriptive research
method with case studies. The results showed that there was no gap between the theory
and the results of the research. The conclusion of the study is group activity therapy
(perception stimulation) can increase client selfesteem.

Keywords: Low self-esteem; group activity therapy; perception stimulation; increased


self-estee

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO) dalam ada sekitar
450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa.Penderita gangguan jiwa
berat dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam
hubungannya dengan manusia lain (Livana PH, 2018).
Sekitar 450 juta jiwa penderita gangguan jiwa Menurut data dari World
Health Organisasi (WHO).Penderita gangguan jiwa berat dengan usia di atas 15
tahun di Indonesia mencapai 0,46%. Hal ini berarti terdapat lebih dari 1 juta jiwa
di Indonesia yang menderita gangguan jiwa berat. Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa 11,6% penduduk Indonesia pada tahun 2013 jumlah yang
menderita gangguan jiwa mencapai 1,7 juta (Livana PH,2018).
Gangguan jiwa yaitu menjaga atau merawat, mempertahankan dan
meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta
memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spritual bagi pasien
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan,terhitung dari tahun
2017-2019 saat ini,jumlah pasien dengan gangguan jiwa berat (ODGJ Berat),terus
mengalami peningkatan.Pada tahun 2017 ODGJ Berat berjumlah,7285 orang
tahun 2018,naik menjadi 9597 orang dan tahun 2019,naik lagi menjadi 10175
orang.Dari data Dinas Kabupaten Lahat mencatat ada 625 penderita gangguan
jiwa didaerah lahat.dari 625 data yang diterima hasil laporan di 32 puskesmas,40
orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)dalam pengobatan aktif 45 orang lainnya
dalam keadaan dipasung (Dinas Kesehatan Palembang 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran hasil implementasi support keluarga untuk
meningkatkan cara perawatan diri pada pasien harga diri rendah.

1
2

1.3 Tujuan Studi kasus


1. 3.1 Tujuan Umum
Memperoleh Implementasi Support Keluarga Untuk
Meningkatkan Cara Perawatan Diri Pada Pasien Harga Diri Rendah

1. Tujuan Khusus
2. Mengidentifikasi penelitian/artikel Implementasi Support Keluarga Untuk
Meningkatkan Cara Perawatan Diri Pada Pasien Harga Diri Rendah.
3. Menganalisis hasil penelitian cara perawatan diri pada pasien harga diri
rendah.
4. Dirumuskannya rekomendasi hasil penelitian tentang implementasi support
keluarga untuk meningkatkan cara perawatan diri pada pasien harga diri
rendah.

1.4 Manfaat Studi Kasus


1. Manfaat bagi rumah sakit
2. Studi literature review ini diharapkan dapat menambah sumber informasi bagi
fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan penatalaksanaan pada
perawatan diri pada pasien harga diri rendah.
3. Manfaat bagi institusi pendidikan
Sebagai masukan dalam rangka pengembangan ilmu dan sebagai bahan
referensi yang berguna bagi institusi pendidikan, dosen dan mahasiswa
khususnya dalam kajian masalah studi literatur serupa lebih lanjut.
4. Manfaat bagi penulis
Dengan Laporan Tugas Akhir Studi Literature Review ini dapat menambah
pengetahuan penulis tentang pengaruh Implementasi Support Keluarga Untuk
Meningkatkan Cara Perawatan Diri Pada Pasien Harga Diri Rendah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Harga Diri Rendah


2.1.1 Definisi Harga Diri Rendah
Harga diri merupakan salah satu aspek penting dalam psikologi. Harga diri
meningkat saat anak dapat mengembangkan hubungan yang bermakna dan
menguasai tugas pengembangan.Sementara itu,masa remaja awal adalah masa
risiko untuk harga diri karena remaja berusaha untuk mendefiniskan sebuah
identitas dan rasa diri dalam kelompok sebaya (Sutejo,2019)
Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang
dan dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan sedang dan tinggi.Harga diri
rendah merupakan suatu keadaan yang maladaptive dari konnsep diri,dimana
perasaan tentang diri atau evaluasi diri yang negative dan dipertahankan dalam
waktu yang lama (Kusnadi Jaya,2015)
Harga diri rendah melibatkan evaluasi diri yang negative dan berhubungan
dengan perasaan yang lemah, tidak berdaya, putus asa ketakutan, rentan, rapuh,
tidak berharga (Stuart,Keliat&Pasaribu,2016)
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah
Gangguan Harga Diri Rendah digambarkan sebagai perasaan negative terhadap
diri sendiri,termasuk hilangya percaya diri dan harga diri,merasa gagal mencapai
keinginan
2.1.2 Tanda dan Gejala
a.Ucapan-ucapan negative atau kritik negative terhadap sendiri.
b.Mengevaluasi diri dendiri sebagai akibat dari ketidakmampuan
menghadapi kejadian.
c.Ekspresi rasa malu atau rasa bersalah.
d.Merasionalisasikan penolakan atau adanya penolakan terhadap umpan
balik positif serta melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri
sendiri.

5
5

2.1.3 Rentang Respon


(Sutejo,2019)
Rentang repon sosial yang menggambarkan kemampuan sosial seseorang
dalam hubungannya dengan orang lain dan lingkungannya seperti pada:
Adaptif Maladaptif
Aktualisasi Konsep Harga diri Keracunan Depersonalisasi
Diri Diri positif Rendah Identitas
(Sumber:Sutejo,2019)
Keterangan :
1. Aktualisasi diri merupakan pernyataan diri tentang konsep diri yangpositif
dengan latar belakang pengaklaman yang nyata,sukses dan diterima
2. Konsep diri positif merupakan kondisi individu yang memiliki
pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah merupakan transisi atau peralihan responskonsepdiri
adaptif dengan konsep maladaptif.
4. Indentitas kacau adalah kegagalan individu dalam mengintegrasikan
aspek-aspek masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psiko sosial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi merupakan perasaan yang tidak realistis dan asing
terhadap diri sendiri yang memiliki kaitan dengan ansietas,kepanikan,
serta tidak dapat membedakan dirinya dengan oranglain
2.1.4 Mekanisme Koping
(Sutejo,2019)
Mekanisme jangka pendek harga diri rendah yang biasa dilakukan adalah:
a. Tindakan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian
obat-obatan, kerja keras, atau menonton televise secara menerus-
menerus.
b. Kegiatan mengganti identitas sementara,misalnya ikutkelompok
social,keagamaan atau politik.
c. Kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti
suatu kompeten atau kontes.
6

d. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti


penyalahgunaan obat-obatan
2.1.5 Pohon Masalah

Perubahan sensori persepsi : Halusinasi

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri


Rendah

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri


2.1.6 Diagnosis Keperawatan
Rendah
Harga Diri Rendah
2.1.7 Data yang perlu dikaji
Masalah Data yang perlu dikaji

Keperawatan

Harga Diri Rendah Subjektif:

a. Klien mengungkapkan ingin diakui

jati dirinya.

b. Klien mengungkapkan tidak ada lagi

yang perduli.

c. Klien mengungkapkan tidak bisa

apa-apa.

d. Klien mengungkapkan dirinya tidak

berguna.

e. Klien mengkritik diri sendiri.


7

Objektif :

a. Merusak diri sendiri.

b. Merusak orang lain.

c. Menarik diri dari hubungan sosial.

d. Tampak mudah tersinggung.

e. Tidak mau makan dan tidak tidur.

(Kusnadi Jaya,2015)
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1.Pengkajian
NANDA (2016) menyatakan batasan karakteristik harga diri rendah, yaitu :
a.Bergantung pada pendapat oranglain.
b.Ekspresi rasa bersalah.
c.Ekspresi rasa malu.
d.Enggan mencoba hal baru.
e.Kegagalan hidup berulang.
f.Kontak mata berkurang.
g.Melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri sendiri.
h.Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri.
i.Meremehkan kemampuan mengatasi situasi.
j.Pasif
k.Perilaku bimbang.
l.Perilaku tidak asertif.
m. Secara berlebihan klien mencari penguatan.
n.Seringkali mencari penegasan.
2.2.2 Faktor Predisposisi
Gangguan konsep diri harga diri rendah dipengaruhi olehbeberapa factor
predis poisisi ,seperti factor biologis, psikologis ,social,dancultural.M (Sutejo,2019)
8

A. Faktor biologis
Dari faktor biologis,gangguan harga diri rendah biasanya terjadi karena
adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormone secara
umum.Hal ini juga berdampak pada keseimbangan neurotransmitter diotak,
seperti menurunnya kadar serotonin yang dapat mengakibatkan klien mengalami
depresi.Pada klien depresi,kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar
karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah
adalah system limbic (pusat emosi);thalamus sebagai system pengatur arus
informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan;dan amigdala yang
berhubungan dengan emosi.
B.Faktor psikologis
Berdasarkan faktor psikologis,harga diri rendah berhubungan dengan pola
asuh dan kemampuan individu dalam menjalankan peran dan fungsi.Dari segi
psikologis, hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri
rendah dapat meliputi penolakan orang tua, harapan orangtua yang tidak
realistis,orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya, peran
yang tidak sesuai dengan jenis kelamin,serta peran dalam pekerjaan.
C. Faktor social
Faktor social yang sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri
rendah adalah status ekonomi,lingkungan,kultur social yang berubah.Faktor
cultural dapat terlihat dari tuntunan peran sesuai kebudayaan yang sering menjadi
pemicu meningkatnya kejadian harga diri rendah.
2.2.3 Faktor Prespitasi
Hilangnya sebagian anggota tubuh,berubahnya penampilan atau bentuk
tubuh,kegagalan,serta menurunnya produktivitas menjadi faktor prespitasi
gangguan harga diri rendah.
2.2.4 Rencana Intervensi
Perawatan Diri adalah (Personal hygiene) mencakup aktivitas yang di
butuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,yang biasa dikenal dengan
aktivitas kehudupan sehari-hari(ADLs).Aktivitas ini dipelajari dari waktu dan
9

menjadi kebiasaan seumur hidup.Kegiatan perawatan diri tidakhanya melibatkan


apa yang harus dilakukan (kebersihan, mandi, berpakaian, toilet, makanan
(Sutejo,2019).
NANDA (2016) menjelaskan batasan karakteristik yang terdapat pada lingkup
deficit perawatan diri.Batasan karakteristik pada tiap lingkup tersebut meliputi :
A. Defisit Perawatan Diri :Mandi
B. Perawatan Diri :Berhias/Berpakaian
C. Perawatan Diri : Makan
D. Perawatan Diri : Toileting Tindakan keperawatan untuk pasien :
1.Tujuan Pada Perawatan Diri Dari Keluarga Untuk Pasien Harga Diri Rendah:
A. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
pasien.
B. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien.
C. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatihhkan dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
D. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
2.Tindakan
A. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalammerawat pasien
dirumah.
B. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien.
C. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimilikipasiendan berikan
pujian bagi pasien atas kemampuannya.
D. Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
E. Peragakan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah.
F. Berikankesempatankepadakeluargauntukmempraktikkann cara merawat
pasien dengan harga diri rendah sebagaimana yang telah perawat
peragakan sebelumnya.
G. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien dirumah.
10

2.3 Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


(Kusnadi Jaya,2015)
Strategi pelaksanaan pada pasien yang mengalami harga diri rendah
untuk membantu pemenuhan defisit perawatan diri Membina hubungan saling
percaya, tindakan yang dilakukan adalah sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun Non verbal,yaitu dengan cara berkenalan dengan pasien,menanyakan
perasaan dan keluhan.Ini adalah cara penyampaian dan tindakan keperawatan
kepada pasien harga diri rendah yaitu :
a. pasien,buat kontrak asuhan tindakan apa yang anda lakukan dengan
pasien,setiap saat tunjukansifat empati,penuhi kebutuhan dasar pasien bila
memungkinkan,membantu pasien mengenali penyebab Harga diri rendah.
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap pasien dan mana panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan pentingnya kebersihan diri:seperti mandi,cara ganti pakaian,sikat
gigi,cuci rambut,potong kuku
e. Masukkan kedalam jadwal harian.
Ini adalah cara awal pasien harga diri rendah dari gejala harga diri rendah
sampai ke evaluasi yaitu :
1. Kondisi
Klien mengkritik diri sendiri,perasaan tidak mampu,terlihat kurang
perawatan diri,berpakaian tidak rapih,lebih banyak menunduk,tidak berani
menatap lawan bicara.
2. Diagnosa keperawatan Harga Diri Rendah
3. Tinjauan khusus:
a. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
pasien.
b. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien.
c. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatihhkan dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
11

4. Tindakan keperawatan
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
dirumah,menjelaskan tentang pengertian,
1 tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien,
memperagakan cara merawat pasien dan memberi kesempatan kepada
keluarga memperagakan cara merawat.
2 Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan masalah
harga diri rendah,
3 Membantu perencanaan pulang bersama
5. Evaluasi
Harga diri rendah adalah salah satu aspek penting dalam psikolog.
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.(Muhith,2015)
Evaluasi yang dilakukan pada pasien yang harga diri rendah untuk
mengetahui kemampuan klien dalam melakukan pemenuhan defisit perawatan
diri.
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri,beri pujian
2. Jelaskan alat untuk berdandan
3. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisir rambut,rias muka untuk
perempuan, cukur untuk pria
4. Masukan dalam jadwal kegiatan.
Ini adalah kemampuan pasien dan keluarga setelah dilakukan tindakan
keperawatan :
A.Pasien mampu ;
1. Mengidentifikasi penyebab harga diri rendah
2. Mengidentifikasi tanda-tanda harga diri rendah
3. Mengebutkan jenis harga diri rendah yang pernah dilakukan
4. Menyebutkan akibat dari harga diri rendah yang dilakukannya.
B.Sosial Support Keluarga mampu :
1) Keluarga dapat mengajarkan pasien mengenai kegiatan sehari-hari.
12

2) Keluarga dapat selalu berinteraksi dan memberikan motivasi pada


pasien.
3) Keluarga dapat mengajarkan mengenai aktivitas daily.
4) Keluarga dapat selalu mensupport setiap hal yang dilakukan pasien.

2.2 Konsep Dasar Dukungan Keluarga


Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,
2010). Sedangkan menurut Ali (2010), keluarga adalah dua atau lebih individu
yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu
rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
a.Fungsi Keagamaan
1) Menerjemahkan agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada seluruh
anggota keluarga.
2) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengalaman dari
ajaran agama.
3) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan
yang kurang diperolehnya diseko lah atau masyarakat.
4) Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai
pondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
b. Fungsi Budaya
1) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-
norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan.
2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan
budaya asing yang tidak sesuai.
3) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari
pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia.
13

4) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat


berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam
menghadapi tantangan globalisasi.
2.2.2 Bentuk Dukungan Keluarga
Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan (Friedman, 2010) yaitu:
a. Dukungan Penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian
depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat
digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan
yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu
mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi
melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain,
penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan
perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang
mampu. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping
individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus
pada aspek-aspek yang positif.
b. Dukungan Instrumental
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,
bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support
material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu
memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti
saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-
hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat
sakit 18 ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah.
Dukungan paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi
individu.Pada dukungan nyata keluarga sebagau sumber untuk mencapai
tujuan,praktiss dan nyata.
c. Dukungan Informasional
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab
bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan
14

nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh
seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang
dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk
melawan stresor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya
dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan
menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai
penghimpun informasi dan pemberi informasi.
d. Dukungan Emosional
Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional,
sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan
seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan
individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan
dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang
menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga
menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.

2.3 Konsep Dasar Perawatan Diri


2.3.1 Definisi Perawatan Diri
Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatanm
diri secara mandiri seperti,mandi,berpakaian/berhias,makan dan BAK/BAB.
Pada dasarnya semua manusia mempunyai kebutuhan untuk melakukan

perawatan diri dan mempunyai hak untuk melakukan perawatan diri secara

mandiri, kecuali bila orang itu tidak mampu melakukan perawatan diri ( self care)

menurut Orem ( 2001) adalah kegiatan memenuhi kebutuhan dalam

mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesajeteraan individu baik dalam

keadaan sehat maupun sakit.


15

Defisit perawatan perawatan diri adalah tampak ketidak mampuan

merawat kebersihan diri tampak dari makan secara mandiri, berhias secara

mandiri dan eliminasi/ toileting ( buang air besar/buang air kecil) secara mandiri.

Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami

kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan

diri. Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami

kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas keperawatan

diri secara mandiri seperti mandi (hygine),berpakaian/berhias,maka dan

BAB/BAK( toileting)( fitria,2009 dalam buku Sri Maryatun 2017). Pengaruh

Aktivitas personal hygine (Mandi ,Berpakaian, Berdandan, Makan,BAK/BAB)

terhadap kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas mandiri: personal hygine(

mandi dan berpakaian, berdandan, makan dan BAK/BAB hal itu ditunjukkan

adanya perubahan nilai katagori buruk kebaik sesudah diajarkan aktivitas mandiri:

personal hygine(mandi dan berpakaian, berdandan,makan,dan BAB/BAK pada

pasien dengan masalah defisit perawatan diri. Ada perbedaan yang

signitifikasi.(Teori Orem). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya

pengaruh aktivitas mandiri : personal hygine terhadap kemandirian pasien defisit

perawatan diri di puskesmas bandar jaya lahat. Dengan beberapa tujuan

khususnya untuk mengetahui kemandirian pasien DPD sebelum dan sesudah

diajarkana ktivitas mandiri: personal hygine (Mandi dan Berpakaian, Berdandan,

Makan,BAB/BAK).Manfaat dalam hal ini diharapkan pasien mendapatkan

manfaat yang nyata dan dapat membantu dalam proses penyembuhan dan bisa

mandiri dalam melakukan perawatan diri .


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis Study kasus ini adalah deskriftif dalam bentuk studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah implementasi support keluarga untuk meningkatkan cara
perawatan diri pada pasien harga diri rendah

3.2 Variabel Penelitian

Support Keluarga 1. Bina Hubungan Saling Percaya.


2. Mendiskusikan Masalah yang dihadapi
Keluarga dalam Merawat Pasien dirumah.
3. Melatih Keluarga Mempraktikkan Cara
Merawat Pasien Dengan Masalah Harga
Diri Rendah Langsung Kepada Pasien.

1. Bina Hubungan Saling Percaya


Perawatan Diri
2. Mengajarkan pasien mengenai perawatan
diri dengan cara personal hygiene.
3. Mengajarkan mengenai aktivitas daily.
4. Melatih pasien untuk kebersihan diri.
3.3 Kriteria Artikel Yang Digunakan
Kriteria atau hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari 5 artikel/ hasil penelitian yang dpublikasikan secara online antara
tahun 2015-2019.artikel atau hasil penelitian yang dipublikasikan secara fullteks

17
18

untuk digunakan peneliti sebagai data untuk dianalisis (sebagaimana terlampir


pada penelitian ini)
3.4 Sumber Artikel

Peneliti dan judul Tujuan


No Design Sampling Hasil Penelitian Kesimpulan
Penelitian Penelitian
1. Livana, Untuk Study 17 Hasil Mayoritas
Respon
Hermanto, mengetahui descript penelitian responden
dens
Nanda Putra Dampak if menunjukkan berumur 41 –
Pratama, yang korelasi dukungan 50 tahun,
Dukungan sering on keluarga baik berjenis
keluarga timbul dengan kelamin laki-
dengan pada perawatan diri laki,
perawatan diri masalah baik sebanyak berpendidikan
pada pasien personal 71 (49,0%) SMA,
gangguan jiwa hygiene hal ini Mempunyai
di poli jiwa, yaitu dikarenakan dukungan
Jurnal dampak keluarga baik,
Kesehatan fiisk dan mempunyai melakukan
Manarang, psikososi dukungan perawatan diri
Vol. 4, No.1, al. yang baik baik. Ada
Juli 2018 Dampak meliputi hubungan
fisik dukungan antara
seperti emosional dukungan
gangguan yaitu keluarga keluarga
integritas mau dengan
kulit, mendengarka perawatan diri
gangguan n keluhan- pasien.
membran keluhan yang
mukosa pasien
mulut, sampaikan,
19

infeksi keluarga
pada menyakinkan
mata dan pasien untuk
telinga sembuh,
dan keluarga
gangguan menjaga
fisik pada perasaan
kuku. pasien saat
berbicara
sama pasien
sedangkan
dukungan
penghargaan
meliputi
keluarga
mengigatkan
pasien untuk
minum obat
secara teratur,
keluarga
mengigatkan
pasien untuk
kontrol ke
poli tepat
waktu,
keluarga
menanyakan
masasalah
yang sedang
dihadapi
pasien
20

sedangkan
dukungan
materi
meliputi
keluarga
menyediakan
uang untuk
pasien
melakukan
pengobatan,
keluarga
meluangkan
waktu untuk
menemani
pasien,
keluarga mau
membantu
pasien selama
di rumah dan
dukungan
informasi
meliputi
keluarga
memberikan
informasi cara
mandi
menggunakan
sabun,
keluarga
menyarankan
pasien untuk
21

memakai baju
setelah mandi,
keluarga
memberikan
informasi
kepada pasien
cara
mengeringkan
badan setelah
mandi
sehingga
dengan
dukungan
yang baik
maka pasien
akan
melakukan
perawatan diri
dengan baik.
2. Sulastri,kemam Penelitia Cross 40 Dari hasil Berdasarkan
puan dalam n ini sectiona respond penelitian data yang
merawat orang bertujuan l en diperoleh diperoleh pada
dengan mengide bahwa penelitian ini
ganngguan ntifikasi kemampuan dapat
jiwa,jurnal kemamp merawat disimpulkan
kesehatan uan pasien bahwa
Vol.9, No.1, keluarga gangguan Kemampuan
April 2018. dalam jiwa keluarga
merawat Pemberian merawat
anggota edukasi pasien
keluarga memberikan gangguan jiwa
22

nya. informasi masih relatif


Berdasar pada keluarga rendah.
kan data tentang cara Sebagian
yang perawatan besar
diperoleh pasien responden
diharapk gangguan adalah kepala
an dapat jiwa. Melalui keluarga yang
bermanfa aktivitas ini bertugas
at terjadi proses mencari
sebagai pembelajaran nafkah,
data yangg tingkat
dasar dilakukan pendidikan
untuk oleh keluarga sebagian besar
penelitia dengan adalah
n lebih menyerap pendidikan
lanjut informasi Sekolah dasar
untuk yang dan Sekolah
pemberia diberikan dan Menengah
n mengaplikasi Pertama
intervens kan langsung (pendidikan
i untuk pada anggota dasar).
penyeles keluarganya.
aian Berdasarkan
masalah survey pada
baik warga dan
dalam wawancara
bentuk pada petugas
program kesehatan di
kegiatan puskesmas
dan Sragi bahwa
penelitia informasi
23

n lebih yang
lanjut. diperoleh
masyarakat
relatif minim.
Keterbatasan
sumber daya
manusia yang
memiliki
pengalaman
dan
kemampuan
khusus pasien
berkomunikas
i dan
membatasi
aktivitas
pasien dalam
pergaulan
(Marfuah, D.,
Noviyanti,
RD., 2017).
3 SriMaryatun,pe Penelitia Deskrip 61 Hasil penelitian Kesimpulan
ningkatan n ini tip respond ini sejalan dari penelitian
kemandirian untuk korelati en dengan adalah separuh
perawatan diri mengetah f penelitian 50 % dari
pasien ui sebelumnya seluruh
skizofrenia hubunga yang responden
melalui n menunjukkan yang
rehabilitasi rehabilita bahwa 21 mempunyai
terapi gerak, si terapi (71,4%) dari 35 kemandirian
Junal gerak pasien prilaku perawatan diri
24

keperawatan dengan kekerasan yang yang baik


sriwijaya,Vol.2 kemandir mengikuti terapi telah
.No.2,Juli ian self rehabilitasi melakukan
2015. care pada penyaluran rehabilitasi
pasien energi gerak terapi gerak
skizofren mampu yang baik
ia meningkatkan pula.Rekomen
diruang kemandirian. dasi penelitian
nusa Didukung pula ini adalah
indah oleh penelitian perlu
rumah lainnya yaitu ditingkatkan
sakit didapatkan rehabilitasi
Dr.Ernal bahwa sebanyak terapi gerak
di Bahar. 30 dengan
pasien yang kombinasi
melakukan gerakan
terapi gerak perawatan diri
berupa didalamnya
senam dan
mengalami peningkatan
penurunan
tingkat depresi
dari pada yang
tidak diberi
senam.Perilaku
kekerasan dan
depresi
merupakan
masalah
keperawatan
jiwa dari
25

penyakit
Skizofrenia
4 FauziahSefrina Tujuan Cross 100 Hasil penelitian Berdasarkan
menunjukkan
,Latipun, penelitian sectiona respond hasil penelitian
bahwa keluarga
Hubunganduku ini yaitu l en dalam ini diperoleh
memberikan
ngan keluarga untuk hasil bahwa
perlindungan
dan mengetahui dan dukungan hipotesa
psikososial bagi
keberfungsian hubungan penelitian
anggota
social pada dari keluarga, diterima yang
keluarga
pasien dukungan berarti bahwa
bertindak
skizofrenia sosial yang sebagai ada hubungan
sumber utama
rawat diberikan positif yang
dari cinta, kasih
jalan,jurnal keluarga sayang, dan signifikan antara
pengasuhan.
ilmiah dan dukungan
Salah satu nilai
psikologi keberfungsi keluarga yang keluarga dengan
penting ialah
terapan.Vol.04, an sosial keberfungsian
menganggap
No,02,Agustus pasien keluarga sebagai sosial (r = 0.508,
tempat
2016. skizofrenia p = 0.000 ). Nilai
memperoleh
rawat jalan kehangatan, signifikansi
dukungan, dan
di Poli Jiwa (0.000 < 0.01)
penerimaan.
RSJ Dr. Loveland, lebih kecil
Cherry
Radjiman dari taraf
mengutarakan
Wediodinin bahwa signifikasi yang
kasih sayang
grat digunakan 1%.
dikalangan
Lawang, anggota keluarga Implikasi dari
menghasilkan
selain itu peneltian ini
susasana
peneliti juga emosional adalah untuk
pengasuhan
ingin pasien
yang
menguraika skizofrenia rawat
mempengaruh
n jalan khususnya
i
bagaimana pada responden
26

proses yang pertumbuhan penelitian agar


terjadi antar dan terus berusaha
dua variabel perkembanga meningatkan
juga n secara keberfungsian
menguraika positif sosialnya dengan
n hubungan banyak
dengan melakukan
faktor aktivitas-
awitan pada aktivitas
pasien sederhana baik
skizofrenia. didalam
Manfaat rumah ataupun
penelitian mengikuti
yaitu kegiatan sosial
mendapatka dilingkungan
n data sekitar.
usulan
sebagai
penunjang
pemberian
dukungan
sosial oleh
keluarga
pada pasien
skizofrenia
rawat jalan
di Poli Jiwa
RSJ Dr.
Radjiman
Wediodinin
grat
27

Lawang.
Sehingga
pasien
menjadi
lebih
mampu
menyesuaik
an diri dan
dapat
mencapai
taraf
kesembu
han yang
lebih
baik.
5 Hasmila Sari,Fira Untuk Deskrip 60 Berdasarkan Dalam
Fina. melihat tif respond hasil melaksanakan
Dukungan Populasi korelati en penelitian asuhan
keluarga dalam semua f bahwa Dalam keperawatan,
mencegah keluarga melaksanakan perawat harus
kekambuhan yang asuhan melibatkan
pasien mempunyai keperawatan, peran serta
perawat harus
skizofrenia di anggota keluarga
melibatkan
poliklinik keluarga misalnya
peran serta
rawat jalan rsj dengan dalam
keluarga
aceh,Idea skizofrenia memberikan
misalnya dalam
nursing yang sedang penyuluhan
memberikan
jurnal,Vol.2, berobat penyuluhan tentang
No.3. jalan di tentang penyakit
Poliklinik penyakit skizofrenia
Rawat Jalan skizofrenia kepada
28

RSJPA kepada keluarga,


periode keluarga, memberi
Mei-Juni memberi informasi
informasi
2011 tentang cara
tentang cara
dengan minum obat
minum obat
jumlah yang baik dan
yang baik dan
pasien benar kepada
benar kepada
skizofrenia keluarga,
keluarga,
yang rawat mengingatkan mengingatkan
jalan 1.947 keluarga agar keluarga agar
orang membawa membawa
(Rekam pasien ke pasien ke
Medik tempat tempat
Rumah pelayanan pelayanan
kesehatan
Sakit Jiwa kesehatan
untuk kontrol
Pemerintah untuk kontrol
ulang secara
Aceh, ulang secara
teratur atau jika
2010). teratur atau
mengalami
jika
kekambuhan
serta mengalami
pentingnya kekambuhan
memberikan serta
pengertian pentingnya
kepada memberikan
keluarga agar pengertian
menerima
kepada
penderita
keluarga agar
skizofrenia
menerima
selama di
penderita
rumah sakit
skizofrenia
ataupun di
selama di
29

rumah. rumah sakit


ataupun di
rumah.

3.5 Langkah Studi Literatur


Penemuan lima artikel yang digunakan peneliti dalam studi literatur ini dilakukan
peneliti melalui langkah sebagai berikut :
1. Peneliti menetapkan topik atau masalah penelitian yaitu implementasi support
keluarga untuk menigkatkan perawata diri pada pasien harga diri rendah .
2. Dengan kata kunci tersebut peneliti melakukan pencarian artikel
menggunakan data base dari google scholar yang diperoleh 5 artikel.
3. Selanjutnya dari 5 artikel penelitian tersebut melakukan penelaan dan terpilih
sebagai prioritas yang memiliki relevansi yang baik dengan topik atau
masalah riset penelitian.
4. Dari 5 artikel prioritas tersebu t selanjutnya peneliti menetapkan 5 artikel
yang digunakan sebagai artikel yang dianalisis untuk menjawab tujuan
penelitian yang dikembangkan peneliti.

3.6. Analisis data dan Penyajian Hasil Penelitian


Analisa data penelitian ini dilakukan peneliti dengan menyajikan 5 artikel
penelitian yang memiliki relevansi dengan topik dengan masalah penelitian,
selanjutnya peneliti menuangkan rangkuman hasil penelitian dari 5 artikel

3.7 Etika Penelitian


penelitian studi literatur ini mengimplementasikan aspek etic berupa
penghargaan atas karya orang lain, atas hal ini penliti melakukan pencantuman
sumber atas setiap kutipan baik langsung maupun tidak langsung yang dilakukan
peneliti. penghindaran peneliti akan melakukan uji plagiarism setelah laporan
penelitian dibuat dan sebelum kegiatan ujian akhir dilaksanakan. implementasi
aspek kejujuran dilakukan peneliti dengan menyampaikan hasil studi dari
30

sejumlah artikel secara objektif, jujur, dan tanpa kebohongan serta peneliti akan
melampirkan artikel yang digunakan sebagai data hasil studi kasus.
27

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
Artikel Livana, Hermanto dan Nanda Putra Pratama (2018) dalam
artikelnya yang berjudul Dukungan keluarga dengan perawatan diri pada pasien
gangguan jiwa di poli jiwa.
Artikel Sulastri,Kemampuan dalam merawat orang dengan ganngguan
jiwa,jurnal kesehatan Vol.9, No.1, April 2018.
Artikel Sri Maryatun, Peningkatan kemandirian perawatan diri pasien
skizofrenia melalui rehabilitasi terapi gerak, Junal keperawatan
sriwijaya,Vol.2.No.2,Juli 2015.
Artikel FauziahSefrina,Latipun,Hubungan dukungan keluarga dan
keberfungsian social pada pasien skizofrenia rawat jalan,jurnal ilmiah psikologi
terapan.Vol.04, No,02,Agustus 2016.
Artikel Hasmila Sari,Fira Fina.Dukungan keluarga dalam mencegah
kekambuhan pasien skizofrenia di poliklinik rawat jalan rsj aceh, Idea nursing
jurnal,Vol.2, No.3.

4.1 Hasil Penelitian


Peneliti dan judul Tujuan
No Design Sampling Hasil Penelitian Kesimpulan
Penelitian Penelitian
1. Livana, Untuk Study 17 Hasil Mayoritas
Respon
Hermanto, mengetahui descript penelitian responden
dens
Nanda Putra Dampak if menunjukkan berumur 41 –
Pratama, yang korelasi dukungan 50 tahun,
Dukungan sering on keluarga baik berjenis
keluarga timbul dengan kelamin laki-
dengan pada perawatan diri laki,
perawatan diri masalah baik sebanyak berpendidikan
pada pasien personal 71 (49,0%) SMA,
gangguan jiwa hygiene hal ini Mempunyai
di poli jiwa, yaitu dikarenakan dukungan
28

Jurnal dampak keluarga baik,


Kesehatan fiisk dan mempunyai melakukan
Manarang, psikososi dukungan perawatan diri
Vol. 4, No.1, al. yang baik baik. Ada
Juli 2018 Dampak meliputi hubungan
fisik dukungan antara
seperti emosional dukungan
gangguan yaitu keluarga keluarga
integritas mau dengan
kulit, mendengarka perawatan diri
gangguan n keluhan- pasien.
membran keluhan yang
mukosa pasien
mulut, sampaikan,
infeksi keluarga
pada menyakinkan
mata dan pasien untuk
telinga sembuh,
dan keluarga
gangguan menjaga
fisik pada perasaan
kuku. pasien saat
berbicara
sama pasien
sedangkan
dukungan
penghargaan
meliputi
keluarga
mengigatkan
pasien untuk
29

minum obat
secara teratur,
keluarga
mengigatkan
pasien untuk
kontrol ke
poli tepat
waktu,
keluarga
menanyakan
masasalah
yang sedang
dihadapi
pasien
sedangkan
dukungan
materi
meliputi
keluarga
menyediakan
uang untuk
pasien
melakukan
pengobatan,
keluarga
meluangkan
waktu untuk
menemani
pasien,
keluarga mau
membantu
30

pasien selama
di rumah dan
dukungan
informasi
meliputi
keluarga
memberikan
informasi cara
mandi
menggunakan
sabun,
keluarga
menyarankan
pasien untuk
memakai baju
setelah mandi,
keluarga
memberikan
informasi
kepada pasien
cara
mengeringkan
badan setelah
mandi
sehingga
dengan
dukungan
yang baik
maka pasien
akan
melakukan
31

perawatan diri
dengan baik.
2. Sulastri,kemam Penelitia Cross 40 Dari hasil Berdasarkan
puan dalam n ini sectiona respond penelitian data yang
merawat orang bertujuan l en diperoleh diperoleh pada
dengan mengide bahwa penelitian ini
ganngguan ntifikasi kemampuan dapat
jiwa,jurnal kemamp merawat disimpulkan
kesehatan uan pasien bahwa
Vol.9, No.1, keluarga gangguan Kemampuan
April 2018. dalam jiwa keluarga
merawat Pemberian merawat
anggota edukasi pasien
keluarga memberikan gangguan jiwa
nya. informasi masih relatif
Berdasar pada keluarga rendah.
kan data tentang cara Sebagian
yang perawatan besar
diperoleh pasien responden
diharapk gangguan adalah kepala
an dapat jiwa. Melalui keluarga yang
bermanfa aktivitas ini bertugas
at terjadi proses mencari
sebagai pembelajaran nafkah,
data yangg tingkat
dasar dilakukan pendidikan
untuk oleh keluarga sebagian besar
penelitia dengan adalah
n lebih menyerap pendidikan
lanjut informasi Sekolah dasar
untuk yang dan Sekolah
32

pemberia diberikan dan Menengah


n mengaplikasi Pertama
intervens kan langsung (pendidikan
i untuk pada anggota dasar).
penyeles keluarganya.
aian Berdasarkan
masalah survey pada
baik warga dan
dalam wawancara
bentuk pada petugas
program kesehatan di
kegiatan puskesmas
dan Sragi bahwa
penelitia informasi
n lebih yang
lanjut. diperoleh
masyarakat
relatif minim.
Keterbatasan
sumber daya
manusia yang
memiliki
pengalaman
dan
kemampuan
khusus pasien
berkomunikas
i dan
membatasi
aktivitas
pasien dalam
33

pergaulan
(Marfuah, D.,
Noviyanti,
RD., 2017).
3 SriMaryatun,pe Penelitia Deskrip 61 Hasil penelitian Kesimpulan
ningkatan n ini tip respond ini sejalan dari penelitian
kemandirian untuk korelati en dengan adalah separuh
perawatan diri mengetah f penelitian 50 % dari
pasien ui sebelumnya seluruh
skizofrenia hubunga yang responden
melalui n menunjukkan yang
rehabilitasi rehabilita bahwa 21 mempunyai
terapi gerak, si terapi (71,4%) dari 35 kemandirian
Junal gerak pasien prilaku perawatan diri
keperawatan dengan kekerasan yang yang baik
sriwijaya,Vol.2 kemandir mengikuti terapi telah
.No.2,Juli ian self rehabilitasi melakukan
2015. care pada penyaluran rehabilitasi
pasien energi gerak terapi gerak
skizofren mampu yang baik
ia meningkatkan pula.Rekomen
diruang kemandirian. dasi penelitian
nusa Didukung pula ini adalah
indah oleh penelitian perlu
rumah lainnya yaitu ditingkatkan
sakit didapatkan rehabilitasi
Dr.Ernal bahwa sebanyak terapi gerak
di Bahar. 30 dengan
pasien yang kombinasi
melakukan gerakan
terapi gerak perawatan diri
34

berupa didalamnya
senam dan
mengalami peningkatan
penurunan
tingkat depresi
dari pada yang
tidak diberi
senam.Perilaku
kekerasan dan
depresi
merupakan
masalah
keperawatan
jiwa dari
penyakit
Skizofrenia
4 FauziahSefrina Tujuan Cross 100 Hasil penelitian Berdasarkan
menunjukkan
,Latipun, penelitian sectiona respond hasil penelitian
bahwa keluarga
Hubunganduku ini yaitu l en dalam ini diperoleh
memberikan
ngan keluarga untuk hasil bahwa
perlindungan
dan mengetahui dan dukungan hipotesa
psikososial bagi
keberfungsian hubungan penelitian
anggota
social pada dari keluarga, diterima yang
keluarga
pasien dukungan berarti bahwa
bertindak
skizofrenia sosial yang sebagai ada hubungan
sumber utama
rawat diberikan positif yang
dari cinta, kasih
jalan,jurnal keluarga sayang, dan signifikan antara
pengasuhan.
ilmiah dan dukungan
Salah satu nilai
psikologi keberfungsi keluarga yang keluarga dengan
penting ialah
terapan.Vol.04, an sosial keberfungsian
menganggap
No,02,Agustus pasien keluarga sebagai sosial (r = 0.508,
35

2016. skizofrenia tempat p = 0.000 ). Nilai


memperoleh
rawat jalan signifikansi
kehangatan,
di Poli Jiwa dukungan, dan (0.000 < 0.01)
penerimaan.
RSJ Dr. lebih kecil
Loveland,
Radjiman Cherry dari taraf
mengutarakan
Wediodinin signifikasi yang
bahwa
grat kasih sayang digunakan 1%.
dikalangan
Lawang, Implikasi dari
anggota keluarga
selain itu menghasilkan peneltian ini
susasana
peneliti juga adalah untuk
emosional
ingin pengasuhan pasien
menguraika yang skizofrenia rawat
n mempengaruh jalan khususnya
bagaimana i pada responden
proses yang pertumbuhan penelitian agar
terjadi antar dan terus berusaha
dua variabel perkembanga meningatkan
juga n secara keberfungsian
menguraika positif sosialnya dengan
n hubungan banyak
dengan melakukan
faktor aktivitas-
awitan pada aktivitas
pasien sederhana baik
skizofrenia. didalam
Manfaat rumah ataupun
penelitian mengikuti
yaitu kegiatan sosial
mendapatka dilingkungan
n data sekitar.
usulan
36

sebagai
penunjang
pemberian
dukungan
sosial oleh
keluarga
pada pasien
skizofrenia
rawat jalan
di Poli Jiwa
RSJ Dr.
Radjiman
Wediodinin
grat
Lawang.
Sehingga
pasien
menjadi
lebih
mampu
menyesuaik
an diri dan
dapat
mencapai
taraf
kesembu
han yang
lebih
baik.
5 Hasmila Sari,Fira Untuk Deskrip 60 Berdasarkan Dalam
Fina. melihat tif respond hasil melaksanakan
37

Dukungan Populasi korelati en penelitian asuhan


keluarga dalam semua f bahwa Dalam keperawatan,
mencegah keluarga melaksanakan perawat harus
kekambuhan yang asuhan melibatkan
pasien mempunyai keperawatan, peran serta
perawat harus
skizofrenia di anggota keluarga
melibatkan
poliklinik keluarga misalnya
peran serta
rawat jalan rsj dengan dalam
keluarga
aceh,Idea skizofrenia memberikan
misalnya dalam
nursing yang sedang penyuluhan
memberikan
jurnal,Vol.2, berobat penyuluhan tentang
No.3. jalan di tentang penyakit
Poliklinik penyakit skizofrenia
Rawat Jalan skizofrenia kepada
RSJPA kepada keluarga,
periode keluarga, memberi
memberi
Mei-Juni informasi
informasi
2011 tentang cara
tentang cara
dengan minum obat
minum obat
jumlah yang baik dan
yang baik dan
pasien benar kepada
benar kepada
skizofrenia keluarga, keluarga,
yang rawat mengingatkan mengingatkan
jalan 1.947 keluarga agar keluarga agar
orang membawa membawa
(Rekam pasien ke pasien ke
Medik tempat tempat
pelayanan
Rumah pelayanan
kesehatan
Sakit Jiwa kesehatan
untuk kontrol
Pemerintah untuk kontrol
ulang secara
Aceh, ulang secara
38

2010). teratur atau jika teratur atau


mengalami jika
kekambuhan mengalami
serta
kekambuhan
pentingnya
serta
memberikan
pentingnya
pengertian
memberikan
kepada
pengertian
keluarga agar
menerima kepada
penderita keluarga agar
skizofrenia menerima
selama di penderita
rumah sakit skizofrenia
ataupun di selama di
rumah.
rumah sakit
ataupun di
rumah.
4.2 Pembahasan
Livana, Hermanto, Nanda Putra Pratama,(2018) dalam artikelnya
berjudul Dukungan keluarga dengan perawatan diri pada pasien gangguan jiwa
di poli jiwa menjelaskan tentang Mayoritas responden berumur 41 – 50 tahun,
berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan SMA, Mempunyai dukungan baik,
melakukan perawatan diri baik. Ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan perawatan diri pasien.penelitian. Livana dam pratama tersebut memiliki
hubungan dengan penulis karna membahas tentang dukungan keluarga.
Sulastri,kemampuan dalam merawat orang dengan ganngguan jiwa (2018)
menjelaskan bahwa pelaksanaan tugas dan tanggung jawab anggota keluarga
dalam menjalankan fungsinya masing-masing. Apabila keluarga dipandang
sebagai suatu sistem, maka akan terganggulah pencapaian tujuan keluarga. Hal ini
bisa terjadi karena pasien yang mengalami gangguan jiwa tersebut dianggap
sebagai beban keluarga yang dapat mempengaruhi sistem dalam keluarga secara
39

keseluruhan dalam penelitian tersebut berhubungan dengan penulis karna


kemampuan keluarga merawat gangguan jiwa.
SriMaryatun,peningkatan kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia
melalui rehabilitasi terapi gerak (2015) dari artikel ini menjelaskan bahwa separuh
50 % dari seluruh responden yang mempunyai kemandirian perawatan diri yang
baik telah melakukan rehabilitasi terapi gerak yang baik pula.Rekomendasi
penelitian ini adalah perlu ditingkatkan rehabilitasi terapi gerak dengan kombinasi
gerakan perawatan diri didalamnya dan peningkatan dalam artikel tersebut
berhubungan dengan penulis karena peningkatan kemandirian perawatan diri
sangat berpengaruh pada pasien harga diri rendah.
FauziahSefrina,Latipun, Hubungan dukungan keluarga dan keberfungsian
social pada pasien skizofrenia rawat jalan (2016) mampu membantu merawat dan
mengembangkan kemampuan anggota keluarganya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada
pasienjiwa.Dalam artikel tersebut berhubungan dengan penulis dikarenakan
hubungan keluarga pada pasien sangat membantu dalam perawatan diri pada
pasien harga diri rendah.Jadi hubungan keluarga dengan pasien sangatlah penting.
Hasmila Sari,Fira Fina.Dukungan keluarga dalam mencegah kekambuhan
pasien skizofrenia di poliklinik rawat jalan rsj aceh. menjelaskan bahwa asuhan
keperawatan, perawat harus melibatkan peran serta keluarga misalnya dalam
memberikan penyuluhan tentang penyakit skizofrenia kepada keluarga, memberi
informasi tentang cara minum obat yang baik dan benar kepada keluarga,
mengingatkan keluarga agar membawa pasien ke tempat pelayanan kesehatan
untuk kontrol ulang secara teratur atau jika mengalami kekambuhan serta
pentingnya memberikan pengertian kepada keluarga agar menerima penderita
skizofrenia selama di rumah sakit ataupun di rumah.dalam artikel tersebu sangat
berhubungan pada penulis karena dukungan keluarga sangatlah membantu dalam
penyembuhan pasien harga diri rendah tanpa keluarga pastinya pasien tidak bisa
melakukan aktivitas yag positif dengan adanya keluarga pasien dapat merubah
perilaku kehidupannya pada aktivitas sehari-hari. Jadi artikel sangatlah
berhubungan.
11

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Terdapat 5 artikel yang memiliki relevansi dengan implementasi support keluarga untuk
meningkatkan cara perawatan diri pada pasien harga diri rendah
5.1.2 Support Keluarga dapat meningkatkan pasien harga diri rendah dalam melakukan aktivitas
sehari-hari dengan cara perawatan diri pada aktivitas sehari-hari.
5.1.3 Perawatan diri pada pasien harga diri rendah dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pasien dirumah atau sekitar lingkungan.

5.2 Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian ini di tujukkan kepada :
5.2.1 Bagi Pasien
Agar pasien dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman cara perawatan diri
dalam kehidupan sehari-hari dan bisa melakukannya sendiri .
5.2.2 Bagi Keluarga Pasien
Untuk dapat memberi dukungan bagi pasien selama menjalani proses pelaksanaan
keperawatan dan perkembangan pasien dalam melakukan perawatan diri pada kehidupan sehari-
hari.

11
12

DAFTAR PUSTAKA
DinasKesehatan.Kota Palembang.(2018).Profil Kesehatan Kota Palembang Tahun
(2018)http://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen122-166.pdf

Dinas Kesehatan Lahat.(2018).Ehdi Amin.Penyalahgunaan Obat Terlarang Dominasi Penyebab


Gangguan Jiwa di Lahat,Jumlahnya Capai 620 Orang
.http://palembang.tribunnews.com/2018/07/24/penyalahgunaan-obat-terlarang-
dominasi-penyebab-gangguan-jiwa-di-lahat-jumlahnya-capai-620-orang

FauziahSefrina,Latipun, Hubungandukungan keluarga dan keberfungsian social pada pasien


skizofrenia rawat jalan,jurnal ilmiah psikologi terapan.Vol.04, No,02,Agustus 2016.
Hasmila Sari,Fira Fina.Dukungan keluarga dalam mencegah kekambuhan pasien skizofrenia di
poliklinik rawat jalan rsj aceh,Idea nursing jurnal,Vol.2, No.3
Jaya.Kusnaidi,2015.Keperawatan Jiwa.Tangerang:Binapura Aksara Publisher.

Muhith,Abdul.2015.Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:Penerbit:CV


Andi Ofset.
Nursalam,2015.Metodelogi Keperawatan Ilmu Keperawatan. Jakarta: Selembah Medika.

Keliat,Budi Anna dkk ,2019.Asuhan Keperawatan Jiwa.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.

Livana,dkk,2018.Dukungan Keluarga Dengan Perawatan Diri Pada Pasien Gangguan Jiwa Di


Poli Jiwa.Manarang:Jurnal Kesehatan Manarang.ISSN 2528-5602

Muhith,Abdul.2015.Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori Aplikasi.Yogyakarta:Penerbit:CV


ANDI OFSET.
Nursalam,2015.Metodelogi Keperawatan Ilmu Keperawatan. Jakarta: Selembah

Sutejo,2019.Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:Pustaka Baru Press.

Sulastri,kemampuan dalam merawat orang dengan ganngguan jiwa,jurnal kesehatan Vol.9,


No.1, April 2018.
SriMaryatun,peningkatan kemandirian perawatan diri pasien skizofrenia melalui rehabilitasi
terapi gerak, Junal keperawatan sriwijaya,Vol.2.No.2,Juli 2015

12
13

LAMPIRAN

13
14

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
Jl.Srikaton No. 81 Lk. Pagar Agung Lahat Provinsi Sumatera Selatan. Telepon (0731)324257 Faximile 321654

LEMBAR KONSULTASI LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI LITERATUR


Nama Pembimbing I : H.A. Gani,S.Pd,SKM,S.Kep,M.Kes
Nama Mahasiswa : Arum Triwulandari
NIM / Semester : 2017.1203/ VI (Enam)
Judul LTA :.Implementasi Support Keluarga Untuk Meningkatkan Cara
Perawatan Diri Pada Pasien Harga Diri Rendah

NO Hari / Tanggal Materi Konsul Rekomendasi Bimbingan Paraf

1 23 Januari 2020 Bab 1-4 Perbaikan Bab 1-4


2 3 Februari 2020 Proposal Acc Penelitian
3 14 Februari 2020 Pengambilan Data Data tidak dapat di ambil
4 18 Maret 2020 Studi Literatur Bab 1-4 Perbaikan
5 1 April 2020 Konsul Jurnal Acc
6 22 April 2020 Bab 1-6 Perbaikan Bab 1-6
7 24 Mei 2020 Laporan Tugas Akhir Acc Ujian
8 26 Mei 2020 Revisi Perbaikan LTA
9 27 Mei 2020 Revisi Perbaikan Daftar Pustaka
10 29 Mei 2020 Revisi Perbaikan
11 01 Juni 2020 Revisi Perbaikan LTA
12 02 Juni 2020 Revisi Perbaikan
13 04 Juni 2020 Revisi Perbaikan
14 05 Juni 2020 Revisi Acc LTA
Lahat, April 2020
Mengetahui,
Ketua Prodi DIII Keperawatan Lahat

H.Abdul Gani,SPd,SKM,S.Kep,M.Kes
NIP. 196609041989011003

14
15

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
Jl.Srikaton No. 81 Lk. Pagar Agung Lahat Provinsi Sumatera Selatan. Telepon (0731)324257 Faximile 321654

LEMBAR KONSULTASI LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI LITERATUR

Nama Pembimbing II : Sri Endriyani,S.Kep.Ners.M.Kep


Nama Mahasiswa : Arum Triwulandari
NIM / Semester : 2017.1203 / VI (Enam)
Judul LTA :.Implementasi Support Keluarga Untuk Meningkatkan Cara
Perawatan Diri Pada Pasien Harga Diri Rendah

NO Hari / Tanggal Materi Konsul Rekomendasi Bimbingan Paraf

1 23 Januari 2020 Bab 1-4 Perbaikan Bab 1-4


2 3 Februari 2020 Proposal Acc Penelitian
3 14 Februari 2020 Pengambilan Data Data tidak dapat di ambil
4 18 Maret 2020 Studi Literatur Bab 1-4 Perbaikan
5 1 April 2020 Konsul Jurnal Acc
6 22 April 2020 Bab 1-6 Perbaikan Bab 1-6
7 24 Mei 2020 Laporan Tugas Akhir Acc Ujian
8 26 Mei 2020 Revisi Perbaikan LTA
9 27 Mei 2020 Revisi Perbaikan Daftar Pustaka
10 29 Mei 2020 Revisi Perbaikan
11 01 Juni 2020 Revisi Perbaikan LTA
12 02 Juni 2020 Revisi Perbaikan
13 04 Juni 2020 Revisi Perbaikan
14 05 Juni 2020 Revisi Acc LTA

Lahat, April 2020


Mengetahui,
Ketua Prodi DIII Keperawatan Lahat

H.Abdul Gani,SPd,SKM,S.Kep,M.Kes
NIP. 196609041989011003

15
16

Lampiran 1
Volume 4, Nomor 1,Manarang
Jurnal Kesehatan Juli 2018 Dukungan Keluarga dengan Perawatan Diri....
Volume 4, Nomor 1, Juli 2018, pp. 11 – 17
ISSN 2528-5602 (Online), ISSN 2443-3861 (Print)
Journal homepage: http://jurnal.poltekkesmamuju.ac.id/index.php/m

DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERAWATAN DIRI


PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI POLI JIWA

Livana PH , Hermanto, Nanda Putra Pratama


Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article history Motivate patients perform self-care so that the patient looks clean. The
role of the family in the care of mental patients is to maintain or care for,
Submitted : 2018-06-21 maintain and improve mental status, anticipating economic and social
Revised : 2018-06-26 changes provide motivation and facilitate the spiritual needs of the
Accepted : 2018-06-26 patient. The purpose of this study determine the relationship between
family support with self-care (self-care) in patients with mental
Keywords: disorders in mental poly Hospital Dr. H. Soewondo Kendal. The
research design uses a study descriptive correlation with cross sectional
Family support approach. The independent variables in this study are family support and
Personal care dependent varaiebel in this study self-care (self care) in mental patients.
Mental disorders The sample of the study were all family of mental disorder patients in
Kendal Kendari Hospital, which amounted to 145 people. The research
instrument used a questionnaire about family support and self care (Self
Care) mental patients, each containing 20 question items. Data were
analyzed using univariate analysis in the form of frequency distribution
and bivariate analysis by using spearman rank test. The results of the
study the majority of respondents aged 41-50 years (42.1%), male sex
(60.0%), high school educated (62.1%), good support (49.7%), do a
good self-care (70.3%), there is a relationship between self-care support
for families with psychiatric patients. Suggestions in the study of health
workers, especially nurses are expected to promote health education
particularly in poly soul.
 Corresponding Author:

Livana PH
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kendal
Telp. 081350771983
Email: livana.ph@gmail.com
PENDAHULUAN penderita dan keluarganya (Stuart &
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom Sundeen, 2008).
atau pola perilaku yang secara klinis Berdasarkan data dari World Health
bermakna yang berhubungan dengan distres Organisasi (WHO) dalam Yosep (2013), ada
atau penderitaan dan menimbulkan sekitar 450 juta orang di dunia yang
gangguan pada satu atau lebih fungsi mengalami gangguan jiwa. Penderita
kehidupan manusia (Keliat, 2011). gangguan jiwa berat
Gangguan jiwa adalah adalah gangguan dengan usia di atas 15 tahun di Indonesia
yang mengenai satu atau lebih fungsi mencapai 0,46%. Hal ini berarti terdapat
jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak lebih dari 1 juta jiwa di Indonesia yang
yang ditandai oleh terganggunya emosi, menderita gangguan jiwa berat.
proses berpikir, perilaku, dan persepsi Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa
(penangkapan panca indera). Gangguan jiwa 11,6% penduduk Indonesia pada tahun
ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi 2013
16
Sebanyak 70 % klien dengan gangguan jiwa dalam mempertahankan
gangguan jiwa yang datang ke RSJ dengan kesehatannya. Peranan keluarga dalam
kondisi tidak terawat atau mengalami merawat pasien gangguan jiwa yaitu
gangguan perawatan diri.Kondisi klien menjaga atau merawat, mempertahankan
datang dengan pakaian yang kumal, tubuh dan meningkatkan status mental,
yang bau, rambut kumal dan adanya mengantisipasi perubahan sosial ekonomi
kerusakan kulit (Riskesdas, 2010). serta memberikan motivasi dan
Dampak yang sering timbul pada memfasilitasi kebutuhan spritual bagi
masalah personal hygiene yaitu dampak pasien (Maryam, 2008). Adanya dukungan
fiisk dan psikososial. Dampak fisik seperti keluarga akan memberikan kekuatan dan
gangguan integritas kulit, gangguan menciptakan suasana saling memiliki.
membran mukosa mulut, infeksi pada mata Dukungan keluarga adalah suatu bentuk
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. perilaku melayani yang dilakukan oleh
Dampak psikososial yaitu gangguan keluarga baik dalam bentuk dukungan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan emosional, penghargaan atau penilaian,
dicintai dan mencintai, kebutuhan harga informasional dan instrumental (Friedman,
diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi 2010).
sosial. Personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan METODE PENELITIAN
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan Jenis penelitian
phisik dan psikis, kurang perawatan diri Jenis Penelitian yang digunakan adalah
adalah kondisi dimana seseorang tidak study descriptif korelasion menggunakan
mampu pendekatan Cross-Sectional.
melakukan perawatan kebersihan
untuk dirinya (Tarwoto & Wartonah 2010). Populasi dan Sampel
Perawatan diri merupakan Sampel keluarga pasien yang mengantar
perawatan diri sendiri yang dilakukan pasien di poli jiwa RSUD Dr. H. Soewondo
untuk mempertahankan kesehatan, baik Kendal rata-rata 1 bulan sebanyak 227
secara fisik maupun psikologis (Hidayat, jiwa.
2009). Keluarga sangat berperan dalam
fase pemulihan sehingga keluarga Analisis data
diharapkan terlibat dalam penanganan Uji validitas di K.M.R.T Wongso Negoro,
penderita sejak awal perawatan (Mulyatsih, menggunakan uji rank spearman. Penelitian
2008). Friedman (2010) menyatakan bahwa ini telah lolos uji etik sesuai peraturan dan
keluarga sangat mendukung masa kebijakan komite etik penelitian dalam
penyembuhan dan pemulihan pasien naungan LPPM STIKES Kendal.
dengan gangguan jiwa. David Reiss (1981)
dalam Friedman (2010) berpendapat bahwa HASIL PENELITIAN
keluarga memiliki struktur nilai, norma dan Karakteristik responden
budaya yang mempengaruhi segala Adapun karakteristik responden
tindakan yang akan dilakukan oleh meliputi umur, usia, jenis kelamin dan
keluarga. Nilai dari keluarga dan sistem pendidikan yang dapat dilihat pada tabel
keyakinan membentuk tingkah laku dalam berikut:
menghadapi masalah-masalah yang ada
dalam keluarga. Keyakinan dan nilai
keluarga menentukan bagaimana sebuah
keluarga akan mengatasi masalah
kesehatan. Dukungan keluarga adalah suatu
bentuk hubungan interpersonal yang
melindungi seseorang dari efek stres yang
buruk (Kaplan&Sadock, 2008).
Keluarga merupakan support sistem
utama bagi pasien yang mengalami
17
Tabel 1. Karakteristik responden usia (n =145)

Mea Media Modu Usia Usia


n n s min max
42 45 48 22 56

Tabel 1. menunjukkan bahwa rata- sering muncul 48 tahun, sedangkan umur


rata responden berumur 42 tahun, umur responden terendah 22 tahun dan tertinggi
tengah responden 45 tahun, umur responden 56 tahun.
yang

Tabel 2. Distribusi frekuensi jenis kelamin responden, Februari 2017 (n=145)

Variabel Penelitian Frekuens Persentas


i e
Jenis kelamin
Laki-laki 87 60,0
Perempuan 58 40,0
Pendidikan terakhir
SD 4 2,8
SMP 51 42,3
SMA 90 62,1
Dukungan keluarga
Baik 72 49,7
Cukup 53 36,6
Kurang 20 13,8
Perawatan diri
Baik 102 70,3
Kurang baik 43 29,7

Tabel 2. menunjukkan bahwa (17,2%).


mayoritas responden bejenis kelamin laki- Dukungan keluarga kurang dengan
laki (60,0%), berpendidikan SMA (62,1%), perawatan diri baik sebanyak 3 (2,1%) dan
mempunyai dukungan baik (49,7%), dan perawatan diri kurang baik sebanyak 17
melakukan perawatan baik (70,3%). (11,7%). Hasil penghitung menggunakan
chi- quare didapatkan nilai p value 0,000
(P<0,05) yang menunjukkan ada hubungan
Hubungan dukungan keluarga dengan
antara dukungan keluarga dengan
perawatan diri
perawatan diri pasien jiwa di RSUD Dr. H.
Adapun distribusi frekuensi meliputi
SoewondoKendal.
dukungan keluarga dan perawatan diri pada
pasien jiwa dapat dilihat pada tabel 3. Hasil
penelitian menunjukkan dukungan keluarga
baik dengan perawatan diri baik sebanyak
71 (49,0%), perawatan diri kurang baik
sebanyak 1
(0,7%). Sedangkan dukungan keluarga
cukup dengan perawatan diri baik
sebanyak 28 (19,3%), dukungan kurang
baik sebanyak 25
18
Tabel 3. Hubungan dukungan keluarga dengan perawatan diri pasien jiwa, Februari
2017 (n=145)

Perawatan diri
Dukungan Baik Kurang baik Tota Perse P value
Keluarga l n
Frekuensi Perse Frekuens Perse
n i n
Baik 71 49,0 1 0,7 72 49,7
Cukup 28 19,3 25 17,2 53 36,6
0,003
Kurang 3 2,1 17 11,7 20 13,8
Total 102 70,3 43 29,7 145 100

PEMBAHASAN penelitian, teori dan penelitian sebelum-


Karakteristik responden sebelumya, peneliti menyimpulkan bahwa
1. Umur sebagian besar responden berusia 41 – 50
Hasil penelitian menunjukkan tahun hal ini dikarenakan mereka merupakan
bahwa mayoritas responden berumur 41-50 anggota keluarga yaitu bapak atau ibu
tahun (42,1%). Umur responden 41-50 pasien.
tahun hal ini karena keluarga pasien orang
yang dewasa, yang selalu memberikan 2. Jenis kelamin
dukungan pada pasien gangguan jiwa. Hasil penelitian menunjukkan
Sebagian besar mereka adalah bapak dan bahwa mayoritas responden bejenis kelamin
ibu nya pasien jiwa sehingga mereka laki-laki (60,0%). hal ini disebabkan rata-
mempunyai usia yang dewasa. Penelitian rata pengantar pasien jiwa adalah orang tua
ini sejalan dengan penelitian yang laki-laki maupun saudara laki-laki misalnya
dilakukan oleh Septiana (2016) tentang pak de, om dan saudara laki-laki kandung.
faktor-faktor yang mempengaruhi Penelitian ini sejalan dengan penelitian
dukungan keluarga dalam perawatan klien yang dilakukan oleh Septiana (2016)
skizofrenia di wilayah kerja puskesmas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
Kumun Kota Sungai Penuh didapatkan dukungan keluarga dalam perawatan klien
hasil mayoritas responden berusia 40-50 skizofrenia di wilayah kerja puskesmas
tahun sebanyak 84,2%. Kumun Kota Sungai Penuh didapatkan hasil
Penelitian ini sejalan dengan mayoritas responden berjenis kelamin laki-
penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009) laki sebanyak 76,9%.
dimana dengan rata-rata usia 50 tahun dan Hal ini seiring dengan pendapat
mayoritas adalah orang tua pasien (bapak (Robinson, 1998) dalam Friedman (2010)
dan ibu). Sehingga orang tua (bapak dan kondisi dimana anggota keluarga khususnya
ibu) dalam memberikan dukungan, laki-laki mempunyai tanggung jawab,
mengantar pasien ke rumah sakit akan mengayomi, melindungi terhadap anggota
optimal. Sesuai dengan teori Papalia keluarga yang sakit. Dimana seorang laki-
(2008), bahwa batasan usia dewasa awal laki berperan sebagai ayah rata-rata
yaitu 20 – 40 tahun, dewasa menengah mempunyai sikap yang bijak, bertanggung
yaitu 41 – 65 tahun, dan dewasa akhir yaitu jawab dan dalam merawat dan keluarga
>65 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang atau anggota keluarga yang sakit sehingga
menyatakan bahwa, sebagian besar mau mengantar pasien untuk melakukan
responden berusia >40 tahun keatas dan pemeriksaan dirumah sakit.
dapat mempengaruhi motivasi pasien untuk
melakukan pemeriksaan (Smeltzer & Bare, 3. Pendidikan
dalam Sari, dkk, 2012). Berdasarkan hasil Hasil penelitian menunjukkan
19
bahwa mayoritas responden berpendidikan berupa dukungan informasional, emosional,
SMA (62,1%). Pendidikan lebih bermakna instrumental dan penghargaan. Kebutuhan
dari pada tingkat penghasilan dalam personal hygiene yang tidak dipenuhi akan
menentukan fasilitas kesehatan (Stuart & berdampak kepada klien berupa dampak
Laraia, 2007). Penelitian ini sejalan dengan fisik, klien mudah terserang berbagai
penelitian yang dilakukan oleh Triani penyakit kulit, mukosa mulut dan kuku.
(2013) yang menunjukkan sebagian besar Dampak psikososial di masyarakat yaitu
anggota yang mengantar ke poli jiwa yaitu gangguan interaksi sosial dalam aktifitas
berpendidikan SMA. hidup sehari-hari, klien akan di tolak oleh
Dimilikinya tingkat pendidikan masyarakat karena personal hygiene yang
yang cukup membuat responden akan tidak baik, klien mempunyai harga diri
mempunyai dukungan dan perhatian yang rendah khususnya hal identitas dan perilaku,
baik terhadap pasien. Menurut Sumidjo klien menganggap dirinya tidak mampu
(2006), bahwa pendidikan merupakan mengatasi kekurangannya (Wartonah, 2010).
proses kegiatan pada dasarnya melibatkan Dukungan keluarga kurang dengan
tingkah laku individu perawatan diri kurang baik hal ini
maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan dikarenakan jika keluarga tidak memberikan
adalah proses belajar mengajar. Hasil dari dukungan, motivasi dan meluangkan waktu
proses belajar mengajar adalah untuk pasien maka pasien tidak akan mandi,
terbentuknya seperangkat tingkah laku, melakukan
kegiatan dan aktivitas. Dengan belajar baik Kebersihan diri dan malas untuk
secara formal maupun informal, manusia melakukan perawatan diri. Hasil penelitian
akan mempunyai pengetahuan, dengan ini mendukung teori yang menyatakan
pengetahuan yang diperoleh seseorang akan bahwa dukungan keluarga merupakan salah
mengetahui manfaat dari saran atau nasihat satu faktor yang mempengaruhi personal
sehingga akan termotivasi dalam usaha hygiene. Dukungan keluarga sangat penting
meningkatkan status kesehatan. bagi pasien dengan gangguan jiwa, karena
Hasil penelitian menunjukkan ada keluargalah yang paling lama berinteraksi
hubungan antara dukungan keluarga dengan dengan pasien (Saryono & Widianti, 2010).
perawatan diri pasien jiwa di RSUD Dr. H. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
Soewondo Kendal. Dukungan keluarga penelitian yang dilakukan oleh Suratini dan
yang akan berpengaruh pada perawatan diri Kurniawati (2010) yang menyimpulkan
pasien jiwa. Hal ini dikarenakan dalam bahwa dukungan keluarga memberikan
dukungan keluarga pasien mendapatkan pengaruh terhadap tingkat atau kejadian
dukungan yang meliputi dukungan depresi pada usia lanjut.
emosional, penghargaan, materi dan Hasil penelitian menunjukkan
informasi. Pasien mampu atau dukungan keluarga baik dengan perawatan
menunjukkan kemampuan mandi sehari dua diri baik sebanyak 71 (49,0%) hal ini
kali, mandi menggunakan sabun, dikarenakan keluarga mempunyai dukungan
menyiapkan peralatan sebelum mandi, yang baik meliputi dukungan emosional
merapikan handuk setelah mandi, makan yaitu keluarga mau mendengarkan keluhan-
sehari tiga kali, mau membereskan piring keluhan yang pasien sampaikan, keluarga
dan gelas setelah digunakan dan mencuti menyakinkan pasien untuk sembuh, keluarga
tangan setelah makan. menjaga perasaan pasien saat berbicara sama
Hubungan dukungan keluarga dengan pasien sedangkan dukungan
perawatan diri penghargaanmeliputi keluarga mengigatkan
Hasil penelitian juga ditemukan pasien untuk minum obat secara teratur,
dukungan keluarga kurang dengan keluarga mengigatkan pasien untuk kontrol
perawatan diri kurang baik sebanyak 17 ke poli tepat waktu, keluarga menanyakan
(11,7%). Perawatan diri kurang baik pada masasalah yang sedang dihadapi pasien
pasien gangguan jiwa dalam penelitian ini sedangkan dukungan materi meliputi
juga dapat dikarenakan kurangnya keluarga menyediakan uang untuk pasien
dukungan yang diberikan keluarga yang melakukan pengobatan, keluarga
20
meluangkan waktu untuk menemani pasien, dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
keluarga mau membantu pasien selama di Puspitaningrum (2012) yang menunjukkan
rumah dan dukungan informasi meliputi bahwa ada hubungan yang signifikan antara
keluarga memberikan informasi cara mandi dukungan keluarga.Dukungan keluarga
menggunakan sabun, keluarga menyarankan sangat penting bagi pasien dengan gangguan
pasien untuk memakai baju setelah mandi, jiwa, karena keluargalah yang paling lama
keluarga memberikan informasi kepada berinteraksi dengan pasien. Dalam keluarga
pasien cara mengeringkan badan setelah masalah dapat muncul dan dalam keluarga
mandi sehingga dengan dukungan yang baik pula masalah dapat dicarikan alternatif
maka pasien akan melakukan perawatan diri penyelesaiannya, disebutkan ada empat jenis
dengan baik. dukungan keluarga yaitu: dukungan
Jenis-jenis dukungan keluarga yaitu instrumental, dukungan informasional,
ada dukungan perhatian secara emosi, dukungan penilaian (appraisal) dan
dukungan instrumental, dukungan dukungan emosional (Menurut Friedman
informasi, dukungan penilaian (Ratna dalam Setiadi 2008).
2010). Kebersihan diri diperlukan untuk Hasil Penelitian Mc Auliffe (2009)
kenyamanan, keamanan dan kesehatan menjelaskan bahwa semua responden
seseorang. Personal hygiene yang tidak melaporkan bahwa hidup dengan pasien
baik akan mempermudah tubuh terserang gangguan jiwa berdampak signifikan pada
berbagai penyakit seperti penyakit kulit, seluruh keluarga dan secara nyata
penyakitinfeksi, penyakit mulut, dan mengubah hidup mereka.Perubahan ini
penyakit saluran cerna (Saryono & sebagian besar tentang peningkatan
Widianti, 2010). tanggung jawab keluarga, tanggung jawab
Dukungan keluarga baik dengan emosional termasuk berusaha untuk
perawatan diri kurang baik sebanyak 1 menjaga keluarga utuh, pemantauan yang
(0,7)hal ini dikarenakan karena setiap terus menerus terhadap keadaan mental dari
orang itu berbeda-beda walaupun keluarga anggota keluarga, dan penyediaan
sudah memberikan dukungan yang baik intervensi mendukung. Tanggung jawab
mengingatkan pasien kadang pasien juga keluarga yang terlibat pemantauan
ada yang tidak mau melakukan perawatan keuangan, kepatuhan pengobatan,
diri. Sedangkan dukungan keluarga cukup penyediaan makanan dan tempat tinggal,
dengan perawatan diri baik sebanyak 28 bantuan transportasi, dan iringan untuk
(19,3%) hal ini karena walaupun keluarga kunjungan pelayanan kesehatan mental.
memberikan dukungan yang cukup tau Hasil penelitian yang sama adalah
pasien mau melakukan perawatan diri penelitian Kresnawati (2009) bahwa ada
karena pasien sudah ingin sembuh. hubungan yang signifikan antara dukungan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh keluarga dengan keaktifan lansia (lanjut
Wibowo (2009) didapatkan ρ value 0,04 usia) dalam mengikuti kegiatan di Posyandu
(<0,05) menjelaskan bahwa ada hubungan Lansia Desa Gonilan Kecamatan Kartasura.
antara dukungan sosial keluarga dengan Penelitian yang sejenis dilakukan oleh Putra
perilaku perawatan diri pada pasien (2015) dengan judul hubungan dukungan
halusinasi. Peran dan keterlibatan keluarga keluarga dengan kepatuhan dalam
sangat penting untuk pasien gangguan jiwa mengikuti posyandu lansia di korong bayur
karena peran keluarga sangat mendukung wilayah kerja Puskesmas Pauh Kambar
untuk kesembuhan pasien karena keluarga Kabupaten Padang Pariaman diapatkan
mampu memberikan kepercayaan dan sikap hasil ada hubungan antara dukungan
yang baik untuk keluarganya. Keluarga keluarga dengan kepatuhan dalam
mempunyai fungsi memberikan kasih mengikuti posyandu lansia di korong bayur
sayang, rasa aman, rasa percaya dan wilayah kerja Puskesmas Pauh Kambar
menyiapkan peran dimasyarakat. Keluarga Kabupaten Padang Pariaman dengan nilai p
merupakan unit suatu sistem, yang saling value 0,003 (p<0,05).
tergantung satu sama lainnya.
Hasil penelitian ini juga sejalan
21
KESIMPULAN DAN SARAN
Mayoritas responden berumur 41 –
50 tahun, berjenis kelamin laki-laki,
berpendidikan SMA, Mempunyai
dukungan baik, melakukan perawatan diri
baik. Ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan perawatan diri pasien.
Diharapkan keluarga bisa
memberikan dukungan penuh kepada
pasien sehingga pasien mampu melakukan
perawatan diri.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto. (2012). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar
Keperawatan, Jakarta : EGC.
Bangun. (2012). Manajemen Sumber Daya
Manusia. Penerbit: Erlangga.
Jakarta.
Dadang. (2010). Al-Qur’an Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan
Jiwa. Yogyakarta: PT. Dhana Bakti
Prima Yasa.
Dahlan. (2010). Besar Sampel dan Cara
Pengambilan Sampel dalam.
Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika.
Depkes. (2010). Keperawatan Jiwa
Teori dan Tindakan Keperawatan, Jakarta:

22
Jurnal Kesehatan
LAMPIRAN 2 Volume 9, Nomor 1, April 2018
ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Kemampuan Keluarga dalam Merawat Orang dengan


Gangguan Jiwa
Sulastri
Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Tanjungkarang, Indonesia
Email: sulas_harris@yahoo.co.id
Abstract: Family Ability in Caring for People with Mental Disorders. The dependence level of the
patient on the family to fulfill their basic needs was quite high. This was certainly going to
interfere with the exercise of family members duties, functions, and responsibilities. This will be
disturbed the achievement of the family goals when the family was viewed as a system. This can
happen because patients who experience mental disorders were considered as a family burden
that can affect the system in the family as a whole. Skills were needed for a family to care
patient/person with a mental disorder (ODGJ). Ability to care is a measure of the quality of life
ODGJ. This study was to analyze the family ability in caring for patients with mental disorder. This
was using a qualitative approach, cross-sectional design. The population was families who have
family members with a mental disorder in the work area of Sragi Psychiatric Clinic, South
Lampung. Sampling method in this research was purposive sampling and obtained samples of as
many as 40 people. Data were taken using questionnaires sheet capabilities of families and were
analyzed frequency distribution to measure the ability of the family in caring for psychiatric
patients
Keywords: Family ability, Psychiatric

Abstrak: Kemampuan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa. Tingkat
ketergantungan pasien terhadap pemenuhan kebutuhan dasarnya pada keluarga cukup tinggi.
Hal ini tentunya akan mengganggu pelaksanaan tugas dan tanggung jawab anggota keluarga
dalam menjalankan fungsinya masing-masing. Apabila keluarga dipandang sebagai suatu sistem,
maka akan terganggulah pencapaian tujuan keluarga.Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis kemampuan keluarga dalam merawat ODGJ. Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif, dengan rancangan cross sectional. Pada analisis dilakukan menggunakan distribusi
frekuensi untuk mengukur kemampuan keluarga dalam merawat ODGJ. Hasil uji statistik
diketahui sebagian besar kemampuan keluarga pada kelompok kurang memadai. Disarankan
pada puskesmas untuk mengembangan program keperawatan kesehatan jiwa komunitas dan
menjadikan pendidikan kesehatan atau psikoedukasi keluarga sebagai salah satu intervensi bagi
keluarga untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam merawat ODGJ.

Kata kunci: Kemampuan keluarga, Gangguan jiwa

23
Jurnal Kesehatan

PENDAHULUAN pada keluarga cukup tinggi. Hal ini


tentunya akan mengganggu pelaksanaan
Kesehatan jiwa merupakan sesuatu
tugas dan tanggung jawab anggota
yang penting dalam kehidupan manusia.
keluarga dalam menjalankan fungsinya
Kesehatan jiwa menjadi satu kesatuan yang
masing- masing. Apabila keluarga
tak dapat dipisahkan dengan kesehatan secara
dipandang sebagai suatu sistem, maka akan
fisik. Menurut Mohr (2006) kesehatan jiwa
terganggulah pencapaian tujuan keluarga.
adalah suatu penampilan fungsi mental yang
Hal ini bisa terjadi karena pasien yang
sukses, yang ditunjukkan dengan aktivitas
mengalami gangguan jiwa tersebut
yang produktif, hubungan yang berarti.
dianggap sebagai beban keluarga yang
Kemampuan beradaptasi terhadap
dapat mempengaruhi sistem dalam
perubahan serta koping yang efektif.
keluarga secara keseluruhan.
Kesehatan jiwa merujuk pada kemampuan
keluarga menganggap bahwa
untuk mengatasi masalah, saling melengkapi
pasien hanya menjadi beban keluarga
dalam pekerjaan dan kasih sayang, mampu
karena ketidakmampuan dalam merawat
bertahan dalam krisis tanpa bantuan orang
diri sendiri (Marfuah, D; Noviyanti, RD,
lain dan mempertahankan persepsi sehat
2017).
dengan menikmati hidupnya, punya tujuan
Berdasarkan pra survei
dan batasan secara realistik serta
dilakukkan pada bulan Agustus 2017
mampumenempatkan diri secara tepat
angka kunjungan pasien gangguan jiwa
(mandiri, bergantung maupun saling
dan gangguan mental emosional di
ketergantungan). Keluarga berperan penting
Puskesmas Sragi relatif sedikit. Kondisi
dalam merawat pasien. Kurang perhatian
berbanding terbalik dengan hasil
dari keluarga menyebabkan pasien menjadi
kunjungan dan deteksi yang dilakukan di
gelandangan psikoitik.
wilayah kerja Puskesmas Sragi,
Menurut Hawari (dalam Wiyati, R. dkk
ditemukan 45 kasus gangguan jiwa, 3
2010), salah satu kendala dalam upaya
diantaranya dirawat dengan kondisi
penyembuhan pasien gangguan jiwa adalah
terpasung. Pemasungan yang dilakukan
pengetahuan masyarakat dan keluarga.
dengan menggunakan rantai yang
Keluarga dan masyarakat menganggap
diikatkan pada tiang rumah pada dua
gangguan jiwa adalah penyakit yang
pasien dan satu orang pasien dipasung
memalukan dan membawa aib bagi keluarga.
menggunakan balok kayu (pohon).
Kondisi ini diperberat dengan sikap keluarga
Berdasarkan fenomena ini peneliti ingin
yang cenderung mengisolasi, mengucilkan
mengetahui bagaimana kemampuan
bahkan memasung pasien.
keluarga dalam perawatan pasien.
Tingkat ketergantungan pasien
Sebagian pasien yang Berdasarkan pra
terhadap pemenuhan kebutuhan dasarnya
24 survei dilakukkan pada bulan Agustus
Jurnal Kesehatan

2017 angka kunjungan pasien gangguan jiwa Pemilihan keluarga dilakukan


dan gangguan mental emosional di berdasarkan keberadaan saat
Puskesmas Sragi relatif sedikit. Kondisi pengumpukan data dilakukan dan
berbanding terbalik dengan hasil kunjungan bersedia untuk menjadi responden
dan deteksi yang dilakukan di wilayah kerja penelitian. Pengumpulan data dilakukan
Puskesmas Sragi, ditemukan 45 kasus dengan melakukan menggunakan
gangguan jiwa, 3 diantaranya dirawat dengan kuesioner yang sudah disiapkan oleh
kondisi terpasung. Pemasungan yang peneliti. Analisis dilakukan dalam secara
dilakukan dengan menggunakan rantai yang univariat dan bivariat.keluarganya.
diikatkan pada tiang rumah pada dua pasien Berdasarkan data yang diperoleh
dan satu orang pasien dipasung diharapkan dapat bermanfaat sebagai
menggunakan balok kayu (pohon). data dasar untuk penelitian lebih lanjut
Berdasarkan fenomena ini peneliti ingin untuk pemberian intervensi untuk
mengetahui bagaimana kemampuan keluarga penyelesaian masalah baik dalam bentuk
dalam perawatan pasien. Sebagian pasien program kegiatan dan penelitian lebih
yang dikunjungi tampak kurang perawatan lanjut.
diri. Hasil wawancara kepada 10 keluarga Penelitian ini bertujuan
pasien gangguan jiwa terdapat 90% keluarga mengidentifikasi kemampuan keluarga
mengatakan terbebani dalam hal biaya dalam merawat anggota keluarganya.
pengobatan pasien, waktu untuk merawat, Berdasarkan data yang diperoleh
malu memiliki anggota keluarga gangguan diharapkan dapat bermanfaat sebagai data
jiwa, tergangu dalam bekerja, sehingga dasar untuk penelitian lebih lanjut untuk
dikunjungi tampak kurang perawatan diri. pemberian intervensi untuk penyelesaian
Hasil wawancara kepada 10 keluarga pasien masalah baik dalam bentuk program
gangguan jiwa terdapat 90% keluarga kegiatan dan penelitian lebih lanjut.
mengatakan terbebani dalam hal biaya METODE
pengobatan pasien, waktu untuk merawat, Penelitian ini menggunakan jenis
malu memiliki anggota keluarga gangguan penelitian kuantitatif dengan desain cross
jiwa, tergangu dalam bekerja, sehingga sectional dengan responden keluarga
berkurangnya produktivitas untuk mencari yang memiliki anggota keluarga
nafkah. gangguan jiwa di wilayah kerja

Penelitianinibertujuanmengidentifikas puskesmas Sragi Lampung Selatan.

i kemampuan keluarga dalam merawat Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

anggota Penelitian dilakukan pada keluarga kemampuan keluarga dalam merawat

yang memiliki anggota keluarga gangguan pasien gangguan jiwa (ODGJ).

jiwa atau ODGJ sebanyak 40 orang dari 45 Alat pengumpulan data pada penelitian
25
keluarga dengan anggota keluarga ODGJ. ini menggunakan dua
Jurnal Kesehatan

Instrumen/kuesioner. Kuesioner yang survey pada warga dan wawancara pada


pertama yang digunakan untuk memperoleh petugas kesehatan di puskesmas Sragi
data demografi responden, usia, jenis bahwa informasi yang diperoleh
kelamin, pendidikan, dan lama pasien sakit. masyarakat relatif minim. Keterbatasan
Kuesioner ini dibuat oleh peneliti dengan sumber daya manusia yang memiliki
menggunakan pertanyaan terbuka. Kuesioner pengalaman dan kemampuan khusus
yang kedua Instrumen untuk memperoleh Pengetahuan keluarga pasien dapat
data tentang kemampuan keluarga digambarkan bahwa pada dasarnya
berdasarkan lima tugas keluarga alam keluarga memahami tentang pentingnya
kesehatan, yaitu mengenal masalah perawatan pada ODGJ. Pengetahuan yang
kesehatan 4 pernyataan (1-4), dimiliki keluarga masih terbatas pasien
membuatkeputusan untuk merawat 3 perlu berobat agar tidak kambuh.
pernyataan (5-7),memberikan perawatan Sebagian keluarga tidak memperhatikan
9pernyataan(8-16),memodifikasi lingkungan apakah obat diminum pasien atau tidak.
3 pernyataan (17-19), dan memanfaatkan Keluarga juga tidak memahami bahwa
pelayanan kesehatan 5 pernyataan (20-24) keteraturan minum obat menentukan
(Friedman, Marilyn M. (2010)). Kuesioner kondisi pasien. Keluarga menganggap
ini terdiri atas 24 pernyataan yang diisi apabila gejala berkurang berarti pasien
dengan skala 1=tidak, 2=ya untuk pernyataan sudah sembuh sehingga tidak perlu
positif dan skala 1=ya, 2=tidak untuk diberikan obat lagi. Keluarga masih belum
pernyataan negatif. memahami tentang cara mengontrol
PEMBAHASAN halusinasi. Keluarga juga beranggapan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa apabila pasien tidak
bahwa kemampuan merawat pasien membahayakan maka tidak perlu
gangguan jiwa relatif rendah atau kurang dikhawatirkan.
memadai. Menurut Lestari, (2011) bahwa Pemahaman sebagian keluarga yang
prinsip belajar merupakan proses yang masih belum tepat tentang perawatan
dilakukan seumur hidup, manusia memiliki pasien skizofrenia dengan halusinasi
kemampuan untuk belajar sejak lahir mengakibatkan sikap yang negatif
sampai akhir hayat. Pemberian edukasi terhadap pasien. Sikap negatif keluarga
memberikan informasi pada keluarga terhadap pasien dapat dilihat dari
tentang cara perawatan pasien gangguan anggapan bahwa penyakit yang dialami
jiwa. Melalui aktivitas ini terjadi proses pasien adalah penyakit menetap dan tidak
pembelajaran yangg dilakukan oleh dapat disembuhkan sehingga keluarga
keluarga dengan menyerap informasi yang cenderung membiarkan pasien asal tidak
diberikan dan mengaplikasikan langsung mengganggu.
26
pada anggota keluarganya. Berdasarkan Keluarga mengganggap halusinasi
Jurnal Kesehatan

yang dialami pasien adalah hal yang wajar pasien menjadi tinggi. Dapat disimpulkan
karena pasien adalah penderita gangguan bahwa jika pengetahuan keluarga tinggi
jiwa. Hampir semua keluarga menganggap maka akan meningkatkan kemampuan
bahwa pasien hanya menjadi beban keluarga keluarga dalam memberikan perawatan
karena ketidakmampuan dalam merawat diri pada pasien yang hasilnya pun akan
sendiri. Sikap negatif keluarga terhadap menjadi optimal.
pasien juga terlihat dari persepsi keluarga Menurut Stuart dan Sundeen
bahwa perubahan perilaku yang ditunjukkan (2015), informasi pada keluarga
pasien sebagai bentuk gangguan jin atau merupakan salah satu faktor penting.
makhluk halus. Sehingga keluarga meyakini Pendidikan kesehatan merupakan strategi
bahwa pengobatan perlu dilakukan apabila dalam perawatan kesehatan jiwa pada
timbul perilaku yang tidak wajar terjadi pada keluarga dengan cara pemberian
pasien, akan tetapi pilihan pertama yang informasi dan edukasi melalui
dilakukan adalah pengobatan ke paranormal. komunikasi yang terapeutik. Pendidikan
Peneliti juga menemukan sebagian keluarga kesehatan merupakan pendekatan yang
yang merasa bahwa gangguan jiwa sebagai bersifat edukasi dan pragmatis. Melalui
aib, sehinnga keluarga enggan menceritakan pendidikan kesehatan memungkinkan
permasalahan yang timbul dalam merawat keluarga saling bertukar informasi tentang
pasien kepada anggota keluarga lain maupun perawatan kesehatan mental dan
dengan orang lain. Sikap keluarga yang pengobatan yang dibutuhkan untuk
demikian dapat memicu kekambuhan pasien menurunkan gejala dan lainnya. Menurut
karena dapat memperburuk kondisi pasien. Widati, R (2010) keluarga yang
Sikap negatif keluarga terhadap pasien, mendapatkan informasi yang memadai
berakibat timbulnya perilaku merawat yang menunjukkan kemampuan yang lebih
tidak tepat.pemberian informasi yang baik dalam perawatan anggota keluarga,
memadai. Banyak momen yang disamping kecemasan yang dialami oleh
memungkinkan keluarga bias berinteraksi keluarga juga mengalai penurunan,
dengan petugas kesehata, seperti saat control sebagai dampak dari terpenuhinya
ulang, mengambil obat, bahkan ODGJ yang informasi yang ingin diperoleh oleh
pernah menjalani perawatan. Menurut keluarga untuk merawat anggota
Notoatmojo (2010) informasi yang diperoleh keluarganya yang sakit.
baik dari pendidikan formal maupun non Peningkatan kemampuan merawat
formal dapat memberikan pengaruh jangka pasien gangguan jiwa dapat diperoleh
pendek sehingga menghasilkan perubahan melalui intervensi untuk meningkatkan
atau peningkatan pengetahuan. Pendidikan pengetahuan keluarga, kekhawatiran yang
non formal tersebut dapat mempengaruhi muncul karena ketidaktahuan dapat
27
pengetahuan keluarga tentang cara merawat teratasi. Berdasarkan kondisi ini peneliti
Jurnal Kesehatan

berpendapat bahwa dengan hanya gangguan jiwa di Wilayah kerja


mendapatkan pelayanan medis dan Puskesmas Sragi Lampung Selatan
penjelasan yang diperoleh saat melakukan Tahun 2017.
kontrol ke pelayanan kesehatan tidak SIMPULAN
memberikan pengetahuan yang memadai.
Hasil ini dimungkinkan waktu yang relatif Berdasarkan data yang diperoleh pada
singkat saat kunjungan, dan informasi yang penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
diberikan hanya berfokus pada informasi Kemampuan keluarga merawat pasien
medis dan pengobatan, sementara informasi gangguan jiwa masih relatif rendah. Sebagian
tentang cara perawatan dan diagnosis besar responden adalah kepala keluarga yang
keperawatan sangat terbatas, itu pun jika bertugas mencari nafkah, tingkat pendidikan
keluarga pro aktif untuk bertanya. Sebagian sebagian besar adalah pendidikan Sekolah
petugas boleh jadi memberikan informasi dasar dan Sekolah Menengah Pertama
yang memadai, tetapi komunikasi umumnya (pendidikan dasar).
berjalan satu arah, tidak ada kedektan yang SARAN
terjadil antara terapi dengan keluarga. Melakukan pengabdian kepada
Sesuai hasil analisis kemampuan masyarakat berdasarkan hasil penelitian.
keluarga dalam perawatan ODGJ masih Perlu diberikan pendidikan kesehatan tentang
kurang memadai, pasien dalam merawat kesehatan jiwa dan perawatan pasien
pasien gangguan jiwa. Hal ini diketahui dari gangguan jiwa. Membuat kerja sama
adanya peningkatan nilai kemampuan pasien Poltekkes Tanjungkarang dengan pihak
pada kelompok perlakuan yang cukup puskesmas dan Desa/Kecamatan untuk
signifikan. Dampak positif berupa adanya menjadikan lokasi penelitian sebagai daerah
peningkatan kemampuan pasien menjadi binaan, khususnya untuk masalah kesehatan
lebih tinggi diketahui dari nilai rata-rata yang jiwa. Mengadakan kerjasama dengan
meningkat. Hal ini disebabkan, pasien yang organisasi keperawatan, seperti ikatan
telah mendapat terapi psikoedukasi keluarga perawat kesehatan jiwa (IPKJI) untuk
mempunyai tingkat kesiapan yang lebih baik penerapan keperawatan
dalam menghadapi pasien gangguan jiwa. kesehatanjiwakomunitas.

Pemberian stimulus dalam terapi


psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan
bekal kemampuan keluarga dalam
melakukan tindakan positif jika dengan
mmberikan dukungan yang positif pd
pasien. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh terapi psikoedukasi keluarga
terhadap kemampuan merawat 28
pasien
Jurnal Kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, RH. 2015. Motivasi Keluarga Dalam


Merawat Anggota Keluarga Yang
Mengalami Gangguan Jiwa Di Wilayah
Kerja Puskesmas Urang Agung
Sidoarjo. [Karya Tulis Ilmiah].
Mojokerto: D3 Keperawatan Politeknik
Kesehatan Majapahit.
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar
Keperawatan Keluarga: Riset, Teori
dan Praktek. Jakarta: EGC.
Indra. 2017. Pemasungan Penderita
Gangguan Jiwa. www.penaindra.com

Lestari, A. 2011. Pengaruh Terapi


Psikoedukasi terhadap Pengetahuan dan
Tingkat Kecemasan Keluarga dalam
Merawat Anggota Keluarga yang
Mengalami Tuberkulosis Paru di Kota
Bandar Lampung. [Tesis]. Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia.
Marfuah, D., Noviyanti, RD. 2017. Kemampuan
Keluarga Merawat Pasien Skizofrenia
Dengan Gejala Halusinasi. The 6th
University Research Colloquium 2017,
Universitas Muhammadiyah Magelang.
Notoatmodjo,S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nuraenah, Mustikasari, Putri. Y.S.E. 2012.
Hubungan Dukungan Keluarga dan
Beban Keluarga dalam Merawat
Anggota dengan Riwayat Perilaku
Kekerasan di RS Jiwa
29
Artikel Penelitian

LAMPIRAN 3

PENINGKATAN KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI PASIEN SKIZOFRENIA


MELALUI REHABILITASI TERAPI GERAK

Sri Maryatun
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya E-mail: tunce79@yahoo.com

Abstrak

Tujuan: Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan rehabilitasi terapi gerak dengan
kemandirian self care pada pasien skizofrenia di Ruang Nusa Indah Rumah Sakit Dr. Ernaldi
Bahar Palembang.

Metode: Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan Cross sectional.
Sampel terdiri dari
32 pasien skizofrenia yang dirawat di ruang Nusa Indah, Rumah Sakit Dr.Ernaldi Bahar pada
bulan Desember tahun 2013 dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara


rehabilitasi terapi gerak dengan kemandirian self care pada pasien skizofrenia nilai (pvalue=
0,006).

Simpulan: Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa pelaksanaan program-program


rehabilitasi gerak secara rutin dengan bimbingan dan pembinaan diperlukan bagi pasien
skizofrenia.

Kata kunci: Rehabilitasi, terapi gerak,kemandirian, self care, skizofrenia

Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 2, Juli 2015, ISSN No 2355 5459 108
Artikel Penelitian
Abstract

Aim:.Rehabilitation in patients with schizophrenia aims to improve the ability of the patient to
be able to live independently in the community. The purpose of this study was to determine
the relationships between the independence movement therapy rehabilitation self-care in
patients with schizophrenia in room’s Nusa Indah at Ernaldi Bahar Hospital,Palembang in
2013.

Method:.This study used an analytic survey with cross sectional approach. A total sample of
32 patients with schizophrenia who were treated in the room of Nusa Indah, Dr.Ernaldi Bahar
Hospital in December of 2013 involved in this study.

Result: The results showed that there is a significant relationship between rehabilitation
therapy independence movement with self-care in patients with schizophrenia (p value =
0.006).

Conclusion: This study Recommends the need to implement a program of motion


rehabilitation programs regularly with the guidance and coaching for Schizophrenia patients
in Dr.Ernaldi Bahar Hospital.

Keywords: Rehabilitation, movement therapy, self-reliance, self-care, schizophrenia

Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 2, Juli 2015, ISSN No 2355 5459 109
Artikel Penelitian

PENDAHULUAN jika mencapai 200 juta jiwa, maka


diperkirakan sekitar dua juta jiwa mengalami

Perubahan sosial ekonomi yang cepat skizofrenia.4 Menurut catatan medical record

dan situasi sosial politik yang tidak menentu Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar Palembang

menyebabkan semakin meningkatnya jumlah pasien skizofrenia di seluruh ruang

gangguan jiwa dalam kehidupan manusia1. rawat inap pada tahun 2010 berjumlah 1.625

Penduduk yang mengalami berbagai orang dan pada tahun 2011 berjumlah 1.623

permasalahan dan tekanan hidup dapat orang, sedangkan

menjadi stress berat dan lama-kelamaan pada tahun 2012 berjumlah 1.806 orang.

menjadi sakit jiwanya. Sebagai akibatnya, Sedangkan menurut data nasional Riskesdas

muncul gejala skizofrenia dimana jiwa dari 2012 jumlah pasien skizofrenia berjumlah 1,5

individu menjadi terpecah dan terjadi juta jiwa. Terapi yang dapat diberikan pada

disharmoni antara pikiran dan kemauan.1 pasien Skizofrenia adalah program rehabilitas
merupakan upaya meningkatkan kemampuan
Penderita skizofrenia akan mengalami pasien agar dapat hidup mandiridi
gangguan dalam kognitif, emosional, masyarakat. Pada klien gangguan jiwa sering
2
persepsi serta gangguan dalam tingkah laku. terlihat adanya kemunduran yang ditandai
Pasien skizofrenia kronis pada umumnya dengan hilangnya motivasi dan tanggung
tidak mampu melaksanakan fungsi dasar jawab, apatis, menghindar dari kegiatan, dan
secara mandiri, misalnya kebersihan diri, hubungan sosial. Kemampuan dasar
penampilan, dan sosialisasi3. Pasien sering terganggu, seperti Activities Of Daily
skizofrenia mengalami kemunduran dalam Living (ADL).6
fungsi psikososialnya. Mereka mengalami Hasil penelitian Trihardani mengenai
penurunan kemampuan untuk bergerak dan perawatan diri yang terdiri dari makan,
berkomunikasi dengan orang lain, serta tidak mandi, toiletting dan kebersihan pribadi
mampu menghadapi realitas. pasien skizofrenia di rumah sakit
Skizofrenia menduduki peringkat 4 menunjukkan bahwa 38% penderita
dari 10 besar penyakit yang membebankan di skizofrenia berada dalam kategori
seluruh dunia. Jumlah penduduk Indonesia ketergantungan ringan, 28% dalam kategori

Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 2, Juli 2015, ISSN No 2355 5459 110
Artikel Penelitian
ketergantungan menengah, 13 masalah keperawatan isolasi sosial.
% berada dalam kategori ketergantungan METODE PENELITIAN
tinggi, 13% berada pada kategori Jenis penelitian yang dilakukan adalah
ketergantungan total dan 3% berada dalam kuantitatif dengan menggunakan survey
7
kategori mandiri. Penelitian yang dilakukan analitik dengan pendekatan cross sectional.
oleh Barton menunjukkan bahwa 50% dari Populasi dalam penelitian ini adalah semua
penderita. Skizofrenia kronis yang pasien skizofrenia di ruang Nusa Indah
menjalani program rehabilitasi dapat Rumah Sakit Dr.Ernaldi Bahar pada bulan
kembali produktif dan mampu Desember tahun 2013 yaitu berjumlah 32
menyesuaikan diri kembali di keluarga dan orang. Sampel yang diambil yaitu 32 orang
masyarakat. 5 dengan menggunakan teknik purposive
sampling dengan kriteria pasien kooperatif,
Program rehabilitasi khususnya
berjenis kelamin perempuan, masalah
terapi gerak merupakan upaya
keperawatan pada awal masuk adalah isolasi
meningkatkan kemampuan pasien agar
sosial, telah mengikuti terapi rehabilitasi
dapat hidup mandiri di masyarakat
minimal 3 kali setiap bulan. Pengumpulan
danmelatih pasien untuk terbiasa
data primer didapatkan melalui wawancara
menjalankan aktivitasnya sehari- hari.8
menggunakan lembar kuesioner kemandirian
Salah satu terapi gerak yang diterapkan di
dan observasi langsung menggunakan lembar
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang saat
observasi mengenai pelaksanaan rehabilitasi
ini adalah berolahraga dimana kegiatan
pada pasien skizofrenia yang telah memenuhi
tersebut dapat merangsang pertumbuhan
minimal 3 kali setiap bulan.
neuron di daerah tertentu yang rusak
Pengumpulan data primer didapatkan
selama depresi dan menghilangkan
melalui wawancara menggunakan lembar
kekakuan pada otot sehingga pasien tidak
kuesioner kemandirian dan observasi
malas untuk beraktivitas.8 Tujuan penelitian
langsung menggunakan lembar observasi
ini adalah untuk mengetahui ada tidak
mengenai pelaksanaan rehabilitasi pada
hubungan dari terapi gerak yang sudah
pasien skizofrenia yang telah memenuhi
dilaksanakan di Rumah sakit Ernaldi Bahar
kriteria inklusi sampel. Data sekunder
terhadap kemandirian pasien
diperoleh dari keterangan perawat ruangan
skizofrenia khususnya dengan
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 2, Juli 2015, ISSN No 2355 5459 111
Artikel Penelitian
sebagai data pendukung untuk memperjelas Palembang telah memenuhi prosedur yang
data primer. Pengolahan data kuesioner berlaku, seperti pasien yang telah dirawat
dilakukan dengan analisa univariat dan minimal 3 hari perawatan, mendapat surat
bivariat dari variabel independen dan keterangan dokter bahwa telah mengikuti
dependen dengan program komputer. seleksi rehabilitasi, pasien dalam kondisi
Berdasarkan hasil penelitian tentang kooperatif. Pada pelaksanaannya, terlebih
rehabilitasi terapi gerak pada pasien dahulu pasien melakukan pendataan atau
skizofrenia di Ruang Nusa Indah Rumah absensi dan selanjutnya melaksanakan terapi.
Sakit Dr. Ernaldi Bahar, diperoleh data dari Terapi dilaksanakan tetap dalam pengawasan
32 responden yang melakukan rehabilitasi perawat di ruang rehabilitasi dengan pasien
dengan baik sebanyak 18 (56,2%) dari berbagai ruangan. melaksanakan terapi.
responden dan yang melakukan rehabilitasi Terapi dilaksanakan tetap dalam pengawasan
kurang baik sebanyak 14 (43,8%) perawat di ruang rehabilitasi dengan pasien
rehabilitasi baik. Rehabilitasi baik artinya dari berbagai ruangan. Berdasarkan hasil
sebanyak 14 pasien skizofrenia mengikuti kuesioner yang diajukan peneliti kepada
kegiatan rehabilitasi dengan frekuensi responden dapat dilihat bahwa responden
minimal 2x/minggu secara teratur, mampu melaksanakan rehabilitasi dengan
mengikuti tahapan rehabilitasi dari awal baik. Umumnya responden melaksanakan
pemanasan, gerak inti sampai pendinginan, rehabilitasi terapi gerak 2 kali dalam
melakukan setiap gerakan rehabilitasi seminggu.
dengan benar dan mampu meningkatkan
Hasil univariat tentang kemandirian
semangat dan motivasi diri sendiri dan
pada pasien skizofrenia diperoleh data dari 32
orang lain untuk mengikuti kegiatan
responden didapatkan jumlah pasien mandiri
rehabilitasi.
yaitu sebanyak 20 (62,5%) responden dan
Tahapan rehabilitasi terdiri dari didapatkan pasien yang tidak mandiri
tahapan persiapan, tahap pelaksanaan dan sebanyak 12 (37,5%) responden.
9
tahapan pengawasan. Tahapan rehabilitasi
di Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar
.

Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 2, Juli 2015, ISSN No 2355 5459 112
Artikel Penelitian

Kemandirian adalah keadaan melaksanakan fungsi dasar secara mandiri,

seseorang yang dapat berdiri sendiri tanpa misalnya kebersihan diri, penampilan, dan

bergantung pada orang lain.10 Teori self care sosialisasi. Kemampuan dasar sering

menurut Dorothea terganggu, seperti Activities Of Daily Living

E. Orem, bertujuan untuk meningkatkan (ADL).12 Ketrampilan ADL yang dapat

kemandirian pasien sehingga pasien ditingkatkan melalui program rehabilitasi

berfungsi secara optimal. Faktor - faktor dari proses koordinasi yang baik dan kebugaran.
kemandirian yaitu bertanggung jawab, Latihan dapat memberi keuntungan dan
mandiri, pengalaman praktis dan akal sehat berpengaruh terhadap kesehatan dan
yang relevan, otonomi, kemampuan kebahagiaan secara umum. Latihan juga
rehabilitasi terapi gerak dengan baik dapat memberi energi positif dan dapat
merupakan pasien mandiri. Adapun meningkatkan sikap dan motivasi.16
responden yang melakukan rehabilitasi terapi Pasien skizofrenia dapat disembuhkan
gerak kurang baik sebanyak 5 dari 14 dengan berbagai macam terapi. Salah satu
(35,7%) responden merupakan pasien terapi yang tersedia adalah terapi gerak.
mandiri. Hasil uji statistic dengan uji Chi Terapi gerak merupakan terapi aktivitas fisik
Square diperoleh nilai pvalue = 0,006 < α yang dapat dilakukan dengan cara
(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada berolahraga atau senam untuk melatih tubuh
hubungan yang bermakna antara rehabilitasi seseorang agar sehat secara jasmani dan
terapi gerak dengan kemandirian perawatan rohani.17 Olahraga merupakan salah satu
Diri pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit bentuk terapi gerak, sehingga kelebihan dari
Dr. Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2013. terapi ini diantaranya adalah dapat
Skizofrenia merupakan melakukannya dengan senang tanpa merasa
gangguan jiwa atau gangguan otak kronis terbebani. Terapi gerak apabila dilaksanakan
yang mempengaruhi individu sepanjang secara teratur dapat mengurangi kegelisahan,
kehidupannya yang salah satunya ditandai menurunkan tingkat kecemasan, menurunkan
dengan kesulitan melakukan aktifitas sehari- ketegangan, menurunkan tingkat depresi
hari.11 Klien gangguan jiwa sering terlihat mencegah stress serta mengurangi
adanya kemunduran yang ketergantungan terhadap obat-obatan.4
ditandaidenganketidakmampuan
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 2, Juli 2015, ISSN No 2355 5459 113
Artikel Penelitian
Terapi gerak merangsang pengeluaran 2. Kaplan & Sadock. (2007). Sinopsis
hormon dopamine adrenalin untuk Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Psikiatri
meningkatkan energi bergerak melakukan Klinis. (Jilid 1). Jakarta: Bina Rupa
aktivitas. Pada pasien skizofrenia yang Aksara.
mempunyai masalah isolasi sosial 3. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan
mengalami penurunan energi untuk bergerak
Klien Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC.
karena energinya terfokus pada pemikiran
4. Maramis, W F. (2004). Ilmu Kedokteran
sedangkan energy untuk psikomotor menjadi
Jiwa. Edisi 8. Airlangga University Press:
berkurang. Dengan terapi gerak, maka
Surabaya
hormone dopamine, epineprin yang
5. Hawari, D. (2007). Pendekatan Holistik
dikeluarkan akan merangsang peredaran
pada Gangguan Jiwa, Skizofrenia.
darah, meningkatkan metanolisme tubuhn
Jakarta: FKUI
dan energy untuk melakukan aktivitas
termasuk aktivitas perawatan diri. 5 6. Lilis, (2009). Tingkat Pemenuhan
Aktivitas Sehari – Hari Pasien
SIMPULAN
Skizofrenia Di Lingkup Kerja Puskesmas
Kesimpulan dari penelitian adalah separoh
Gombong II
(50%) dari seluruh responden yang
7. Trihardani, (2009). Gambaran Tingkat
mempunyai kemandirian perawatan diri
Kemandiriaan Perawatan Diri Pasien
yang
Skizofrenia di Ruang Tenang Rumah
baik telah melakukan rehabilitasi terapi
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
gerak yang baik pula. Rekomendasi
8. Akhmad, (2011). Peningkatan Kualitas
penelitian ini adalah perlu ditingkatkan
Hidup Melalui Pembinaan Kebugaran
rehabilitasi terapi gerak dengan kombinasi
gerakan perawatan diri didalamnya dan Fisik dan Kesehatan Pikiran

peningkatan peran fasilitator dari perawat http://agamakhmad.wordpress.com

sebagai care giver pasien skizofrenia. diakses 4 Oktober 2013

REFERENSI 9. Wiraminaradja & Sutardjo. (2005).


1. Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Pengantar Psikologi Abnormal.
Bandung: PT. Refika Aditama Bandung. Refika Aditama. hlm. 152-159

Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 2, Juli 2015, ISSN No 2355 5459 114
ISSN: 2301-8267
Vol. 04, No.02, Agustus 2016

LAMPIRAN 4
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL PADA
PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT JALAN

Fauziah Sefrina, Latipun


Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang fauziahsefrina@gmail.com

Keberfungsian sosial merupakan kemampuan individu melaksanakan tugas dan


perannya selama berinteraksi pada situasi sosial tertentu. Kemampuan individu
sebagai anggota keluarga dalam berfungsi sosial secara positif dan adaptif dapat
mencerminkan bagaimana fungsi keluarga seharusnya. Namun, hal tersebut
tidaklah mudah bagi individu dengan gangguan skizofrenia yang memiliki
hambatan dalam menjalankan peran sosial, sehingga membutuhkan dukungan
keluarga. Sebagai unit terkecil masyarakat dan paling dekat dengan individu,
keluarga mampu membantu merawat dan mengembangkan kemampuan anggota
keluarganya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia rawat jalan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan sampel
penelitian sebanyak 100 orang. Metode pengambilan data menggunakan skala
dukungan keluarga dan skala keberfungsian sosial yang dianalisis menggunakan
korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
positif yang signifikan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial (r =
0,508, p = 0,000).

Kata kunci: dukungan keluarga, keberfungsian sosial, skizofrenia

Social functioning of an individual's is an ability to implement its duties an


role during interact in certain social situations. The ability of the individual
as a member of the family in social functioning positively and adaptively
may reflect how families should function. However, it is not easy for
individuals with schizophrenia disorder who have barriers in performing
social roles, thus requiring the support of the family. As the smallest unit of
society and is closest to the individual, the family was able to help maintain
and develop the ability of family members. The purpose of this study was to
determine the relationship of family support with social functioning in
patients with schizophrenia outpatients. This research is a quantitative
correlation with a sample of 100 people. The data collection method using a
scale of family support and social functioning scale were analyzed using
product moment correlation. The results showed that there was a
significant positive relationship between family support with social
functioning (r = 0,508, p = 0.000).

Key words: Family support, Social functioning, Schizophrenia.

140
ISSN: 2301-8267
Vol. 04, No.02, Agustus 2016

PENDAHULUAN dipahami, menakutkan dan tidak


wajar. Hampir sebagian besar persepsi
Skizofrenia atau dikenal masyarakat tentang skizofrenia
dengan “gila” adalah suatu gangguan merupakan persepsi yang keliru. Tak
mental yang melibatkan hampir jarang mereka beranggapan bahwa
seluruh aspek psikologis, merupakan skizofrenia termasuk dalam ranah
gangguan psikosis fungsional yang gangguan kepribadian seperti
tidak memiliki ciri fisik untuk kepribadian terbelah (split
diamati. Karakteristik simtom personality) maupun kepribadian
skizofrenia dapat digolongkan dalam ganda (multiple personality). Gejala
dua kelompok yaitu, simtom positif yang sering terlihat pada individu
dan simtom negatif. Simtom positif ialah perilaku agresif (berteriak,
adalah tanda-tanda yang berlebihan, menendang, memberontak, berbuat
yang biasanya tidak ada pada nekat, dll) sehingga membuat
kebanyakan orang, namun pada masyarakat percaya bahwa penderita
individu dengan skizofrenia justru skizofrenia menyukai kekerasan dan
muncul. Delusi dan halusinasi bahaya (Dozz, 2005).
merupakan bagian dalam simtom
positif. Simtom negatif adalah simtom Adanya beragam stigma
yang defisit, yaitu perilaku yang tersebut, cukup memberi dampak
seharusnya dimiliki orang normal, terhadap sikap yang diberikan pada
namun tidak dimunculkan oleh pasien pasien. Meskipun dalam lingkup
skizofrenia, seperti avolition sosial, pasien skizofrenia sebagai
(menurunnya minat dan dorongan), individu juga merupakan anggota
berkurangnya keinginan berbicara, masyarakat, namun ketika individu
afek datar, juga terganggunya relasi mengalami gangguan skizofrenia,
sosial (Hawari, 2011). maka hal tersebut sering dianggap
sebagai aib, dianggap sebagai beban
Prevalensi penderita gangguan karena individu tidak lagi produktif,
jiwa di Indonesia 0,3-1 % dan sehingga tidak dapat menjalankan
biasanya timbul pada usia sekitar 18- peran, tugas, serta tanggung jawab
45 tahun, namun juga ada yang baru sebagaimana diharapkan oleh
berusia 11-12 tahun sudah menderita masyarakat. Akibatnya seringkali
skizofrenia. apabila penduduk
penderita skizofrenia disembunyikan,
Indonesia sekitar 100 juta jiwa, maka dikucilkan, bahkan pada beberapa
diperkirakan sekitar 1 juta jiwa daerah di Indonesia pasien skizofrenia
menderita skizofrenia (Arif, 2006). dipasung (Hawari, 2011).
Tahun 2013 hasil riset kesehatan
dasar, menyatakan bahwa penderita Data riset kesehatan dasar
gangguan jiwa berat di Indonesia pada tahun 2013 yang dilakukan oleh
mencapai angka 1,7 per mil Riskesdas departemen kesehatan Indonesia,
(2013). Sedangkan pada populasi menyatakan bahwa individu
dunia gangguan skizofrenia memiliki skizofrenia yang pernah dipasung
angka prevalensi 1% (rata-rata dengan kriteria tempat tinggal di
0,85%), dengan angka insidens pedesaan (18,2%) memiliki
skizofrenia 1 per 10.000 orang per prosentase lebih tinggi, selisihnya
tahun (Sinaga, 2007). 7,5% dibandingkan tempat tinggal di
perkotaan (10,7%), hal ini akibat dari
Masyarakat awam sering pengobatan serta akses pada
menyebut skizofrenia dengan sejenis pelayanan kesehatan jiwa yang belum
penyakit yang tidak mudah untuk memadai hingga tersebar luas pada
141
ISSN: 2301-8267
Vol. 04, No.02, Agustus 2016
lapisan masyarakat (Riskesdas, 2013). dan masyarakat (Hawari, 2011).
Fenomena lain yang masih Pasien skizofrenia dapat
banyak beredar di kalangan mengalami defisit perawatan diri yang
masyarakat Indonesia yaitu adanya signifikan, tidak memperhatikan
kepercayaan, menganggap bahwa kebutuhan kebersihan diri biasa
skizofrenia merupakan gangguan atau terjadi selama episode psikotik.
“penyakit” yang disebabkan oleh hal- Pasien menjadi sangat preokupasi
hal yang tidak rasional ataupun (terpaku/terpusat) dengan ide-ide
supranatural. Sebagai contoh waham atau halusinasi sehingga gagal
misalnya ada beberapa anggapan melaksanakan aktivitas dasar dalam
bahwa skizofrenia atau “orang gila” kehidupan sehari-hari. Pasien juga
disebabkan karena guna-guna, dapat gagal mengenali sensasi lapar
kemasukan hal-hal gaib seperti ruh, dan haus, akibatnya tidak mendapat
dan sejenisnya. asupan makanan ataupun cairan yang
Sehingga banyak diantara penderita cukup (Videbeck, 2008). Pada
skizofrenia tidak dibawa ke dokter episode psikotik, perawat ataupun
untuk memperoleh pengobatan yang caregives banyak berperan aktif (total
rasional (medik-psikiatri), melainkan care) dalam pemberian perawatan
berobat dengan cara-cara yang tidak kepada pasien. Setelah selang tiga
rasional; misalnya dibawa kedukun, hingga lima hari pemberian perawatan
“orang pintar”, paranornal, pemuka secara intensif, biasanya pasien
agama, dan lain sebagainya. Dengan mendapatkan keadaan yang lebih baik
demikian dapat dimengerti apabila walaupun masih ada gejala sisa.
penderita skizofrenia tidak
mendapatkan terapi atau pengobatan Setelah gejala krisis atau
yang tepat sehingga proses psikotik dapat stabil, seperti pasien
penyembuhan pada penderita mampu membangun hubungan
skizofrenia sering kali terhambat, dan dengan realita, mampu berinteraksi
justru semakin parah (Hawari, 2011) dengan orang lain, serta mampu
mengungkapkan pikiran dan
Untuk mencegah peningkatan perasaannya dengan cara yang aman.
kompleksitas gangguan dan membuat Maka pasien dapat disarankan untuk
gejala yang ada semakin parah, melakukan rawat jalan, fokus
beragam metode penanganan dapat selanjutnya pada pengembangan
diberikan, diantaranya psikofarmaka kemampuan pasien untuk hidup
atau pemberian obat-obatan sejenis mandiri dan berhasil dalam
untuk mengurangi hingga masyarakat. Pada tahap ini biasanya
menghilangkan gejala yang ada, membutuhkan perawatan tindak lanjut
metode ini menjadi penanganan yang yang berkesinambungan dengan
umum diberikan kepada pasien, partisipasi keluarga juga lingkungan
namun tidak sedikit menimbulkan masyarakat (Videbeck, 2008.)
efek samping. Pemberian psikoterapi
atau sebuah terapi kejiwaan dapat Isolasi sosial sering dialami
diberikan ketika keadaan pasien oleh pasien skizofrenia, Pasien merasa
membaik dalam arti pasien mampu sulit berhubungan dengan orang lain,
menilai realitas dan insight. Metode curiga dan tidak mudah percaya.
terapi sosial, terapi sosial Harga diri rendah pada pasien juga
dimaksudkan untuk membantu pasien merupakan salah satu efek, karena
mampu beradaptasi kembali dengan tidak memiliki keterampilan sosial
lingkungan sosial, merawat diri dan atau keterampilan berkomunikasi
tidak menjadi beban bagi keluarga yang dibutuhkan untuk membangun
142
ISSN: 2301-8267
Vol. 04, No.02, Agustus 2016
dan mempertahankan hubungan terutama kemampuan berinteraksi
dengan orang lain. pasien tidak dengan orang lain. Terganggunya
percaya diri dan kemudian merasa fungsi sosial dapat terjadi dalam
asing (berbeda) sehingga pasien berbagai bidang fungsi rutin
menghindari kontak sosial (Videbeck, kehidupan sehari-hari, mengingat
2008). bahwa meskipun pasien skizofrenia
Gangguan keberfungsian sosial selalu akan membaik bahkan pulih setelah
dialami oleh pasien skizofrenia dan diberikan penanganan yang tepat di
dapat menyebabkan kesulitan dalam rumah sakit, namun mereka
memenuhi tuntutan sosial. Kesulitan cenderung akan
berfungsi secara sosial di masyarakat,
mengalami berbagai kesulitan ketika diharapkan individu menerima
kembali pada lingkungan rumah kondisi dan dapat menghargai diri
(Wiramihardja, 2005). sendiri, berusaha membangun dan
mempertahankan hubungan dengan
Menurut Sofa, terdapat orang lain seperti keluarga dapat
beberapa faktor yang dapat membantu pasien untuk berjuang
mempengaruhi keberfungsian sosial bersama menghadapi setiap masalah
individu yaitu, adanya kebutuhan yang ada, mengurangi rasa harga diri
yang tidak terpenuhi, individu rendah juga kepercayaan diri rendah,
mengalami frustasi dan kekecewaan, sehingga mampu meningkatkan
keberfungsian sosial juga dapat kesehatan individu secara mental.
menurun akibat individu mengalami
gangguan kesehatan, rasa duka yang Selain kemampuan pasien,
berat, atau penderitaan lain yang taraf kesembuhan juga tergantung dari
disebabkan bencana alam. (Ambari, kondisi dan situasi lingkungan tempat
2010). Awitan atau lamanya individu tinggal pasien. Lingkungan yang
sakit (skizofrenia) menjadi salah kondusif membantu mencapai taraf
faktor yang penting berpengaruh kesembuhan lebih baik dan
terhadap kemampuan pasien dalam mengurangi kemungkinan pasien
melakukan fungsi sosial (Videbeck, relaps (kambuh). Hasil riset dalam
2008). sebuah penelitian yang kutip oleh
Amelia (2013), menunjukkan bahwa
Keterampilan yang perlu 80% pasien skizofrenia mengalami
ditingkatkan seperti, pasien bersedia relaps berulang kali.
berpartisipasi dalam pelaksanaan
program terapi, mampu Relaps terjadi pada pasien
mempertahankan rutinitas tidur serta yang cenderung tidak mendapatkan
asupan makanan dan cairan yang support langsung dari keluarga, dan
cukup, pasien mampu berkomunikasi hanya menyerahkan pasien pada
secara efektif dengan orang lain di rumah sakit dengan pemberian obat-
dalam masyarakat untuk memenuhi obatan anti psikotik. Hasil penelitian
kebutuhannya, juga mampu yang dilakukan Amelia (2013)
memperlihatkan kemandirian dalam menunjukkan bahwa penyebab pasien
melakukan aktivitas perawatan diri relaps disebabkan oleh faktor
dapat membantu pasien memenuhi keluarga, faktor keluarga menjadi
tuntutan sosial, Meskipun pada paling dominan sehingga pasien
kapasitas yang sederhana. menjadi relaps pasca perawatan
rumah sakit. Penelitian yang
Dengan individu mampu dilakukan oleh Kritzinger, (2011) di
melaksanakan tuntutan sosial, maka Afrika juga mendukung pernyataan
tersebut. Hasil penelitiannya nyatakan
143
ISSN: 2301-8267
Vol. 04, No.02, Agustus 2016
mengalami berbagai kesulitan ketika
kembali pada lingkungan rumah Selain kemampuan pasien,
(Wiramihardja, 2005). taraf kesembuhan juga tergantung dari
kondisi dan situasi lingkungan tempat
Menurut Sofa, terdapat tinggal pasien. Lingkungan yang
beberapa faktor yang dapat kondusif membantu mencapai taraf
mempengaruhi keberfungsian sosial kesembuhan lebih baik dan
individu yaitu, adanya kebutuhan mengurangi kemungkinan pasien
yang tidak terpenuhi, individu relaps (kambuh). Hasil riset dalam
mengalami frustasi dan kekecewaan, sebuah penelitian yang kutip oleh
keberfungsian sosial juga dapat Amelia (2013), menunjukkan bahwa
menurun akibat individu mengalami 80% pasien skizofrenia mengalami
gangguan kesehatan, rasa duka yang relaps berulang kali.
berat, atau penderitaan lain yang
disebabkan bencana alam. (Ambari, Relaps terjadi pada pasien
2010). Awitan atau lamanya individu yang cenderung tidak mendapatkan
sakit (skizofrenia) menjadi salah support langsung dari keluarga, dan
faktor yang penting berpengaruh hanya menyerahkan pasien pada
terhadap kemampuan pasien dalam rumah sakit dengan pemberian obat-
melakukan fungsi sosial (Videbeck, obatan anti psikotik. Hasil penelitian
2008). yang dilakukan Amelia (2013)
menunjukkan bahwa penyebab pasien
Keterampilan yang perlu relaps disebabkan oleh faktor
ditingkatkan seperti, pasien bersedia keluarga, faktor keluarga menjadi
berpartisipasi dalam pelaksanaan paling dominan sehingga pasien
program terapi, mampu menjadi relaps pasca perawatan
mempertahankan rutinitas tidur serta rumah sakit. Penelitian yang
asupan makanan dan cairan yang dilakukan oleh Kritzinger, (2011) di
cukup, pasien mampu berkomunikasi Afrika juga mendukung pernyataan
secara efektif dengan orang lain di tersebut. Hasil penelitiannya
dalam masyarakat untuk memenuhi menyatakan bahwa dengan adanya
kebutuhannya, juga mampu dukungan keluarga (terapi keluarga)
memperlihatkan kemandirian dalam dapat berdampak positif guna
melakukan aktivitas perawatan diri mencegah kekambuhan gejala pada
dapat membantu pasien memenuhi pasien skizofrenia. Kundu, (2013)
tuntutan sosial, Meskipun pada menyatakan bahwa dengan adanya
kapasitas yang sederhana. dukungan sosial yang diberikan baik
dari keluarga, lingkungan kerja,
Dengan individu mampu masyarakat dalam lingkup sosialnya
melaksanakan tuntutan sosial, maka memiliki hubungan yang negatif
diharapkan individu menerima dengan munculnya gejala positif pada
kondisi dan dapat menghargai diri pasien skizofrenia. Sehingga secara
sendiri, berusaha membangun dan eksplisit dikatakan bahwa adanya
mempertahankan hubungan dengan dukungan sosial dapat meminimalisir
orang lain seperti keluarga dapat munculnya gejala-gejala sehingga
membantu pasien untuk berjuang terjadi kekambuhan.
bersama menghadapi setiap masalah
yang ada, mengurangi rasa harga diri Dalam UU kesehatan nomor
rendah juga kepercayaan diri rendah, 23 tahun 1992 pasal 4 menyebutkan;
sehingga mampu meningkatkan “setiap orang mempunyai hak yang
kesehatan individu secara mental. sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal”. Selanjutnya
144
ISSN: 2301-8267
Vol. 04, No.02, Agustus 2016
dengan orang lain dapat memodifikasi adakah hubungan dukungan keluarga
bahkan mengubah persepsi individu dan keberfungsian sosial pasien
pada suatu kondisi, hasil penelitian skizofrenia rawat jalan di RSJ Dr.
oleh Pratama (2012), menjelaskan Radjiman Wediodiningrat Lawang?
bahwa ada hubungan negatif yang Tujuan penelitian ini yaitu untuk
signifikan antara dukungan keluarga mengetahui hubungan dari dukungan
dengan depresi pada penderita sosial yang diberikan keluarga dan
HIV/AIDS, yang artinya dengan keberfungsian sosial pasien
dukungan keluarga dapat mereduksi skizofrenia rawat jalan di Poli Jiwa
adanya gejala penyakit timbul pada RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
diri individu. Lawang, selain itu peneliti juga ingin
menguraikan bagaimana proses yang
Ambari (2010) menyatakan terjadi antar dua variabel juga
hasil penelitian sebelumnya, bahwa menguraikan hubungan dengan faktor
terdapat hubungan yang kuat antara awitan pada pasien skizofrenia.
dukungan sosial oleh keluarga dengan Manfaat penelitian yaitu mendapatkan
keberfungsian sosial pasien data usulan sebagai penunjang
skizofrenia pasca perawatan rumah pemberian dukungan sosial oleh
sakit dengan sumbangan efektif keluarga pada pasien skizofrenia
69,9%. Menurut Ambari hasil rawat jalan di Poli Jiwa RSJ Dr.
penelitiannya menunjukkan bahwa Radjiman Wediodiningrat Lawang.
terdapat faktor lain yang dapat Sehingga pasien menjadi lebih
mempengaruhi keberfungsian sosial mampu menyesuaikan diri dan dapat
pada pasien Skizofrenia pasca mencapai taraf kesembuhan yang
perawatan. Dukungan keluarga bukan lebih baik.
satu-satunya faktor yang berperan Keberfungsian sosial
tunggal dalam menumbuhkan Keberfungsian sosial
keberfungsian sosial pasien didefinisikan sebagai kemampuan
Skizofrenia pasca perawatan. Faktor- seseorang dalam menjalankan tugas-
faktor yang ikut mempengaruhi tugas kehidupan sesuai dengan status
keberfungsian sosial pada pasien sosial. Istilah keberfugsian sosial
Skizofrenia pasca perawatan, antara mengacu pada cara ataupun bentuk
lain : lingkungan, budaya, genetik, usaha yang digunakan individu untuk
pengobatan dan keparahan dari menjalankan peran sosial tertentu,
penyakit. Penelitian yang dilakukan yang harus dilaksanakan sebagai
dengan 30 subjek pasien skizofrenia konsekuensi dari keanggotaannya
di RSJ Menur Surabaya itu, dalam masyarakat. Menurut Achlis
menjadikan hasil penelitiannya belum (2011) dalam bukunya Praktek
dapat digeneralisasikan, selain itu Pekerjaan Sosial, keberfungsian
pada hasil penelitiannya, tidak sosial merupakan kemampuan
disebutkan bagaimana proses individu melaksanakan tugas dan
perubahan yang konkrit antara dua perannya dalam berinteraksi dengan
variabel. Oleh sebab itu, peneliti ingin situasi sosial tertentu yang bertujuan
melakukan penelitian dengan subjek mewujudkan nilai diri untuk
dan metode yang berbeda di RSJ Dr. mencapai kebutuhan hidup.
Radjiman Wediodiningrat Lawang
yang merupakan rumah sakit jiwa Suharto (2014)
terbesar di Indonesia. mendefinisikan keberfungsian sosial
Berdasarkan uraian diatas, sebagai kemampuan orang (individu,
dapat dirumuskan masalah yang akan keluarga, kelompok, atau masyarakat)
diangkat dalam penelitian ini adalah dengan sistem sosial dalam memenuhi
145
ISSN: 2301-8267
Vol. 04, No.02, Agustus 2016
bahwa individu dianggap memiliki untuk memenuhi kebutuhan anggota
kemampuan dan potensi yang dapat keluar dan masyarakat yang lebih
dikembangkan melalui proses belajar. luas. Tujuan terpenting yang perlu
dipenuhi keluarga adalah
Menurut Sofa, terdapat menghasilkan anggota baru (fungsi
beberapa faktor yang dapat produksi) dan melatih individu
mempengaruhi keberfungsian sosial tersebut menjadi bagian dari anggota
individu yaitu, adanya kebutuhan masyarakat (fungsi sosialisasi)
yang tidak terpenuhi, individu (Friedman, 2010).
mengalami frustasi dan kekecewaan, Fungsi keluarga akan menjadi
keberfungsian sosial juga dapat suatu perhatian ketika salah sorang
menurun akibat individu mengalami anggota keluarga adalah individu
gangguan kesehatan, rasa duka yang dengan gangguan skizofrenia. Adapun
berat, atau penderitaan lain yang fungsi keluarga menurut Friedman,
disebabkan bencana alam. (Ambari, (1998) meliputi:
2010). a. Fungsi afektif, kebahagiaan
Awitan atau lamanya individu keluarga diukur dengan
sakit (skizofrenia) menjadi salah kekuatan saling mengasihi
faktor yang penting berpengaruh antar anggota keluarga.
terhadap kemampuan pasien dalam Keluarga harus memenuhi
melakukan fungsi sosial. Bagi kebutuhan kasih sayang
individu yang menderita skizofrenia anggota keluarganya karena
pada usia dini memperlihatkan respon kasih sayang yang
perkembangan hasil akhir lebih buruk diberikan antar anggota satu
daripada individu yang mengalaminya dengan yang lainnya akan
pada usia yang lebih tua. Pada pasien memberikan penghargaan
dengan usia lebih muda terhadap kehidupan dalam
memperlihatkan penyesuaian suatu keluarga.
premorbid (pra-sakit) yang cenderung b. Fungsi sosialisasi,
lebih buruk, tanda negatif yang lebih sosialisasi merujuk
nyata, dan gangguan kognitif yang banyaknya pegalaman
lebih banyak (Videbeck, 2008). belajar yang telah diberikan
Keluarga keluarga pada anggota
keluarga untuk mendidik
Konsep keluarga dapat pasien skizofrenia tentang
diartikan sebagai unit dasar dalam cara menjalankan fungsi
masyarakat, merupakan segala bentuk sosial yang seharusnya
hubungan kasih sayang antar manusia dalam lingkungan
dengan tinggal bersama dan masyarakat, sehingga
berinteraksi untuk memenuhi anggota keluarga dengan
kebutuhan antar individu. Keluarga skizofrenia mampu merasa
adalah dua atau lebih individu yang diterima oleh lingkungan
hidup dalam satu rumah tangga sosial.
karena adanya hubungan darah, c. Fungsi reproduksi, fungsi
perkawinan, atau adopsi. Mereka reproduksi merupakan salah
saling berinteraksi satu dengan yang satu fungsi dasar bagi
lain, memiliki peran masing-masing keluarga untuk menjaga
menciptakan dan mempertahankan adanya generasi baru dan
suatu nilai (Friedman, 2010). menyediakan anggota baru
bagi masyarakat.
Fungsi dasar keluarga adalah d. Fungsi ekonomi, fungsi
146
ISSN: 2301-8267
Vol. 04, No.02, Agustus 2016
Skizofrenia 2007).
Menurut Dalami, (2009) terdapat
Skizofrenia merupakan beberapa masalah psikososial
penyakit kronis, kompleks, dan sehubungan dengan penyakit kronis,
heterogen yang mempengaruhi diantaranya :
sebagian besar fungsi dari aspek
psikologis, dampak yang berat akibat Kehilangan kesehatan atau
individu dengan skizofrenia dapat kesejahterahan, disebabkan karena
menghancurkan aspek kekeluargaan, adanya rasa ketergantungan pada
peranan dalam lingkup sosial, dan pemberi pelayanan, keluarga, dan
ketergantungannya terhadap obat alat-alat yang dapat menimbulkan
antipsikotik sebagai faktor utama gangguan emosi dan fisik. Kehilangan
dalam mencegah terjadinya kemandirian, individu dengan
kekambuhan dan munculnya gejala- penyakit kronis dalam
gejela yang ada pada pasien (Juruena, mempertahankan hidup membutuhkan
2011). bantuan dari orang lain maupun
bantuan alat, sehingga individu
Skizofrenia merupakan salah tersebut dapat mencapai fungsi yang
satu kelompok dari gangguan optimal. Kehilangan keramahan
psikotik, yang mempunyai lingkungan, perasaan ini timbul ketika
karakteristik gejala positif dan negatif. individu masuk dalam lingkungan
Gejala positif pada individu dengan baru dan belum mampu untuk
skizofrenia diantaranya, (1) Delusi menyesuaikan diri dengan lingkungan
atau wawam, suatu keyakinan yang tersebut. Kehilangan rasa nyaman,
tidak rasional, (2) halusinasi atau Kehilangan fungsi fisik dan
pengalaman panca indera tanpa mental, kehilangan konsep diri, hal ini
ransangan (stimulus), (3) kekacauan karena adanya perubahan persepsi
alam pikir, pembicaraan yang tidak pada dirinya akibat gejala dan
dapat diikuti alurnya, (4) gaduh, perawatn yang diberikan akan
gelisa, tidak dapat diam, mondar- mempengaruhi bodyimage.
mandir, agresif, berbicara dengan Kehilangan peran sosial, akibat
afek berlebih, (5) perasaan curiga kemampuan individu yang terbatas
berlebih, untuk melakukan aktivitas dan
(6) menyimpan rasa permusuhan. partisipasi dalam kegiatan sosial di
Sedangkan gejala negatif dapat terlihat lingkungan. Serta kehilangan peran
dari adanya, dalam keluarga, akibat penyakit
(1) alam perasaan (affect) “tumpul” kronis, peran yang biasanya dilakukan
dan “mendatar”, (2) menarik diri dari dalam keluarga menjadi terganggu
lingkuangan sosial atau mengasingkan atau bahkan tidak dapat dilakukan,
diri (withdrawn), (3) minim kontak seperti ayah sebagai pencari nafkah
emosional dengan orang lain,sukar keluarga, dan ibu berperan
diajak bicara dan pendiam, (4) pasif menjalankan kegiatan rumah tangga.
dan apatis, (5) tidak memiliki minat
dan dorongan (avolition) (Hawari,
2011).

Individu dengan skizofrenia


sering megalami kemunduran dalam
menjalankan fungsi sehari-sehari.
Kemampuan yang memburuk dalam
bekerja, sekolah, berinteraksi dengan
orang lain, dan merawat diri (Sinaga,
147
ISSN: 2301-8267
Vol. 04, No.02, Agustus 2016
Dukungan Keluarga dan Keberfungsian Coping stress yang efektif
Sosial pada Pasien Skizofrenia menghasilkan sikap penyesuaian diri
yang cenderung menetap, menjadikan
Berdasarkan kajian teoritis sikap sebagai kebiasaan baru untuk
sebelumnya, ada keterkaitan antara memperbaiki situasi yang lama
dukungan sosial yang diberikan (Rasmun, 2001).
keluarga atau dukungan keluarga
terhadap keberfungsian individu Kemampuan coping individu
dalam menjalankan peran kehidupan dengan gangguan skizofrenia akan
sosial. Terdapat sebuah proses yang sangat membutuhkan input dari luar
berlangsung ketika individu individu, seperti di lingkungan sosial
mendapatkan dukungan keluarga berupa dukungan sosial. Sumber-
sebelum akhirnya individu mampu sumber dukungan sosial dapat berasal
berfungsi secara sosial dimasyarakat. dari keluarga sebagai lingkup
terkecil, lingkungan tempat tinggal,
Dukungan sosial menjadi rekan kerja/ komunitas, dsb. Sarason,
salah satu sumber yang utama sering (1998) mengatakan bahwa adanya
pasien rawat jalan, terutama dari dukungan sosial akan sangat
keluarga sebagai wali pasien. Menurut membantu individu untuk melakukan
Friedman, (2010) dukungan yang penyesuaian diri, ditambah dengan
diberikan keluarga kepada pasien perilaku coping yang positif serta
mencakup 4 aspek yaitu, dukungan pengembangan kepribadian, dapat
emosional, dukungan informasi, berfungsi sebagai penahan untuk
dukungan instrumental, dukungan mencegah dampak psikologis yang
penilaian. Dari empat aspek tersebut bersifat gangguan
dapat saling berkesinambungan dalam
praktiknya. Ketika individu . Hipotesis
mendapatkan dukungan tersebut Peneliti mengajukan hipotesis
secara maksimal, maka individu akan yaitu terdapat hubungan positif antara
belajar menggunakan coping yang dukungan keluarga dengan
positif terhadap tekanan yang ada keberfungsian sosial pada pasien
dalam diri indvidu maupun dari luar. skizofrenia rawat jalan. Semakin
tinggi dukungan yang diberikan
Menurut Firdaus, Perilaku keluarga maka semakin tinggi tingkat
coping yang positif dapat memberikan keberfungsian individu secara sosial.
manfaat agar individu mampu dan
dapat melanjutkan kehidupan METODE PENELITIAN
walaupun ia memiliki masalah, yaitu
untuk mempertahankan keseimbangan Rancangan penelitian
emosi, mempertahanan citra diri (self Penelitian ini menggunakan
image) yang positif, mengurangi pendekatan kuantitatif, merupakan
tekanan lingkungan atau pendekatan dengan data yang
menyesuaikan diri terhadap hal-hal dikumpulkan berupa data kuantitaif
negatif dari hubungan yang atau jenis data lain yang dapat
mencemaskan terhadap orang lain dikuantitatifiasikan, dan diolah
(Hasan, 2013). dengan menggunakan teknik statistik.

Coping berkaitan dengan Proses pengambilan data


bentuk-bentuk usaha yang dilakukan menggunakan pendekatan cross
individu untuk melindungi dari sectional, yaitu suatu pengukuran atau
tekanan-tekanan psikologis yang pengambilan data dari variabel bebas
ditimbulkan oleh pengalaman sosial.
151
ISSN: 2301-8267
Vol. 04, No.02, Agustus 2016
dan variabel terikat dilakukan hanya (dependent variable) adalah
satu kali dalam satu waktu ketika keberfungsian social.
penelitian berlangsung. Prosedur dan Analisa data Penelitian
Desain penelitian yang Penelitian yang akan dilakukan memiliki
digunakan penelitian ini adalah tiga prosedur utama sebagai berikut:
kuantitatif korelasional. Selain
bertujuan untuk mengetahui ada atau Persiapan, tahap persiapan
tidaknya hubungan antar variabel dimulai dari peneliti melakukan
namun juga bertujuan untuk pendalaman materi melalui kajian
menjelaskan dan memprediksi suatu teoritik. Peneliti menyusun dan
kejadian yang berhubungan variabel. mengadaptasi alat ukur berdasarkan
aspek dalam variabel, selanjutnya
Subjek Penelitian peneliti meminta ijin untuk
melakukan penelitian (pengambilan
Populasi dari penelitian ini data) kepada instansi. Peneliti
adalah pasien skizofrenia yang melakukan uji coba atau try out
tercatat sebagai pasien di RSJ Dr. dengan jumlah subjek try out
Radjiman Wediodiningrat, Lawang. (homogen) 30 pasien skizofrenia di
Berjenis kelamin laki-laki maupun Yayasan Dian Atmajaya dan di RSJ.
perempuan, terdiagnosis gangguan Dr. Radjiman Wediodiningrat,
jiwa (skizofrenia) dari RSJ Dr. kemudian peneliti melakukan analisa
Radjiman Wediodiningrat. data menggunakan SPSS untuk
Pengambilan sampel dalam mendapatkan item valid dan reliabel.
penelitian ini menggunakan teknik Pelaksanaan, pada tahap
purposive sampling, yaitu teknik pelaksanaan peneliti melakukan
pengambilan sampel berdasarkan penyebaran skala pada 100 pasien
karakteristik yang telah ditentukan skizofrenia rawat jalan yang datang
dan diketahui lebih dahulu melakukan kontrol di Poli Jiwa RSJ.
berdasarkan ciri dan sifat populasinya Dr. Radjiman Wediodiningrat.
(Winarsunu, 2004). Adapun kriteria Memberikan dua skala, skala
subjek diantaranya, merupakan pasien dukungan keluarga dan skala
skizofrenia rawat jalan di Poli Jiwa keberfungsian sosial.Terakhir, tahap
RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat, analisa yaitu menganalisa hasil yang
bersikap kooperatif, mampu didapatkan dari penyebaran dua skala
berkomunikasi, pasien pernah kepada 100 subjek. Data-data yang
menjalankan rawat inap atau masuk telah diperoleh kemudian diinput dan
rumah sakit (MRS) dan bersedia diolah dengan menggunakan program
menjadi responden peneitian. jumlah perhitungan statistik Statistical
subjek dalam penelitian ini adalah 100 Package For Social Sciense (SPSS)
pasien skizofrenia rawat jalan di Poli 21, yaitu analisis parametrik (subjek
Jiwa RSJ Dr. Radjiman >30 orang) dengan jenis data interval.
Wediodiningrat, Lawang (Roscoe Menggunakan analisis uji korelasi
dalam Sugiyono, 2012) Product moment. Selanjutnya, peneliti
Variable dan Instrumen Penelitian membahas hasil analisa bersama
dengan data penunjang observasi dan
Penelitian ini menggunakan wawancara. Berdasarkan hasil
dua variabel, yakni variabel bebas (X) diskusi, peneliti membuat kesimpulan
dan variabel terikat (Y). Adapun yang penelitan (Winarsunu, 2004).
menjadi variabel bebas (X)
(independent) adalah dukungan
keluarga dan variabel terikatnya (Y)
152
ISSN: 2301-8267
Vol. 04, No.02, Agustus 2016
SIMPULAN IMPLIKASI Ambari, P.K.M. (2010). Skripsi
Hubungan antara dukungan
Berdasarkan hasil penelitian
keluarga dengan
ini diperoleh hasil bahwa hipotesa
keberfungsian sosial pada
penelitian diterima yang berarti
bahwa ada hubungan positif yang pasien skizofrenia pasca
signifikan antara dukungan keluarga perawatan di rumah sakit.
dengan keberfungsian sosial (r = Bandung: UNDIP
0.508, p = 0.000 ). Nilai signifikansi Amelia, D.R., & Anwar, Z. (2013).
(0.000 < 0.01) lebih kecil dari taraf
signifikasi yang digunakan 1%. Relaps pada pasien skizofrenia.
Implikasi dari peneltian ini adalah
untuk pasien skizofrenia rawat jalan Jurnal JIPT. 1(1). Arif, I.S. (2006).
khususnya pada responden penelitian
Skizofrenia memahami dinamika
agar terus berusaha meningatkan
keberfungsian sosialnya dengan keluarga pasien. Bandung: Refika
banyak melakukan aktivitas-aktivitas Aditama.
sederhana baik didalam rumah
ataupun mengikuti kegiatan sosial Arsova, S., Bajraktarov, S., Barbov,
dilingkungan sekitar. Bagi keluarga I., & Hadzihamza K. (2014).
pasien, tetap berusaha mengupayakan Patient with schizophrenia
memberikan dukungan secara and self-care. Macedonian
emosional, dukungan penghargaan Journal of Medical Sciences.
atas hasil kerja yang pasien coba 2(2), 289- 292.
lakukan sehingga ia merasa di diakui,
juga dukungan dengan cara Badan Penelitian dan
membimbing bukan memanjakan Pengembangan Kesehatan,
yang dapat meningkatkan KemenKes RI. (2013). Riset
keberfungsian sosial pasien. Bagi kesehtan dasar 2013.
peneliti selanjutnya yang tertarik Accessed on September 2,
melakukan penelitian dengan tema- 2015 from
tema serupa, agar lebih www.depkes.go.id/resources/
memperhatikan karakteristik subjek download/.../Hasil%20Riskes
seperti tipe skizofrenia. das%202013.p.

Dalami, E., dkk. (2009). Asuhan


keperawatan jiwa dengan masalah
REFERENSI
psikososial.
Abraham, C., & Shanley, E. Jakarta: CV. Trans InfoMedia.

(1997). Psikologi sosial untuk Dimatteo, M. Robin. (2002). Health


psychology. Boston: A
perawat. Jakarta: EGC Achlis. Pearson Education Company.
(1992). Praktek pekerjaan Dozz, Minister Supply and Service

sosial. Bandung:STKS. Canada. (2005). Schizophrenia.

Ambarsari, R.D., & Sari, E.P. Yogjakarta. Friedman, M.M.,


(2012). Penyesuaian diri
Bowden, O., & Jones, M. (2010).
caregives orang dengan
skizofrenia (ODS). Jurnal Buku ajar keperawatan keluarga.
Psikologika, 17(2). Jakarta: EGC.
153
ISSN: 2301-8267
Vol. 04, No.02, Agustus 2016
Gerungan, W.A. (2004). Psikologi sosial. Kritzinger, J., Swartz, L., Mall, S.,
Bandung: Refika Aditama. & Asmal, L. (2011). Family
therapy for schizophrenia in
Hasan, N., & Rufaidah, E.R. the South African context:
(2013). Hubungan antara challenges and pathways to
dukungan sosial dengan implementation. African
strategi coping pada penderita Journal of Psychology, 41(2),
stroke RSUD Dr.Moewardi 140-146.
Surakarta. Jurnal Telenta
Psikologi, 2(1). Man Bae, S., Hwan Lee, S., Min
Park, Y., Ho Hyun, M., &
Hunter R., & Barry S. (2010). Hiejin Yoon. (2010). Journal
Impact of negative symtomps predictive factors of social
on psychosocial functioning functioning in patients with
in schizophrenia. EGOFORS schizophrenia: exploration for
Research Group the best combination of
http://www.psyring.co.uk/me variables using data mining.
dia/media_ 142692_en.pdf. Korean Neuropsychiatric
Diakses 14 Januari 2016. Association, 7, 93-101,
doi:10.4306/pi.2010.7.2.93.
Hawari, D. (2012). Skizofrenia pendekatan
holistik BPSS. Jakarta: FKUI. Pratama, P.A., Sulistyarini, R.I.
(2012). Dukungan keluarga
Jungbauer, J., Stelling, K., Dietrich, dan depresi pada penderita
S., & Angermeyer, M.C. HIV/AIDS di
(2004). Schizophrenia: Yogyakarta.Jurnal
problems of separation in Psikologika, 7(2).
families. Journal of Advanced
Nursing. 47(6), 605–613.

Juruena, M.F., Sena, E.P.d., &


Oliveira, I.R.d. (2011).
Sertindole in the
management of
schizophrenia. Journal of
Central Nervous System
Disease, 3,75–85 doi:
10.4137/JCNSD.S5729.

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb,


J.A. (2010). Sinonpis psikiatri-
ilmu pengetahuan perilaku-
psikiatri klinis. Tangerang:
Binarupa Aksara Publisher.

Kundu, P.S., dkk. (2013). Journal


Current social functioning in
adult‑onset schizophrenia
and its relation with positive
symptoms Industrial
Psychiatry Journal, 22.

154
Idea Nursing Journal Hasmilas Sari, dkk

LAMPIRAN 5
ISSN : 2087 – 2879

DUKUNGAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI


POLIKLINIK RAWAT JALAN RSJ ACEH
Family Support to Prevent Relaps Patient with Schizophrenia in Polyclinic
of Aceh Government Mental Hospital
Hasmila Sari1, Fira Fina2
1
Bagian Keilmuan Keperawatan Jiwa dan Komunitas, Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
2
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
1
Mental Health and Community Health Nursing Department, School of Nursing, Faculty of Medicine,
Syiah Kuala University, Banda Aceh.
Email: Hasmila_Sari@yahoo.com

ABSTRAK
Dukungan keluarga merupakan pendukung utama yang berperan sangat penting dalam proses penyembuhan
pasien skizofrenia terutama untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Sikap keluarga yang tidak menerima
pasien skizofrenia atau bersikap bermusuhan dengan pasien akan membuat kekambuhan lebih cepat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga (dukungan emosional,
dukungan informasional, dukungan instrumental dan dukungan penilaian) dengan pencegahan kekambuhan
pasien skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh tahun 2011. Desain
penelitian adalah deskriptif korelatif, teknik pengambilan sampel nonprobability sampling dengan metode
purposive sampling dan diperoleh jumlah responden sebanyak 95 orang. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara mengedarkan kuesioner. Metode analisa data menggunakan uji statistik chi-square. Uji
hipotesis dilakukan jika p-value>ɑ (0,05) maka Ho diterima dan bila p-value<ɑ (0,05) Ho ditolak. Hasil
penelitian diketahui terdapat hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan pencegahan
kekambuhan pasien skizofrenia (p-value 0,000) yang meliputi hubungan antara dukungan emosional
keluarga dengan pencegahan kekambuhan pasien skizofrenia (p-value 0,005), hubungan antara dukungan
informasional keluarga dengan pencegahan kekambuhan pasien skizofrenia (p-value 0,002), hubungan
antara dukungan instrumental keluarga dengan pencegahan kekambuhan pasien skizofrenia (p-value
0,000), serta hubungan antara dukungan penilaian keluarga dengan pencegahan kekambuhan pasien
skizofrenia (p-value 0,014). Diharapkan kepada perawat agar lebih melibatkan peran serta keluarga dalam
perawatan pasien skizofrenia sehingga keluarga mampu merawat pasien di rumah dan akhirnya dapat
memandirikan pasien.

Kata kunci: Dukungan keluarga, kekambuhan, skizofrenia.

ABSTRACT
Family support is one of major which has crucial role in schizophrenia recovery mainly to prevent relaps of
schizophrenia. Family behaviour which not accept patient with schizophrenia or hostile behaviour with
patient will occur relaps more quickly. The research aims to identify correlation of family support (emotional
support, informational support, instrumental support and evaluating support) with relaps prevention for
patient with schizophrenia in polyclinic of Aceh government mental hospital in 2011. The research design
was descriptive correlative by using nonprobability sampling as sampling techniques with purposive
sampling method which resulting 95 respondents. Data collection was conducted by distributing
questionnaire. Data analytical method used chi square statistics test. Hypothesis test was implemented if p-
value>ɑ (0,05) therefore Ho accepted and if p-value<ɑ (0,05) Ho rejected. The result of the study showed
that there is a significant correlation between family support and relaps prevention for patient with
schizophrenia (p-value 0,000) involving correlation between family emotional support and relaps prevention
for patient with schizophrenia (p-value 0,005), correlation between family infomational support and relaps
prevention for patient with schizophrenia (p-value 0,002), correlation between family instrumental support
and relaps prevention for patient with schizophrenia (p-value 0,000), and correlation between family
evaluation support and relaps prevention for patient with schizophrenia (p-value 0,014). It is recommended
for nurses to get involved the role of family in caring patient with schizophrenia so that family is able to take
care patient at home and also empower patient.
176
Idea Nursing Journal Hasmilas Sari, dkk

LATAR BELAKANG
Skizofrenia merupakan suatu 24 juta orang di seluruh dunia
gangguan psikotik yang bersifat kronis, mengidap skizofrenia (Olson, 2001).
sering mereda, namun sering kambuh Menurut hasil penelitian WHO, jumlah
dengan manifestasi klinis yang sangat rata-rata penderita skizofrenia tampak
luas variasinya (Kaplan dan & Sadock, serupa pada budaya maju maupun
1998). Skizofrenia juga merupakan sedang berkembang (Jablensky, 1992
salah satu gangguan jiwa berat yang dalam Nevid, Rathus & Greene, 2003).
ditandai dengan disorganisasi pikiran, Prevalensi penderita skizofrenia di
perasaan dan perilaku. Gangguan ini Indonesia adalah 0,3 sampai 1% dan
ditandai dengan gejala-gejala positif biasanya timbul pada usia sekitar 18
seperti pembicaraan yang kacau, delusi, tahun sampai 45 tahun, namun ada juga
halusinasi, gangguan kognitif dan yang baru berusia 11 sampai
persepsi, sedangkan gejala negatif 12 tahun sudah menderita skizofrenia.
seperti menurunnya minat dan Apabila penduduk Indonesia sekitar
dorongan, berkurangnya keinginan 200 jiwa, maka diperkirakan sekitar 2
bicara dan miskinnya isi pembicaraan, juta jiwa menderita skizofrenia.
afek yang datar serta terganggunya Menurut hasil penelitian penderita
relasi personal. Gangguan ini kadang- kesehatan jiwa di Indonesia sebesar
kadang berawal pada masa kanak- 18,5% artinya dari 1000 penduduk
kanak tapi biasanya muncul pada akhir terdapat 185 penduduk dengan
masa remaja atau awal masa dewasa. gangguan kesehatan jiwa (Arif &
Angka kejadian pada laki-laki terjadi Bahar, 2006 dalam Wulansih, 2008).
lebih awal dibandingkan pada wanita. Di Aceh, sebagai provinsi yang
Namun, sampai saat ini skizofrenia pernah mengalami konflik selama
belum diketahui secara pasti kurang lebih 30 tahun, ditambah lagi
penyebabnya, disebutkan keturunan bencana tsunami pada tahun 2004 telah
merupakan salah satu faktor menimbulkan banyak respon
penyebabnya (Yosep, 2010). psikologis ringan sampai dengan berat.
Skizofrenia mempunyai Menurut data Tim Health Messenger
prevalensi sebesar 1% dari populasi di (2005), tercatat sebanyak 9.751 pasien
dunia (rata-rata 0,85%). Angka insiden dengan gangguan jiwa dan dari angka
skizofrenia adalah 1 per 10.000 orang tersebut sebanyak 5.000 orang
per tahun. World Health Organization mengidap skizofrenia. Kabupaten
(WHO) memperkirakan sekitar dengan jumlah kasus terbanyak adalah

177
Idea Nursing Journal Hasmilas Sari, dkk

2009 berjumlah 9.229 orang dimana skizofrenia yang tinggal bersama dengan
7.768 orang adalah penderita keluarga yang ekspresi emosinya tinggi
skizofrenia. Pada tahun 2010, jumlah akan sukar untuk sembuh walaupun obat-
pasien meningkat menjadi 12.034 orang, obatan diberikan dengan cukup. Terapi
dimana 10.090 orang dengan keluarga dapat diberikan untuk
skizofrenia sedangkan jumlah pasien menurunkan ekspresi emosi (Wulansih,
yang dirawat inap berjumlah 422 orang. 2008).
Jumlah kunjungan keluarga yang Beberapa intervensi yang dapat
menemani pasien setiap hari ke dilakukan pada keluarga untuk mencegah
poliklinik + 20 orang dan menurut hasil terjadinya kekambuhan (Davison, 2006)
observasi,hampir setiap hari ada berupa: (1) Edukasi tentang skizofrenia,
keluarga yang mengantarkan anggota terutama kerentanan biologis yang
keluarganya yang mengalami gangguan mempredisposisi seseorang terhadap
jiwa termasuk skizofrenia ke Rumah penyakit tersebut, berbagai masalah
Sakit Jiwa Pemerintah Aceh. kognitif yang melekat dengan
Pencegahan kekambuhan atau skizofrenia, simptom- simptomnya, dan
mempertahankan pasien di lingkungan tanda-tanda akan terjadinya
keluarga dapat terlaksana dengan kekambuhan, (2) Informasi dan
persiapan pulang yang adekuat serta pemantauan berbagai efek pengobatan
mobilisasi fasilitas pelayanan kesehatan antipsikotik dimana keluarga perlu
yang ada di masyarakat khususnya mengetahui pentingnya pasien minum
peran serta dan dukungan keluarga. obat yang diresepkan, informasi tentang
Keluarga dengan ekspresi emosi yang berbagai efek samping, dan inisiatif serta
tinggi akan menimbulkan kekambuhan tanggung jawab untuk melakukan
pada anggota keluarga yang mengalami konsultasi medis daripada menghentikan
skizofrenia. Kassim (1998) konsumsi obat, (3) Menghindari saling
mengemukakan tingkah laku menyalahkan, mendorong keluarga untuk
menunjukkan emosi diyakini tidak menyalahkan diri sendiri maupun
mempengaruhi masa depan pasien pasien atas penyakit tersebut dan atas
skizofrenia. Keluarga yang semua kesulitan yang dialami seluruh
menunjukkan emosi seperti sikap keluarga, (4) Memperbaiki komunikasi
penolakan, pengasingan, sikap tidak dan ketrampilan penyelesaian masalah
peduli dan sering mengkritik dikatakan dalam
sebagai keluarga yang mempunyai (Friedman, 2010). Dari data yang
ekspresi emosi yang tinggi. Penderita didapatkan dalam penelitian untuk item
185
Idea Nursing Journal Hasmilas Sari, dkk

dukungan instrumental keluarga, 61 menstabilkan lingkungan keluarga dengan


responden (64%) menyatakan selalu cara meningkatkan pengetahuan mereka
menyediakan fasilitas untuk perawatan mengenai skizofrenia dan mendukung
diri pasien, seperti sabun, odol, dan keluarga untuk menggunakan mekanisme
kebutuhan lainnya yang merupakan yang lebih efektif. Salah satu caranya
bagian dari kebutuhan dasar. adalah dengan metode untuk mengurangi
Dukungan instrumental bukan kritikan-kritikan yang berlebihan terhadap
hanya memenuhi kebutuhan biologis pasien (Setiawan, 2006). Untuk itu,
pasien saja tetapi juga kebutuhan keluarga perlu menyediakan sarana untuk
psikologi seperti memberikan tempat menghindari kekambuhan pasien seperti
yang nyaman kepada anggota keluarga kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan
sehingga penyakit yang dialami secara spiritual yang seharusnya dilaksanakan
tidak langsung dapat dirasakan sedikit secara menyeluruh. Pemberian fasilitas
lebih ringan. Selain itu kebutuhan sosial dan kesempatan untuk bekerja atau
yang berasal dari lingkungan luar seperti melakukan aktivitas yang sewajarnya oleh
lingkungan masyarakat serta kebutuhan keluarga diharapkan dapat memenuhi
spiritual yang merupakan kebutuhan kebutuhan-kebutuhan pasien akan
untuk beribadah dan mendekatkan diri material, makanan dan pakaian sehingga
kepada Allah SWT juga harus dipenuhi dapat mengurangi resiko kekambuhan.
oleh keluarga (Friedman, 2010). Salah
Hubungan dukungan penilaian
satu riset yang dilakukan oleh Chu dan
keluarga terhadap pencegahan
Klein (1985, dalam Yosep, 2010)
kekambuhan pasien skizofrenia
menyatakan bahwa terapi keagamaan
Berdasarkan analisa statistik,
pada kasus gangguan jiwa membawa
diketahui bahwa terdapat hubungan
banyak manfaat. Angka rawat inap pada
bermakna antara dukungan penilaian
pasien skizofrenia yang mengikuti
keluarga dengan pencegahan
kegiatan keagamaan lebih rendah bila
kekambuhan pasien skizofrenia.
dibandingkan dengan pasien yang tidak
Keluarga berfungsi membimbing dan
mengikutinya.
menengahi pemecahan masalah dan
Keluarga yang berhubungan
bertindak sebagai sumber dan validator
dengan pasien skizofrenia memerlukan
identitas anggota keluarga. Setiap
lebih banyak informasi tentang gangguan
pengambilan keputusan yang
skizofrenia dan cara memperlakukan
berhubungan dengan anggota keluarga
pasien dengan lebih baik. Salah satu
tujuan psikoedukasi keluarga adalah
185
Idea Nursing Journal Hasmilas Sari, dkk
responden (84%) menyatakan tidak pernah
Hubungan dukungan keluarga terhadap
mengucilkan pasien ketika berada di rumah
pencegahan kekambuhan pasien
dan dari 63 responden (66%) menyatakan
skizofrenia
tidak pernah memasung pasien.
Berdasarkan analisa keempat variabel
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
di atas, diketahui bahwa ada hubungan
Ambari (2010) dengan judul Hubungan
bermakna antara dukungan keluarga dengan
Antara Dukungan Keluarga Dengan
pencegahan kekambuhan pasien skizofrenia.
Keberfungsian Sosial Pada Pasien
Dukungan keluarga mengacu kepada
Skizofrenia PascaPerawatan di Rumah Sakit,
dukungan-dukungan sosial yang dipandang
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan
oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang
yang signifikan antara variabel dukungan
dapat diakses atau diadakan untuk keluarga.
keluarga dengan keberfungsian sosial.
Anggota keluarga memandang bahwa orang
Sumbangan efektif dukungan keluarga
yang bersifat mendukung selalu siap
terhadap keberfungsian sosial pada pasien
memberikan pertolongan dan bantuan jika
Skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit
diperlukan. Studi-studi tentang dukungan
sebesar 69,9% dan faktor-faktor lain
keluarga telah mengkonseptualisasi
memberi pengaruh sebesar 30,1%.
dukungan sosial sebagai koping keluarga,
baik dukungan keluarga internal maupun
KESIMPULAN DAN SARAN
eksternal terbukti bermanfaat. Dukungan
keluarga selama masa penyembuhan Berdasarkan hasil penelitian dan

memberikan pengaruh yang besar terhadap pembahasan yang telah diuraikan

pemulihan pasien. Apabila dukungan sebelumnya, diketahui bahwa terdapat

semacam ini tidak ada, maka keberhasilan hubungan bermakna antara dukungan

penyembuhan dan pemulihan pasien sangat keluarga (dukungan emosional, dukungan

berkurang (Friedman, 2010). informasional, dukungan instrumental dan

Keluarga juga mempunyai fungsi dukungan penilaian) dengan pencegahan

suportif emosionalyang sangat berperan kekambuhan pasien skizofrenia di

dalam meningkatkan dukungan psikis antara Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa

anggota keluarga dan terutama meningkatkan Pemerintah Aceh periode Mei-Juni 2011.

dukungan moral terhadap pasien. Dengan Dalam melaksanakan asuhan

adanya fungsi suportif emosional yang keperawatan, perawat harus melibatkan

adekuat dari keluarga, akan memungkinkan peran serta keluarga misalnya dalam

pasien dapat beraktifitas dan memenuhi memberikan penyuluhan tentang penyakit

kebutuhan aktifitasnya secara optimal skizofrenia kepada keluarga, memberi

(Varcarolis, Carson & Shoemaker, 2006). informasi tentang cara minum obat yang

Dari data yang didapatkan dalam penelitian baik dan benar kepada keluarga,
185

untuk item pencegahan kekambuhan, 80 mengingatkan keluarga agar membawa


Idea Nursing Journal Hasmilas Sari, dkk
pasien ke tempat pelayanan kesehatan Kassim, K., (1998). Penderaan Emosi
untuk kontrol ulang secara teratur atau Kanak-kanak Trauma Terselindung.
jika mengalami kekambuhan serta Diunduh pada tanggal 21 Januari
pentingnya memberikan pengertian 2011, dari
kepada keluarga agar menerima penderita http://www.penerbit.ukm.
skizofrenia selama di rumah sakit ataupun
di rumah.
Keliat, B., A., (1996). Peran Serta
Keluarga juga diharapkan
Keluarga Dalam Perawatan Pasien
meningkatkan informasi tentang
Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC.
skizofrenia misalnya tentang gejala-gejala
kekambuhan dan cara pencegahan
Minister Supply & Service Canada.,
kekambuhan sehingga apabila terjadi
(2005). Skizofrenia. Sebuah
kekambuhan, keluarga dapat segera
Panduan Bagi Keluarga Penderita
membawa pasien ke tempat pelayanan
kesehatan. Skizofrenia. Yogyakarta: Cv. Qalam.

KEPUSTAKAAN Nevid, J., S., Rathus, S., A., & Greene,


B., (2003). Psikologi Abnormal.
Ambari, P., K., M., (2010). Hubungan
Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Antara Dukungan Keluarga Dengan
Keberfungsian Sosial Pada Pasien
Sawitri, T., (2008). Skripsi. Hubungan
Skizofrenia Pasca Perawatan di
Antara Ekspresi Emosi Keluarga
Rumah Sakit. Diunduh pada tanggal
Dengan Kekambuhan Pasien
9 Juni 2011, dari
Skizofrenia Di Wilayah Kerja
http://eprints.undip.ac.id.
Puskesmas Ulee Kareng Kota
Banda Aceh. Tidak dipublikasikan.
Davison, G., C., (2006). Psikologi
Abnormal.
Edisi 9. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Friedman. M., (2010). Keperawatan


Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta:
EGC.

Kaplan, H., I., & Sadock, B., J., (1998).


Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat.
Jakarta: Widya Medika. 185

Anda mungkin juga menyukai