Anda di halaman 1dari 103

BLOK 3.

08
GANGGUAN KARDIORESPIRASI
QADW—2251—BB 3.08 — 27.01.003

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2021
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

GANGGUAN KARDIORESPIRASI
Edisi Kelima

© 2021 oleh Fakultas Kedokteran


Universitas Kristen Duta Wacana
dicetak di Yogyakarta
Cetakan Pertama: Januari 2021
Editor oleh: dr. Anindya Rahadyani Kristiansari
Diterbitkan oleh
Medical Education Unit (MEU)
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana
Penyimpanan dalam sistem elektronik atau transmisi
dalam bentuk apapun (elektronik, mekanik, fotokopi)
dilarang tanpa seijin Medical Education Unit (MEU)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

ii | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

GANGGUAN KARDIORESPIRASI
Edisi Kelima
2021

Medical Education Unit


dr. Saverina Nungky DH, MHPE
dr. Anindya Rahadyani Kristiansari

Tim Penanggungjawab Blok:


dr. Iswanto, Sp.P., FCCP
dr. Justinus P. Agung Nugroho

Instruktur Praktikum:
dr. Tejo Jayadi, Sp.PA
dr. Fransiska Galuh Widowati
dr. Haryo Dimasto K, S.S
Dr. dr. Y Nining Sri Wuryaningsih, Sp.PK

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | iii


.

Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

iv | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PENGANTAR BLOK

Dengan semakin luasnya perkembangan ilmu pengetahuan dan


jaringan komunikasi yang dapat digunakan mahasiswa kedokteran
sebagai sumber belajar, maka naluri merumuskan masalah menjadi
kebutuhan mahasiswa yang sangat penting dalam membentuk
profesional dokter. Hal ini menjadi salah satu ”jiwa” pertimbangan
penyusunan kurikulum.
Kurikulum Fakultas Kedokteran UKDW tahun 2014 ini,
merupakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (mengacu ketetapan Dirjen
Dikti 2005 dan Konsil Kedokteran Indonesia 2012) dengan strategi
pendekatan pembelajaran tren global, pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) yang merupakan aktualisasi filosofi SPICES,
meliputi Student Centered/Self Directed Learning - Problem Based
Learning - Integrated Learning (Early Clinical Exposure) - Community
Oriented - Electives Program-Systematic Management. PBL dipakai
sebagai pendekatan pembelajaran mewakili seluruh elemen SPICES yang
pada prinsipnya menekankan porsi dialog tutorial yang terus
dikembangkan secara bertahap (dalam masa transisi porsi kuliah lebih
dominan atau seimbang dengan porsi tutorial). Tujuan pendidikan dokter
di FK UKDW adalah menghasilkan dokter layanan primer yang mawas diri
dan terampil dalam pendekatan holistik, komprehensif, kolaboratif,
bersinambung berbasis pencegahan dengan kemampuan pengolahan
informasi serta aplikasinya dalam manajemen kesehatan
Untuk itu strategi pembelajaran PBL SPICES sebagai kompetensi
belajar, disajikan paling awal dalam Blok I.01, sehingga content
pembelajaran pada blok-blok berikutnya akan senantiasa berorientasi
kompetensi ilmu dan klinis yang sekaligus akan membentuk rekaman
materi kompetensi yang lebih retensif.
Fakultas Kedokteran UKDW melaksanakan dua jenjang program,
yaitu jenjang Program Pendidikan Sarjana dan jenjang Program
Pendidikan Profesi. Jenjang Pendidikan Sarjana dengan alokasi waktu 4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | v


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

tahun, dibagi dalam 30 blok yang terdiri dari empat fase. Fase I (3 blok),
Fase 2 (9 blok), Fase 3 (12 blok), dan Fase 4 (5 blok & Kuliah Kerja Nyata).
Acuan tujuan belajar (Learning Objectives) dari SKDI 2012
memiliki area kompetensi, meliputi:
1. Komunikasi Efektif,
2. Keterampilan Klinis,
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran,
4. Pengelolaan Masalah Kesehatan,
5. Pengelolaan Informasi,
6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri,
7. Etika, Moral, Medikolegal, dan Profesionalisme serta Keselamatan
Pasien.
Semuanya diintegrasikan dengan kompetensi penanganan
kluster-kluster penyakit, mulai dari ”sekedar” mendiagnosa langsung
merujuk, sampai melakukan penanganan tuntas (acuan Konsil Kedokteran
Indonesia 2012).
Demikianlah diharapkan buku ini bisa bermanfaat.

Dekan Fakultas Kedokteran


Universitas Kristen Duta Wacana

dr. The Maria Meiwati Widagdo, MPH., Ph.D.

vi | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


PENGANTAR BLOK ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
PEDOMAN PENILAIAN ............................................................................... 2
KERANGKA TOPIK....................................................................................... 3
MODUL 1 ......................................................................................... 4
MODUL 2 ......................................................................................... 6
MODUL 3 ......................................................................................... 8
MODUL 4 ....................................................................................... 10
DAFTAR PRAKTIKUM DAN SKILLS LAB ................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 13
PRAKTIKUM .............................................................................................. 15
TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOMEDIK............................................. 16
PA: GANGGUAN KARDIORESPIRASI ............................................... 20
PK: TRANSUDAT & EKSUDATTRANSUDAT DAN EKSUDAT.............. 41
PK : S P U T U M ............................................................................. 52
MIKROBIOLOGI: PENGECATAN ZIEHL NEELSEN (ZN)..................... 65
PETA KURIKULUM .................................................................................... 94

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | vii


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PENDAHULUAN

Gangguan kardiovaskular dan respirasi merupakan kasus yang akan


sering dijumpai oleh seorang dokter dalam praktek sehari-hari. Pada blok 3.8
Gangguan Kardiorespirasi, mahasiswa akan mempelajari berbagai kasus
gangguan kardiovaskular dan respirasi yang sering dijumpai. Blok ini terdiri
dari 4 modul:
Modul 1 (Gangguan irama dan pompa jantung) menekankan pada
bagaimana terjadinya gangguan irama dan pompa jantung hingga
manajemen dan terapinya.
Modul 2 (Gangguan pembuluh darah dan penyakit jantung
kongenital) menekankan pada bagaimana terjadinya gangguan pembuluh
darah hingga manajemen dan terapinya, serta mempelajari bagaimana
manajemen kasus penyakit jantung kongenital.
Modul 3 (Gangguan saluran napas dan paru karena infeksi)
menekankan pada bagaimana terjadinya gangguan saluran napas dan paru
yang disebabkan karena infeksi hingga manajemen dan terapinya.
Modul 4 (Gangguan saluran napas dan paru non infeksi)
menekankan pada bagaimana terjadinya gangguan saluran napas dan paru
yang terjadi karena sebab non infeksius, hingga manajemen dan terapinya.
Topik-topik pembahasan akan disajikan dalam bentuk kuliah pakar,
tutorial, praktikum dan diskusi kelompok kecil. Mahasiswa akan dipandu oleh
para tutor, pengajar, disamping koordinator, kontributor, maupun pakar yang
dapat dihubungi dengan perjanjian. Blok ini juga selaras dengan mata kuliah
Keterampilan Klinik di semester 6.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 1


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PEDOMAN PENILAIAN

KOMPONEN PENILAIAN
TUTORIAL 20 %
PRAKTIKUM 20 %
TES TENGAH BLOK 10%
TES AKHIR 50 %

TUTORIAL
Nilai tutorial terdiri atas nilai selama tutorial, disini yang dinilai
adalah interaksi dan keaktifan serta kemampuan presentasi. Oleh
Karena itu, nilai selama tutorial akan berbobot 20% dari keseluruhan
nilai total.

PRAKTIKUM
Selama praktikum akan dinilai tentang afektif, kognitif dan
psikomotor selama melakukan praktikum. Disamping itu instruktur
bisa memberikan pretest, posttest, minitest maupun tugas-tugas
dalam praktikum di laboratorium. Total dari nilai ini akan
menyumbangkan nilai sebanyak 20% dari nilai akhir.

TES
Tes tengah blok akan dilaksanakan setelah minggu ke-2
dengan materi modul 1 dan 2. Nilai dari tes tengah blok merupakan
10% dari total nilai akhir. Tes akhir akan dilaksanakan pada minggu ke-
5 selama 1 hari, tes ini berisi soal-soal pilihan ganda. Nilai dari tes akhir
ini merupakan 50% dari total nilai akhir.

2 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

KERANGKA TOPIK

GANGGUAN KARDIOVASKULER

GANGGUAN IRAMA GANGGUAN GANGGUAN GANGGUAN


PEMBULUH DARAH & SALURAN NAPAS & SALURAN NAPAS &
DAN POMPA
PENYAKIT JANTUNG PARU KARENA
JANTUNG PARU NON INFEKSI
KONGENITAL INFEKSI

1. Pemeriksaan 1. Tinjauan klinis 1. Tinjauan klinis 1. Tinjauan klinis


elektro gangguan penyakit infeksi gangguan napas
kardiografi pembuluh pada saluran non infeksi pada
2. Tinjauan klinis darah napas atas, dewasa; OSA
gangguan 2. Pencitraan bawah, dan 2. Interpretasi gas
irama jantung; kardiovaskular darah, faal paru
paru non
pompa jantung; 3. Pengaturan diet 3. Tinjauan klinis
tuberculosis
kelainan katup pada pasien gangguan napas
pada dewasa
jantung gangguan non infeksi pada
3. Farmakologi dan anak
kardiovaskuler anak dan
obat-obat untuk 2. Tinjauan klinis neonatus
4. Obat
jantung penyakit 4. Patologi anatomi
antihipertensi
4. Pemeriksaan tuberculosis pada saluran
5. Tinjauan
laboratorium dan Program napas dan paru
patologi
untuk DOTS 5. Pencitraan paru-
anatomi sistem
gangguan 3. Tinjauan klinis paru
kardiovaskular
jantung pleura efusi 6. Obat non
6. Tinjauan klinis
4. Mikroorganisme antimikroba pada
penyakit
saluran napas saluran napas
jantung
dan paru dan paru
kongenital
5. Obat
antimikroba

MODUL 1 MODUL 2 MODUL 3 MODUL 4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 3


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

MODUL 1
GANGGUAN IRAMA DAN POMPA JANTUNG

Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi macam gangguan irama
jantung dan pompa jantung.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi penyebab gangguan irama
jantung dan pompa jantung.
3. Mahasiswa mampu menguraikan patofisiologi hingga timbul
gejala dan tanda gangguan irama jantung dan pompa jantung.
4. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan macam-
macam pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
gangguan irama jantung dan pompa jantung serta
menginterpretasikan hasilnya
5. Mahasiswa mampu merekomendasikan penatalaksanaan
gangguan irama jantung dan pompa jantung.

Skenario 1
Mayor E, 50 tahun, sedang menjalani serangkaian tes
kesehatan dan fisik. Setelah menjalani pemeriksaan EKG,
dokter Duta tidak menyarankan untuk melanjutkan ke tes fisik
karena dokter menemukan adanya gambaran takikardia yang
patologis. Dokter merencanakan untuk melakukan
pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui kemungkinan
adanya gangguan fungsi pada jantung Mayor E karena selain
merasa berdebar-debar, Mayor E juga mengeluh sesak napas.
Mayor E juga berdiskusi dengan dokter tentang bagaimana
kondisi tersebut timbul dan tindakan selanjutnya.

4 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Kuliah Pakar:
1. Overview Blok
2. Pemeriksaan elektrokardiografi
3. Tinjauan klinis gangguan irama jantung
4. Tinjauan klinis gangguan pompa jantung
5. Tinjauan klinis kelainan katup jantung
6. Farmakologi obat-obat untuk jantung
7. Pemeriksaan laboratorium untuk gangguan jantung

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 5


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

MODUL 2
GANGGUAN PEMBULUH DARAH DAN PENYAKIT JANTUNG
KONGENITAL

Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi macam gangguan pembuluh
darah
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi penyebab gangguan
pembuluh darah
3. Mahasiswa mampu menguraikan patofisiologi hingga timbul
gejala dan tanda gangguan pembuluh darah
4. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan berbagai
pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis gangguan pembuluh
darah serta menginterpretasikan hasilnya
5. Mahasiswa mampu merekomendasikan penatalaksanaan
gangguan pembuluh darah

Skenario 2
Seorang laki-laki berusia 45 tahun kontrol ke
puskesmas karena hipertensi. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi 96
x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, temperatur 36,8°C.
Pasien telah menderita hipertensi selama 5 tahun dan baru 6
bulan terakhir mau berobat rutin ke puskesmas. Pasien juga
mengkonsultasikan hasil pemeriksaan profil lemak darahnya
pada dokter dan mendiskusikan modifikasi gaya hidup yang
perlu dia lakukan maupun pemeriksaan tambahan yang perlu
dijalani. Sambil menunggu pengambilan obat, ia menyimak
penyuluhan tentang macam-macam gangguan pembuluh
darah, permasalahan yang muncul, pencegahan, maupun
penatalaksanaannya.

6 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Kuliah Pakar:
1. Tinjauan klinis gangguan pembuluh darah
2. Pencitraan kardiovaskular
3. Pengaturan diet pada pasien gangguan kardiovaskuler
4. Obat antihipertensi
5. Tinjauan patologi anatomi sistem kardiovaskular
6. Tinjauan klinis penyakit jantung kongenital

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 7


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

MODUL 3
GANGGUAN SALURAN NAPAS DAN PARU
KARENA INFEKSI

Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi macam gangguan saluran
napas dan paru karena infeksi.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi agen penyebab gangguan
saluran napas dan paru karena infeksi.
3. Mahasiswa mampu menguraikan patofisiologi hingga timbul
gejala dan tanda fisik gangguan saluran napas dan paru karena
infeksi
4. Mahasiswa mampu menentukan pemeriksaan untuk menegakkan
diagnosis gangguan saluran napas dan paru karena infeksi serta
menginterpretasikan hasilnya.
5. Mahasiswa mampu merencanakah penatalaksanaan gangguan
saluran napas dan paru karena infeksi.
6. Mahasiswa mampu menerangkan tentang new emerging diseases

8 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Skenario 3
Indonesia merupakan salah satu negara dengan
penduduk yang cukup besar, sekitar 270 juta (sensus
penduduk tahun 2020). Pada pandemi Covid-19 ini tentu
banyak insidens Covid-19 yang ditemukan di Indonesia. Per
tanggal 12 Januari 2021 ada 846.765 kasus konfirmasi
Covid-19, dengan kasus meninggal 24.645. Untuk
menangani permasalahan tersebut, perlu adanya
pengetahuan terkait bagaimana Covid -19 bisa berkembang,
bagaimana penegakan diagnosisnya dan pengobatan yang
sesuai. Untuk menurunkan pandemi ini, perlu kerjasama
lintas sektoral untuk perawatan pasien Covid-19. Perlu
adanya jejaring internal dan ekternal yang baik untuk
mencegah penularan kasus. Perlu protokol kesehatan yang
harus dipatuhi serta usaha vaksinasi secara masal. Covid-
19 merupakan penyakit baru, kita perlu belajar terus untuk
update ilmunya dari segala aspek.

Kuliah Pakar:
1. Tinjauan klinis penyakit infeksi pada saluran napas atas
2. Tinjauan klinis penyakit infeksi pada saluran napas bawah dan
paru non tuberkulosis
3. Tinjauan klinis penyakit tuberculosis dan Program DOTS
4. Tinjauan klinis efusi pleura
5. Tinjauan klinis infeksi saluran napas dan paru pada anak
6. Obat antimikroba saluran napas dan paru
7. Mikroorganisme saluran napas dan paru

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 9


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

MODUL 4
GANGGUAN SALURAN NAPAS DAN PARU NON INFEKSI

Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi macam gangguan saluran
napas bawah dan paru non infeksi.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi agen penyebab gangguan
saluran napas bawah dan paru non infeksi.
3. Mahasiswa mampu menguraikan patofisiologi hingga timbul
gejala dan tanda fisik gangguan saluran napas bawah dan paru non
infeksi
4. Mahasiswa mampu menentukan pemeriksaan untuk menegakkan
diagnosis gangguan saluran napas bawah dan paru non infeksi dan
menginterpretasikan hasilnya.
5. Mahasiswa mampu merencanakan penatalaksanaan gangguan
saluran napas bawah dan paru non infeksi.

Skenario 4
Saat ini penyakit menular di beberapa negara sudah
dapat dikendalikan. Tetapi penyakit yang tidak menular (non
communicable diseases) masih menjadi masalah baik di negara
maju maupun negara berkembang. Hal ini terjadi karena
meningkatnya umur harapan hidup dan perubahan pola
hidup. Salah satu penyakit tersebut adalah asma bronkiale.
Saat ini diperkirakan ada 300 juta orang di dunia yang
menderita Asma (GINA 2019). Penyakit ini membawa problem
besar di masyarakat maupun keluarga. Hilangnya hari kerja.
Hari sekolah. Pendapatan keluarga. Dampak sosial.
Etiologi yang beraneka ragam tentu membawa dampak
pada patogenesis dan terapi yang bisa berbeda antara pasien
satu dan pasien lainnya.

10 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Kuliah Pakar:
1. Tinjauan klinis gangguan napas non infeksi pada dewasa
2. Tinjauan klinis OSA, interpretasi gas darah, faal paru pada pasien
dengan gangguan saluran napas dan paru
3. Tinjauan klinis gangguan napas non infeksi pada anak dan
neonatus
4. Patologi anatomi saluran napas dan paru
5. Obat non antimikroba pada saluran napas dan paru
6. Pencitraan saluran napas dan paru

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 11


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

DAFTAR PRAKTIKUM

1. PA: Gangguan Kardiovaskuler


2. PA: Sistem Respirasi-Non Tumor
3. PA: Sistem Respirasi-Tumor
4. PK: Transudat & Eksudat
5. PK: Sputum
6. Mikrobiologi: BTA dengan Pengecatan Zn

12 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. 2000. Reproduksi Embriologi


dari Satu Sel menjadi Organism. Edisi Mohamad Hatta
Syahrum, dkk. Jakarta: FKUI.
Braunwald, E. and Bonow, R.O., 2012. Braunwald's heart disease.
Elsevier Saunders.
Brooks, G.F., Butel, J.S. and Ornston, L.N., 2015. Jawetz, Melnick and
Adelberg's Medical Microbiology. USA: Prentics-Hall
International.
Di Fiore. 2015. Atlas Histologi (dengan korelasi fungsional). Edisi 12,
editor Victor P. Eroschenko. penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Fauci et al, 2014, Harrisons’s Internal Medicine, 17th Edition, Vol 1-2.
Ganong WF. 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 24.
Hall, J.E., 2015. Guyton and Hall textbook of medical physiology.
Elsevier Health Sciences.
Junqueira LC & Carneiro J. 2005. Basic Histology Text & Atlas 11 th ed.
New York, McGraw
Katzung, B.G., 2004, Farmakologi: Dasar dan Klinik, Salemba Empat,
Jakarta
Kumar V, Abbas K, Fausto N, Robins and Cotran Pathologiy. Edisi 8,
2007
Marcdante Kliegman, Jenson, Rehman, 2014, Nelson Ilmu Kesehatan
Anak Esensial, Edisi 6 (Edisi Bahasaindonesia), Saunders
Elsevier
Moore KL & Agur AMR. 2007. Essential Clinical Anatomy, 3 rd ed.
Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia
Murray, P.R., Rosenthal, K.S. and Pfaller, M.A., 2015. Medical
microbiology. Elsevier Health Sciences.

PDPI, 2001, Kanker Paru Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di


Indonesia.
PDPI, 2003, Pneumonia Komuniti Pedoman Daignosis dan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 13


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Penatalaksanaan di Indonesia.
PDPI, 2004, Asma Pedoman Daignosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia.
PDPI, 2005, Pneumonia Nosokomial Pedoman Daignosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia.
PDPI, 2005, Standard International Penanganan Tuberkulosis.
PDPI, 2006, Tuberculosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia.
PDPI, 2010, PPOK Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia.
PDPI, 2014, Pneumonia Komunitas Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia.
PDPI, 2015, Kanker Paru Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia.
Kemenkes, 2014, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis .
Sobotta. 2000. Atlas Anatomi Manusia. Disunting oleh: R Putz & R.
Pabst. Edisi 21, Editor dr. Y. Joko Suyono. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta
Sudoyo, A.W., dkk, 2006, Edisi 4 Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

14 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PRAKTIKUM
GANGGUAN KARDIORESPIRASI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2021

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 15


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOMEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

1. Mahasiswa diwajibkan mengikuti semua (100%) kegiatan


praktikum biomedik yang telah ditentukan. Bila kehadiran kurang
dari 100% maka mahasiswa tidak berhak mengikuti responsi.
Apabila mahasiswa tidak mengikuti semua kegiatan dan responsi
yang ditentukan, mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian blok.
2. Dispensasi khusus hanya diberlakukan bagi mahasiswa yang sakit
dan membawa surat istirahat resmi dari dokter, anggota keluarga
inti (ayah, ibu, saudara kandung) meninggal, atau mendapat tugas
dari fakultas/universitas dan dapat menunjukkan bukti surat
tugasnya. Mahasiswa menyerahkan surat istirahat/surat tugas ke
MEU untuk mendapatkan formulir surat keterangan ijin
mahasiswa dan harus sesegera mungkin menghubungi instruktur
praktikum untuk mengganti jadwal praktikum/mengikuti
inhal/mendapatkan tugas pengganti praktikum/mengulang
praktikum di tahun berikutnya sesuai kebijakan instruktur
praktikum bersangkutan.
3. Untuk penukaran jadwal praktikum karena alasan diluar
dispensasi khusus, maka mahasiswa diharuskan mengisi formulir
resmi (bisa diminta di laboran masing-masing lab) dan meminta
persetujuan instruktur praktikum bersangkutan paling lambat
sehari sebelum pelaksanaan praktikum. Bila tidak mahasiswa
tidak diperkenankan mengikuti praktikum di luar jadwalnya.
4. Sebelum saat praktikum yang telah ditetapkan, para mahasiswa
tidak diperkenankan memasuki ruang praktikum.
5. Para mahasiswa harus datang tepat waktu, bila terlambat
mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum
pada hari itu dan wajib mengikuti inhal.

16 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

6. Mahasiswa diwajibkan membawa dan mengisi kartu praktikum


pada saat praktikum.
7. Setiap kali praktikum akan diadakan pretest. Apabila nilai pretest
kurang dari standar yang ditetapkan, mahasiswa tidak boleh
mengikuti praktikum, dan wajib mengikuti inhal.
8. Di dalam laboratorium, para mahasiswa harus mengenakan jas
praktikum, tanda pengenal (tertuliskan nama dan nomor
mahasiswa), berpakaian dengan sopan dan rapi sesuai aturan
fakultas, serta menggunakan sepatu.
9. Mahasiswa tidak diperkenankan menggunakan telepon
genggam/gadget pada saat praktikum.
10. Mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruangan
praktikum tanpa ijin.
11. Mahasiswa tidak diperkenankan membawa preparat keluar dari
laboratorium tanpa seijin asisten/instruktur.
12. Praktikum harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan
bertingkah laku sopan.
13. Apabila mahasiswa merusak atau memecahkan alat-alat
laboratorium serta preparat dengan alasan apapun, diwajibkan
mengganti alat-alat/preparat tersebut sebelum responsi.
14. Laporan dan tugas praktikum wajib dibuat dan dikumpulkan
menyesuaikan ketentuan instruktur praktikum.
15. Pada akhir blok akan diadakan ujian responsi praktikum. Syarat
mengikuti ujian responsi adalah sudah mengikuti kegiatan
praktikum/inhal dan menyelesaikan semua tugas praktikum, yang
dibuktikan dengan kartu praktikum yang telah terisi dan tidak
memiliki tanggungan alat/preparat.
16. Setelah selesai mengikuti ujian responsi, kartu praktikum
dimintakan pengesahan dan kemudian dapat dipergunakan
sebagai syarat untuk mengambil Kartu Ujian Blok.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 17


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

17. Nilai praktikum standar tersusun atas:


a. Nilai pretest/posttest 20%
b. Laporan/tugas 20%
c. Nilai responsi 60%
18. Khusus praktikum Anatomi:
• Setiap mahasiswa diwajibkan membawa atlas anatomi selama
praktikum.
• Setiap mahasiswa tidak diperkenankan mengambil
gambar/video di dalam laboratorium.
19. Khusus praktikum Histologi, Mikrobiologi, Parasitologi, dan
Patologi Anatomi:
• Setiap mahasiswa diwajibkan membawa buku gambar dan
pensil warna.
20. Khusus praktikum Fisiologi, Biokimia, Farmakologi, Mikrobiologi,
dan Patologi Klinik:
• Setiap mahasiswa diwajibkan membuat kerangka kerja dan
dikumpulkan sebelum mengikuti praktikum.
• Pada akhir praktikum setiap mahasiswa diwajibkan membuat
laporan sementara yang harus disahkan.
21. Inhal hanya diadakan bila jumlah minimal mahasiswa terpenuhi,
atau tergantung dari kebijakan masing-masing bagian. Apabila
diadakan inhal, maka diwajibkan membayar biaya inhal sebesar
Rp. 50.000 ditambah biaya lain sesuai praktikum bersangkutan.
Mahasiswa harus aktif menghubungi instruktur yang
bersangkutan untuk menentukan waktu inhal. Nilai maksimal
inhal adalah C/sesuai passing grade (kecuali bagi mahasiswa yang
mendapat dispensasi khusus - maksimal A). Apabila tidak
diadakan inhal, kebijakan diserahkan pada instruktur praktikum.
22. Segala pelanggaran pada tata tertib praktikum akan dikenai
sanksi sesuai kebijakan instruktur praktikum yang bersangkutan.
Bila pelanggaran tergolong berat, dapat menyebabkan
mahasiswa dinyatakan tidak lulus praktikum.

18 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

23. Apabila mahasiswa dinyatakan tidak lulus praktikum, maka


mahasiswa tersebut wajib mengulang seluruh kegiatan praktikum
tersebut di blok angkatan selanjutnya sampai dinyatakan lulus
praktikum.
24. Mahasiswa yang sudah dinyatakan lulus praktikum tetapi ingin
memperbaiki nilai praktikum, diperbolehkan untuk memilih
mengikuti semua kegiatan praktikum atau responsi praktikumnya
saja saat mengulang blok.
25. Kebijakan lain terkait pembelajaran di masa Normal Baru
diserahkan pada tiap-tiap bagian.

Fakultas Kedokteran UKDW

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 19


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PA: GANGGUAN KARDIORESPIRASI

20 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PATOLOGI ANATOMI:
GANGGUAN KARDIORESPIRASI

PATOLOGI KARDIOVASKULER
Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengerti dan memahami
etiopatogenesis dan gambaran patologi penyakit aterosklerosis,
tromboangitis obliterans, hemoroid dan hemangioma kavernosa.

REFERENSI
Robbins & Cotran Pathologic Basic Disease, 9th edition; pp: 483-577.

ATEROSKLEROSIS
Seorang pasien laki-laki berusia 60 tahun berobat ke dokter
keluarga. Pasien tersebut obesitas, memiliki riwayat menderita
diabetes mellitus dan dislipidemia tidak terkontrol. Pasien mengeluh
satu minggu ini mengalami perasaan tertindih pada dada yang sering
kambuh disertai pusing, sesak napas, kesemutan pada ujung jari
tangan. Keluhan nyeri dada sering terjadi sore hari saat olah raga
ringan dan segera membaik saat beristirahat. Pemeriksaan Fisik dalam
batas normal. Pemeriksaan profil lipid menunjukkan risiko menderita
penyakit arteri coroner, acuan National Cholesterol Education
Program (NCEP). Pemeriksaan Elektrokardiogram menunjukkan
depresi segmen ST non spesifik. Dokter menyimpulkan pasien berisiko
menderita infark miokardium dan memerlukan terapi. Patogenesis
dan gambaran patologi akan menjelaskan penyakit ini.

Makroskopis:
Pada pemeriksaan didapatkan dua jaringan. Jaringan Pertama
berupa pembuluh darah ukuran panjang 2 cm diameter 0,5 cm, teraba
keras. Pada pemotongan penampang pembuluh darah tampak lumen
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 21
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

teroklusi plak aterosklerosis. Jaringan kedua berupa jaringan lunak


kesan otot jantung ukuran 5x 5x 2cm, warna coklat, lunak.

Mikroskopis:
Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan pembuluh darah arteri
dengan plak ateromatosa yang dilapisi oleh endotelial yang
menginfiltrasi tunika intima sampai tunika media arteri koronaria.
Daerah antara lumen dan bagian nekrotik (fibrous cap) mengandung
sel-sel otot polos, makrofag, limfosit, lipid-laden cells (foam cells), dan
jaringan fibrous. Bagian tengah mengandung debris nekrotik. Kristal
kolesterol dan sel raksasa benda asing dapat ditemukan dalam
jaringan fibrous dan jaringan nekrotik. Foam cells menunjukkan
makrofag dan sel-sel otot polos telah mengambil lipid. Didapatkan
banyak pembuluh darah (neovaskularisasi) di dalam plak
aterosklerosis. Biasanya pembuluh darah ini rapuh dan mudah ruptur,
menyebabkan ekspansi plak akibat perdarahan di dalam plak. Adanya
makrofag berisi pigmen coklat menunjukkan perdarahan di dalam
plak. Miokardium yang diperdarahi arteri koronaria dextra cabang
interventrikular posterior menunjukkan perubahan awal infark yaitu
mulai terbentuk lapisan-lapisan tipis jaringan ikat fibrous dan sebukan
neutrofil.

TROMBOANGIITIS OBLITERANS
Seorang laki-laki usia 34 tahun dengan ulkus pada ujung jari
kaki kanan yang cepat memburuk: acrocyanosis, lambat sembuh,
nekrosis dan akhirnya kehilangan bagian jari kaki yang nekrosis.
Denyut nadi dorsalis pedis dan tibialis posterior tidak terpalpasi.
Penderita adalah perokok berat (30 pak setahun). Pada pemeriksaan
fisik tungkai kanan bawah didapatkan ulkus pada digiti satu sampai
empat pedis dextra, meluas sampai dorsum pedis dextra. Dasar ulkus
22 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

tampak tulang dan tendon. Perubahan ganggren tampak pada jari kaki
ke dua dan ketiga. Pada pemeriksaan angiografi menunjukkan oklusi
arteri-arteri proksimal tibia posterior kiri dan interoseal. Direncanakan
amputasi pedis dextra.

Makroskopis:
Spesimen berupa amputasi pedis dexta. Pada eksplorasi
didapatkan arteri dan vena dorsalis pedis yang teroklusi, teraba keras.

Mikroskopis:
Inflamasi akut dari arteri ukuran sedang dan kecil. Sebukan
neutrofil meluas mencapai vena dan syaraf didekatnya. Endotel
pembuluh darah terinflamasi menyebabkan trombosis dan obliterasi
lumen. Mikroabses kecil dari dinding pembuluh darah, dengan
neutrofil dikelilingi oleh sel-sel fibroblas dan sel-sel raksasa Langhans.

TROMBFLEBITIS
Seorang pasien wanita berusia 76 tahun datang dengan kondisi
aneurisma vena antecubital sinistra dan episode phlebitis berulang
pada vena tersebut. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensim dan
narises (vena varikosa) di tungkai. Pasien bukan perokok dan peminum
alcohol. Pada pemeriksaan fisik didapatkan segmen aneurisma pada
vena antecubital yang besar yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan
USG, didapatkan thrombosis. Pada pemeriksaan vena paten dan di
follow up. Keluhan flebitis spontan menghilang, dan beberapa bulan
berikutnya di USG lagi tidak didapatkan thrombus. Keluhan phlebitis
dirasakan 18 bulan kemudian dan diterapi dengan abt-obat
antiinflamasi. Tetapi 24 bulan kemudian pasien mengeluh sesak napas
diterapi oleh dokter umum sebagai COPD. Pemeriksaan USG ulang
pada vena antecubiti sinistra menunjukkan dilatasi vena dan ada

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 23


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

thrombus dengan vena proksimal paten. Pada pemeriksaan


venatungkai tidak didapatkan deep vein thrombosis. Pemeriksaan
ventilasi-perfusi paru menunjukkan ventilasi baik tetapi perfusi
terganggu. Disimpulkan ada emboli pulmonal. Emboli pulmonal
dicurigai berasal flebitis vena antecubiti sinistra. Dilakukan biopsy
eksisi sepanjang struktur pembuluh darah.

Makroskopis:
Kantong aneurisma vena dengan thrombus yang melekat di
dalamnya.

Mikroskopis:
Vena yang terkena berada di jaringan subkutan, dinding tebal,
infiltrat inflamasi dominan di dalam dinding pembuluh darah dan
lumen teroklusi total oleh thrombus. Pada awal lesi, infiltrate terdiri
dari banyak neutrophil, setelah berlangsung lama terdiri dari limfosit,
histiosit dan beberapa sel raksasa.

HEMANGIOMA KAVERNOSA
Pasien seorang laki-laki usia 62 tahun datang ke poliklinik
bedah dengan keluhan massa di dinding dada yang tidak menimbulkan
keluhan selama 10 tahun. Tidak ada riwayat trauma dinding dada.
Pemeriksaan fisik didapatkan benjolan ukuran 3x 3x 2 cm, berbatas
tegas, warna kemerahan. Pada palpasi konsistensi benjolan lunak.
Dilakukan pemeriksaan X-Ray torak. Hasil X-Ray torak menunjukkan
massa non homogen di dada kanan atas meluas ke dinding dada kanan
diameter 5 cm berbatas tegas. Kemudian dilakukan pemeriksaan MRI,
yang menunjukkan massa diameter 5 cm dengan erosi pada tulang iga.
Direncanakan operasi reseksi tumor.

24 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Makroskopis:
Tumor berukuran 6x 5x 3 cm, warna kemerahan, dengan ruangan-
ruangan berbagai ukuran berisi darah, tampak septa-septa jaringan
ikat. Tidak didapatkan nekrosis.

Mikroskopis:
Tumor tersusun dari ruangan-ruangan pembuluh darah ukuran besar,
bersepta-septa, dilapisi satu lapis sel-sel endotel monomorfi. Lumen
berisi darah.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 25


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PATOLOGI RESPIRASI

Tujuan Instruksional Umum:


1. Mahasiswa mengerti dan memahami beberapa tumor yang ada di
saluran pernapasan atas, diantaranya adalah polip nasi, papiloma
sel skuamosa dan karsinoma nasofaring.
2. Mahasiswa mengerti dan memahami beberapa penyakit infeksi di
paru-paru, diantaranya adalah pneumonia, tuberkulosis paru-
paru dan abses paru- paru.
3. Mahasiswa mengerti dan memahami beberapa tumor di paru-
paru dan pleura, diantaranya adalah karsinoma sel skuamosa,
small cell carcinoma, adenokarsinoma, karsinoma bronkoalveoler,
mesotelioma.
4. Mahasiswa mengerti dan memahami kondisi patologis paru-paru
yang berhubungan dengan penyakit penyakit kardiovaskuler.

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi, patogenesis, gambaran
makroskopis dan gambaran mikroskopis polip nasi, papiloma sel
skuamosa dan karsinoma nasofaring.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi, patogenesis, gambaran
mikroskopis dan gambaran mikroskopis serta pemeriksaan
histokimia yang tepat pneumonia, tuberkulosa paru-paru, abses
paru- paru.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi, patogenesis, gambaran
makroskopis dan gambaran mikroskopis, serta pemeriksaan
imunohistokimia yang tepat karsinoma sel skuamosa,
adenokarsinoma, oat cell carcinoma, karsinoma bronkoalveoler,
mesotelioma.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi, patogenesis,
26 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

gambaran makroskopis dan gambaran mikroskopis kongesti


pulmonum.

Kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa:


Rujukan:
McAdam AJ, Sharpe AH, 2011. Infectious Diseases. In: Kumar V, Abbas
AK, Fausto N, eds. Robbins and Cotran Pathologic Basic of
Disease, seventh edition. Elsevier Saunders.
Husain AN, 2010. The Lung. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, eds.
Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease, eighth edition.
Elsevier Saunders. pp:677-737.
Lingen MW, 2010. Head and Neck. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N,
eds. Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease, eighth
edition. Elsevier Saunders. pp:739-62.
Rosay J, 2011. Respiratory Tract: Nasal Cavity, Paranasal Sinuses, and
Nasopharinx, Larynx and Trachea, Lung and Pleura. In: Rosai J
eds. Rosai and Ackerman's Surgical Pathology, tenth edition.
Mosby Elsevier. pp: 348-98.
Klatt EC. Robin and Cotran Atlas of Pathology second eds. Saunders
Elsevier. pp:106-65.

PAPILOMA SINONASAL
Neoplasma jinak yang timbul dari mukosa sinonasal yang
terusun dari sel-sel epitel skuamosa atau kolumner. Tumor ini
berhubungan dengan infeks HPV tipe 6 dan 11. Tumor ini ada tiga
bentuk eksofitik (paling sering), inverted (secara biologis paling
penting) dan silindrikal. Papiloma inverted adalah tumor agresif tetapi
bersifat lokal. Bila tidak dieksisi secara adekuat, akan kambuh, dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 27


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

potensi komplikasi serius yaitu invasi ke dalam orbita atau kranial, dan
sangat jarang menjadi karsinoma sel skuamosa.

Mikroskopis:
Papiloma inverted menunjukkan tumor yang tumbuh ke dalam
stroma jaringan nasi, tersusun dari proliferasi sel-sel epitel skuamosa,
didapatkan juga sel-sel yang mengandung musin dan sel-sel yang
membentuk struktur mikrokista.

TUBERKULOSIS
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobaterium Tuberculosis,
mempunyai sifat tahan asam, non motile, aerobic, memproduksi
katalase. Tuberkulosis dibagi menjadi tuberkulosis primer yaitu
penyakit tuberkulosis yang menjangkit penderita pertama kali dengan
ciri khas terbentuknya kompleks Ghon dan tuberkulosis sekunder yaitu
penyakit tuberkulosis yang muncul kembali akibat reaktivasi kuman M.
Tuberkulosis yang dorman atau reinfeksi M. Tuberkulosis.

PERUBAHAN PATOLOGI
Tuberkulosis primer [A]:
(1) Inflamasi granulomatosa/ komplek Ghon;
(2) Tuberkel;
(3) Jaringan parut dan kalsifikasi.

Tuberkulosis sekunder [B]:


(1) Sembuh secara spontan maupun oleh terapi dengan membentuk
fibrosis dan kalsifikasi, massa kaseosa berkapsul dengan sedikit
bakteri, dan membentuk tuberkel baru yang lebih besar;
(2) Tuberkulosis pulmonal progresif menyebar melalui:
a) lumen bronkus membentuk kavitas dan fibrosis luas

28 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

b) sputum infeksius menyebabkan tuberkulosis endobronkial,


endotrakeal, dan laringeal
c) limfogen membentuk empiema tuberkulosis, limfadenitis
tuberkulosa
d) hematogen menyebabkan tuberkulosis pulmonal milier,
tuberkulosis milier sistemik, tuberkulosis pada organ misalnya
meningitis tuberkulosis, tuberkulosis renal, osteomielitis,
salfingitis, Pott's disease.

Makroskopis:
Tampak granuloma subpleura kecil, kuning kecoklatan di
daerah mid-lung dan limfonodi hilus yang menjadi ciri khas
makroskopis tuberkulosis primer. Pada sebagian penderita, inflamasi
granuloma ini subklinikal dan tidak berkembang lebih jauh. Setelah
beberapa waktu lesi granulomatosa ini mengecil dan terkalsifikasi, dan
pada pemeriksaan radiologis toraks menunjukkan bintik kalsifikasi.
Tuberkulosis primer adalah pola yang tampak pada infeksi tuberkulosis
awal yang banyak terjadi pada anak-anak.
Bila respon imun tidak baik atau kewalahan oleh infeksi eksesif,
gambaran makroskopis dapat berkembang menjadi penyakit
granulomatosa dengan pola milier karena tampak granuloma kecil
multipel dan kecoklatan, berukuran rata-rata 2- 4 mm tersebar dalam
parenkim paru.

Mikroskopis:
Granuloma yang terbentuk baik, bentuk bulat berbatas tegas
terdiri dari makrofag yang berdiferensiasi disebut sel-sel epiteloid,
limfosit, dan fibroblas. Granuloma melokalisasi mycobacterial, tampak
kecil menunjukkan respon imun baik dan infeksi telah dikendalikan.
Granuloma menunjukkan makrofag epiteloid memanjang

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 29


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

dengan inti panjang dan pucat dengan sitoplasma eosinofilik.


Makrofag yang distimulasi oleh Interferon? diproduksi oleh limfosit T,
mengelompok membentuk sel raksasa berinti banyak yang pada
tuberkulosis disebut sel raksasa berinti banyak tipe langhans dengan
ciri-ciri inti berada di tepi berbentuk mirip tapal kuda.
Untuk mengidentifikasi mycobacteria dalam penampang
jaringan, diperlukan pewarnaan acid-fast bacilli atau Ziehl Neelsen.
Mycobacteria tampak kuman batang berwarna merah, tampak pada
pembesaran kuat.
Tuberkuloma biasanya terjadi pada penderita dewasa dan
menunjukkan reinfeksi tuberkulosa. Pada tuberkuloma selalu
didapatkan daerah nekrosis perkejuan (kaseosa), dengan dinding
fibrous tebal mengelilingi kaseosa, sebukan sel raksasa berinti banyak
tipe Langhans, epiteloid dan limfosit.

30 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

perjalanan penyakit dan Spektrum Tuberkulosis

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 31


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PNEUMONIA BAKTERIAL
Pada community-aquired acute pneumonia, infeksi bakteri
seringkali didahului dengan infeksi saluran pernafasan atas oleh virus.
Bakteri menginvasi parenkima paru-paru menyebabkan alveoli
dipenuhi eksudat inflamasi, yang akhirnya konsolidasi (pengerasan)
pada jaringan pulmo. Beberapa variabel yang menentukan secara
tepat bentuk pneumonia, diantaranya agen etiologi, reaksi pejamu,
pengaruh lingkungan. Faktor predisposisi yaitu usia yang sangat lanjut,
penyakit-penyakit kronis, defisiensi kongenital atau didapat. Beberapa
agen etiologi adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa. Bakterial pneumonia mempunyai dua
distribusi anatomi yaitu bronkopneumonia lobularis dan pneumonia
lobaris. Konsolidasi tersebar tidak merata adalah ciri khas
bronkopneumonia, sedang konsolidasi fibrosupuratif pada sebagian
besar lobus atau seluruh lobus didefinisikan sebagai pneumonia
lobaris.

Makroskopis:
Pada pembelahan paru, menunjukkan penampang paru-paru
dengan daerah yang tampak lebih terang menonjol.
Bronkopneumonia (lobular pneumonia) mempunyai ciri-ciri daerah
konsolidasi yang tersebar tidak rata. Lobar pneumonia, dengan
konsolidasi seluruh lobus kiri atas dari paru-paru. Pola ini lebih jarang
dibandingkan pola bronkopneumonia.
Abscessing bronchopneumonia menunjukkan beberapa abses
dengan dinding ireguler, permukaan kasar, tampak di dalamnya
daerah konsolidasi kecoklatan. Abses paru-paru yang cukup besar
berisi materi nekrosis liquefaktif dan eksudat purulen, yang dapat
ditunjukkan pada pemeriksaan radiografi toraks atau CT-Scan sebagai

32 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

air-fluid level.

Mikroskopis:
Pada bagian kiri, alveoli dipenuhi dengan eksudat neutrofilik,
gambaran mikroskopis ini menunjukkan daerah konsolidasi pada
bronkopneumonia. Berlawanan dengan daerah di sebelah kanannya,
menunjukkan alveoli yang teraerasi. Pola tersebut sesuai dengan
distribusi bronkopneumonia yang terlihat pada radiografi toraks.
Daerah yang terkonsolidasi sesuai dengan pola distribusi dari lobulus
paru-paru - karena itu disebut pneumonia lobuler.
Eksudat alveolar ini terutama terdiri dari neutrofil. Disekeliling
dinding alveoler didapatkan kapiler yang kongestif (terdilatasi dan
berisi eritrosit). Proses eksudatif ini secara tipikal disebabkan infeksi
bakteri. Proses eksudat ini menyebabkan batuk produktif dengan
sputum purulen kekuningan. Arsitektur alveolus tampak baik, karena
itu meskipun terjadi pneumonia yang luas hanya sedikit terjadi
kerusakan parenkim pulmonal.
Bila pneumonia disebabkan oleh bakteri yang sangat virulen
misalnya Staphylococcus aureus dengan proses inflamasi yang lebih
berat dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru-paru disertai
perdarahan. Dinding alveolus tidak terlihat lagi karena adanya
pembentukan abses dengan sebukan neurtrofil yang padat disertai
perdarahan.

ABSES PULMONUM
Abses paru- paru adalah proses supuratif terlokasi di dalam
paru, dengan ciri-ciri jaringan nekrotik paru- paru. Faktor risiko
terbentuknya abses paru adalah prosedur bedah orafaringeal, infeksi
sinobronkial, sepsis dental dan bronkiektasis. Bakteri masuk melalui
mekanisme:

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 33


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

1. Aspirasi material infekstif (tersering), pada alkoholisme akut,


koma, anesthesia, sinusitis, sepsis ginggivodental, keadaan
debilitas di mana reflek batuk menurun
2. Infeksi paru- paru primer sebelumnya
3. Embolisme septic
4. Neoplasia
5. Trauma langsung paru- paru, supurasi esofagus, vertebra, cavitas
pleura menyebar ke paru- paru, penyebaran hematogenik ke paru-
paru oleh kuman piogenik.

Makroskopis:
Diameter abses bervariasi dari 5- 6 cm, mengenai bagian manapun
paru- paru, dapat tunggal atau multiple. Abses paru karena aspirasi
sering pada bagian paru kanan (karena bronkus utama lebih vertikal).

Mikroskopis:
Ruang abses dipenuhi debris supuratif dan didapatkan destruksi
parenkim paru. Bila ruang tersebut berkontak dengan saluran udara,
eksudat didalamnya akan mengering sebagian dan menciptakan ruang
berisi udara.

EDEMA PULMONUM
Penyebab hemodinamik tersering dari edema pulmonum
adalah meningkatnya tekanan hidrostatik, yang terjadi pada gagal
jantung kongestif kiri. Kongesti pulmonum mendahului edema
pulmonum. Akumulasi cairan awalnya di basal lobus bawah karena
tekanan hidrostatik.

Mikroskopik:
Alveoli dipenuhi material warna merah muda yang merupakan ciri
khas dari edema pulmonum. Kapiler alveoler membengkak, dengan
34 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

transudasi terbatas pada ruang intersisial perivaskuler, menyebabkan


melebarnya septa alveoler. Seiring meningkatnya tekanan vena terus-
menerus, kapiler dapat pecah, menghasilkan perdarahan kecil di ruang
alveoler. Makrofag alveoler memfagositosis eritrosit dan akhirnya
terisi oleh hemosiderin. Makrofag berpigmen ini disebut sel gagal
jantung. Edema septal yang berlangsung terus-menerus dapat
menyebabkan fibrosis di dinding alveoler, yang dengan akumulasi
hemosiderin merupakan karakteristik kongesti vena kronis dari paru.

KARSINOMA SEL SKUAMOSA PULMONUM


Karsinoma sel skuamosa umummya didapatkan pada laki-laki
dan sangat erat berkaitan dengan kebiasanan merokok. Karsinoma ini
penyumbang 44% karsinoma paru pada laki-laki dan 25% pada wanita.
Umumnya karsinoma sel skuamosa terjadi pada bagian tengah paru-
paru di segmen bronkus di daerah hiler dan perihiler paru dan
mengobstruksi bronkus utama kanan menimbulkan pneumonitis
obstruktif atau atelektasis pada 50%. Sel-sel maligna eksfoliatif lebih
sering ditemukan pada spesimen sputum atau sitologi brushing.
Neoplasma ini sering terjadi mutasi gen p53, hilangnya ekspresi gen
RB1 dan tidak didapatkan protein produksi gen p16. Sindrom
paraneoplastik yang paling sering terjadi pada karsinoma sel skuamosa
adalah hiperkalsemia produksi dari hiperparatiroidisme
(parathormone-related peptide).

Makroskopis:
Neoplasma ini konsistensinya lunak dan penampang berwarna
putih kecoklatan. Karsinoma ini merupakan karsinoma terbanyak pada
paru-paru dan paling sering terjadi pada perokok. Emfisema juga
terlihat. Daerah kehitaman merepresentasikan antrhacotic pigment
terperangkap dalam tumor dan lifonodi hilar.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 35
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Mikroskopis:
Ciri khas karsinoma sel skuamosa adalah sel-sel dengan
sitoplasma merah muda, megandung keratin (keratinisasi individual),
dengan batas sel jelas dan intercellular bridges. Didapatkan gambaran
mitosis. Keratinisasi yang diproduksi sel-sel neoplasma dapat
membentuk mutiara pertandukan, dengan lapisan- lapisan keratin
konsentris. Gambaran ini dapat dilihat pada karsinoma sel skuamosa
berdiferensiasi baik (gambaran morfologi sel-sel tumor sangat
menyerupai gambaran morfologi sel asalnya). Namun, umumnya
karsinoma bronkogenik berdiferensiasi jelek.

SMALL CELL CARCINOMA PULMONUM


Small cell (oat cell) carcinoma 10-20% dari seluruh kanker paru.
Umumnya penderita adalah laki-laki, rata-rata usia 60 tahun, 85%-nya
perokok. Small cell carcinoma sangat agresif dan sering metastasis luas
sebelum massa tumor primer dalam paru-paru mencapai ukuran
besar. Tumor ini sangat responsif terhadap kemoterapi, berbeda
dengan tumor lain kemoresisten, sehingga tumor paru dapat dibagi
menjadi small cell carcinoma dan non small cell carcinoma untuk
tujuan klinis. Meskipun demikian prognosis tumor ini jelek. Tumor ini
muncul umumnya di bronkus hanya sedikit di perifer. Biopsi
bronkoskopi umumnya positif meskipun secara makroskopis tidak
tampak tumor. Sindrom paraneoplastik yang berkaitan adalah cushing
syndrome, hiponatremia (sekresi ADH). Sering terjadi mutasi gen
pensupresi tumor p53 dan RB, dan gen anti apoptosis BCL2.

Makroskopis:
Tumor muncul di bagian tengah paru dan menyebar ekstensif.
Penampang tumor konsistensi lunak rapuh, warna putih kecoklatan,

36 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

dengan nekrosis luas. Pada gambar tumor menyebabkan obstruksi


bronkus menyebabkan atelektasis bronkus distal.

Mikroskopis:
Pola pertumbuhan biasanya solid, atau berbentuk alur seperti
pita, rosettes dan pseudorosettes, atau tubulus dan duktulus. Sel-sel
neoplasma mempunyai ciri khas bulat atau oval, kecil berwarna biru
kehitaman, sitoplasma sangat sedikit, inti bergranula halus (salt and
paper appearance) dan sangat hiperkromatik, anak inti tidak terlihat,
mitosis banyak.

ADENOKARSINOMA PULMONUM
Adenokarsinoma lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada
perempuan, jenis karsinoma ini berkontribusi pada 50% kasus
karsinoma paru wanita sedangkan prosentase kasus pada pria lebih
sedikit. Adenokarsinoma adalah satu tipe sel tumor paru primer yang
sering terjadi pada penderita bukan perokok dan yang telah berhenti
merokok. Jika pertumbuhan neoplasma ini terbatas pada paru-paru
(stadium awal), reseksi paru-paru mungkin dapat menyembuhkan.
Pemeriksaan imunohistokimia TTF-1 spesifik untuk adenokarsinoma
asal paru-paru, sehingga dipakai membedakan dengan metastasis
adenokarsinoma. Sering terjadi mutasi gen RB, p53, p16. Mutasi gen
K-RAS lebih sering terjadi pada perokok.

Makroskopis:
Tampak lokasi tumor terletak di perifer paru-paru kiri.
Adenokarsinoma dan large-cell anaplastic carcinoma cenderung
terjadi di perifer paru-paru. Gambaran yang soliter dari neoplasma ini
dapat menunjukkan bahwa tumor ini adalah tumor primer dari pada
suatu metastasis.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 37


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Mikroskopis:
Neoplasma ini dengan sel-sel tumor berarsitektur kelenjar dan
sedikit sel-sel tumor berarsitektur solid sesuai dengan
adenokarsinoma berdiferensiasi sedang. Dapat ditemukan titik-titik
musin di dalam sitoplasma sel tumor. Sering didapatkan anak inti
prominen. Banyak karsinoma bronkogenik, termasuk
adenokarsinoma, berdiferensiasi buruk, sehingga menimbulkan
kesulitan dalam penegakan diagnosis histopatologi, sehingga dapat
dikelompokkan dalam non-small cell carcinoma. Untuk tujuan terapi,
pengelompokan ini sudah mencukupi. Penatalaksanaan
adenokarsinoma bergantung pada stadium tumor.

KARSINOMA BRONKOALVEOLER
Karsinoma bronkoalveoler menunjukkan berbagai gambaran
makroskopis yang mempunyai hubungan penting dengan tipe
mikroskopis dan proknosis, nodil perifer tunggal, nodul multipel,
infiltrat difus pneumonic-like. Secara mikroskopis karsinoma
bronkoalveoler dibagi menjadi tipe musinosa dan nonmusinosa.

Makroskopis:
Varian karsinoma paru-paru yang jarang terjadi dengan
gambaran makroskopis (dan pada gambaran radiografi toraks) daerah
lesi yang tidak berbatas tegas menyerupai konsolidasi pneumonia.
Massa yang berbatas tidak tegas melibatkan lobus paru-paru kanan, di
daerah ini tampak berwarna abu-abu kecoklatan.

Mikroskopis:
Karsinoma bronkoalveoler tersusun dari sel-sel kolumner yang
berproliferasi sepanjang kerangka septa alveoler. Sel-sel neoplastik ini
berdiferensiasi baik. Neoplasma ini, suatu bentuk adenokarsinoma,

38 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

umumnya mempunyai prognosis baik dibandingkan kanker primer


paru lainnya, tetapi karsinoma brokoalveoler tidak terdeteksi pada
stadium awal. Variasi musinosa tersusun oleh sel-sel kolumner
berdiferensiasi baik dan mengandung musin yang membatasi septa
ruang respirasi sel-sel tumor tidak menginvasi stroma sekitarnya,
membentuk gambaran 'lepidic' atau butterfly sitting in the fence.
Karsinoma bronkoalveoler tipe musinosa cenderung untuk menyebar
dan membentuk tumor satelit atau konsolidasi pneumonia-like,
konsolidasi ini berhubungan dengan penyebaran tumor di daerah
bronkiolus. Variasi nonmusinosa juga menunjukkan pola
pertumbuhan 'lepidic', tanpa invasi ke dalam stroma. Sel-sel tumor
cenderung bentuk kuboid dibanding kolumner dan tampak eosinofilik.
Inti lebih atipia dan anak inti lebih terlihat jelas dibandingkan tipe
musinosa. Sel-sel Hobnail dapat ditemukan. Ditemukan inkulsi
eosinofilik intranuklear bila diperiksa dengan pengecatan histokimia
PAS positif, inklusi tersebut mengandung surfaktan dan kelompokan
mikrofilamen. Pemeriksaan ini penting untuk diagnostik. biasanya
berupa nodul soliter yang mudah direseksi.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 39


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

MESOTELIOMA MALIGNA
Mesotelioma maligna dalam toraks berasal dari pleura viseralis
atau pleura parietalis. Mesotelioma sering terjadi pada pekerja-
pekerja yang terpapar abes. Periode laten perkembangan dari tepapar
asbes sampai munculnya mesotelioma adalah 25- 45 tahun.

Makroskopis:
Lesi difus yang menyebar luas dalam ruang pleura dan
berhubungan dengan efusi pleura dan invasi ke parenkim paru-paru.
Paru-paru dilapisi lapisan tebal, lunak, berlendir, warna merah muda
sampai abu-abu.

Mikroskopis:
Mesotelioma tipe epiteloid terdiri dari sel-sel kuboidal,
kolumner, pipih; sitoplasma banyak dan asidofilik, inti atipi; tersusun
dalam bentuk tubuler atau papiler. Sel-sel tumor infiltratif ke jaringan
sekitarnya. Untuk membedakan dengan adenokarsinoma dapat
dikerjakan pengecatan imunohistokimia calretinin.

SEMOGA BERMANFAAT, TUHAN MEMBERKATI

40 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PK: TRANSUDAT & EKSUDAT

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 41


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

TRANSUDAT DAN EKSUDAT


TUJUAN UMUM
Mahasiswa dapat memahami :
1. Perbedaan antara transudate dan eksudat
2. Indikasi pemeriksaan transudate dan eksudat
3. Cara – cara pemeriksaan transudate dan eksudat

TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa dapat menjelaskan dan melaksanakan :
1. Menjelaskan metode – metode pemeriksaan yang lazim untuk
membedakan transudate dan eksudat
2. Menjelaskan arti hasl pemeriksaan transudate dan eksudat
3. Melaksanakan tes – tes pemeriksaan transudate dan eksudat
secara sederhana
4. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan tes – tes pemeriksaan
transudate dan eksudat

PENDAHULUAN
Dalam keadaan normal dapat dijumpai sejumlah kecil cairan
tubuh diantara dua sekat membran yang membentuk rongga kecil
dalam suatu alat tubuh Seperti ruangan perikardium, ruangan
peritoneum dan ruangan pleura. Cairan Ini berfungsi sebagai pelumas
agar membran-membran tersebut dapat bergerak tanpa geseran.
Dalam keadaan patologis cairan tersebut dapat bertambah banyak.
Berdasarkan beberapa faktor yang menyebabkan bertambahnya
cairan serta perbedaan penampilan fisik dan susunan kimianya, cairan
yang terbentuk dibedakan menjadi transudat dan eksudat.

A.1. TRANSUDAT
Suatu cairan patologis yang dapat terjadi dari proses non-
inflamasi. Proses ini merupakan bentuk kongesti yang berlangsung

42 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

secara pasif. Dalam keadaan normal terjadi mekanisme keseimbangan


antara tekanan darah kapiler dan tekanan osmotik protein plasma.
Tekanan kapiler secara fisiologis mendorong cairan ke dalam rongga
jaringan, sementara tekanan osmotik protein plasma akan
mempertahankan cairan intravaskuler. Bila terjadi gangguan
keseimbangan tersebut maka akan berlangsung peningkatan cairan
dalam rongga jaringan. Rongga jaringan yang sering mengalami proses
ini misalnya peritoneum, perikardium, pleura dan sinovia.
Berikut beberapa faktor yang dapat menimbulkan terjadinya
transudat:
1. Penurunan tekanan onkotik plasma akibat hipoalbuminemi, dapat
terjadi pada sindroma nefrotik dan sirosis hati.
2. Peningkatan retensi natrium dan air, terjadi pada:
a. Pemakaian natrium dan air yang berlebihan
b. Penurunan ekskresi natrium dan air misalnya pada gagal ginjal.
3. Meningkatnya tekanan kapiler/vena:
a. Kegagalan jantung
b. Proses terjadinya asites (sumbatan vena porta)
c. Pericarditis konstriktif
4. Sumbatan limfe
a. Hidrothoraks
b. Limfedema misalnya pada elefantiasis atau pada pasca
mastektomi radikal.

A.2. EKSUDAT
Cairan patologis yang terjadi akibat suatu proses radang yang
sering disebabkan oleh sesuatu infeksi.
Eksudat dapat terjadi pada keadaan-keadaan berikut:

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 43


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

1. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit seperti


misalnya terdapat pada pericarditis purulenta.
2. Trauma misalnya hematoma, hemartrosis, hemoperikardium dan
Iuka bakar.
3. Benda asing dalam rongga tubuh (infeksi steril)
4. Kasus-kasus keganasan dan metastasis.

A.3. INDIKASI PEMERIKSAAN TRANSUDAT DAN EKSUDAT


Pemeriksaan laboratorium untuk membedakan kedua cairan
tersebut diharapkan dapat mengetahui penyebab terjadinya cairan.

A.4. PERBEDAAN TRANSUDAT DAN EKSUDAT


Hasil pemeriksaan terhadap bahan tersangka dengan berbagai
parameter dapat membedakan apakah bahan tersebut transudat atau
eksudat. Secara ringkas hasil penilaian tersebut terlihat pada tabel
berikut.

Tabel 3.1: Perbedaan antara Transudat & Eksudat (Krieg a Kjeldsherg,


1991).
Parameter Transudat Eksudat
Makros • serous, jernih, • dapat serous,
kadang agak keruh serofibrinous,
• tidak mudah seropurulen, purulen
membeku atau, hemoragis
• mudah membeku
(fibrin)
BJ < 1,016 > 1,016
Bakteri jarang terdapat Sering didapat
Streptococcus,
Staphilococous,
Pneumococcus,
Actinomyces.

44 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Sel Sedikit, biasanya banyak (>500/ml):


mononuklear • akut banyak PMN
(<500 sel/ml) • kronik banyak
mononuklear
Protein < 3gr% > 3gr%
Glukosa sesuai kadar gula darah sering lebih rendah
dibanding gula darah
karena banyak bakteri /
lekosit
A.5. CARA PENGAMBILAN BAHAN
Spesimen diambil dengan melakukan punksi. Tata cara
pelaksanaan punksi dikerjakan dengan memperhatikan kaidah-kaidah
aseptik seperti pelaksanaan punksi pada umumnya (lihat pelaksanaan
punksi pada Bab Cairan Otak). Perlu satu wadah steril untuk
pemeriksaan bakteriologik dan satu wadah lagi yang berisi
antikoagulan (heparin atau sitras). Pemeriksaan morfologi dianjurkan
segera dilakukan agar morfologi tidak rusak.
Indikasi pengambilan bahan (Transudat/Eksudat):
1. untuk mengetahui etiologi dari timbunan cairan tersebut
(Eksudat/Transudat)
2. Untuk mengurangi gejala klinis misal; dipsnea, perut merasa sesak
atau sakit mendadak
3. Untuk menghindari terjadinya kumpulan darah/nanah missal
Hemithoraks atau EMPIEMA
4. Untuk mengurangi cairan di dalam rongga pleura karena akan
diganti dengan obat yang akan dimasukkan kedalam rongga
tersebut.

A.6. JENIS-JENIS TES


A.6.a Pemeriksaan Makroskopis

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 45


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan: warna, kejernihan,


bau, BJ, dan bekuan.
1. Warna
Warna transudat maupun eksudat dipengaruhi oleh bahan
yang terkandung di dalamnya. Transudat pada umumnya berwarna
kekuningan, sedangkan eksudat dapat berwarna kuning sampai
merah sesuai dengan penyebab dan berat ringannya radang.
2. Kejernihan
Kejernihan juga dipengaruhi oleh bahan-bahan yang
terkandung dalam cairan, sehingga memberikan penampilan yang
bervariasi mulai dari jernih agak keruh dan sangat keruh. Umumnya
kekeruhan dipengaruhi oleh banyaknya sel yang terkandung.
Lekosit memberikan kekeruhan ringan sampai berat. Sel darah
merah memberikan kekeruhan yang kemerah¬merahan.
Transudat murni biasanya jernih, sedangkan eksudat agak keruh.
Untuk melukiskan kekeruhan ini biasanya dipergunakan istilah
seperti serofibrinous, seropurulen, serosanguinous, hemoragik,
fibrineus dll.
3. Bau
Bila tidak terjadi suatu proses tertentu misalnya pembusukan
protein, biasanya baik transudat maupun eksudat tidak
menunjukkan bau yang bermakna. Pada keadaan dengan infeksi
kuman anerob atau dengan Eschericia coli cairan berbau busuk.
Adanya bau ini dapat mengarahkan kita pada suatu eksudat.
4. Berat Jenis
Harus segera ditentukan untuk menjaga terjadinya bekuan.
Penetapan BJ dapat menggunakan urinometer bila jumlah cairan
cukup banyak, bila jumlah cairan tidak memungkinan penetapan
dapat menggunakan refraktometer.

46 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

5. Bekuan
Bekuan hanya terdapat di dalam eksudat karena adanya fibrin.
Pelaporan adanya bekuan biasanya dinyatakan dengan istilah
bekuan renggang, berkeping, sangat halus dll.

A.6.b Pemeriksaan Mikroskopis


Pemeriksaan ini umumnya hanya ditujukan pada
penghitungan jumlah lekosit saja. Jumlah lekosit hanya dikerjakan bila
cairan jernih atau agak keruh, dan umumnya tidak dilakukan untuk
cairan yang purulen. Penghitungan jumlah lekosit dikerjakan seperti
teknik yang berlaku untuk darah atau cairan otak. Berbeda dengan
bahan darah atau cairan otak, pengenceran untuk bahan transudat
atau eksudat dipergunakan larutan NaCI 0,9%. Larutan Turk diduga
menyebabkan bekuan. Penghitungan jumlah lekosit umumnya hanya
sedikit memberi manfaat.
Hitung jenis sel untuk bahan transudat atau eksudat hanya
membedakan dua jenis sel saja yaitu sel berinti tunggal yang
dimasukkan dalam kelompok limfosit dan sel PMN.

A.6.c Pemeriksaan Kimia


Pemeriksaan kimia untuk transudat dan eksudat umumnya
hanya dikerjakan untuk protein dan glukosa saja. Pemeriksan yang
sering dikerjakan adalah: tes Rivalta dan pemeriksaan protein total
dengan metoda Esbach.
• Kelemahan tes Rivalta: sangat subyektif sehingga perlu
pengulangan beberapa kali.
• Kelebihan tes Rivalta: sangat mudah dan praktis, dapat
dilaksanakan secara bed-side, dapat dipergunakan untuk
diagnosa sementara.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 47


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

• Untuk glukosa dilakukan dengan metoda colorimetrik seperti


misalnya dengan GOD-perid.

A.6.d Pemeriksaan Bakteriologis


Metode yang sering dikerjakan ialah dengan pengecatan Gram
dan Ziehl-Neelsen dengan prosedur seperti pemeriksaan bakteriologis
pada umumnya.

B. ANALISA LABORATORIUM
B.1. PEMERIKSAAN PROTEIN
1. Metode Rivalta
2. Prinsip
Merupakan pemeriksaan kualitatif. Pemeriksaan berdasarkan
reaksi antara seromucine dan asam asetat glasial yang
menimbulkan kekeruhan atau kabut di dalam cairan. Seromucine
ini hanya terdapat di dalam cairan eksudat.
3. Bahan
Bahan/spesimen dapat berasal dari cairan peritoneum (asites),
perikardium, pleura dll.
4. Peralatan dan pereaksi yang diperlukan
a. gelas Erlenmeyer
b. pipet
c. akuades
d. asam asetat glasial
5. Tata cara pemeriksaan & pembacaan hasil
a. Isikan 100 ml akuades ke dalam tabung Erlenmeyer
b. Tambahkan ke dalam tabung tersebut: 1 (satu) tetes asam
asetat glasial dan campurlah.

48 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

c. Dari jarak sekitar 1 cm di atas cairan, jatuhkanlah satu tetes


bahan yang diperiksa dan amatilah:
➢ hasil negatif bila bahan yang diperiksa campur dengan
larutan asam asetat glasial tanpa menimbulkan kekeruhan
➢ hasil positif lemah bila terlihat kekeruhan ringan berupa
kabut halus.
➢ hasil positif: bila terlihat kekeruhan yang nyata seperti
kabut tebal atau berupa presipitat berwarna putih

B.2. HITUNG JENIS LEKOSIT


1. Prinsip & metode
Prinsip dan metode pemeriksaan seperti pada hitung jenis lekosit
pada darah tepi. Pada pemeriksaan ini hanya dibedakan jenis sel
berinti satu yang digolongkan sebagai limfosit dan jenis PMN.
2. Bahan pemeriksaan
Merupakan cairan tersangka yang berasal dari punksi cairan dari
rongga jaringan. Sebelum pemeriksaan dilakukan perlu
diperhatikan hal-hal berikut:
a. bila cairan jernih, dilakukan pemusingan terhadap 10-15 ml
cairan. Sedimen yang terjadi dicampur dengan beberapa tetes
serum penderita sendiri, kemudian dibuat sediaan apus.
b. bila cairan keruh atau purulen, langsung dibuat sediaan apus
dari bahan tersebut.
3. Peralatan & pereaksi yang diperlukan
a. kaca obyek yang bersih, kering.
b. kaca penghapus: rata, bersih
c. pipet
d. cat (Romanowwski)
4. Tata cara pembuatan hapusan & pengecatan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 49


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Dilakukan seperti pada tata cara pembuatan hapus darah tepi.


5. Tata cara pembacaan
Dihitung sebanyak 300 sel, dan dibedakan atas dua jenis sel yaitu
sel berinti satu yang digolongkan sebagal limfosit dan jenis lain
sebagai PMN.
6. Analisa hasil
Radang akut memberikan banyak jenis PMN, radang kronis
memberikan banyak limfosit.

B.3. JUMLAH LEKOSIT


Penghitungan jumlah lekosit hanya sedikit memberi manfaat.
Hanya dilakukan penghitungan jumlah lekosit bila bahan merupakan
cairan yang jernih, bila cairan purulen tidak ada manfaatnya dilakukan
penghitungan.
• Cara kerja: seperti prosedur penghitungan lekosit yang sudah
dibakukan. Pengenceran dilakukan dengan NaCl 0,9%, karena
larutan Turk dapat menyebabkan terjadinya bekuan dalam
cairan.

RANGKUMAN
Dalam keadaan normal dapat dijumpai sejumlah kecil cairan
tubuh diantara dua sekat membran yang membentuk rongga kecil
dalam suatu alat tubuh seperti ruangan perikardium, ruangan
peritoneum dan ruangan pleura. Dalam keadaan patologis cairan
tersebut dapat bertambah banyak oleh beberapa faktor.
Berdasarkan faktor-faktor penyebab, penampilan fisik dan
susunan kimiawinya, cairan patologis tersebut dibedakan menjadi
transudat dan eksudat. Cairan transudat biasanya disebabkan oleh

50 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

faktor penurunan tekanan onkotik plasma, peningkatan retensi


natrium dan air, peningkatan tekanan kapiler/vena serta terjadinya
penyumbatan limfe.
Sedangkan cairan eksudat terjadi biasanya sebagai akibat
suatu proses infeksi. Konsekuensi proses terjadinya kedua jenis cairan
patologis ini menimbulkan perbedaan penampilan fisik dan susunan
kimiawi antara keduanya.
Indikasi pemeriksaan cairan patologis ini untuk mengetahui
apakah cairan tersangka merupakan cairan transudat ataukah eksudat
sehingga dapat diketahui penyebab patologisnya. Pada umumnya
kedua cairan ini berbeda dalam warna, bau, kejernihan, BJ, jumlah sel,
hitung jenis sel, kadar protein, kadar glukosa serta status
bakteriologisnya.

Buku Acuan :
Krieg and Kjeldbergs (2012) Cerebrospinal Fluid and Other Body Fluid
in Henry’s Clinical Diagnosis Management by Laboratory Methods.
22nd ed. WB Saunders company Philadelphia. Pp : 553-5

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 51


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PK : S P U T U M

52 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

SPUTUM

TUJUAN UMUM
Mahasiswadapat menjelaskan:
1. Pemeriksaan sputum secara mikroskopis
2. Gambaran sputum secara mikroskopis

TUJUAN KHUSUS
Mahasiswadapat menjelaskan:
1. Pengambilan sampel pada pemeriksaan sputum
2. Gambaran sputum dengan bermacam-macam penyakit
3. Unsur-unsur khusus pada berbagai penyakit
4. Pemeriksaan bakteri GRAM positif atau negatif
5. Pemeriksaan bakteri TBC

PENDAHULUAN
Sputum adalah sekresi trachea bronchial yang terdiri dari
campuran plasma, air, elektrolit dan lendir dimana saat melaiui traktus
respiratorius bagian bawah dan atas akan terkontaminasi sel
exfoliatifa, kelenjar saliva serta flora normal bakteri mulut.
Kita bedakan antara material yang dibatukkan apakah sputum
atau non sputum. Secara makroskopis sputum kental non cain.
Mikroskopis sel-sel PMN dan epitel dalam sputum lebih banyak.
Pemeriksaan sputum terdiri atas pemeriksaan makroskopis
dan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakterioiogis biasanya
untuk pemeriksaan resistensi kuman, pemeriksaan kuman TBC dan
pemeriksan kuman-kuman anaerob. Kelemahan pemeriksaan kultur
karena memakan waktu lama kadang-kadang tidak ditemukan kuman,

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 53


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

mungkin kesalahan tehnik, salah pengambilan sample. Untuk kuman


TBC, kultur kurang lebih hanya positif 10 %.
Sampel sputum sering terkontaminasi saliva, sekresi
nasofaring dan bakteri atau partikel makanan. Untuk mengurangi
kontaminasi, penderita supaya berkumur lebih dahulu sebelum
sample diambil. Untuk pengambilan sample penderita boleh memakai
ekspektoran atau mukolitik, sample sputum pagi hari baik untuk
pemeriksaan karena sputum pagi hari ini menggambarkan sekresi
pulmo pada malam harinya. Walaupun sputum ini juga terkontaminasi
oleh sekresi trancheo bronchial yang tertelan pada waktu tidur serta
inflamasi cataral nasofaring yang terakumulasi pada bronchus pada
malam harinya. Sputum pagi adalah sputum yang dibatukkan pada
pertama kali saat bangun tidur. Bila penderita telah batuk tapi sulit
untuk mendapatkan sputum maka penderita dibaringkan dengan
kepala lebih rendah, bernafas dalam baru penderita disuruh batuk.
Untuk mendapatkan sample yang memadai, yang penting kita bisa
kerja sama dengan penderita. Yang sukar untuk pengambilan sample
pada anak. Untuk ini ada 3 cara yang sering digunakan:
1. Nasofaring swab (usapan nasofaring).
Disebut juga sekret tenggorok. Pada saat batuk pada
tenggorok anak tersebut masih tertinggal sputum pada tenggorok
sehingga ulasan dinding nasofaring dapat diambil sebagai sample
sputum. Cukup baik untuk penderita bronchitis. 80% bronchitis pada
anak disebabkan oleh Hemophilus influenzae.
2. Cough plate: batuk langsung pada cawan atau piring.
Cawan dipegang dimuka mulut kemudian anak disuruh batuk.
3. Cough swab technique: dibuat batuk dengan swab.
Mudah dikerjakan dan sample tidak terkontaminasi. Anak
dibuka mulutnya dengan bantuan tongue spatle, lidah ditekan maka

54 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

epiglotis akan terlihat kemudian epiglotis diusap dengan swab untuk


merangsang batuk. Material dari trachea akan dibatukkan keluar dan
tertimbun pada swab kemudian swab dioleskan pada tempat untuk
pemeriksaan. Supaya tidak terkontaminasi, diusahakan swab jangan
sampai menyentuh dinding nasofaring.
Untuk penderita yang sukar batuk secara spontan dapat
dilakukan sputum induksi. Sputum induksi ini akan menaikkan sekresi
brochus dan merangsang batuk. Induksi dilakukan dengan 10%
propyline glycol. Pada saat ini untuk pengambilan sputum yang sering
digunakan pada orang dewasa adalah sputum pagi dan sputum
induksi. Untuk penderita yang kurang kooperatif bisa dilakukan
aspirasi gaster dan ini dilakukan pagi hari. Untuk TBC paru bagian
bawah dapat dilakukan aspirasi transtracheal dan bilasan bronchie.
Sample yang telah ditampung dimasukkan botol tertutup yang steril
dan segera dikirim ke laboratorium. Sputum yang disimpan dalam
almari es (temperatur 4 – 8 °C) selama satu malam tidak berpengaruh
pada pemeriksaan sel squamus, neutropil dan bakteri TBC, tetapi
berpengaruh terhadap pemeriksaan pengecatan organisme baik
bentuk maupun jumlahnya. Untuk kasus tertentu sample sputum
didapat dengan aspirasi transtracheal. Kontra indikasi transtracheal
aspirasi: penderita tak kooperatif, diatese hemoragi, batuk berat,
kardiak aritmia. Komplikasi: perdarahan, infeksi para tranchea,
episema.
Pada pemeriksaan sputum makroskopis diperiksa volume,
bau, warna, konsistensi dan urusur-unsur khusus. Konsistensi sputum
dapat serous, mukus, purulen, berdarah, atau campuran seropurulen,
mukopurulen. Misalnya pada sputum penderita odem pulmo akan
terlihat berbuih, serous, berdarah. Normal biasanya jernih, berair dan
sedikit opak karena adanya sel-sel di dalamnya. Bisa lebih opak karena

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 55


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

adanya masa pus dan epitel. Material lainnya yang jarang didapat
seperti spiral Curschmann’s, pnemolit, benda ditrich, masa perkejuan,
selinder bronchial dan sisa makanan serta parasit. Adanya benda-
benda ini perlu perhatian khusus, karena adanya benda ini merupakan
petunjuk adanya satu penyakit.
Unsur khusus masa perkejuan berasal dan jaringan nekrosis
dan biasanya terdapat pada TBC paru, abces paru, dan ganggren paru.
Spiral Curschmann’s merupakan masa mukoid, berwarna putih
kekuningan yang merupakan jaringan spiral yang bisa mengulung
seperti bola, panjang 1,5 cm. Unsur ini terbentuk dalam lumen
bronchus kecil, bronchiolus dan duktus kelenjar sero mucus bronchus.
Cukup karakteristik untuk asthma bronchiale, terdapat juga pada
bronchitis kronis dan perokok berat.
Unsur khusus yang lain benda Ditrich. Umumnya benda ini
dibatukkan keluar secara terpisah dan berupa benda perkejuan
dengan warna kekuningan atau abu-abu dengan ukuran sebesar ujung
jarum sampai sebutir kacang. Terdiri atas sel yang besar, kristal asam
lemak, butir-butir lemak dan bakteri. Terdapat pada bronchiectasi,
asthma bronchiale dan bronchitis chronis.
Selinder bronchial merupakan selinder yang terbentuk dalam
bronchus beserta cabangnya, ukurannya tergantung di bronchus mana
selinder itu terbentuk. Biasanya dibentuk dari fibrin dan berwarna
putih abu-abu. Dijumpai pneumo lobaris stadium konsulidasi, tetapi
karena kemajuan terapi maka sekarang jarang dijumpai. Benda ini
dikeluarkan dari bronchus sebagai benda asing. Terdapat pada TBC
paru penyakit cor chronis, bronchitis fibrinosa.
Benda khusus yang lain pnemolit. Benda ini dibentuk dari
jaringan nekrosis atau infeksi yang mengalami calsifikasi dalam
bronchus besar atau suatu ruangan. Terdapat pada: sering pada

56 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Histoplasmosis, TBC, carsinoma pulmo, idiopatik micro litiasis. Benda


ini sekarang jarang ditemukan. Benda-benda asing, pada umumnya
merupakan benda kecil sebagai mainan anak, makanan keras yang
tertelan, kancing baju, kacang tanah (sering). Parasit yang sering
didapat: Ascaris lumbricoides, Echinococus granulosa, dan Toxocara
canis.
Pemeriksaan makroskopis diperiksa volume. Dalam keadaan
normal tidak lebih dari 25 ml tiap 24 jam. Volume lebih 25 ml terdapat
pada TBC paru tanpa cavernae. Volume lebih 100 ml pada TBC paru
dengan cavernae, Bronchiektasis, Oedem paru, Abces paru, Ganggren
paru, Asthma bronchiale. Lebih 500 ml pada Oedem pulmo yang acut,
proses extra paru yang pecah masuk paru seperti pada Empyema sub
prenik, Abces hepar.
Pemeriksaan makroskopis untuk warna maka pada sputum
normal tidak didapat warna. Sedang untuk warna kuning biasanya
karena adanya epitel yang menyertai proses pnemonia atau oleh
karena adanya pus. Warna hijau oleh karena pigmen empedu biasanya
pada penderita ikterus. Kemudian warna hijau juga dapat karena
infeksi kuman piogenic, infeksi kuman pseudomonas, juga dapat
karena sputum yang didiamkan selama 24 jam, ini disebabkan
neutropil yang lisis mengeluarkan enzym verdoperoxidase. Warna
hitam karena debu, arang dan karbon. Warna coklat seperti karat
(hematin) merupakan darah yang tak segar sebagai darah yang tak
terurai. Terdapat pada Gangren paru, Pneumococcus pnemonia, Abces
amoeba yang ruptur. Warna merah karena darah segar terdapat pada
batuk darah (hemoptoe) terdapat pada acut cardiac failure, Infark
pulmo, TBC paru (banyak), bronchiectasi, Pnemonia, truma paru,
mitral stenosis, camaligna pulmo, neoplasma yang menyebabkan
rupturnya pembuluh darah.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 57


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Pemeriksaan makroskopis tentang bau, pada umumnya baik


sputum normal atau patologis tidak berbau tetapi terdapat bakteri
dekomposisi dalam traktus respitarius atau pada sputum yang telah
dibatukkan maka sputum akan berbau. Sputum yang berbau busuk
oleh karena dekstrusi jaringan paru, keadaan exudat terkumpul pada
jalan napas, ruptur diafragma dan pada abces hepar. Keadaan exudat
banyak terkumpul pada jalan napas Abces paru, Ca maligna paru,
necrosis paru. Setelah pemeriksaan makroskopis selesai, kemudian
dilakukan pemeriksaan mikroskopis, untuk melihat unsur yang tidak
bisa dilihat secara makroskopis.
Pemeriksaan mikroskopis ada dua yaitu pemeriksaan secara
natif dan pemeriksaan dengan pengecatan. Pemeriksan secara
mikroskopis dengan pengecatan ada dua yaitu pengecatan dengan
GRAM dan pengecatan dengan Ziehl Neelsen.
Pengecatan dengan Ziehl Neelsen untuk melihat adanya
bakteri TBC. Bila pemeriksaan ini hasilnya negatif bukan berarti
penderita bebas kuman TBC. Bila pemeriksaan Ziehl Neelsen negatif,
maka diulang beberapa kali. Dan bila tetap negatif sedangkan klinik
menyokong maka dilakukan kultur. Pada pemeriksaan ZN preparat
hanya dipanaskan sampai menguap tidak sampal mendidih, ini
tujuannya bakteri sudah tercat tapi tidak merusak bakteri itu sendiri,
misal enzym dan bakteri.
Pada pemeriksaan mikroskopis secara natif, tidak dengan
pengecatan diperiksa serabut elastis, spiral Curshmann, kristal, sel
yang mengandung pigmen, sel yang mengandung butir hyalin, parasit,
jamur dan sel-sel yang lain. Pada pengecatan dapat dilihat bakteri dan
sel. Untuk melihat sel darah dengan pengecatan Wright, buffer Kristal
violet untuk sel epitel bronchus, Ziehl Neelsen untuk TBC,
Papanicolaou untuk sel ganas ada seterusnya.

58 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Serabut elastis: sel ini berasal dan bronchus, alveoli atau


pembuluh darah adanya serabut elastis berarti adanya destruksi
jaringan. Bentuk serabut elastis halus, warna agak kuning, membias
cahaya, tidak ada sekatnya, tidak terputus-putus, lepas atau
bergerombol, berombak atau seperti spiral. Dijumpai pada TBC, Abces
paru, Bronchiectasi, Gangren paru.
Spiral Curschmann’s, bila tak terlihat secara makroskopis bisa
dicari pada pemeriksaan mikroskopis. Bagian central dari spiral
didapat mukus serta didapat adanya jaringan fibrin, eosinofil dan
kristal Charcot Leyden.
Kristal Charoct Leyden: berasal dari penghancuran sel
eosinophil oleh karena itu akan tercat lebih jelasdengan cat eosin.
Sering tak tampak pada sputum baru, baru setelah dibiarkan beberapa
lama akan terlihat kristal tak berwarna, bentuk segi enam, dengan
ukuran sangat bervariasi. Jarang didapat kecuali pada sputum Asthma
Bronchiale. Kristal asam lemak: tak larut dalam air, larut dalam alkohol
panas, larut dalam alkali chloroform, terdapat pada TBC paru,
bronchiectasi, gangren paru, bronchitis. Kristal Cholesterol: terdapat
pada TBC paru, Abces paru chronis, Empyema, Abces hati yang
menembus paru. Kristal Leucyn dan Tyrosin: berasal dari dekomposisi
protein. Didapat pada: Empyema, Abces hepar yang menembus paru.
Kristal garam anorganik: tidak mempunyai arti klinis penting. Sel-sel
yang mengandung pigmen : Heart failure cells dan Mononuclear
phagocytic cells. Heart failure cells bentuknya besar, mempunyai satu
inti mengandung hemosiderin, berbentuk butir kuning. Cara
membuktikannya dengan reaksi prussian blue. Terdapat pada
Decompensasio cordis, infark pulmo, perdarahan pulmo.
Mononuclear phagocytic cells: terdiri dan debu, partikel carbon.
Terdapat pada Antrabosis, orang yang banyak merokok. Sel yang

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 59


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

mengandung butir hyalin berasal dan degenerasi epitel, dll. Jamur:


diperiksa dengaan NaOH 10 %. Parasit: larva cacing, cyste amuba,
flagela trichomonas, dll.
Pemeriksaan sputum ada dua yaitu pemeriksaan makroskopis
dan pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis ada dua yaitu
pemeriksaan secara natif dan pemeriksaan dengan pengecatan.
Pengecatan ada dua yaitu pengecatan Ziehl Neelsen dan GRAM.

ANALISA LABORATORIUM
B.1. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS.
1. Metode pemeniksaan: pemeriksaan makroskopis.
Prinsip percoban: Untuk menggambarkan rupa sputum dengan
cahaya tembus, ambil sejumlah sputum secukupnya, ratakan
dalam sebuah cawan petri dengan batang steril, dengan bantuan
sinar matahari nyatakan rupa sputum secara makroskopis. Sedang
untuk pemeriksaan unsur khusus, perlu latar belakang hitam dan
dengan loupe.
2. Bahan pemeriksaan Sputum.
3. Alat yang digunakan piring petri, batang steril, loupe
4. Reagen
5. Tata cara pemeriksaan:
• Volume: Nyatakan dengan sedikit, banyak, tidak ada, sedang.
Jika banyak atau sedang ukur berapa ml.
• Warna nyatakan dengan kuning, hijau, coklat, merah.
• Bau nyatakan dengan tidak berbau, berbau, berbau faeces
atau berbau busuk.
• Konsistensi: Nyatakan dengan jernih, serous, opalesen atau
kental, mukus, purulen, seromukus, mukopurulen.

60 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

• Unsur khusus: Nyatakan dengan ada (+); Misal masa perkejuan


(+)

Keadaan normal sputum:


• Volume: sedikit atau tak ada (tak lebih 25ml) per 24 jam
• Warna: tidak berwarna
• Bau: tak berbau
• Konsistensi: seperti air, sedikit kental
• Unsur khusus: tidak ada

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Metode Natif:
1. Metode Pemeriksaan mikroskopis sediaan natif
2. Prinsip percobaan untuk melihat unsur-unsurdalam sputum secara
mikroskopis perlu dilakukan pemeriksaan pada preparat natif.
3. Sample: Sputum
4. Alat: Obyek glass, kaca penutup, api spiritus, mikroskop
5. Tata cara pemeriksaan: Ambil sedikit sputum, ratakan pada obyek
glas. Panaskan sediaan tersebut pada api. Biarkan dingin, periksa.
Dicari; serabut elastis, spiral Curschmann’s, Kristal-kristal, sel
mengandung pigmen, sel mengandung butir hyalin, lekosit,
eosinopil, eritrosit, epitel, limposit, jamur, parasit.
6. Tata cara pembacaan basil: Bila ada nyatakan dengan ada (+)

Pengecatan Gram.
1. Metode pemeriksaan: Pemerlksaan sputum dengan pengecatan
GRAM
2. Prinsip percobaan untuk melihat unsur dalam sputum secara
mikroskopis perlu dilakukan pemeriksaan preparat dengan
pengecatan.
3. Sample: Sejumlah sputum

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 61


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

4. Alat: Obyek glass, api spiritus, mikroskopis


5. Reagen
GRAM A: Gentian violet I gr, phenol 10 % 99 cc
GRAM B: Jodium 1 gr, KJ 2 gr, Aquadestilat 30 cc
GRAM C: Alkohol 9O %
GRAM D: Safranin 1 gr, Alkohol 96% cc, Aquadest 99cc
6. Tata cara pemeriksaan
Preparat tipis yang telah direkat, digenangi larutan GRAM A selama
5 menit. Tanpa dicuci dimasukkan ke dalam larutan GRAM B selama
30 detik/40 detik. Segera cuci dengan air lalu dimasukkan larutan
GRAM C sampai warnanya mulai luntur. Tepat pada waktu luntur,
segera cuci dengan air dan masukkkan ke dalam larutan GRAM
Dselama 5 menit. Cuci dengan air, biarkan kering, periksalah.

7. Tata cara pembacaan hasil:


Bakteri GRAM positif: berwarna ungu
Bakteri GRAM negative: berwarna merah
GRAM positif (+)
Streptococus; Staphylococus
Diplococcus; Mycobacterium Tuberculose
GRAM negatif (-)
Neisseria catarhalis; Neisseria gonorrhoe
Hemophylus influenzae; Bacillus friedlander

ZIEHL NEELSEN
1. Metode pemeriksaan: Pemeriksaan sputum pengecatan Ziehl
Neelsen.
2. Prinsip pemeriksaan: Untuk melihat unsure-unsur dalam sputum
secara mikroskopis perlu dilakukan pemeriksaan pada preparat
pengecatan.

62 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

3. Sample: Sejumlah sputum


4. Alat-alat: Obyek glass, mikroskop, api spirtus
5. Reagen
ZNA Fuchsin. basis 1 gr, alkohol 36% 10 cc, Phenol 5% dalam aqua
90 cc.
ZNB HCL pekat 3 cc, alkohol 97 cc.
ZNC Methylene blue
6. Tata cara pemeriksaan:
Preparat tipis yang telah direkat digenangi dengan larutan ZNA dan
dipanaskan di atas api spirtus sehingga terlihat adanya uap keluar
dari genangan, tetapi dijaga larutan jangan sampai mendidih,
kemudian di dinginkan. Ulang pekerjaan ini sampai tiga kali.
Kemudian larutan dibuang dan preparat dicuci dengan air lalu
dimasukkan ke dalam larutan ZNB. Sambil digoyang-goyang sampai
warna cat dilunturkan. Lalu cuci dengan air, kemudian masukkan ke
dalam larutan ZNC selama 5 menit. Cuci dengan air dan keringkan
di udara. Periksalah dengan mikroskop perbesaran 100x
7. Tata cara pembacaan basil:
Bakteri ZN positif berwarna merah.
Bakterni ZN negatif berwarna biru
Ziehl Neelsen untuk pemeriksaan bakteri tahan asam

RANGKUMAN
Pemeriksaan sputum ada pemeriksaan makroskopis,
pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan bakteriologis. Untuk
pemeriksaan sputum perlu pengambilan sampel yang tepat maka
disini telah dijelaskan pengambilan sputum yang betul.
Pada pemeriksaan sputum secara makroskopis diterangkan
tentang volume, konsistensi, warna, bau, unsur-unsur khusus. Masing-
masing hasil dijelaskan ditemukan pada penyakit apa saja.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 63
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Untuk perneriksaan mikroskopis dilakukan pemeriksaan


secara natif dan pemeriksaan secara pengecatan. Pada pemeriksaan
mikroskopis secara natif diperiksa serabut elastis, spiral Curschmann’s,
kristal, sel berpigmen, sel dengan butir hyalin, eritrosit, limfosit,
eosinopil, netrofil, epiel, jamur, parasit.

Buku Acuan:
HENRY J.B. 2012. Clinical Diagnosis Management by Laboratory
Methods. 22thed W.B Saunders Company Philadelphia.

64 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

MIKROBIOLOGI:
PENGECATAN ZIEHL NEELSEN (ZN)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 65


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KLINIK


PENGUMPULAN SPESIMEN SPUTUM, PEMBUATAN PREPARAT
APUS, PENGECATAN ZIEHL NEELSEN (ZN), & INTEPRETASINYA
Dikompilasi oleh: drg. MM Suryani Hutomo, MDSc & dr. M. Silvia
Merry, MSc

PENDAHULUAN
Mycobakterium
Mycobakteria adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang
tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai bakteri ini
tahan terhadap penghilangan warna (deklorisasi) oleh asam atau
alkohol dan karena itu dinamakan basil tahan asam. Ciri –ciri khas
Mycobakterium tuberculosis dalam jaringan, basil tuberkel
merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 µm. Pada
perbenihan buatan terlihat bentuk coccus dan filamen. Mycobakteria
tidak dapat diklasifikasikan sebagai gram positif atau gram negatif.
Sekali diwarnai dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat
dihilangkan dengan alkohol, meski dibubuhi dengan iodium. Basil
tuberkel yang sebenarnya ditandai oleh sifat tahan asam misalnya 95
% etil alkohol yang mengandung 3 % asam hidroklorida (asam alkohol)
dengan cepat akan menghilangkan warna semua bakteri kecuali
Mycobakteria. Sifat tahan asam ini bergantung pada integritas struktur
selubung berlilin. Pada dahak atau irisan jaringan, Mycobakteria dapat
diperlihatkan karena memberi fluoresensi kuning jingga setelah
diwarnai dengan zat warna fluorokrom (misalnya auramin, rodamin).
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat
warna karbol-fuchsin (fuchsin basayang dilarutkan dalam suatu
campuran phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida
dalam alkohol. Sediaan sel bakteri pada gelas alas disiram dengan

66 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

cairan karbol fuchsin kemudian dipanaskan sampai keluar uap. Setelah


itu, zat warna dicuci dengan asam alkohol dan akhirnya diberi warna
kontras (biru atau hijau). Bakteri-bakteri tahan asam (spesies
Mycobakterium dan beberapa Actinomycetes yang serumpun)
berwarna merah dan yang lain-lain akan berwarna sesuai warna
kontras.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri tahan asam,
berbentuk batang dan bersifat aerob obligat yang tumbuh lambat
dengan waktu generasi 12 jam atau lebih. Mycobacterium tuberculosis
menyebabkan tuberculosis dan merupakan patogen yang berbahaya
bagi manusia. Mycobacterium leprae menyebabkan lepra.
Mycobacterium avium-intracellulare (kompleks M. avian) dan
mikobakteria apitik lain yang sering menginfeksi pasien AIDS, adalah
patogen ortunistik pada orang-orang dengan fungsi imun yang
terganggu lainnya, dan kadang-kadang menyebabkan penyakit pada
pasien dengan sistem imun yang normal.

Gambar 1. Habitat dan morfologi M. tuberculosis

Sumber penularan adalah penderita TB yang dahaknya


mengandung kuman TB hidup (BTA positif). Infeksi kuman ini paling

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 67


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

sering disebarkan melalui udara (air borne, droplets infection).


Penyebaran melalui udara berupa partikel-partikel percikan dahak
yang mengandung kuman berasal dari penderita saat batuk, bersin,
tertawa, bernyanyi atau bicara. Partikel mengandung kuman ini
(berukuran diameter 1-5 µm) akan terhisap oleh orang sehat dan
menimbulkan infeksi di saluran napas.
Terdapat beberapa macam bahan spesimen dalam
pemeriksaan laboratorium tuberkulosis yaitu:
• Sputum (dahak), harus benar-benar dahak bukan ingus juga
bukan ludah.
• Air kemih pagi hari, pertama kali keluar merupakan urin pancaran
tengah.
• Air kuras lambung, umumnya anak-anak atau penderita yang tidak
dapat mengeluarkan dahak.
• Bahan-bahan lain, misalnya nanah, cairan cerebrospinal, cairan
pleura, dan usapan tenggorokan.
Pewarnaan kuman BTA dapat dilakukan dengan 3 macam
pewarnaan yaitu Ziehl-Neelsen, Tan Thiam Hok (Kinyoun-Gabbett) dan
Auramin–phenol fluorochrome. Umumnya pewarnaan Ziehl-Neelsen
dan Tan Thiam Hok yang sering digunakan. Hasil yang didapat
disamakan dengan penilaian IUATLD (International Union Against
Tuberculose Lung Diseases)
Salah satu bahan yang digunakan untuk mendiagnosa adalah
dahak atau sputum. Dahak yang diperiksa paling sedikit 3-5 cc. Jika
jumlah kuman kurang dari 5000 dalam 1 cc dahak, maka itu tidak akan
kelihatan di bawah mikroskop. Dahak yang diambil ialah dahak yang
kental kuning kehijauan sebanyak 3-5 cc, dengan waktu pengambilan
sebagai berikut:

68 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

▪ Dahak sewaktu, penderita datang berobat dengan keluhan apa


saja ke poliklinik.
▪ Dahak pagi, yang diambil besok paginya begitu bangun tidur.
▪ Dahak sewaktu, yang diambil sewaktu penderita mengantar dahak
pagi tersebut.
Ludah tidak dapat diperiksa karena ludah berasal dari kelenjar
dalam rongga mulut. Biasanya dalam ludah tidak terdapat kuman TB.

PENGECATAN ZIEHL NEELSEN (ZN)


Pengecatan Ziehl Neelsen (ZN) disebut juga dengan pengecatan
tahan asam atau acid fast. Dengan pengecatan ZN, bakteri terbagi
menjadi 2 golongan yaitu bakteri tahan asam dan bakteri yang tidak
tahan asam. Bakteri tahan asam setelah diberi cat pertama akan tahan
terhadap pencucian dengan asam dan alkohol sehingga tidak mengikat
cat kedua dan tampak berwarna merah. Sedang bakteri yang tidak
tahan asam akan tampak berwarna biru karena cat pertama
dilunturkan oleh asam dan alkohol, kemudian mengikat cat kedua.
Sifat tahan asam disebabkan adanya asam mikolat yang terikat pada
dinding sel. Dinding sel bakteri tahan asam dan alkohol terdiri dari
peptigoglikan, arabinogalaktan dan lipid. 50% dari lipid ini adalah asam
mikolat.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 69


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Tabel 1. Komposisi cat ZN


Fuchsin basis 1 gram
ZN A
alkohol 96% 10 cc
(warna merah)
phenol 5% in aqua 95 cc
asam khlorida pekat 3 cc
ZN B alkohol 96% 97 cc
(tak berwarna) asam sulfat pekat 5cc
alkohol 70% 95 cc
ZN C (biru) methyleen biru 0,2%

BAHAN DAN ALAT


Bahan dan alat yang digunakan :
➢ specimen / isolat ➢ obyek glass
➢ biakan cair ➢ deck glass
➢ biakan padat ➢ Bunsen
➢ mikroskop ➢ minyak imersi
➢ cat Gram dan ZN

PROSEDUR/TATA CARA
Pembuatan preparat
Bahan berasal dari isolat cair
➢ dengan kapas lidi material diambil dan digoreskan pada obyek
glass
➢ panaskan di atas api spiritus sambil digoyang-goyangkan sampai
preparat kering
➢ setelah kering, tetesi formalin 1%, tunggu 5 menit, preparat siap
dicat.

Bahan berasal dari pertumbuhan media padat


➢ pada obyek glass yang bersih teteskan 1 ose kaldu

70 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

➢ dengan menggunakan ose steril, ambil sedikit dari 1 koloni bakteri,


campur dengan kaldu sampai homogen dan tipiskan
➢ keringkan di atas api spiritus
➢ setelah kering tetesi formalin 1%, tunggu 5 menit, preparat siap
dicat.

Cara pengecatan ZN
➢ Preparat yang telah siap dicat digenangi dengan cat ZN A,
kemudian dipanasi dengan lampu spiritus sampai menguap tapi
tidak mendidih. Bakteri yang tahan asam maupun tidak keduanya
akan berwarna merah. Tunggu 5 menit, lalu cuci dengan air.
➢ Preparat kemudian ditetesi dengan cat ZN B hingga warna
dilunturkan. Pada bakteri yang tahan asam dan alkohol warna cat
tidak akan luntur (merah). Sedangkan pada bakteri yang tidak
tahan asam dan alkohol cat ZN A akan luntur sehingga bakteri
menjadi tidak berwarna. Cuci preparat dengan air.
➢ Genangi preparat dengan cat ZN C selama 2 menit. Bakteri tahan
asam dan alcohol akan tetap berwarna merah karena sudah jenuh
mengikat cat ZN A. Bakteri yang tidak tahan asam dan alkohol akan
mengikat warna cat ZN C sehingga berwarna biru. Cuci preparat
dengan air dan keringkan dalam temperatur kamar.

Pembacaan dan Penilaian


Pembacaan
1. Sediaan yang telah kering ditetesi minyak imersi, dilihat dengan
mikroskop dengan pembesaran 100 kali.
2. Dicari dengan adanya batang panjang atau pendek yang berwarna
merah dengan latar belakang berwarna biru.
Penilaian

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 71


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

1. BTA negatif: apabila dalam 100 LP atau 15 menit pengamatan tidak


dijumpai adanya BTA.
2. BTA positif: apabila dalam pengamatan dijumpai adanya BTA. BTA
posiif apabila dibuat sediaan langsung dan diwarnai dengan Ziehl-
Neelsen atau Kinyoun Gabbert maka dapat dilakukan penilaian
sebagai berikut:
➢ Penilaian menurut IUATLD (International Union Against
Tuberculose Lung Diseases)
➢ Negatif: Tidak dijumpai adanya BTA.
➢ Scanty : ditemukan 1-9 /100 LP. Misal Scanty 3. Scanty 6.
➢ Positif 1: Ditemukan 10-90 BTA/100 LP.
➢ Positif 2: Ditemukan 1-10 BTA/1 LP.
➢ Positif 3: Ditemukan lebih dari 10 BTA/1 LP.

PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PENGUMPULAN SPUTUM

Nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria


sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: Langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan
benar dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang
tidak dilakukan
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
urutannya, tetapi tidak efisien
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan benar, sesuai dengan
urutannya dan efisien
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dikerjakan karena tidak sesuai
dengan keadaan

72 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN PENGUMPULAN SPUTUM


No LANGKAH / KEGIATAN NILAI
PERSIAPAN TINDAKAN 1 2 3
1. Cucilah kedua tangan
2. Siapkan 3 buah pot sputum yang ideal
3. Berikan label identitas pasien yang jelas pada
dinding pot sputum, yaitu nama, jenis kelamin,
umur. Tempelkan label pada dinding pot
sputum, jangan pada tutupnya.

PERSIAPAN PASIEN 1 2 3
4 Sapa pasien dengan ramah dan perkenalkan
diri pada pasien
5 Persilahkan pasien untuk duduk
6 Berikan informasi kepada pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan dan minta
persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan
7 Jelaskan kepada pasien bahwa sputum akan
diambil sebanyak 3 kali (SPS), sesuai dengan
jumlah tabung yang disiapkan.
8 Jelaskan kepada pasien untuk tidak makan,
minum atau merokok sebelum sputum besok
pagi (P) dibatukkan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 73


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

No LANGKAH / KEGIATAN NILAI


PENGUMPULAN SPUTUM
10 Pakai handscoen dan masker
11 Minta pasien untuk membatukkan sputum di
ruang terbuka dan mendapat sinar matahari
langsung atau ruangan dengan ventilasi yang
baik, dan berada jauh dari orang sekitar untuk
mencegah penularan kuman TB.
12 Beri petunjuk pada pasien untuk:
• Berkumur dengan air (jangan ditelan)
sebelum sputum dikumpulkan untuk
meminimalisir kontaminasi spesimen oleh
sisa makanan atau kotoran lain di dalam
mulut.
• Bila pasien memakai gigi palsu, minta
pasien untuk melepaskannya
• Menarik napas panjang dan dalam
sebanyak 2-3 kali dan setiap kali
hembuskan nafas dengan kuat.
Membuka penutup pot sputum lalu dekatkan
pada mulut

74 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

No LANGKAH / KEGIATAN NILAI

• Batuk secara dalam untuk mengeluarkan


sputum (bukan air liur) dari dalam dada ke
dalam pot sputum.
• Mengulangi sampai mendapatkan sputum
yang berkualitas baik dan volume yang
cukup (3-5 ml / 1 sendok teh)
• Segera tutup rapat tabung dengan cara
memutar tutupnya, kemudian masukkan
ke dalam pembungkus atau kantong
plastik.
• Jika sputum sulit dikeluarkan, pasien diberi
petunjuk untuk :
- Melakukan olah raga ringan kemudian
menarik napas dalam beberapa kali.
Apabila pasien merasa akan batuk,
napas ditahan selama mungkin lalu
meminta pasien untuk batuk

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 75


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

No LANGKAH / KEGIATAN NILAI


13 Apabila spesimen jelek, pemeriksaan tetap
dilakukan dengan:
• Mengambil bagian yang paling
mukopurulen / kental kuning kehijauan
• Memberi catatan bahwa “spesimen tidak
memenuhi syarat / air liur”
• Mengulang pengumpulan sputum apabila
spesimen jelas air liur
14 Ingatkan pasien untuk mengumpulkan sputum
ke-2 setelah bangun pagi keesokan hari dan
datang lagi untuk membawa
15 Minta pasien untuk minum air putih
secukupnya pada malam hari sebelum tidur
sebagai persiapan untuk pengumpulan
sputum ke-2 besok pagi. Jika dahak sulit
dikeluarkan, meminta pasien menelan 1 tablet
gliseril guaikolat 200 mg pada malam hari
sebelum tidur
PENGIRIMAN SPUTUM 1 2 3
16 Pastikan pot sputum sudah memiliki label
nama.
17 Pastikan sputum segera dikirim setelah
pengumpulan sputum (sebaiknya tidak lebih
dari 24 jam). Selama pengiriman, sputum
disimpan dalam cool box

76 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

No LANGKAH / KEGIATAN NILAI


18 Beri parafilm (selotip) pada pinggir tutup pot
untuk mencegah cairan dahak keluar dari
celah-celah tutup ulir

19 Masukkan ke dalam plastik (kotak)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 77


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

No LANGKAH / KEGIATAN NILAI


20 Masukkan ke dalam cool box yang sudah berisi
ice gel atau es batu.

21 Pastikan spesimen dalam posisi tegak tidak


terbalik kemudian menutup cool box.
22 Lepaskan sarung tangan dan masker dan
membuangnya pada tempat yang telah
disediakan
23 Cuci kembali ke dua tangan

78 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PEMBUATAN SEDIAAN APUS SPUTUM

Nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria


sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: Langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan
benar dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang
tidak dilakukan
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
urutannya, tetapi tidak efisien
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan benar, sesuai dengan
urutannya dan efisien
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dikerjakan karena tidak sesuai
dengan keadaan

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN PEMBUATAN SEDIAAN APUS SPUTUM


NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI
PERSIAPAN TINDAKAN 1 2 3
1. Tulis nomor identitas pasien pada
bagian ujung kaca sediaan. Bila
menggunakan kaca frosted, tulis dengan
menggunakan pensil 2 B pada bagian
yang buram/frosted. Bila menggunakan
kaca biasa, tulis dengan spidol
permanen pada stiker yang diletakkan di
balik kaca sediaan.
2 Lakukan cuci tangan rutin

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 79


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI


3 Gunakan handscoen (dapat
menggunakan handscoen yang tidak
steril)
DEKONTAMINASI SPUTUM 1 2 3
4 Siapkan sputum yang akan
didekontaminasi
5 Tambahkan Larutan dekontaminan
(NaOH 4%, +2,9 % Na Sitrat) sebanyak
500 µL ke dalam tabung sentrifuge yang
telah berisi sputum sebanyak 500 µL.
6 Campurkan / homogenisasikan tabung
yang berisi cairan sputum dan NaOH 4 %
diatas mesin pengguncang (vortex
shaker) dengan kecepatan 2500 rpm 20
detik.
7 Sentrifuge larutan homogenisasi selama
15 menit pada kecepatan 3000 rpm,
8 Buang supernatant
9 Tambahkan sedimen dengan larutan HCl
sebanyak 100µL kemudian
dihomoginesasikan dengan
menggunakan vortex shaker

80 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI


PENGAMBILAN SPUTUM 1 2 3
10 Ambil dan pilih bagian dari dahak yang
purulen yang telah didekontaminasi
dengan menggunakan ose atau lidi

11 Letakkan sputum yang terdapat pada


ose ke kaca sediaan. Sediaan dibuat
tersebar merata, ukuran 2 x 3 cm, dan
tidak terlalu tipis untuk menghindari
apusan menjadi kering sebelum
diratakan.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 81


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI


12 Ratakan sediaan dengan membuat
spiral-spiral kecil sewaktu apusan
setengah kering dengan menggunakan
lidi lancip sehingga didapat sebaran
leukosit lebih rata dan area baca lebih
homogen. Jangan membuat spiral-spiral
kecil pada apusan yang sudah kering,
karena dapat terkelupas dan menjadi
aerosol yang berbahaya.

13 Keringkan apusan di udara bebas

82 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI


14 Lakukan fiksasi apusan dengan
pemanasan:
• Pastikan apusan menghadap ke
atas
• Lewatkan 3 X melalui api dari
lampu spiritus
• Gunakan pinset atau penjepit kayu
untuk memegang kaca
(pemanasan yang berlebihan akan
merusak hasil)

15 Keringkan apusan di atas rak sediaan,


hindari sinar matahari langsung.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 83


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI


16 Celupkan ose yang telah digunakan
pada botol pasir disinfektan, kemudian
membakarnya sampai ose membara.
Bila menggunakan lidi, langsung
dibuang ke dalam botol berisi
disinfektan.

17 Lepaskan handschoen dan buang pada


tempat yang telah disediakan
18 Cuci tangan rutin

84 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN
Nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: Langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan
benar dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang
tidak dilakukan
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
urutannya, tetapi tidak efisien
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan benar, sesuai dengan
urutannya dan efisien
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dikerjakan karena tidak sesuai
dengan keadaan

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN PEWARNAAN ZIEHL


NEELSEN
NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI
PERSIAPAN TINDAKAN 1 2 3
1 Lakukan cuci tangan rutin
2 Pakai handscoen
PEWARNAAN SEDIAAN 1 2 3
3 Letakkan sediaan dengan bagian apusan
menghadap ke atas pada rak yang
ditempatkan di atas bak cuci atau baskom,
antara satu sediaan dengan sediaan lainnya
masing-masing berjarak kurang lebih 1 jari.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 85


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI

4 Genangi seluruh permukaan sediaan


dengan carbol fuchsin 0.3%

5 Panasi dari bawah dengan menggunakan


sulut api setiap sediaan sampai keluar uap
(sekitar 5 menit), didiamkan kemudian
dipanasi lagi sebanyak 3 kali. Usahakan
jangan sampai api langsung mengenai
sediaan.

86 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI


6 Diamkan sediaan selama 5 menit

7 Bilas sediaan dengan hati-hati (jangan


sampai ada percikan ke sediaan lain)

8 Miringkan sediaan menggunakan penjepit


kayu atau pinset untuk membuang air

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 87


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI


9 Genangi dengan asam alkohol sampai tidak
tampak warna merah carbol fuchsin

10 Bilas sediaan dengan hati-hati (jangan


sampai ada percikan ke sediaan lain)
11 Genangi permukaan sediaan dengan
methylene blue 0.1% 1 menit

88 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI


12 Bilas sediaan dengan air mengalir (jangan
ada percikan ke sediaan lain)

13 Miringkan sediaan untuk mengalirkan air

14 Lepas handshoen dan membuang ditempat


yang telah ditentukan
15 Lakukan cuci tangan rutin

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 89


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PEMBACAAN SEDIAAN APUS
Nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: Langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan
benar dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang
tidak dilakukan
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
urutannya, tetapi tidak efisien
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan benar, sesuai dengan
urutannya dan efisien
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dikerjakan karena tidak sesuai
dengan keadaan

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN PEMBACAAN SEDIAAN


APUS
NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI
MENCUCI TANGAN 1 2 3
1 Lakukan cuci tangan rutin
MENYIAPKAN MIKROSKOP 1 2 3
2 Siapkan mikroskop dan letakkannya di meja
dengan permukaan datar dan tidak licin
3 Atur tegangan lampu ke minimum
4 Nyalakan mikroskop memakai tombol ON.
5 Sesuaikan dengan pelan-pelan sampai
intensitas cahaya yang diinginkan tercapai
6 Letakkan sediaan yang telah diwarnai ke atas
meja sediaan.

90 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI


7 Putar lensa objektif ke objektif 10 x
8 Atur dengan tombol pengatur fokus kasar dan
pengatur fokus halus sampai sediaan terlihat
jelas
9 Sesuaikan jarak antar pupil sampai gambar kiri
dan gambar kanan menyatu dengan cara
menggeser-geser kedua lensa okuler (karena
setiap orang mempunyai jarak antar pupil yang
berbeda-beda)
10 Fokuskan gambar dengan mata kanan dengan
cara melihat ke dalam okuler kanan dan
sesuaikan dengan tombol pengatur focus
halus.
11 Fokuskan gambar dengan mata kiri dengan
cara melihat ke dalam okuler kiri dan putar.
cincin penyesuai diopter sampai didapatkan
gambar yang paling jelas, baik untuk mata kiri
maupun mata kanan.
12 Buka diafragma sampai 70 – 80%, hingga
lapangan pandang terang dengan merata.
PEMBACAAN SEDIAAN APUS 1 2 3
13 Teteskan satu tetes minyak emersi. Aplikator
minyak emersi tidak boleh menyentuh kaca
objek. Tetesan harus jatuh bebas ke
permukaan sediaan apus agar aplikator minyak
emersi tidak terkontaminasi dengan sediaan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 91


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI

14 Putar lensa objektif 100x dengan hati-hati ke


atas sediaan apus. Jangan sekali-kali lensa
menyentuh kaca sediaan.
15 Sesuaikan fokus dengan hati-hati sampai sel-sel
terlihat dengan jelas
16 Lakukan pembacaan sediaan apus secara
sistematis untuk memastikan hasil yang
dilaporkan mewakili seluruh bagian sediaan.
17 Mulai pembacaan dari ujung kiri ke ujung
kanan dan dilakukan pada sediaan yang sel-
selnya terlihat, bila sediaan tampak kosong,
geser pada lapang pandang lainnya

18 Lakukan interpretasi sediaan secara kuantitatif


19 Begitu sediaan selesai dibaca, putar objektif
100 x menjauhi kaca sediaan, tempatkan
objektif 10 x di atas sediaan, lalu sediaan
diambil.

92 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

NO LANGKAH / KEGIATAN NILAI


20 Bila telah selesai, atur kembali pengatur
tegangan lampu ke minimum dan matikan
mikroskop dengan menekan tombol OFF.
21 Setelah selesai pembacaan, bersihkan minyak
dari sediaan apus dengan menggunakan kertas
tissue
22 Setelah kering, tempatkan sediaan apus
tersebut dengan hati-hati dalam kotak
penyimpanan guna pengontrolan kualitas oleh
laboratorium rujukan
23 Setiap selesai menggunakan mikroskop,
bersihkan dengan hati-hati minyak emersi dari
lensa objektif 100 x dengan menggunakan
kertas lensa/kain halus,
MENCUCI TANGAN
24 Cuci tangan rutin

REFERENSI
1. Hatta M, et al: Pengaruh Dekontaminasi Dalam Identifikasi
Mycobacterium tuberculosis Dengan pewarnaan Ziehl Nielsen dan
Polimerasi Chain-Reaction, Jurnal kedokteran Yarsi 2004
2. Bagian Patologi Klinik FK-UNHAS.
3. Bagian Mikrobiologi FK UNHAS
4. Panduan Petugas Laboratorium TB di Unit Pelayanan Kesehatan
Departemen kesehatan
5. Pedoman Penanganan Spesimen Malaria dan Tuberkulosis
Riskesdas 2010
6. Kubica, G. P., W. E. Dye, M. L. Cohn, and. G. Middlebrook. 1963.
MAHASISWA DIWAJIBKAN
MEMBAWA SARUNG TANGAN & MASKER
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 93
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Peta kurikulum

94 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi

Catatan:

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 95

Anda mungkin juga menyukai