08
GANGGUAN KARDIORESPIRASI
QADW—2251—BB 3.08 — 27.01.003
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2021
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi
GANGGUAN KARDIORESPIRASI
Edisi Kelima
GANGGUAN KARDIORESPIRASI
Edisi Kelima
2021
Instruktur Praktikum:
dr. Tejo Jayadi, Sp.PA
dr. Fransiska Galuh Widowati
dr. Haryo Dimasto K, S.S
Dr. dr. Y Nining Sri Wuryaningsih, Sp.PK
PENGANTAR BLOK
tahun, dibagi dalam 30 blok yang terdiri dari empat fase. Fase I (3 blok),
Fase 2 (9 blok), Fase 3 (12 blok), dan Fase 4 (5 blok & Kuliah Kerja Nyata).
Acuan tujuan belajar (Learning Objectives) dari SKDI 2012
memiliki area kompetensi, meliputi:
1. Komunikasi Efektif,
2. Keterampilan Klinis,
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran,
4. Pengelolaan Masalah Kesehatan,
5. Pengelolaan Informasi,
6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri,
7. Etika, Moral, Medikolegal, dan Profesionalisme serta Keselamatan
Pasien.
Semuanya diintegrasikan dengan kompetensi penanganan
kluster-kluster penyakit, mulai dari ”sekedar” mendiagnosa langsung
merujuk, sampai melakukan penanganan tuntas (acuan Konsil Kedokteran
Indonesia 2012).
Demikianlah diharapkan buku ini bisa bermanfaat.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
PEDOMAN PENILAIAN
KOMPONEN PENILAIAN
TUTORIAL 20 %
PRAKTIKUM 20 %
TES TENGAH BLOK 10%
TES AKHIR 50 %
TUTORIAL
Nilai tutorial terdiri atas nilai selama tutorial, disini yang dinilai
adalah interaksi dan keaktifan serta kemampuan presentasi. Oleh
Karena itu, nilai selama tutorial akan berbobot 20% dari keseluruhan
nilai total.
PRAKTIKUM
Selama praktikum akan dinilai tentang afektif, kognitif dan
psikomotor selama melakukan praktikum. Disamping itu instruktur
bisa memberikan pretest, posttest, minitest maupun tugas-tugas
dalam praktikum di laboratorium. Total dari nilai ini akan
menyumbangkan nilai sebanyak 20% dari nilai akhir.
TES
Tes tengah blok akan dilaksanakan setelah minggu ke-2
dengan materi modul 1 dan 2. Nilai dari tes tengah blok merupakan
10% dari total nilai akhir. Tes akhir akan dilaksanakan pada minggu ke-
5 selama 1 hari, tes ini berisi soal-soal pilihan ganda. Nilai dari tes akhir
ini merupakan 50% dari total nilai akhir.
KERANGKA TOPIK
GANGGUAN KARDIOVASKULER
MODUL 1
GANGGUAN IRAMA DAN POMPA JANTUNG
Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi macam gangguan irama
jantung dan pompa jantung.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi penyebab gangguan irama
jantung dan pompa jantung.
3. Mahasiswa mampu menguraikan patofisiologi hingga timbul
gejala dan tanda gangguan irama jantung dan pompa jantung.
4. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan macam-
macam pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
gangguan irama jantung dan pompa jantung serta
menginterpretasikan hasilnya
5. Mahasiswa mampu merekomendasikan penatalaksanaan
gangguan irama jantung dan pompa jantung.
Skenario 1
Mayor E, 50 tahun, sedang menjalani serangkaian tes
kesehatan dan fisik. Setelah menjalani pemeriksaan EKG,
dokter Duta tidak menyarankan untuk melanjutkan ke tes fisik
karena dokter menemukan adanya gambaran takikardia yang
patologis. Dokter merencanakan untuk melakukan
pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui kemungkinan
adanya gangguan fungsi pada jantung Mayor E karena selain
merasa berdebar-debar, Mayor E juga mengeluh sesak napas.
Mayor E juga berdiskusi dengan dokter tentang bagaimana
kondisi tersebut timbul dan tindakan selanjutnya.
Kuliah Pakar:
1. Overview Blok
2. Pemeriksaan elektrokardiografi
3. Tinjauan klinis gangguan irama jantung
4. Tinjauan klinis gangguan pompa jantung
5. Tinjauan klinis kelainan katup jantung
6. Farmakologi obat-obat untuk jantung
7. Pemeriksaan laboratorium untuk gangguan jantung
MODUL 2
GANGGUAN PEMBULUH DARAH DAN PENYAKIT JANTUNG
KONGENITAL
Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi macam gangguan pembuluh
darah
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi penyebab gangguan
pembuluh darah
3. Mahasiswa mampu menguraikan patofisiologi hingga timbul
gejala dan tanda gangguan pembuluh darah
4. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan berbagai
pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis gangguan pembuluh
darah serta menginterpretasikan hasilnya
5. Mahasiswa mampu merekomendasikan penatalaksanaan
gangguan pembuluh darah
Skenario 2
Seorang laki-laki berusia 45 tahun kontrol ke
puskesmas karena hipertensi. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi 96
x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, temperatur 36,8°C.
Pasien telah menderita hipertensi selama 5 tahun dan baru 6
bulan terakhir mau berobat rutin ke puskesmas. Pasien juga
mengkonsultasikan hasil pemeriksaan profil lemak darahnya
pada dokter dan mendiskusikan modifikasi gaya hidup yang
perlu dia lakukan maupun pemeriksaan tambahan yang perlu
dijalani. Sambil menunggu pengambilan obat, ia menyimak
penyuluhan tentang macam-macam gangguan pembuluh
darah, permasalahan yang muncul, pencegahan, maupun
penatalaksanaannya.
Kuliah Pakar:
1. Tinjauan klinis gangguan pembuluh darah
2. Pencitraan kardiovaskular
3. Pengaturan diet pada pasien gangguan kardiovaskuler
4. Obat antihipertensi
5. Tinjauan patologi anatomi sistem kardiovaskular
6. Tinjauan klinis penyakit jantung kongenital
MODUL 3
GANGGUAN SALURAN NAPAS DAN PARU
KARENA INFEKSI
Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi macam gangguan saluran
napas dan paru karena infeksi.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi agen penyebab gangguan
saluran napas dan paru karena infeksi.
3. Mahasiswa mampu menguraikan patofisiologi hingga timbul
gejala dan tanda fisik gangguan saluran napas dan paru karena
infeksi
4. Mahasiswa mampu menentukan pemeriksaan untuk menegakkan
diagnosis gangguan saluran napas dan paru karena infeksi serta
menginterpretasikan hasilnya.
5. Mahasiswa mampu merencanakah penatalaksanaan gangguan
saluran napas dan paru karena infeksi.
6. Mahasiswa mampu menerangkan tentang new emerging diseases
Skenario 3
Indonesia merupakan salah satu negara dengan
penduduk yang cukup besar, sekitar 270 juta (sensus
penduduk tahun 2020). Pada pandemi Covid-19 ini tentu
banyak insidens Covid-19 yang ditemukan di Indonesia. Per
tanggal 12 Januari 2021 ada 846.765 kasus konfirmasi
Covid-19, dengan kasus meninggal 24.645. Untuk
menangani permasalahan tersebut, perlu adanya
pengetahuan terkait bagaimana Covid -19 bisa berkembang,
bagaimana penegakan diagnosisnya dan pengobatan yang
sesuai. Untuk menurunkan pandemi ini, perlu kerjasama
lintas sektoral untuk perawatan pasien Covid-19. Perlu
adanya jejaring internal dan ekternal yang baik untuk
mencegah penularan kasus. Perlu protokol kesehatan yang
harus dipatuhi serta usaha vaksinasi secara masal. Covid-
19 merupakan penyakit baru, kita perlu belajar terus untuk
update ilmunya dari segala aspek.
Kuliah Pakar:
1. Tinjauan klinis penyakit infeksi pada saluran napas atas
2. Tinjauan klinis penyakit infeksi pada saluran napas bawah dan
paru non tuberkulosis
3. Tinjauan klinis penyakit tuberculosis dan Program DOTS
4. Tinjauan klinis efusi pleura
5. Tinjauan klinis infeksi saluran napas dan paru pada anak
6. Obat antimikroba saluran napas dan paru
7. Mikroorganisme saluran napas dan paru
MODUL 4
GANGGUAN SALURAN NAPAS DAN PARU NON INFEKSI
Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi macam gangguan saluran
napas bawah dan paru non infeksi.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi agen penyebab gangguan
saluran napas bawah dan paru non infeksi.
3. Mahasiswa mampu menguraikan patofisiologi hingga timbul
gejala dan tanda fisik gangguan saluran napas bawah dan paru non
infeksi
4. Mahasiswa mampu menentukan pemeriksaan untuk menegakkan
diagnosis gangguan saluran napas bawah dan paru non infeksi dan
menginterpretasikan hasilnya.
5. Mahasiswa mampu merencanakan penatalaksanaan gangguan
saluran napas bawah dan paru non infeksi.
Skenario 4
Saat ini penyakit menular di beberapa negara sudah
dapat dikendalikan. Tetapi penyakit yang tidak menular (non
communicable diseases) masih menjadi masalah baik di negara
maju maupun negara berkembang. Hal ini terjadi karena
meningkatnya umur harapan hidup dan perubahan pola
hidup. Salah satu penyakit tersebut adalah asma bronkiale.
Saat ini diperkirakan ada 300 juta orang di dunia yang
menderita Asma (GINA 2019). Penyakit ini membawa problem
besar di masyarakat maupun keluarga. Hilangnya hari kerja.
Hari sekolah. Pendapatan keluarga. Dampak sosial.
Etiologi yang beraneka ragam tentu membawa dampak
pada patogenesis dan terapi yang bisa berbeda antara pasien
satu dan pasien lainnya.
Kuliah Pakar:
1. Tinjauan klinis gangguan napas non infeksi pada dewasa
2. Tinjauan klinis OSA, interpretasi gas darah, faal paru pada pasien
dengan gangguan saluran napas dan paru
3. Tinjauan klinis gangguan napas non infeksi pada anak dan
neonatus
4. Patologi anatomi saluran napas dan paru
5. Obat non antimikroba pada saluran napas dan paru
6. Pencitraan saluran napas dan paru
DAFTAR PRAKTIKUM
DAFTAR PUSTAKA
Penatalaksanaan di Indonesia.
PDPI, 2004, Asma Pedoman Daignosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia.
PDPI, 2005, Pneumonia Nosokomial Pedoman Daignosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia.
PDPI, 2005, Standard International Penanganan Tuberkulosis.
PDPI, 2006, Tuberculosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia.
PDPI, 2010, PPOK Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia.
PDPI, 2014, Pneumonia Komunitas Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia.
PDPI, 2015, Kanker Paru Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia.
Kemenkes, 2014, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis .
Sobotta. 2000. Atlas Anatomi Manusia. Disunting oleh: R Putz & R.
Pabst. Edisi 21, Editor dr. Y. Joko Suyono. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta
Sudoyo, A.W., dkk, 2006, Edisi 4 Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
PRAKTIKUM
GANGGUAN KARDIORESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2021
PATOLOGI ANATOMI:
GANGGUAN KARDIORESPIRASI
PATOLOGI KARDIOVASKULER
Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengerti dan memahami
etiopatogenesis dan gambaran patologi penyakit aterosklerosis,
tromboangitis obliterans, hemoroid dan hemangioma kavernosa.
REFERENSI
Robbins & Cotran Pathologic Basic Disease, 9th edition; pp: 483-577.
ATEROSKLEROSIS
Seorang pasien laki-laki berusia 60 tahun berobat ke dokter
keluarga. Pasien tersebut obesitas, memiliki riwayat menderita
diabetes mellitus dan dislipidemia tidak terkontrol. Pasien mengeluh
satu minggu ini mengalami perasaan tertindih pada dada yang sering
kambuh disertai pusing, sesak napas, kesemutan pada ujung jari
tangan. Keluhan nyeri dada sering terjadi sore hari saat olah raga
ringan dan segera membaik saat beristirahat. Pemeriksaan Fisik dalam
batas normal. Pemeriksaan profil lipid menunjukkan risiko menderita
penyakit arteri coroner, acuan National Cholesterol Education
Program (NCEP). Pemeriksaan Elektrokardiogram menunjukkan
depresi segmen ST non spesifik. Dokter menyimpulkan pasien berisiko
menderita infark miokardium dan memerlukan terapi. Patogenesis
dan gambaran patologi akan menjelaskan penyakit ini.
Makroskopis:
Pada pemeriksaan didapatkan dua jaringan. Jaringan Pertama
berupa pembuluh darah ukuran panjang 2 cm diameter 0,5 cm, teraba
keras. Pada pemotongan penampang pembuluh darah tampak lumen
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 21
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi
Mikroskopis:
Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan pembuluh darah arteri
dengan plak ateromatosa yang dilapisi oleh endotelial yang
menginfiltrasi tunika intima sampai tunika media arteri koronaria.
Daerah antara lumen dan bagian nekrotik (fibrous cap) mengandung
sel-sel otot polos, makrofag, limfosit, lipid-laden cells (foam cells), dan
jaringan fibrous. Bagian tengah mengandung debris nekrotik. Kristal
kolesterol dan sel raksasa benda asing dapat ditemukan dalam
jaringan fibrous dan jaringan nekrotik. Foam cells menunjukkan
makrofag dan sel-sel otot polos telah mengambil lipid. Didapatkan
banyak pembuluh darah (neovaskularisasi) di dalam plak
aterosklerosis. Biasanya pembuluh darah ini rapuh dan mudah ruptur,
menyebabkan ekspansi plak akibat perdarahan di dalam plak. Adanya
makrofag berisi pigmen coklat menunjukkan perdarahan di dalam
plak. Miokardium yang diperdarahi arteri koronaria dextra cabang
interventrikular posterior menunjukkan perubahan awal infark yaitu
mulai terbentuk lapisan-lapisan tipis jaringan ikat fibrous dan sebukan
neutrofil.
TROMBOANGIITIS OBLITERANS
Seorang laki-laki usia 34 tahun dengan ulkus pada ujung jari
kaki kanan yang cepat memburuk: acrocyanosis, lambat sembuh,
nekrosis dan akhirnya kehilangan bagian jari kaki yang nekrosis.
Denyut nadi dorsalis pedis dan tibialis posterior tidak terpalpasi.
Penderita adalah perokok berat (30 pak setahun). Pada pemeriksaan
fisik tungkai kanan bawah didapatkan ulkus pada digiti satu sampai
empat pedis dextra, meluas sampai dorsum pedis dextra. Dasar ulkus
22 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi
tampak tulang dan tendon. Perubahan ganggren tampak pada jari kaki
ke dua dan ketiga. Pada pemeriksaan angiografi menunjukkan oklusi
arteri-arteri proksimal tibia posterior kiri dan interoseal. Direncanakan
amputasi pedis dextra.
Makroskopis:
Spesimen berupa amputasi pedis dexta. Pada eksplorasi
didapatkan arteri dan vena dorsalis pedis yang teroklusi, teraba keras.
Mikroskopis:
Inflamasi akut dari arteri ukuran sedang dan kecil. Sebukan
neutrofil meluas mencapai vena dan syaraf didekatnya. Endotel
pembuluh darah terinflamasi menyebabkan trombosis dan obliterasi
lumen. Mikroabses kecil dari dinding pembuluh darah, dengan
neutrofil dikelilingi oleh sel-sel fibroblas dan sel-sel raksasa Langhans.
TROMBFLEBITIS
Seorang pasien wanita berusia 76 tahun datang dengan kondisi
aneurisma vena antecubital sinistra dan episode phlebitis berulang
pada vena tersebut. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensim dan
narises (vena varikosa) di tungkai. Pasien bukan perokok dan peminum
alcohol. Pada pemeriksaan fisik didapatkan segmen aneurisma pada
vena antecubital yang besar yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan
USG, didapatkan thrombosis. Pada pemeriksaan vena paten dan di
follow up. Keluhan flebitis spontan menghilang, dan beberapa bulan
berikutnya di USG lagi tidak didapatkan thrombus. Keluhan phlebitis
dirasakan 18 bulan kemudian dan diterapi dengan abt-obat
antiinflamasi. Tetapi 24 bulan kemudian pasien mengeluh sesak napas
diterapi oleh dokter umum sebagai COPD. Pemeriksaan USG ulang
pada vena antecubiti sinistra menunjukkan dilatasi vena dan ada
Makroskopis:
Kantong aneurisma vena dengan thrombus yang melekat di
dalamnya.
Mikroskopis:
Vena yang terkena berada di jaringan subkutan, dinding tebal,
infiltrat inflamasi dominan di dalam dinding pembuluh darah dan
lumen teroklusi total oleh thrombus. Pada awal lesi, infiltrate terdiri
dari banyak neutrophil, setelah berlangsung lama terdiri dari limfosit,
histiosit dan beberapa sel raksasa.
HEMANGIOMA KAVERNOSA
Pasien seorang laki-laki usia 62 tahun datang ke poliklinik
bedah dengan keluhan massa di dinding dada yang tidak menimbulkan
keluhan selama 10 tahun. Tidak ada riwayat trauma dinding dada.
Pemeriksaan fisik didapatkan benjolan ukuran 3x 3x 2 cm, berbatas
tegas, warna kemerahan. Pada palpasi konsistensi benjolan lunak.
Dilakukan pemeriksaan X-Ray torak. Hasil X-Ray torak menunjukkan
massa non homogen di dada kanan atas meluas ke dinding dada kanan
diameter 5 cm berbatas tegas. Kemudian dilakukan pemeriksaan MRI,
yang menunjukkan massa diameter 5 cm dengan erosi pada tulang iga.
Direncanakan operasi reseksi tumor.
Makroskopis:
Tumor berukuran 6x 5x 3 cm, warna kemerahan, dengan ruangan-
ruangan berbagai ukuran berisi darah, tampak septa-septa jaringan
ikat. Tidak didapatkan nekrosis.
Mikroskopis:
Tumor tersusun dari ruangan-ruangan pembuluh darah ukuran besar,
bersepta-septa, dilapisi satu lapis sel-sel endotel monomorfi. Lumen
berisi darah.
PATOLOGI RESPIRASI
PAPILOMA SINONASAL
Neoplasma jinak yang timbul dari mukosa sinonasal yang
terusun dari sel-sel epitel skuamosa atau kolumner. Tumor ini
berhubungan dengan infeks HPV tipe 6 dan 11. Tumor ini ada tiga
bentuk eksofitik (paling sering), inverted (secara biologis paling
penting) dan silindrikal. Papiloma inverted adalah tumor agresif tetapi
bersifat lokal. Bila tidak dieksisi secara adekuat, akan kambuh, dengan
potensi komplikasi serius yaitu invasi ke dalam orbita atau kranial, dan
sangat jarang menjadi karsinoma sel skuamosa.
Mikroskopis:
Papiloma inverted menunjukkan tumor yang tumbuh ke dalam
stroma jaringan nasi, tersusun dari proliferasi sel-sel epitel skuamosa,
didapatkan juga sel-sel yang mengandung musin dan sel-sel yang
membentuk struktur mikrokista.
TUBERKULOSIS
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobaterium Tuberculosis,
mempunyai sifat tahan asam, non motile, aerobic, memproduksi
katalase. Tuberkulosis dibagi menjadi tuberkulosis primer yaitu
penyakit tuberkulosis yang menjangkit penderita pertama kali dengan
ciri khas terbentuknya kompleks Ghon dan tuberkulosis sekunder yaitu
penyakit tuberkulosis yang muncul kembali akibat reaktivasi kuman M.
Tuberkulosis yang dorman atau reinfeksi M. Tuberkulosis.
PERUBAHAN PATOLOGI
Tuberkulosis primer [A]:
(1) Inflamasi granulomatosa/ komplek Ghon;
(2) Tuberkel;
(3) Jaringan parut dan kalsifikasi.
Makroskopis:
Tampak granuloma subpleura kecil, kuning kecoklatan di
daerah mid-lung dan limfonodi hilus yang menjadi ciri khas
makroskopis tuberkulosis primer. Pada sebagian penderita, inflamasi
granuloma ini subklinikal dan tidak berkembang lebih jauh. Setelah
beberapa waktu lesi granulomatosa ini mengecil dan terkalsifikasi, dan
pada pemeriksaan radiologis toraks menunjukkan bintik kalsifikasi.
Tuberkulosis primer adalah pola yang tampak pada infeksi tuberkulosis
awal yang banyak terjadi pada anak-anak.
Bila respon imun tidak baik atau kewalahan oleh infeksi eksesif,
gambaran makroskopis dapat berkembang menjadi penyakit
granulomatosa dengan pola milier karena tampak granuloma kecil
multipel dan kecoklatan, berukuran rata-rata 2- 4 mm tersebar dalam
parenkim paru.
Mikroskopis:
Granuloma yang terbentuk baik, bentuk bulat berbatas tegas
terdiri dari makrofag yang berdiferensiasi disebut sel-sel epiteloid,
limfosit, dan fibroblas. Granuloma melokalisasi mycobacterial, tampak
kecil menunjukkan respon imun baik dan infeksi telah dikendalikan.
Granuloma menunjukkan makrofag epiteloid memanjang
PNEUMONIA BAKTERIAL
Pada community-aquired acute pneumonia, infeksi bakteri
seringkali didahului dengan infeksi saluran pernafasan atas oleh virus.
Bakteri menginvasi parenkima paru-paru menyebabkan alveoli
dipenuhi eksudat inflamasi, yang akhirnya konsolidasi (pengerasan)
pada jaringan pulmo. Beberapa variabel yang menentukan secara
tepat bentuk pneumonia, diantaranya agen etiologi, reaksi pejamu,
pengaruh lingkungan. Faktor predisposisi yaitu usia yang sangat lanjut,
penyakit-penyakit kronis, defisiensi kongenital atau didapat. Beberapa
agen etiologi adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa. Bakterial pneumonia mempunyai dua
distribusi anatomi yaitu bronkopneumonia lobularis dan pneumonia
lobaris. Konsolidasi tersebar tidak merata adalah ciri khas
bronkopneumonia, sedang konsolidasi fibrosupuratif pada sebagian
besar lobus atau seluruh lobus didefinisikan sebagai pneumonia
lobaris.
Makroskopis:
Pada pembelahan paru, menunjukkan penampang paru-paru
dengan daerah yang tampak lebih terang menonjol.
Bronkopneumonia (lobular pneumonia) mempunyai ciri-ciri daerah
konsolidasi yang tersebar tidak rata. Lobar pneumonia, dengan
konsolidasi seluruh lobus kiri atas dari paru-paru. Pola ini lebih jarang
dibandingkan pola bronkopneumonia.
Abscessing bronchopneumonia menunjukkan beberapa abses
dengan dinding ireguler, permukaan kasar, tampak di dalamnya
daerah konsolidasi kecoklatan. Abses paru-paru yang cukup besar
berisi materi nekrosis liquefaktif dan eksudat purulen, yang dapat
ditunjukkan pada pemeriksaan radiografi toraks atau CT-Scan sebagai
air-fluid level.
Mikroskopis:
Pada bagian kiri, alveoli dipenuhi dengan eksudat neutrofilik,
gambaran mikroskopis ini menunjukkan daerah konsolidasi pada
bronkopneumonia. Berlawanan dengan daerah di sebelah kanannya,
menunjukkan alveoli yang teraerasi. Pola tersebut sesuai dengan
distribusi bronkopneumonia yang terlihat pada radiografi toraks.
Daerah yang terkonsolidasi sesuai dengan pola distribusi dari lobulus
paru-paru - karena itu disebut pneumonia lobuler.
Eksudat alveolar ini terutama terdiri dari neutrofil. Disekeliling
dinding alveoler didapatkan kapiler yang kongestif (terdilatasi dan
berisi eritrosit). Proses eksudatif ini secara tipikal disebabkan infeksi
bakteri. Proses eksudat ini menyebabkan batuk produktif dengan
sputum purulen kekuningan. Arsitektur alveolus tampak baik, karena
itu meskipun terjadi pneumonia yang luas hanya sedikit terjadi
kerusakan parenkim pulmonal.
Bila pneumonia disebabkan oleh bakteri yang sangat virulen
misalnya Staphylococcus aureus dengan proses inflamasi yang lebih
berat dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru-paru disertai
perdarahan. Dinding alveolus tidak terlihat lagi karena adanya
pembentukan abses dengan sebukan neurtrofil yang padat disertai
perdarahan.
ABSES PULMONUM
Abses paru- paru adalah proses supuratif terlokasi di dalam
paru, dengan ciri-ciri jaringan nekrotik paru- paru. Faktor risiko
terbentuknya abses paru adalah prosedur bedah orafaringeal, infeksi
sinobronkial, sepsis dental dan bronkiektasis. Bakteri masuk melalui
mekanisme:
Makroskopis:
Diameter abses bervariasi dari 5- 6 cm, mengenai bagian manapun
paru- paru, dapat tunggal atau multiple. Abses paru karena aspirasi
sering pada bagian paru kanan (karena bronkus utama lebih vertikal).
Mikroskopis:
Ruang abses dipenuhi debris supuratif dan didapatkan destruksi
parenkim paru. Bila ruang tersebut berkontak dengan saluran udara,
eksudat didalamnya akan mengering sebagian dan menciptakan ruang
berisi udara.
EDEMA PULMONUM
Penyebab hemodinamik tersering dari edema pulmonum
adalah meningkatnya tekanan hidrostatik, yang terjadi pada gagal
jantung kongestif kiri. Kongesti pulmonum mendahului edema
pulmonum. Akumulasi cairan awalnya di basal lobus bawah karena
tekanan hidrostatik.
Mikroskopik:
Alveoli dipenuhi material warna merah muda yang merupakan ciri
khas dari edema pulmonum. Kapiler alveoler membengkak, dengan
34 | Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi
Makroskopis:
Neoplasma ini konsistensinya lunak dan penampang berwarna
putih kecoklatan. Karsinoma ini merupakan karsinoma terbanyak pada
paru-paru dan paling sering terjadi pada perokok. Emfisema juga
terlihat. Daerah kehitaman merepresentasikan antrhacotic pigment
terperangkap dalam tumor dan lifonodi hilar.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 35
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi
Mikroskopis:
Ciri khas karsinoma sel skuamosa adalah sel-sel dengan
sitoplasma merah muda, megandung keratin (keratinisasi individual),
dengan batas sel jelas dan intercellular bridges. Didapatkan gambaran
mitosis. Keratinisasi yang diproduksi sel-sel neoplasma dapat
membentuk mutiara pertandukan, dengan lapisan- lapisan keratin
konsentris. Gambaran ini dapat dilihat pada karsinoma sel skuamosa
berdiferensiasi baik (gambaran morfologi sel-sel tumor sangat
menyerupai gambaran morfologi sel asalnya). Namun, umumnya
karsinoma bronkogenik berdiferensiasi jelek.
Makroskopis:
Tumor muncul di bagian tengah paru dan menyebar ekstensif.
Penampang tumor konsistensi lunak rapuh, warna putih kecoklatan,
Mikroskopis:
Pola pertumbuhan biasanya solid, atau berbentuk alur seperti
pita, rosettes dan pseudorosettes, atau tubulus dan duktulus. Sel-sel
neoplasma mempunyai ciri khas bulat atau oval, kecil berwarna biru
kehitaman, sitoplasma sangat sedikit, inti bergranula halus (salt and
paper appearance) dan sangat hiperkromatik, anak inti tidak terlihat,
mitosis banyak.
ADENOKARSINOMA PULMONUM
Adenokarsinoma lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada
perempuan, jenis karsinoma ini berkontribusi pada 50% kasus
karsinoma paru wanita sedangkan prosentase kasus pada pria lebih
sedikit. Adenokarsinoma adalah satu tipe sel tumor paru primer yang
sering terjadi pada penderita bukan perokok dan yang telah berhenti
merokok. Jika pertumbuhan neoplasma ini terbatas pada paru-paru
(stadium awal), reseksi paru-paru mungkin dapat menyembuhkan.
Pemeriksaan imunohistokimia TTF-1 spesifik untuk adenokarsinoma
asal paru-paru, sehingga dipakai membedakan dengan metastasis
adenokarsinoma. Sering terjadi mutasi gen RB, p53, p16. Mutasi gen
K-RAS lebih sering terjadi pada perokok.
Makroskopis:
Tampak lokasi tumor terletak di perifer paru-paru kiri.
Adenokarsinoma dan large-cell anaplastic carcinoma cenderung
terjadi di perifer paru-paru. Gambaran yang soliter dari neoplasma ini
dapat menunjukkan bahwa tumor ini adalah tumor primer dari pada
suatu metastasis.
Mikroskopis:
Neoplasma ini dengan sel-sel tumor berarsitektur kelenjar dan
sedikit sel-sel tumor berarsitektur solid sesuai dengan
adenokarsinoma berdiferensiasi sedang. Dapat ditemukan titik-titik
musin di dalam sitoplasma sel tumor. Sering didapatkan anak inti
prominen. Banyak karsinoma bronkogenik, termasuk
adenokarsinoma, berdiferensiasi buruk, sehingga menimbulkan
kesulitan dalam penegakan diagnosis histopatologi, sehingga dapat
dikelompokkan dalam non-small cell carcinoma. Untuk tujuan terapi,
pengelompokan ini sudah mencukupi. Penatalaksanaan
adenokarsinoma bergantung pada stadium tumor.
KARSINOMA BRONKOALVEOLER
Karsinoma bronkoalveoler menunjukkan berbagai gambaran
makroskopis yang mempunyai hubungan penting dengan tipe
mikroskopis dan proknosis, nodil perifer tunggal, nodul multipel,
infiltrat difus pneumonic-like. Secara mikroskopis karsinoma
bronkoalveoler dibagi menjadi tipe musinosa dan nonmusinosa.
Makroskopis:
Varian karsinoma paru-paru yang jarang terjadi dengan
gambaran makroskopis (dan pada gambaran radiografi toraks) daerah
lesi yang tidak berbatas tegas menyerupai konsolidasi pneumonia.
Massa yang berbatas tidak tegas melibatkan lobus paru-paru kanan, di
daerah ini tampak berwarna abu-abu kecoklatan.
Mikroskopis:
Karsinoma bronkoalveoler tersusun dari sel-sel kolumner yang
berproliferasi sepanjang kerangka septa alveoler. Sel-sel neoplastik ini
berdiferensiasi baik. Neoplasma ini, suatu bentuk adenokarsinoma,
MESOTELIOMA MALIGNA
Mesotelioma maligna dalam toraks berasal dari pleura viseralis
atau pleura parietalis. Mesotelioma sering terjadi pada pekerja-
pekerja yang terpapar abes. Periode laten perkembangan dari tepapar
asbes sampai munculnya mesotelioma adalah 25- 45 tahun.
Makroskopis:
Lesi difus yang menyebar luas dalam ruang pleura dan
berhubungan dengan efusi pleura dan invasi ke parenkim paru-paru.
Paru-paru dilapisi lapisan tebal, lunak, berlendir, warna merah muda
sampai abu-abu.
Mikroskopis:
Mesotelioma tipe epiteloid terdiri dari sel-sel kuboidal,
kolumner, pipih; sitoplasma banyak dan asidofilik, inti atipi; tersusun
dalam bentuk tubuler atau papiler. Sel-sel tumor infiltratif ke jaringan
sekitarnya. Untuk membedakan dengan adenokarsinoma dapat
dikerjakan pengecatan imunohistokimia calretinin.
TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa dapat menjelaskan dan melaksanakan :
1. Menjelaskan metode – metode pemeriksaan yang lazim untuk
membedakan transudate dan eksudat
2. Menjelaskan arti hasl pemeriksaan transudate dan eksudat
3. Melaksanakan tes – tes pemeriksaan transudate dan eksudat
secara sederhana
4. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan tes – tes pemeriksaan
transudate dan eksudat
PENDAHULUAN
Dalam keadaan normal dapat dijumpai sejumlah kecil cairan
tubuh diantara dua sekat membran yang membentuk rongga kecil
dalam suatu alat tubuh Seperti ruangan perikardium, ruangan
peritoneum dan ruangan pleura. Cairan Ini berfungsi sebagai pelumas
agar membran-membran tersebut dapat bergerak tanpa geseran.
Dalam keadaan patologis cairan tersebut dapat bertambah banyak.
Berdasarkan beberapa faktor yang menyebabkan bertambahnya
cairan serta perbedaan penampilan fisik dan susunan kimianya, cairan
yang terbentuk dibedakan menjadi transudat dan eksudat.
A.1. TRANSUDAT
Suatu cairan patologis yang dapat terjadi dari proses non-
inflamasi. Proses ini merupakan bentuk kongesti yang berlangsung
A.2. EKSUDAT
Cairan patologis yang terjadi akibat suatu proses radang yang
sering disebabkan oleh sesuatu infeksi.
Eksudat dapat terjadi pada keadaan-keadaan berikut:
5. Bekuan
Bekuan hanya terdapat di dalam eksudat karena adanya fibrin.
Pelaporan adanya bekuan biasanya dinyatakan dengan istilah
bekuan renggang, berkeping, sangat halus dll.
B. ANALISA LABORATORIUM
B.1. PEMERIKSAAN PROTEIN
1. Metode Rivalta
2. Prinsip
Merupakan pemeriksaan kualitatif. Pemeriksaan berdasarkan
reaksi antara seromucine dan asam asetat glasial yang
menimbulkan kekeruhan atau kabut di dalam cairan. Seromucine
ini hanya terdapat di dalam cairan eksudat.
3. Bahan
Bahan/spesimen dapat berasal dari cairan peritoneum (asites),
perikardium, pleura dll.
4. Peralatan dan pereaksi yang diperlukan
a. gelas Erlenmeyer
b. pipet
c. akuades
d. asam asetat glasial
5. Tata cara pemeriksaan & pembacaan hasil
a. Isikan 100 ml akuades ke dalam tabung Erlenmeyer
b. Tambahkan ke dalam tabung tersebut: 1 (satu) tetes asam
asetat glasial dan campurlah.
RANGKUMAN
Dalam keadaan normal dapat dijumpai sejumlah kecil cairan
tubuh diantara dua sekat membran yang membentuk rongga kecil
dalam suatu alat tubuh seperti ruangan perikardium, ruangan
peritoneum dan ruangan pleura. Dalam keadaan patologis cairan
tersebut dapat bertambah banyak oleh beberapa faktor.
Berdasarkan faktor-faktor penyebab, penampilan fisik dan
susunan kimiawinya, cairan patologis tersebut dibedakan menjadi
transudat dan eksudat. Cairan transudat biasanya disebabkan oleh
Buku Acuan :
Krieg and Kjeldbergs (2012) Cerebrospinal Fluid and Other Body Fluid
in Henry’s Clinical Diagnosis Management by Laboratory Methods.
22nd ed. WB Saunders company Philadelphia. Pp : 553-5
PK : S P U T U M
SPUTUM
TUJUAN UMUM
Mahasiswadapat menjelaskan:
1. Pemeriksaan sputum secara mikroskopis
2. Gambaran sputum secara mikroskopis
TUJUAN KHUSUS
Mahasiswadapat menjelaskan:
1. Pengambilan sampel pada pemeriksaan sputum
2. Gambaran sputum dengan bermacam-macam penyakit
3. Unsur-unsur khusus pada berbagai penyakit
4. Pemeriksaan bakteri GRAM positif atau negatif
5. Pemeriksaan bakteri TBC
PENDAHULUAN
Sputum adalah sekresi trachea bronchial yang terdiri dari
campuran plasma, air, elektrolit dan lendir dimana saat melaiui traktus
respiratorius bagian bawah dan atas akan terkontaminasi sel
exfoliatifa, kelenjar saliva serta flora normal bakteri mulut.
Kita bedakan antara material yang dibatukkan apakah sputum
atau non sputum. Secara makroskopis sputum kental non cain.
Mikroskopis sel-sel PMN dan epitel dalam sputum lebih banyak.
Pemeriksaan sputum terdiri atas pemeriksaan makroskopis
dan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakterioiogis biasanya
untuk pemeriksaan resistensi kuman, pemeriksaan kuman TBC dan
pemeriksan kuman-kuman anaerob. Kelemahan pemeriksaan kultur
karena memakan waktu lama kadang-kadang tidak ditemukan kuman,
adanya masa pus dan epitel. Material lainnya yang jarang didapat
seperti spiral Curschmann’s, pnemolit, benda ditrich, masa perkejuan,
selinder bronchial dan sisa makanan serta parasit. Adanya benda-
benda ini perlu perhatian khusus, karena adanya benda ini merupakan
petunjuk adanya satu penyakit.
Unsur khusus masa perkejuan berasal dan jaringan nekrosis
dan biasanya terdapat pada TBC paru, abces paru, dan ganggren paru.
Spiral Curschmann’s merupakan masa mukoid, berwarna putih
kekuningan yang merupakan jaringan spiral yang bisa mengulung
seperti bola, panjang 1,5 cm. Unsur ini terbentuk dalam lumen
bronchus kecil, bronchiolus dan duktus kelenjar sero mucus bronchus.
Cukup karakteristik untuk asthma bronchiale, terdapat juga pada
bronchitis kronis dan perokok berat.
Unsur khusus yang lain benda Ditrich. Umumnya benda ini
dibatukkan keluar secara terpisah dan berupa benda perkejuan
dengan warna kekuningan atau abu-abu dengan ukuran sebesar ujung
jarum sampai sebutir kacang. Terdiri atas sel yang besar, kristal asam
lemak, butir-butir lemak dan bakteri. Terdapat pada bronchiectasi,
asthma bronchiale dan bronchitis chronis.
Selinder bronchial merupakan selinder yang terbentuk dalam
bronchus beserta cabangnya, ukurannya tergantung di bronchus mana
selinder itu terbentuk. Biasanya dibentuk dari fibrin dan berwarna
putih abu-abu. Dijumpai pneumo lobaris stadium konsulidasi, tetapi
karena kemajuan terapi maka sekarang jarang dijumpai. Benda ini
dikeluarkan dari bronchus sebagai benda asing. Terdapat pada TBC
paru penyakit cor chronis, bronchitis fibrinosa.
Benda khusus yang lain pnemolit. Benda ini dibentuk dari
jaringan nekrosis atau infeksi yang mengalami calsifikasi dalam
bronchus besar atau suatu ruangan. Terdapat pada: sering pada
ANALISA LABORATORIUM
B.1. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS.
1. Metode pemeniksaan: pemeriksaan makroskopis.
Prinsip percoban: Untuk menggambarkan rupa sputum dengan
cahaya tembus, ambil sejumlah sputum secukupnya, ratakan
dalam sebuah cawan petri dengan batang steril, dengan bantuan
sinar matahari nyatakan rupa sputum secara makroskopis. Sedang
untuk pemeriksaan unsur khusus, perlu latar belakang hitam dan
dengan loupe.
2. Bahan pemeriksaan Sputum.
3. Alat yang digunakan piring petri, batang steril, loupe
4. Reagen
5. Tata cara pemeriksaan:
• Volume: Nyatakan dengan sedikit, banyak, tidak ada, sedang.
Jika banyak atau sedang ukur berapa ml.
• Warna nyatakan dengan kuning, hijau, coklat, merah.
• Bau nyatakan dengan tidak berbau, berbau, berbau faeces
atau berbau busuk.
• Konsistensi: Nyatakan dengan jernih, serous, opalesen atau
kental, mukus, purulen, seromukus, mukopurulen.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Metode Natif:
1. Metode Pemeriksaan mikroskopis sediaan natif
2. Prinsip percobaan untuk melihat unsur-unsurdalam sputum secara
mikroskopis perlu dilakukan pemeriksaan pada preparat natif.
3. Sample: Sputum
4. Alat: Obyek glass, kaca penutup, api spiritus, mikroskop
5. Tata cara pemeriksaan: Ambil sedikit sputum, ratakan pada obyek
glas. Panaskan sediaan tersebut pada api. Biarkan dingin, periksa.
Dicari; serabut elastis, spiral Curschmann’s, Kristal-kristal, sel
mengandung pigmen, sel mengandung butir hyalin, lekosit,
eosinopil, eritrosit, epitel, limposit, jamur, parasit.
6. Tata cara pembacaan basil: Bila ada nyatakan dengan ada (+)
Pengecatan Gram.
1. Metode pemeriksaan: Pemerlksaan sputum dengan pengecatan
GRAM
2. Prinsip percobaan untuk melihat unsur dalam sputum secara
mikroskopis perlu dilakukan pemeriksaan preparat dengan
pengecatan.
3. Sample: Sejumlah sputum
ZIEHL NEELSEN
1. Metode pemeriksaan: Pemeriksaan sputum pengecatan Ziehl
Neelsen.
2. Prinsip pemeriksaan: Untuk melihat unsure-unsur dalam sputum
secara mikroskopis perlu dilakukan pemeriksaan pada preparat
pengecatan.
RANGKUMAN
Pemeriksaan sputum ada pemeriksaan makroskopis,
pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan bakteriologis. Untuk
pemeriksaan sputum perlu pengambilan sampel yang tepat maka
disini telah dijelaskan pengambilan sputum yang betul.
Pada pemeriksaan sputum secara makroskopis diterangkan
tentang volume, konsistensi, warna, bau, unsur-unsur khusus. Masing-
masing hasil dijelaskan ditemukan pada penyakit apa saja.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 63
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi
Buku Acuan:
HENRY J.B. 2012. Clinical Diagnosis Management by Laboratory
Methods. 22thed W.B Saunders Company Philadelphia.
MIKROBIOLOGI:
PENGECATAN ZIEHL NEELSEN (ZN)
PENDAHULUAN
Mycobakterium
Mycobakteria adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang
tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai bakteri ini
tahan terhadap penghilangan warna (deklorisasi) oleh asam atau
alkohol dan karena itu dinamakan basil tahan asam. Ciri –ciri khas
Mycobakterium tuberculosis dalam jaringan, basil tuberkel
merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 µm. Pada
perbenihan buatan terlihat bentuk coccus dan filamen. Mycobakteria
tidak dapat diklasifikasikan sebagai gram positif atau gram negatif.
Sekali diwarnai dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat
dihilangkan dengan alkohol, meski dibubuhi dengan iodium. Basil
tuberkel yang sebenarnya ditandai oleh sifat tahan asam misalnya 95
% etil alkohol yang mengandung 3 % asam hidroklorida (asam alkohol)
dengan cepat akan menghilangkan warna semua bakteri kecuali
Mycobakteria. Sifat tahan asam ini bergantung pada integritas struktur
selubung berlilin. Pada dahak atau irisan jaringan, Mycobakteria dapat
diperlihatkan karena memberi fluoresensi kuning jingga setelah
diwarnai dengan zat warna fluorokrom (misalnya auramin, rodamin).
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat
warna karbol-fuchsin (fuchsin basayang dilarutkan dalam suatu
campuran phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida
dalam alkohol. Sediaan sel bakteri pada gelas alas disiram dengan
PROSEDUR/TATA CARA
Pembuatan preparat
Bahan berasal dari isolat cair
➢ dengan kapas lidi material diambil dan digoreskan pada obyek
glass
➢ panaskan di atas api spiritus sambil digoyang-goyangkan sampai
preparat kering
➢ setelah kering, tetesi formalin 1%, tunggu 5 menit, preparat siap
dicat.
Cara pengecatan ZN
➢ Preparat yang telah siap dicat digenangi dengan cat ZN A,
kemudian dipanasi dengan lampu spiritus sampai menguap tapi
tidak mendidih. Bakteri yang tahan asam maupun tidak keduanya
akan berwarna merah. Tunggu 5 menit, lalu cuci dengan air.
➢ Preparat kemudian ditetesi dengan cat ZN B hingga warna
dilunturkan. Pada bakteri yang tahan asam dan alkohol warna cat
tidak akan luntur (merah). Sedangkan pada bakteri yang tidak
tahan asam dan alkohol cat ZN A akan luntur sehingga bakteri
menjadi tidak berwarna. Cuci preparat dengan air.
➢ Genangi preparat dengan cat ZN C selama 2 menit. Bakteri tahan
asam dan alcohol akan tetap berwarna merah karena sudah jenuh
mengikat cat ZN A. Bakteri yang tidak tahan asam dan alkohol akan
mengikat warna cat ZN C sehingga berwarna biru. Cuci preparat
dengan air dan keringkan dalam temperatur kamar.
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PENGUMPULAN SPUTUM
PERSIAPAN PASIEN 1 2 3
4 Sapa pasien dengan ramah dan perkenalkan
diri pada pasien
5 Persilahkan pasien untuk duduk
6 Berikan informasi kepada pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan dan minta
persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan
7 Jelaskan kepada pasien bahwa sputum akan
diambil sebanyak 3 kali (SPS), sesuai dengan
jumlah tabung yang disiapkan.
8 Jelaskan kepada pasien untuk tidak makan,
minum atau merokok sebelum sputum besok
pagi (P) dibatukkan
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PEMBUATAN SEDIAAN APUS SPUTUM
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN
Nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: Langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan
benar dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang
tidak dilakukan
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
urutannya, tetapi tidak efisien
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan benar, sesuai dengan
urutannya dan efisien
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dikerjakan karena tidak sesuai
dengan keadaan
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PEMBACAAN SEDIAAN APUS
Nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: Langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan
benar dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang
tidak dilakukan
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
urutannya, tetapi tidak efisien
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan benar, sesuai dengan
urutannya dan efisien
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dikerjakan karena tidak sesuai
dengan keadaan
REFERENSI
1. Hatta M, et al: Pengaruh Dekontaminasi Dalam Identifikasi
Mycobacterium tuberculosis Dengan pewarnaan Ziehl Nielsen dan
Polimerasi Chain-Reaction, Jurnal kedokteran Yarsi 2004
2. Bagian Patologi Klinik FK-UNHAS.
3. Bagian Mikrobiologi FK UNHAS
4. Panduan Petugas Laboratorium TB di Unit Pelayanan Kesehatan
Departemen kesehatan
5. Pedoman Penanganan Spesimen Malaria dan Tuberkulosis
Riskesdas 2010
6. Kubica, G. P., W. E. Dye, M. L. Cohn, and. G. Middlebrook. 1963.
MAHASISWA DIWAJIBKAN
MEMBAWA SARUNG TANGAN & MASKER
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana | 93
Blok 3.08 Gangguan Kardiorespirasi
Peta kurikulum
Catatan: