Anda di halaman 1dari 36

FAKULTAS KEDOKTERAN

PRODI KEDOKTERAN PROGRAM SARJANA


UNIVERSITAS YARSI

PENUNTUN PRAKTIKUM
PRINSIP BIOMEDIK 1

UNTUK MAHASISWA

SEMESTER I
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

UNTUK KALANGAN SENDIRI

Jl. Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510


Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21.4244574
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM
PRINSIP BIOMEDIK 1
(UNTUK KALANGAN SENDIRI)

Copyright 2020 by P2K-FKUY


All rights reserved. This book or any parts there of,
May not be used or reproduced in any manner without
Written permission from the writer/publishers.
Printed in Jakarta, Indonesia

Hak cipta dipegang oleh P2K-FKUY

Fakultas Kedokteran

Prodi Kedokteran Program Sarjana

Universitas YARSI

Dilarang mengutip, menyalin dan memperbanyak

Isi buku dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari

penulis/penerbit Dicetak di Jakarta, Indonesia

Cetakan Ketigabelas, Agustus 2020


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan
hidayahNya sehingga penyusunan buku Penuntun Praktikum Blok Biomedik I dapat
diselesaikan.

Buku Penuntun Praktikum Blok Prinsip Biomedik I ini disusun berdasarkan


kurikulum yang berbasis pada content-based curriculum dalam rangka menuju
kurikulum yang berbasis kompetensi atau competency-based curriculum. Dengan
adanya perubahan kurikulum tentunya juga terjadi perubahan dalam proses
penyampaian materi pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. Kondisi
ini sesuai dengan SK Mendiknas No.045/U/2002 yang diperkuat oleh UU Sistem
Pendidikan Nasional No. 20/2004. Salah satu dari proses perubahan tersebut adalah
metode penyampaian kuliah yang interaktif dan penggabungan dari bagian yang
terkait dengan praktikum yang lebih komprehensif.

Buku Penuntun Praktikum Blok Prinsip Biomedik I ini berisi materi gabungan
dari Sistem Biologi Selular, Biologi Molekular, Biologi Jaringan dan Genetika, yang
diberikan pada semester satu. Materi praktikum Blok Prinsip Biomedik 1 melibatkan
Bagian yang terkait yaitu Bagian Anatomi (Anatomi, Biologi dan Histologi).

Setelah selesai mengikuti praktikum Blok Prinsip Biomedik I ini, mahasiswa


diharapkan dapat memahami dan menjelaskan dasar ilmu biomedik dan aspek non
medik yang mempengaruhi biologi selular, biologi molekular, biologi jaringan dan
genetika, yang akan berguna untuk menyelesaikan pendidikan kedokteran.

Tentunya dalam penyusunan Buku ini masih banyak kekurangan, untuk itu
kami mengharapkan kepada para pembaca dan pengguna buku ini memberikan
masukan untuk perbaikan selanjutnya.

Wassalamualaikum wr.wb.

Jakarta, Agustus 2020


Pusat Pendidikan Kedokteran
Prodi Kedokteran Program Sarjana
Universitas YARSI

Tim Penyusun

i
`
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i

Daftar Isi ii
Tim Penyusun iii
BAB I. Praktikum Histologi 1
BAB II. Praktikum Genetika 23

ii
`
TIM PENYUSUN BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM
PRINSIP BIOMEDIK 1
TAHUN 2020/2021

Penanggungjawab
Dekan : Prof. Rika Yuliwulandari, dr. Hj., MHlt. Sc, PhD
Kaprodi Akademik : Zwasta Pribadi Mahardika, dr. MMed
Komisi Kurikulum : Riyani Wikaningrum, dr. Hj. MSc. DMM

Penyunting :
Sub.Kom Konten Kurikulum : dr. Marisa Riliani,M.Biomed
Koordinator Blok : DR. M Samsul Mustofa, MS.

Penulis Dan Pembimbing Praktikum :


 Prof. Dr. Endang Purwaningsih, MS.
 Dr. Restu Syamsul Hadi, M.Kes.
 DR. M Samsul Mustofa, MS.
  Etty Widayanti, S.Si. M.Biotech.
 Mirfat, S.Si., MSi
 dr. Hj. RW Susilowati, M.Kes.
 Dra. Kuslestari, M.Kes.
 dr. Aan Royhan, MSc.
 Kenconoviyati S.Si., M.Biomed

iii
`
GENETIKA DAN
BIOLOGI MOLEKULER

23
KATA PENGANTAR

Buku Penuntun GENETIKA DAN BIOLOGI MOLEKULER disusun berdasarkan


kebutuhan pengajaran mata kuliah Genetika dan Biologi Molekuler di laboratorium Biologi
yang disesuaikan dengan keadaan dan kondisi di Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI. Pada buku penuntun praktikum Genetika dan Biologi Molekuler ini diberikan
sedikit teori yang terkait dengan topik praktikum, yang sebenarnya sudah diberikan di
dalam kuliah. Untuk itu, diharapkan pemahaman mahasiswa tentang korelasi materi
praktikum dengan teori yang diajarkan menjadi lebih baik.
Buku Penuntun Genetika dan Biologi Molekuler ini juga dilengkapi lembar kerja
yang harus dikerjakan oleh mahasiswa pada waktu praktikum. Kemudian hasil kegiatan
mahasiswa pada lembar kerja tersebut harus dikonsultasikan dan disahkan oleh masing-
masing dosen pembimbing.
Dalam penyusunan Buku Penuntun praktikum Genetika dan Biologi Molekuler ini
masih banyak yang harus ditambahkan dan disempurnakan, untuk itu kami
mengharapkan kepada para pembaca sudi kiranya memberikan saran-sarannya
sehingga dalam terbitan selanjutnya dapat lebih baik.
Dalam kesempatan ini juga kami sampaikan ucapan terima kasih kepada pimpinan
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI dan kepada teman-teman sejawat lainnya yang
telah membantu penyusunan buku ini

Jakarta, Agustus 2020


Koordinator Blok prinsip Biomedik 1
Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi

24
TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM BIOLOGI (BLOK BIOMEDIK 1 )
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

Dalam melaksanakan praktikum di laboratorium Biologi Fakultas Kedokteran Universitas


YARSI, mahasiswa (praktikan) harus mengikuti tata tertib yang diberlakukan yaitu :
1. Praktikan harus sudah masuk ke dalam laboratorium 5 menit sebelum praktikum
2. Pada saat masuk ke laboratorium, praktikan harus memakai jas praktikum dan
dilarang memakai sandal.
3. Sebelum praktikum dimulai, praktikan harus mengikuti pre test (quis) dengan
bahan dari materi yang akan dibahas dalam praktikum tersebut.
4. Selama praktikum berlangsung, praktikan harus sopan, menjaga kebersihan,
kerapian laboratorium dan bertanggung jawab atas segala peralatan praktikum
yang disediakan laboratorium serta tidak diperkenankan meninggalkan
laboratorium tanpa mendapatkan ijin dari dosen pembimbing.
5. Apabila praktikan tidak dapat hadir mengikuti acara praktikum, harus ada surat
keterangan yang jelas atau memberitahukan ketidakhadirannya ke Koordinator
Blok. Karena apabila mahasiswa tidak mengikuti praktikum 2 kali maka yang
bersangkutan dianggap tidak mengikuti kegiatan praktikum, yang berdampak nilai
tidak lengkap (TL) atau tidak lulus..
6. Praktikan diwajibkan mengisi lembar kerja yang telah disediakan dan harus minta
persetujuan dosen pembimbing.

25
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... 24


TATA TERTIB .............................................................................. 25
DAFTAR ISI ................................................................................ 26
PEMBELAHAN SEL, ANALISIS KROMOSOM DAN KROMATIN SEKS 27
KARIOTIPE DAN PEMBUATAN PETA KROMOSOM ................. 52
ISOLASI DAN MENGUKUR KONSENTRASI DNA WHOLE BLOOD......... 61
PCR DAN ELEKTROFORESIS ............................................................. 66
IDNTIFIKASI POLA SIDIK JARI DAN SIDIK BIBIR.............................. 72
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. ........... 84

26
PEMBELAHAN SEL

Pembelahan sel berfungsi dalam proses reproduksi, pertumbuhan dan perbaikan.


Organisme uniseluler dapat bereproduksi dan berkembang dengan cara pembelahan sel
untuk memperbanyak dirinya membentuk koloni. Sedangkan organisme multiseluler
melakukan pembelahan sel untuk reproduksi dan perkembangannya, mulai dari
pembentukan sel kelamin, pertumbuhan dan perbaikan. Tahapan pembelahan sel pada
eukariota pada dasarnya terdiri atas kariokinesis (pembelahan nukleus) dan sitokinesis
(pembelahan sitoplasma). Pembelahan sel pada proses reproduksi, pertumbuhan dan
perbaikan berperan penting dalam menjaga kelanjutan generasi dari suatu organisme.
Sel pada mahluk hidup akan mengalami suatu siklus sel, yaitu periode yang
diperlukan atau dialami sel hasil pembelahan sebelumnya sampai terbentuk generasi
berikutnya. Siklus sel ini pada dasarnya terdiri atas dua tahapan yaitu interfase dan
mitosis.
Interfase seringkali ikut dibicarakan dalam diskusi mengenai mitosis, tetapi
interfase bukanlah bagian dari mitosis. Interfase merupakan fase dalam siklus sel yang
akan mempersiapkan sel memasuki tahapan mitosis.
Mitosis adalah pembelahan nukleus dan sitokinesis yang akan menghasilkan dua
sel anak yang identik. Tahapan mitosis meliputi profase, metafase, anafase, dan
telofase. Proses-proses ini tidak bisa berjalan sendiri dan selalu berjalan secara
berurutan.
Pada latihan ini mahasiswa akan mempelajari fase-fase pembelahan sel yang
terjadi pada sel somatik dan sel kelamin binatang sebagai dasar untuk mempelajari
embriologi perkembangan selanjutnya.

Gambaran Interfase
Gambaran interfase yang dapat diamati dengan mikroskop antara lain membran
nukleus masih jelas terlihat dan kromosom seperti benang (kromatin) yang terdapat di
dalam nukleus. Selama interfase, DNA mengalami duplikasi.
Mitosis
Mitosis (Gambar 1) dapat dibedakan menjadi empat fase:
1. Profase, disini terjadi kondensasi kromosom (kromosom memendek dan
menebal), nukleolus (anak inti) hilang, membran nukleus (inti) pecah, sentriol
bereplikasi dan memisah pada kedua kutub yang berbeda dan terjadi
pembentukan benang spindel (kompleks mikrotubula) yang menghubungkan
sentriol dengan kromosom.
2. Metafase, kromosom bergerak dan menempatkan diri di bidang equatorial
(“Metaphase Plate”).
3. Anafase, kinetokor yang berpasangan pada kromosom berpisah menghasilkan
kromatid yang kemudian bergerak ke arah kutub yang berlawanan dengan
kecepatan yang sama.
4. Telofase, kromatid telah berada pada masing-masing kutub, kemudian
membentuk benang halus atau kromosom, mikrotubula kinetokor menghilang,
membran nukleus terbentuk kembali, nukleolus muncul kembali.

27
Setelah telofase berakhir diikuti oleh sitokinesis (pembelahan sitoplasma) melalui proses
“Cleavage” yang akan menghasilkan dua sel anak dengan jumlah kromosom yang sama
dengan sel induk. Sitokinesis, dimulai dengan adanya invaginasi (lekukan ke dalam)
membran plasma di daerah equatorial sebagai penanda. Invaginasi daerah membran
dekat dua nukleus baru yang terbentuk ini terjadi karena adanya pengetatan serabut
aktin-miosin.

Interfase Profase

Metafase Anafase

Telofase Interfase
Gambar 1. Mitosis

Bahan dan Alat Pengamatan Mitosis Akar Bawang:


- Mikroskop, kaca objek, kaca penutup, kaca arloji, pinset, pisau atau silet, lampu
spritus, akar bawang Bombay, alcohol 70%, larutan asetokarmin, penjepit dan
asam asetat

Cara Kerja:
- Sekitar 3-4 hari sebelum praktikum, simpan umbi bawang bombay di atas wadah
yang berisi air. Akar yang aktif tumbuh dengan panjang sekitar 2,5 - 5 cm paling
baik digunakan untuk praktikum ini.
- Ujung akar yang panjang nya 3- 4 cm di potong dan diletakan pada kaca arloji
yang berisikan asam asetat 1M selama 30 menit.
- Ganti larutan asam asetat dengan asetokarmin dan panaskan di atas nyala lampu
spirtus sampai mencapai suhu kira-kira 60 0 C (jaga jangan sampai mendidih)
- Setelah itu pindahkan potongan ujung akar tersebut ke atas kaca objek yang telah
di tetesi asetokarmin.
28
- Potong-potong ujung akar dengan silet atau pisau. Tutup sediaan dengan kaca
penutup, kemudian tekan sambil sedikit di dorong (squash).
- Periksa sediaan tersebut dengan mikroskop dengan perbesaran lemah (10 X 10)
dan perbesaran kuat (10 X 45).

LATIHAN : Mitosis pada "White fish" dan Akar Bawang


Sediaan : Fase-fase dalam mitosis pada "White fish"
Petunjuk : Pelajarilah fase-fase mitosis dengan melihat sediaan yang
telah disediakan. Gunakan mikroskop dengan perbesaran
10x10, setelah terlihat ubahlah dengan perbesaran 10 x 40 agar
terlihat lebih jelas.
Pelajarilah : Fase-fase yang ada pada mitosis dan buatlah gambar secara
skematis dengan keterangan yang sesuai.

GAMBAR :
Interfase Keterangan Gambar :

Profase Keterangan Gambar

Metafase Keterangan Gambar :

29
Anafase Keterangan Gambar :

Telofase Keterangan Gambar :

Tanda tangan Pembimbing

( )

30
Meiosis
Meiosis merupakan pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel kelamin, yang
diperlukan dalam spermatogenesis atau oogenesis untuk membentuk spermatozoa dan
ovum. Pada dasarnya, fase meiosis sama dengan mitosis yaitu profase, metafase,
anafase dan telofase. Meiosis sel kelamin terjadi melalui dua tahapan pembelahan yaitu
meiosis I dan meiosis II.
Pada latihan ini mahasiswa akan mempelajari fase-fase pembelahan meiosis yang
terjadi pada spermatozoa binatang sebagai dasar untuk mempelajari embriologi
perkembangan selanjutnya.
Hasil pembelahan sel meiosis akan mengubah sel induk yang diploid menjadi sel
gamet haploid, dan menyebabkan perubahan dalam informasi genetik untuk
meningkatkan diversitas keturunan.

Gambaran Meiosis I terdiri dari beberapa fase :


1. Profase I, berlangsung lama sehingga pada fase ini dibedakan menjadi 5 stadia, yaitu
leptonema, zigonema, pakhinema, diplonema dan diakinesis. Setiap stadium ditandai
dengan aktivitas kromosom yang berlainan.
a. Leptonema, kromosom diploid tampak sebagai benang panjang dan tipis
b. Zigonema, kromosom saling berdekatan dan membentuk pasangan yang
disebut sinapsis
c. Pakhinema, kromosom menjadi pendek dan menebal
d. Diplonema, masing-masing kromosom membelah memanjang sehingga terbentuk
kromatid
e. Diakinesis, kromatid-kromatid yang berlainan mengadakan persilangan. Tempat
persilangan antar kromatid disebut chiasma. Di tempat chiasma, kromatid akan
putus dan segmen dari satu kromatid akan bersambungan dengan potongan
segmen kromatid yang lain. Peristiwa penukaran segmen dari kromatid yang tidak
serupa dalam kromosom homolog ini disebut pindah silang (“crossing over”).
Dengan adanya pindah silang, maka terjadi pertukaran gen-gen, yang
memungkinkan terjadinya kombinasi gen baru.
2. Metafase I, merupakan kelanjutan diakinesis, kromosom homolog berkumpul di bidang
ekuatorial, kromosom masih dalam keadaan diploid.
3. Anafase I, chiasmata terpisah, kromosom (masing-masing dengan 2 kromatid),
bergerak ke kutub yang berbeda. Tiap-tiap sel anakan sekarang haploid.
4. Telofase I, terjadi pembelahan reduksi menghasilkan dua sel anakan, tiap sel anakan
memiliki satu set kromosom dari tiap pasang kromosom homolog dan membran inti
terbentuk kembali.

Gambaran Meiosis II, merupakan pembelahan mitosis biasa :


1. Profase II, terjadi kondensasi kromosom, terbentuk benang spindel, kromosom mulai
bergerak ke bidang ekuatorial
2. Metafase II, kromosom menempatkan diri di bidang ekuatorial.
3. Anafase II, sentromer membelah dan tiap kromatid saudara bergerak ke kutub
masing-masing
4. Telofase II, membran inti terbentuk kembali dan terjadi sitokinesis, terbentuk 4 sel
anak haploid, masing-masing memiliki satu set kromosom homolog

31
SPERMATOGENESIS
Pada seorang pria, spermatozoa berasal dari sel spermatogonia yang akan
mengalami mitosis membentuk spermatosit primer yang bersifat diploid, tahapan proses
ini disebut spermatositogenesis. Spermatosit primer yang bersifat diploid ini memiliki 46
kromosom (44+XY). Spermatosit primer akan mengalami meiosis I membentuk dua
spermatosit sekunder yang bersifat haploid dimana jumlah kromosom akan tereduksi
dari 44+ XY menjadi 22 + X atau 22 + Y. Selanjutnya, dua spermatosit sekunder akan
mengalami meiosis II membentuk 4 sel spermatid yang besifat haploid. Tahapan
pembelahan reduksi kromosom dari diploid menjadi haploid ini disebut meiosis. Empat
spermatid kemudian akan mengalami morfodiferensiasi menjadi 4 spermatozoa, tahapan
proses ini disebut spermiogenesis.

Meiosis sel kelamin jantan pada katak (“Frog”)


Testis katak, di bungkus oleh jaringan penyambung yang disebut tunika
albugenia, yang di dalamnya banyak terdapat tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus
merupakan saluran sel kelamin yang mempunyai dinding disebut membrana basalis,
yang terdiri dari epitel selapis kubus tidak bersilia.
Di dalam tubulus seminiferus ditemukan banyak sel Sertoli atau sel
sustentacular dan sel germinal dalam beberapa tingkatan perkembangan. Sel nest
adalah kantung-kantung yang terdapat di dalam tubulus seminiferus sebagai tempat
pematangan sel kelamin. Pada tubulus seminiferus katak yang sedang masa istirahat
("hibernating") sukar ditemukan sel Sertoli di antara spermatogonia primer dan sperma
masak, tetapi pada keadaan normal, di bagian dinding tubulus banyak ditemukan sel
spermatozoa yang telah masak dengan kepala menempel pada sel Sertoli dan ekor
bebas di lumen (rongga pada tengah tubulus) (Gambar 2).
Spermatosit dan spermatogonia terdapat di antara sel sertoli. Sel Sertoli dapat
dikenali dengan inti banyak, bentuk oval dengan anak inti yang jelas, sel ini berfungsi
sebagai penyokong dan memberi makan pada spermatozoa selama pertumbuhan.
Di sekitar tubulus seminiferus terdapat banyak sel berbentuk oval atau granuler
disebut sel interstitiil. Sel-sel ini ditemukan tersebar selama masa istirahat dan
berkurang (menghilang) selama masa kawin saat spermatozoa masak dengan jumlah
banyak. Sel interstitiil disebut juga sel Leydig yang menghasilkan hormon steroid
testosteron (Gambar 3) .
Tingkat perkembangan sel-sel kelamin jantan (spermatogenesis) pada testis katak
(Gambar 3 dan 4) :
1. Spermatogonium I sebuah sel yang terdapat di dalam sel nest
2. Spermatogonium II, di dalam sel nest terdapat 4 inti, lebih kecil dari spermatogonium
I
3. Spermatosit I, dibagi menjadi menjadi 4 fase yang terjadi di dalam sel nest
a. Leptoten, kromosom padat, kelihatan bulat dan gelap yang di sekitarnya
transparan.
b. Zigoten, hampir mirip dengan leptoten, sulit untuk dibedakan.
c. Pakhiten, intinya kelihatan besar kromosom halus seperti jala.
d. Diakenesis, kromosom berubah menjadi tebal dan terdapat pada
membran inti, kelihatan seperti cincin.

32
4. Spermatosit II, hasil pembelahan dari spermatosit I, sel-sel ini cepat berubah menjadi
bentuk :
a. Spermatid, bentuk seperti jarum kecil sekali, terdapat agak ditengah lumen.
b. Spermatozoa (sperma), merupakan bentuk terakhir dari sel kelamin jantan,
biasanya terdapat di daerah lumen atau berkumpul pada tubulus kolektikus.

Gambar 2. Testis katak

B C

33
D E

Gambar 3. Spermatogenesis pada katak (A,B,C,D dan E)

Gambar 4. Spermatogenesis pada katak

34
LATIHAN : Meiosis pada sel kelamin jantan katak (“Frog”)
Sediaan : Testis katak (“Frog”)
Petunjuk : Pelajarilah fase-fase meiosis dengan melihat sediaan yang telah disediakan.
Gunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10, setelah terlihat ubahlah
dengan perbesaran 10 x 40 agar terlihat lebih jelas.
Pelajarilah : Fase-fase yang ada pada meiosis dan buatlah gambar secara skematis
dengan keterangan yang sesuai

GAMBAR MEIOSIS KATAK


Keterangan gambar

Tanda tangan pembimbing

( )

35
Meiosis pada sel kelamin jantan tikus (“Rat”) (Gambar 5)
Sediaan : Testis tikus (“Rat”)

Lumen of tubule

Seminiferous tubule

Interstitial cells

Gambar 5. Tubulus seminiferus pada tikus (Rat)

36
LATIHAN : Meiosis pada sel kelamin jantan tikus (“Rat”)
Sediaan : Testis tikus (“Rat”)
Petunjuk : Pelajarilah fase-fase meiosis dengan melihat sediaan yang telah
disediakan. Gunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10, setelah
terlihat ubahlah dengan perbesaran 10 x 40 agar terlihat lebih jelas.
Pelajarilah : Fase-fase yang ada pada meiosis dan buatlah gambar secara skematis
dengan keterangan yang sesuai.

GAMBAR :

1. Penampang melintang Tubulus Seminiferus Tikus

Keterangan gambar

2. Fase-fase Meiosis Sel Kelamin Jantan Tikus

Keterangan gambar

Tanda tangan pembimbing

( )

37
OOGENESIS
Sel telur pada wanita berasal dari sel oogonia yang bersifat diploid (46 + XX).
Selama masa fetus, 1 sel oogonia akan mengalami mitosis menjadi 1 oogonia yang akan
berfungsi sebagai sel stem lagi dan 1 oogonia yang akan mengalami meiosis I menjadi
oosit primer stadium profase. Oosit primer stadium profase I meiosis I selesai terbentuk
saat fetus berusia 20 minggu. Sejak bayi perempuan dilahirkan, sel telur tetap
dipertahankan pada fase propase I meiosis I. Setelah wanita tersebut akil balig, yang
ditandai dengan menstruasi (pubertas, dalam usia 12 – 16 tahun), oosit primer stadium
profase I meiosis I melanjutkan pembelahan meiosis I menghasilkan dua sel anakan yaitu
satu sel anakan berupa oosit sekunder bersifat haploid yang akan di ovulasikan dan satu
badan kutub. Apabila oosit sekunder dibuahi oleh spermatozoa maka sel oosit sekunder
ini akan mengalami meiosis II menghasilkan dua sel anakan lagi, yaitu ovum dan badan
kutub. Inti ovum dan inti spermatozoa bersatu membentuk pronukleus. Badan kutub hasil
meiosis I turut membelah menghasilkan dua badan kutub. Selama perkembangannya,
ovum yang telah dibuahi berdiferensiasi menjadi zigot dan badan kutub akan
berdegenerasi. Jadi, pada akhir meiosis II, satu sel oogonia akan menghasilkan satu
ovum haploid bersifat fertil dan tiga badan kutub bersifat steril. Tahapan perkembangan
oogenesis dapat dilihat pada gambar 6.

Ovarium katak
Ovarium katak terletak di bagian dorsal rongga badan, bergantung pada lipatan
peritonium yang disebut mesovarium. Ovarium dibungkus oleh dua lapisan yaitu teka
eksterna dan teka interna. Teka eksterna adalah lapisan luar yang merupakan lanjutan
dari lapisan peritonium, sedangkan teka interna merupakan lapisan sebelah dalam terdiri
dari jaringan otot polos, membungkus sel telur. Pembentukan telur kodok diawali dari
oogonium, oosit perkembangan (growing oosit), kemudian oosit primer (Gambar 7).

Gambar 6. Tahapan oogenesis (kiri) dan spermatogenesis (kanan) mammalia


38
Oogonium, melekat pada dinding ovarium, merupakan sel yang terkecil dari sel kelamin
dan fase pertama dari pembentukan telur. Dari oogonium berkembang menjadi growing
oosit.
Growing oosit, terletak lebih ke tengah dari dinding ovarium, berbentuk oval, lebih besar
dibanding oogonium, mempunyai sitoplasma yang disebut yolk, inti besar terletak di
tengah dengan anak inti terlihat granuler.
Oosit primer, merupakan sel kelamin terbesar dalam ovarium. Oosit primer di bungkus
oleh teka interna, di sebelah dalamnya terdapat lapisan sel-sel folikel terdiri dari epitel
selapis kubus berfungsi memberi makan ovum. Membrana vitellina terdapat di antara sel-
sel folikel dan sitoplasma (yolk) berwarna bening, inti berukuran lebih kecil terletak di
sebelah pinggir. Perkembangan telur yang tidak sempurna akan mengalami degradasi
membentuk kumpulan pigmen, yang nantinya akan diabsorpsi.

Oogonium

Oosit primer

Growing oosit

Pigmen

39
c

Gambar 7. Ovarium pada katak (A), Oosit primer (B,C)

40
Latihan : meiosis pada sel kelamin betina katak
Sediaan : ovarium katak
Petunjuk : pelajarilah tahapan perkembangan sel telur katak. Gunakan mikroskop
dengan perbesaran 10 x 10

GAMBAR :
Oogonium
keterangan gambar

Growing oosit
keterangan gambar

Oosit Primer
keterangan gambar

Tanda tangan pembimbing

( )

41
Ovarium Mammalia
Ovarium mammalia (gambar 7) dibungkus oleh dua lapisan, lapisan luar
merupakan lapisan germinal dan di sebelah dalam terdapat lapisan jaringan penyambung
disebut tunika albugenia. Ovarium dibedakan menjadi dua daerah yaitu korteks di
sebelah luar dan medulla di sebelah dalam. Daerah korteks adalah bagian tepi dari
ovarium yang mengandung sel-sel telur dalam bermacam-macam tingkatan
perkembangan yaitu folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier dan folikel de Graff
(gambar 8).
Folikel primer, terbentuk dari perubahan bentuk sel primodia menjadi bentuk oosit
primer. Oosit muda ini dilapisi oleh selapis sel folikel berbentuk kubus. Folikel ini terdapat
di bagian perifer dari korteks. Stadium pembelahan sel dari oosit primer ini adalah
profase I meiosis I.
Folikel Sekunder, merupakan perkembangan dari sel folikel primer. Folikel ini dilapisi 2
sampai 5 lapis sel-sel folikel dan belum tampak adanya antrum (ruangan).
Folikel tersier, mempunyai lapisan folikel lebih dari 5 lapis, pada ruangan ini terbentuk
ruangan kosong yang disebut antrum folikuli, yang di dalamnya terdapat cairan yang
disebut liquor folikuli.
Folikel de Graff, merupakan perkembangan telur yang telah masak dengan antrum
besar dan ovum terletak di bagian tepi. Ovum dilapisi oleh zona pellucida dan kumulus
ooporus. Pada stadium ini sel telur sudah masak dan ovum siap untuk dibuahi. Pada
manusia, folikel de Graff mulai terbentuk setelah wanita memasuki akil baliq atau
pubertas. Stadium pembelahan ovum de Graff ini selesai sampai tahap meiosis I, yang
akan dilanjutkan ke meiosis II jika dibuahi oleh spermatozoa.

Gambar 8. Penampang melintang ovarium mammalia (a) dan folikel de Graff (b)

42
A
B

C D

C D

Gambar 9. Folikel primer (A), folikel sekunder (B), folikel tersier (C),
Folikel de Graff (D)

43
Latihan : meiosis pada sel kelamin betina tikus (Rat)
Sediaan : ovarium tikus (Rat)
Petunjuk: pelajarilah tahapan perkembangan sel telur tikus. Gunakan mikroskop dengan
perbesaran 10 x 10

GAMBAR :
Folikel primer
keterangan gambar

Folikel Sekunder
keterangan gambar

Folikel tersier
keterangan gambar

Folikel de Graff
keterangan gambar

Tanda tangan pembimbing

( )
44
ANALISA KROMOSOM

KROMOSOM
Secara umum kromosom terdapat di dalam nukleus (gambar 6), berupa benda-benda
halus, berbentuk seperti batang atau bengkok. Istilah kromosom berasal dari bahasa
Latin, chroma, yang berarti zat warna dan soma , yang berarti tubuh. Kromosom disusun
oleh kromatin, merupakan zat yang mudah menyerap warna tertentu. Di dalam
kromosom terdapat DNA dan protein yang mengandung unit-unit hereditas yang disebut
gen. Setiap gen terletak pada satu tempat tertentu yang disebut lokus di sepanjang
kromosom (Gambar 10).
Jumlah kromosom pada setiap spesies makhluk hidup berbeda dengan spesies yang
lain. Pada manusia, jumlah kromosom 46 terdiri dari 44 kromosom tubuh (autosom) dan 2
kromosom seks (kromosom X dan Y). Kromosom seks merupakan kromosom yang
menentukan jenis kelamin. Seorang pria normal mempunyai kromosom seks XY,
sedangkan seorang wanita normal mampunyai kromosom seks XX.
Adanya perubahan jumlah maupun struktur pada kromosom akan menyebabkan
terjadinya kelainan pada individu baik secara fenotip maupun genotip.

Gambar 10. Kromosom, sebagai materi genetik dalam nukleus.

Kromosom dapat dilihat dengan tehnik pewarnaan khusus, hanya selama waktu
sel membelah. Ini disebabkan kromosom pada saat itu memendek dan menebal serta
lebih banyak menyerap zat warna dibanding dengan inti sel yang dalam keadaan
istirahat. Setiap kromosom mempunyai bagian yang menyempit dan tampak lebih terang
disebut sentromer, yang membagi kromosom menjadi dua lengan. Sentromer ini
bertanggung jawab untuk gerakan kromosom pada waktu pembelahan inti sel.
Berdasarkan letak dari sentromer, morfologi kromosom dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu : metasentris, sub metasentris, akrosentris dan telosentris (gambar 7).
a) Metasentris, sentromer terletak di tengah kromosom, membagi kromosom menjadi
dua lengan yang sama panjang, seperti huruf V.
b) Submetasentris, sentromer terletak ke arah salah satu ujung kromosom, membagi
kromosom menjadi dua lengan yang tidak sama panjang, seperti huruf J.

45
c) Akrosentris,sentromer terletak sub terminal (di dekat ujung kromosom), kromosom
tidak membengkok, lurus seperti batang. Satu lengan sangat pendek, sedang
lengan lain sangat panjang, biasanya terdapat satelit.
d) Telosentris, sentromer terletak diujung kromosom, kromosom terdiri atas sebuah
lengan saja, bentuk lurus seperti batang, manusia tidak memiliki kromosom bentuk
ini.

Metasentris Submetasentris Akrosentris Telosentris

Gambar 11. Morfologi kromosom berdasarkan letak sentromer


Untuk mempelajari kromosom manusia, telah digunakan bermacam-macam
jaringan, tetapi yang paling umum digunakan ialah kulit, sumsum tulang dan darah
perifer. Sumsum tulang umumnya digunakan pada pembuatan preparat dengan cara
langsung, sedangkan darah perifer dengan cara tidak langsung. Pembuatan preparat
kromosom dari darah tepi atau perifer ini sebagai berikut: (Gambar 12)
1. Diambil darah tepi (darah vena) sebanyak 5 ml.
2. Dipisahkan leukosit dari eritrositnya, leukosit ditambahkan ke dalam medium
biakan yang mengandung PHA (phytohaemoaglutinin), PHA penting untuk
memacu leukosit membelah diri.
3. Medium dibiakkan dengan cara diinkubasi dalam keadaan steril pada suhu 37 oC
selama 72 jam.
4. Setelah selesai inkubasi, ditambahkan larutan Kolkhisin, ditunggu selama satu
jam. Kolkhisin diperlukan untuk mencegah pembentukan benang spindel atau
gelendong dan menghentikan mitosis pada tahap metafase.
5. Ditambahkan larutan garam hipotonik KCL 0,075 Molar. Larutan hipotonik ini
menyebabkan sel-sel membengkak, kromosom tersebar tidak saling tumpang
tindih.
6. Sel-sel disebarkan di atas obyek glass dengan meneteskannya.
7. Dibuat preparat (sediaan) dengan pewarnaan tertentu
8. Di periksa dengan menggunakan mikroskop cahaya
9. Hasilnya di foto dan diidentifikasi (seperti Gambar 8.).

46
PEMBUATAN PREPARAT KROMOSOM

Darah perifer
Limfosit PHA Kolkisin 1 jam

Prolife-
rasi sel sentrifugasi

72 jam

Kultur sel Sedimen sel Lart. Hipotonik HCL


20 menit
sentrifugasi

Sentri-
fugasi

Sel-sel disebar pada gelas fiksasi Sedimen sel


obyek dengan memakai pipet Gelas penutup
Bak staining Embeding
heating

Pewarnaan

KARIOTIPE METAFASE PADA MIKROSKOP

Gambar 12. Skema Pembuatan Preparat Kromosom

47
Gambar 13. Foto kromosom

48
LATIHAN : Analisa kromosom
Sediaan : Sediaan kromosom
Petunjuk : Dengan meilhat sediaan kromosom pada fase metafase yang
sudah disediakan. Gunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10, setelah
terlihat ubahlah dengan perbesaran 10 x 40 agar terlihat lebih jelas.
Pelajarilah : Pelajarilah bentuk-bentuk kromosom, ukuran dan letak
sentromernya.

GAMBAR MORFOLOGI KROMOSOM

Metasentris Submetasentris Akrosentris Telosentris

Keterangan Gambar :

Tanda tangan pembimbing

( )

49
KROMATIN SEKS

Pemeriksaan Kromatin seks merupakan salah satu cara untuk menentukan jenis kelamin
berdasarkan jumlah kromosom-X dan kromosom-Y. Jumlah kromosom-X pada sel
autosom diperlihatkan dengan adanya bentuk tertentu.
Pada tahun 1949, ML Barr dan Bertham menemukan adanya suatu benda bulat padat
sebesar 1.5 mikron di dalam sel-sel saraf kucing betina dan tidak ditemukan pada kucing
jantan. Benda bulat tersebut dinamakan Barr Body atau badan Barr (gambar 11), yang
terletak diantara anak inti (nukleolus) dan membran inti. Barr body ini tidak hanya
ditemukan pada sel saraf tetapi juga ditemukan pada sel-sel soma atau sel tubuh lainnya
seperti sel fibroblas, sel kartilago, sel otot. Namun yang paling mudah untuk
pemeriksaan badan Barr adalah sel mukosa pipi mulut (selaput lendir) yang diwarnai zat
warna basa seperti cresyl violet, feulgen, basic fuchsin.
Pemeriksaan pada sel sel selaput lendir mulut (mukosa pipi) dari seorang wanita normal
dengan jumlah kromosom seks XX, memperlihatkan adanya satu bintik hitam atau barr
body. Sedangkan pemeriksaan sel-sel pada selaput lendir mulut seorang pria tidak
ditemukan barr body. Hal tersebut terjadi karena kromatin dari salah satu kromsom-X
pada wanita dalam keadaan terkondensasi (tidak aktif) dan yang diperlihatkan dalam
bentuk barr body. Frekuensi badan Barr pada wanita normal kurang lebih 20 %,
sedangkan pada seorang pria normal yang hanya mempunyai satu kromosom-X dalam
keadaan aktif, frekuensi dalam sediaan apus sel mukosa 0-4%. Karena badan Barr
merupakan hasil kondensasi kromatin inti yang dapat digunakan untuk membedakan
jenis kelamin atau seks, maka badan kromatin ini disebut juga kromatin seks.
Kromatin seks juga dapat ditemukan pada sel darah putih neutrofil bersegmen (leukosit
polimorfonuklear). Kromatin seks pada leukosit terbentuk dari tonjolan inti yang keluar
menyerupai pemukul genderang, sehingga disebut “drumstick” (gambar 12).
“Drumstick” hanya ditemukan pada leukosit polimorfonuklear seorang wanita dengan
frekuensi antara 1 – 2 %, sedangkan pada laki-laki normal 0%.
Pada laki-laki normal dan wanita normal, selain ada penonjolan inti sel leukosit neutrofil
berupa drumstick, dapat dijumpai pula penonjolan lainnya antara lain: sessile nodule,
small clubs (seperti kait atau benang) dan ricket (seperti drumstick tapi berlubang).

Hipotesis Lyon
Dr Marry Lyon, ahli genetika, pada tahun 1962 berpendapat bahwa kromatin seks
adalah salah satu kromosom X yang terdapat dalam nukleus. Apabila sebuah sel tidak
mengalami mitosis (interfase), substansi salah satu kromosom X pada wanita dalam
keadaan kurang padat sehingga tidak tampak, namun gen-gennya bersifat genetik aktif
yang memberikan pengaruh pada fenotip sedangkan kromosom X lainnya dalam
keadaan kompak, mudah menyerap zat warna, dapat digumpalkan atau terkondensasi,
gen-gennya bersifat genetik inaktif. Kromosom terkondensasi ini dalam bentuk kromatin
seks atau badan Barr. Hipotesis Lyon mengatakan bahwa pada orang normal banyaknya
kromatin seks dalam satu sel adalah sama dengan jumlah kromosom X kurang
satu. Jadi pada wanita normal yang mempunyai dua kromosom X maka ia memiliki satu
buah kromatin seks atau bersifat kromatin seks positif. Sebaliknya, pada laki-laki normal
yang hanya memiliki satu buah kromosom X maka ia tidak memiliki kromatin seks atau
kromatin seks negatif.
50
Gambar 16. Keterangan : a. tanda panah barr body pada inti sel mukosa pipi pada
wanita, b. mukosa pipi seorang pria tidak ditemukan barr body.

Gambar 17. Keterangan : a. tanda panah “drumstick” pada sel darah neutrofil
wanita, b. sel darah neutrofil pria tidak ditemukan “drumstick”.

51
Tabel 3. Hubungan antara jumlah kromosom X, kromosom Y, Jumlah Barr Body
dan Y body
Tipe seks Kromosom Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Kroms X Barr body Kroms Y Y body
Wanita 45,XO 1 0 0 0

Wanita 46, XX 2 1 0 0

Wanita 47, XXX 3 2 0 0

Pria 46, XY 1 0 1 1

Pria 47, XXY 2 1 1 1

Pria 47, XYY 1 0 2 2

Pria 48, XXXY 3 2 1 1

Pria 48, XXYY 2 1 2 2

Bahan dan Alat dalam Pemeriksaan Badan Barr dari sel mukosa pipi:
- gelas obyek, stik kayu, mikroskop, pipet tetes, pewarna Giemsa dan alcohol.
Cara Kerja:
- sediakan gelas obyek yang telah dibersihkan
- siapkan stik kayu, ambillah sel mukosa pipi dengan cara mengerok sisi dalam pipi
- dibuat sediaan apus setipis mungkin dari hasil kerokan tersebut di atas gelas
obyek
- setelah kering, tetesi dengan alkohol dan tunggu sediaan apus hingga mongering
- tetesi dengan Giemsa dan biarkan hingga kering
- bilas dengan air dan amati di bawah mikroskop

52
LATIHAN : Kromatin seks
Sediaan : Foto kromatin seks
Petunjuk :
 Untuk melihat adanya barr body pada sel mukosa pipi seorang
wanita, perhatikan bulatan gelap pada tepi membran inti sel tersebut.
 Untuk melihat “drumstick” pada neutrofil, perhatikan bentuk tonjolan seperti
pemukul drum pada salah satu lobus dari neutrofil.
 Gambarlah secara skematis bentuk dan letak dari “barr body” maupun “drumstick”
pada lembar yang sudah disediakan.

GAMBAR :

a. “Barr body” Keterangan gambar

Jumlah badan Barr atau Barr body = ……


Kemungkinan kariotipe = 1…………….
2…………….
3……………..

b. “Drumstick”

Keterangan gambar

Tanda tangan pembimbing

( )

53

Anda mungkin juga menyukai