Anda di halaman 1dari 52

STRATEGI IAI

MEMASUKI ERA
NEW NORMAL
JAMALUDIN AL J EF
KETUA PD IAI JAWA TENGAH

RAKERCAB & WEBINAR PC IAI KOTA SEMARANG. RABO, 1 JULI 2020


- PERISTIWA
- ERA
- KONDISI
- DLL

ABNORMAL
PERSPEKTIF
PANDEMI
COVID 19
Definisi

New normal adalah skenario untuk mempercep


at penanganan COVID-19 dalam aspek keseha
tan dan sosial-ekonomi. Pemerintah Indonesia
telah mengumumkan rencana untuk mengimpl
ementasikan skenario new normal dengan me
mpertimbangkan studi epidemiologis dan kesia
pan regional.
‘’Kehidupan kita sudah pasti berubah untuk
mengatasi risiko wabah ini, itu keniscayaan.
Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai
new normal atau tatanan kehidupan baru.’’

Joko Widodo
Presiden Republik Indonesia
Syarat New Normal
• Terbukti bahwa transmisi Covid-19 telah dikendalikan.

• Kesehatan masyarakat dan kapasitas sistem kesehatan mampu


untuk mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak,
dan mengkarantina.

• Mengurangi risiko wabah dengan pengaturan ketat terhadap


tempat yang memiliki kerentanan tinggi, terutama di rumah
orang lanjut usia, fasilitass Kesehatan mental, dan permukiman
padat.
Syarat New Normal
• Pencegahan di tempat kerja ditetapkan
, seperti jarak fisik, fasilitas mencuci
tangan, etiket penerapan pernapasan.

• Risiko penyebaran imported case


(kasus masuk) dapat dikendalikan.

• Masyarakat ikut berperan dan terlibat dalam


transisi.
Dr Hans Henri P. Kluge
Direktur Regional WHO untuk Eropa
Sumber: tempo.co
COVID-19
New Normal & Dunia Kefarmasian
Peran Apoteker di Masa
Pandemi COVID-19

➢ Dalam masa pandemi Corona Diseases 2019


(COVID-19), Pemerintah Indonesia meminta
pelayanan kefarmasian tetap berjalan.
➢ Peran seorang Apoteker sangat diperlukan
dalam memastikan produksi, distribusi dan
pelayanan obat, kosmetik serta alat kesehatan
sampai ke masyarakat dengan baik.
Kegiatan terkait kefarmasian antara lain di Rumah Sakit,
Apotek, Penelitian dan Pengembangan, Industri, Distribusi,
tetap dapat berjalan karena termasuk dalam kategori
Kesehatan dan Industri strategis; dan peran apoteker
sangat diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan
kefarmasian di setiap bidang tersebut.
Pedoman Kemenkes RI
terkait Pedoman
Kesiapsiagaan COVID-19
Rev 02 Tahun 2020
Peran Apoteker di
Apotek Dalam
Pelayanan Pasien di
Masa Pandemi
LANGKAH-LANGKAH
1. Petugas apotek yang ditunjuk melakukan skrining suhu
tubuh pasien/pengunjung dengan thermal gun disetiap
pintu masuk dan meminta pasien untuk mencuci tangan
menggunakan hand sanitizer.
2. Petugas apotek yang ditunjuk mengajukan pertanyaan
kepada pasien/pengunjung dengan demam (suhu ≥ 38⁰
C), dengan pertanyaan apakah ada batuk, pilek, sakit
tenggorokan, sesak nafas, letih dan lesu.
Bila hasilnya berupa :
a. Masuk dalam kategori gejala klinis
1) Pasien diberikan penandaan stiker berwarna
2) Pasien diberikan masker
3) Petugas apotek yang ditunjuk melakukan cuci tangan d
an menjaga jarak ± 1 meter
4) Petugas apotek yang ditunjuk mengarahkan pasien/pen
gunjung duduk di ruangan isolasi yang memiliki ventilasi cu
kup/ area terpisah dari pengunjung yang lain.
5) Petugas apotek yang ditunjuk menghubungi Apoteker.
b. Tidak masuk dalam kategori
gejala klinis akan diarahkan
sebagai pasien umum.
3. Apoteker menggunakan masker N-95, kacamata untuk
perlindungan, dan sarung tangan pada saat menemui
pasien di ruangan isolasi.

4. Apoteker melakukan skrining pasien dengan melakukan


wawancara sesuai dengan formulir skrining pasien dengan
gejala Covid 19 (Lampiran 1), kemudian menyarankan
pasien untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah
sakit rujukan pemerintah.

5. Jika pasien membutuhkan bantuan untuk menghubungi call


center, maka petugas apotek harus segera menghubungi
call center.
6. Jika pasien yang masuk ke dalam kategori gejala
klinis masih ingin melakukan transaksi, maka pasien
tersebut harus tetap berada di ruangan isolasi, dan
petugas apotek akan tetap memenuhi kebutuhannya

7. Apoteker memastikan pasien yang diduga tersebut


dijemput oleh petugas dari RS rujukan atau
mendapat penanganan selanjutnya dari RS rujukan.
Peran Apoteker di
Rumah Sakit Dalam
Pelayanan Pasien di
Masa Pandemi
1. Pengelolaan dan Penyediaan perbekalan Farmasi
1. Membuat perencanaan kebutuhan obat/alkes dan APD dengan
akurat
2. Mencari referensi, dan buku panduan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan Apoteker dalam mencari solusi
apabila obat/alkes /Alat pelindung diri (APD) yang dibutuhkan
sulit didapat.
3. Meningkatkan kerjasama dengan Apoteker di RS lain, untuk
bertukar informasi terkait penyediaan obat/alkes dan informasi
supplier
4. Bekerjasama dengan Panitia Farmasi dan Terapi, maupun
dengan Tim-Tim yang terlibat seperti Tim pengendalian Infeksi,
Tim Satgas Covid dan juga komite medis, untuk mencari
alternative obat/alkes yang dapat digunakan sebagai best
alternative.
5. Melakukan seleksi dan bekerjasama dengan beberapa supplier
yang memiliki izin distribusi secara legal.qa
2. Pelayanan Kefarmasian kepada pasien
➢ Untuk dapat memberikan informasi dan konseling, Apote
ker harus menerapkan prinsip kewaspadaan standar
dalam memberikan pelayanan kepada pasien untuk
mengurangi risiko infeksi lebih lanjut.
➢ Kewaspadaan standar meliputi kebersihan tangan dan
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk menghindari
kontak langsung dengan sekret (termasuk sekret
pernapasan), darah, cairan tubuh, dan kulit pasien yang
terluka.
➢ Disamping itu juga mencakup pencegahan luka akibat
benda tajam dan jarum suntik, pengelolaan limbah yang
aman, pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi linen dan
peralatan perawatan pasien, serta pembersihan dan
desinfeksi lingkungan.
Standar minimal SOP yang harus dimiliki dalam
pelayanan Kefarmasian untuk COVID-19 adalah
1. SOP Sanitasi ruangan Apotek
2. SOP Penggunaan APD
3. SOP pelayanan kepada pasien COVID-19
4. SOP Mencuci tangan dan pencegahan In
feksi
5. SOP pelayanan konseling dan PIO secara
online ( telephon)
6. SOP Pelayanan Pesan hantar obat
7. SOP Reusable APD saat Krisis
PERSPEKTIF
REVOLUSI
INDUSTRI 4.0
Era. 4.0

23
Sumber: Kemenristek Dikti, 201
8
Disruption : Create New Normal
New Normal adalah istilah dalam bisnis dan ekonomi yang
mengacu pada kondisi keuangan setelah krisis keuangan
2007-2008 dan setelah resesi global 2008-2012. Istilah ini
juga digunakan dalam berbagai konteks lain untuk
menyiratkan bahwa sesuatu yang sebelumnya tidak normal
telah menjadi biasa (Wikipedia)
Akibat adanya proses disruption yang amat masif juga
memunculkan fenomena new normal. Penyebabnya adalah
adanya perubahan menetap yang tidak akan kembali
(irreversible)

New normal karena disruption menghasilkan:


• New output : More for less economy → super productive economy
• New rules of the game : asset light model (teknologi digital: minimal aset me
nghasilkan maksimal output)
Cara
Kerja

Cara Revolusi Interpersonal


Industri
Hidup Relationship

Organization
al
Relationship
Apoteker dan
Revolusi
Industri 4.0

?
Tantangan Profesi Apoteker dengan Emerging Technology

◉ Understand how ArtificiaI Intelligence


and robotics have the potential to work
for and with them in a medical setting as
well as throughout the healthcare eco-
system, and
◉ Be open to change.
◉ What is the unique role for the human,
and how can they prepare for it?

Sumber: Deloitte Insights, The Future of Regulation: Principles for regulating emerging technology, 2018 27
28

“Computers can’t do it all.


There’s no substitute for creative,
clever, and compassionate human
worker”

*Quotes on Industry 4.0


STRATEGI
IAI
visi
Ikatan mempunyai maksud untuk
mewujudkan apoteker yang
profesional, sehingga mampu
meningkatkan kualitas hidup sehat
bagi setiap manusia.

30
MISI

Menyiapkan apoteker sebagai tenaga kesehatan yang


berbudi luhur, profesional, memiliki semangat kesejawatan
yang tinggi, dan inovatif, serta berorientasi ke masa depan

Membina, menjaga dan meningkatkan profesionalisme


apoteker sehingga mampu menjalankan praktik
kefarmasian secara bertanggung jawab

Memperjuangkan dan melindungi kepentingan anggota


dalam menjalankan praktik profesinya

Mengembangkan kerjasama dengan organisasi profesi


lainnya baik nasional maupun internasional

31
PENINGKATAN
KUALITAS
APOTEKER
Kompetensi Harus Disiapkan!
knowledg
e
interest
understanding

KOMPETENSI

attitude skill

value
COMPETENCIES NEEDED in RI 4.0
Learning and Innovation
Literacy Career and Life
(the 4C’s)
Critical Thinking & Pro Digital Literacy Flexibility and Adapt
blem Solving ability
Information
Creativity and Innovati Initiative and Self-dir
Literacy
on ection

Media Literacy Social and Cross-Cul


Communication
tural Interaction
ICT Literacy Productivity and Acc
Collaboration
ountability
Leadership and Resp
onsibility
PENGUATAN
SARANA PR
AKTIK APOT
EKER
36

STRATEGI EK
SISTENSI AP
OTEK
37
1/30/2012 KONSEP APOTEK SE
SUAI UU 36/09 DAN P
P 51/09

PELAYANAN FARMASI O
LEH APOTEKER
PENGUATAN PERA
N DAN ASPEK LEG
AL PRAKTIK APOTE
KER
PRAKTIK KEF
ARMASIAN
DI INDONESIA
LANDASAN HUKUM PRAKTIK APOTEKER

PERLU UNDANG-UNDANG YG MENGA


TUR SECARA KHUSUS PRAKTIK APO
TEKER AGAR POSISI APOTEKER SEB
AGAI PROFESI KESEHATAN SEMAKIN
UU 36/09 Bagian Kelima Belas
Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan

Pasal 98
◦ Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman,
berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau.
◦ Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang
mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan
mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat.
◦ Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan,
promosi, pengedaran sediaan farmasi dan alat kesehatan harus
memenuhi standar mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
◦ Pemerintah berkewajiban membina, mengatur, mengendalikan, dan
mengawasi pengadaan, penyimpanan, promosi, dan pengedaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
UU 36/09 Pasal 108

◦ Praktik kefarmasiaan yang


meliputi pembuatan
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
◦ Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik
kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
PHARMAPRENEURSHIP
APOTEKER
ENTREPRENEUR - PHARMAPRENEUR
❑ Prof, Dr. Mc Cleland NEGARA AKAN MAKMUR JIKA 2% DA
RI JUMLAH PENDUDUKNYA MENJADI WIRAUSAHA
❑ Prof Dr. Michael E Porter: KEMAKMURAN SUATU NEGARA
TIDAK DITENTUKAN OLEH PEMERINTAH TETAPI OLEH P
RIVATE SECTOR

SINGAPORE 7,2 %, KORSEL DAN JEPANG


5% DAN USA 8% PENDUDUKNYA ADALAH
WIRAUSAHA ENTREPERENEUR
INDONESIA HANYA 0,18% P
ENDUDUKNYA SEBAGAI WI
RAUSAHA
OWNERSHIP DAN EKSISTENSI APOTEKER
DEWASA INI:
➢ OWNERSHIP APOTEKER ATAS APOTEK LEMAH SEHINGGA TIDAK MEMILIKI KAPAS
ITAS MAKSIMAL UNTUK MENJALANKAN PRAKTEK PROFESINYA
➢ APOTEKER HANYA SUPERVISOR TIDAK MELAKUKAN LAYANAN
➢ TANPA APOTEKER, APOTEK DAPAT MELAYANI OBAT KEPADA PASIEN
➢ APOTEKER HANYA DIGAJI DENGAN FUNGSI DAN PERAN YG MARJINAL
➢ APOTEKER TIDAK DOMINAN DI RANAH PROFESINYA SENDIRI

➢ SISTEM DIKTI FARMASI YANG BERORIENTASI PADA PRODUK


➢ MINDSET DAN HABIT KOMUNITAS APOTEKER
➢ APOTEKER MENJADI TAMU DI RUMAH SENDIRI,
BERPRAKTEK DI RUMAH ÖRANG LAIN”
➢ APOTEKER HANYA TENAGA YANG DIGAJI BULANAN
TANPA JAMINAN APAPUN, PEMODAL LEBIH POWERFUL
➢ TRADISI TELAH PULUHAN TAHUN MELOKALISIR PERAN
PROFESSIONAL APOTEKER SEBAGAI SUPERVISOR BUKAN
AUTORIY PHARMACO THERAPY PROVIDER
VS ➢ PURCHASING OBAT OLEH PEMODAL DAN PELAYANAN
OWNERSHIP OBAT OLEH ASISTEN DAN TENAGA NON FARMASI
➢ TANPA APOTEKER DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN,
TERBUKA PELUANG OBAT ILEGAL DAN PALSU
BEREDAR DI APOTIK
➢ APOTEKER MENJADI SUBTIABLE DAN
TERMARJINALKAN DENGAN BAIRGAINING YANG
SANGAT LEMAH
AGENDA BESAR PERUBAHAN

APOTEKER SUPERVISOR PASIF

TRANSFORMASI

APOTEKER PROVIDER
PHARMACEUTICAL CARE & MTM
KINERJA DIKENAL PUBLIK
EMPAT TEMA BESAR UNTUK
SOLUSI MASA DEPAN:
✓ KUALITAS PENDIDIKAN APOTEKER DITINGKATKAN
SESUAI TUNTUTAN MASA DEPAN
✓ TRANSFORMASI LAYANAN APOTEKER DARI SUPERVI
SOR MENJADI PROVIDER
✓ NO PHARMACIST NO SERVICE
✓ PHARMAPRENEUR
ORGANISASI PROFESI MEMBENTUK
UNIT PHARMAPRENEUR:
➢ ADA PELATIHAN ENTREPRENEURSHIP YANG ATRAKTIF DAN
BERKELANJUTAN
➢ MEMBENTUK KONSULTAN MANAJEMEN DAN BISNIS ANTARA
LAIN UNTUK SOLUSI APOTIK DAN INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT
➢ MEMBANGUN BUSINESS NETWORKING APOTEKER LEVEL
NASIONAL DAN DAERAH SEBAGAI ENTITAS ORGANISASI
➢ MEMBANTU DAN MEMBERI PENDAMPINGAN KEPADA
ANGGOTA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
KEPADA APOTEKER PERLU DIBERI PELUANG
UNTUK MENGEMBANGKAN PHARMAPRENEUR
SKALA KABUPATEN KOTA KHUSUSNYA YANG LOW
RISK:

✓ KOSMETIKA
✓ PRODUK HERBAL AROMATIKA
✓ MINUMAN DAN MAKANAN SEHAT
✓ PRAKTEK HERBALIS
Wassalamu’alaikum
Warohmatullahi
Wabarokatuh

52

Anda mungkin juga menyukai