Anda di halaman 1dari 35

Sediaan Umum dalam Farmakope Beserta

Contohnya yang Ada di Pasaran

Fakultas Farmasi
Oleh :
Elvira Arianti Suryanto (202210101048)
Katleya Aurora Al Ghaniyyumerta (202210101049)
Azzah Dian Rachman Anisah (202210101055)
Mutiara Dara Jingga (202210101063)
Afina Penny Idiasari (202210101065)
Nur Luthfiah Kamila (202210101131)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sediaan Umum dalam
Farmakope Beserta Contohnya yang Ada di Pasaran” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Lina
pada mata kuliah Pengantar Kefarmasian. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang  sediaan umum yang terdapat dalam farmakope bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lina, selaku dosen mata kuliah
Pengantar Kefarmasian yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 1 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
LATAR BELAKANG............................................................................. 1
TUJUAN ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
PEMBAHASAN..................................................................................... 2

BAB III PENUTUP........................................................................................ 31


KESIMPULAN....................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Farmasi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara membuat, meracik,


memformulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi, menganalisis, serta menstandarkan obat
dan pengobatan juga sifat-sifat obat. Di sisi lain, farmasi juga berperan dalam pendistribusian
dan memastikan penggunaan obat secara aman untuk manusia. Farmasi sendiri adalah salah
satu bidang professional yang bergerak di sektor kesehatan dimana di dalamnya terdapat
kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang bertanggung jawab memastikan
efektivitas dan keamanan penggunaan obat.

Perkembangan dalam bidang industri farmasi telah membawa banyak kemajuan


khususnya dalam formulasi suatu sediaan. Sediaan di bidang farmasi dapat berupa obat,
bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk
produk biologi yang digunakan untuk memengaruhi keadaan patologi atau sistem fisiologi
yang berperan dalam penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Bentuk sediaan obat merupakan
sediaan di bidang farmasi yang memiliki kandungan zat aktif yang digunakan sebagai obat
dalam ataupun obat luar, dan dibuat dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan.

Sediaan obat memiliki berbagai macam bentuk. Berdasarkan pada wujud zat, sediaan obat
farmasi dapat berbentuk sediaan semipadat. Sediaan semipadat ini dapat berupa gel, krim,
lotion, maupun salep. Yang kedua adalah sediaan berbentuk solida/padat, misalnya tablet,
kapsul, pil, dan serbuk. Sediaan padat yang berupa tablet biasanya disiapkan dengan cara
dikempa atau dicetak. Tablet kempa dibuat dengan memberi tekanan yang tinggi pada serbuk
menggunakan alat berupa cetakan baja. Sedangkan tablet cetak dibuat dengan cara menekan
massa serbuk lembab dengan menggunakan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Dan
yang terakhir adalah bentuk sediaan bentuk cair, sediaan ini dapat berupa larutan sejati,
suspensi, dan emulsi.

2. TUJUAN
- Mengetahui macam-macam sediaan umum dalam farmakope
- Mengetahui contoh dari macam-macam sediaan umum yang terdapat di pasaran

1
BAB II

PEMBAHASAN
1. AEROSOL

Aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat seperti zat
terapetik yang dikemas dibawah tekanan. Zat terapetik tersebut akan dilepas pada saat katup
yang sesuai diberi tekanan atau dengan cara penyemprotan. Katup berfungsi sebagai
mengatur aliran keluarnya zat terapetik dari wadah. Aerosol dapat digunakan pada obat luar
(di semprotkan pada kulit) atau dalam seperti pada hidung (aerosol nasal), mulut (aerosol
lingual), dan paru paru (aerosol inhalasi).

Komponen yang penting pada sistem aerosol adalah wadah, propelan, konsentrat yang
mengandung zat berkhasiat, kutup dan aktuator. Setiap komponen akan menentukan sifat
sifat hasil semprotan yang tertentu seperti ukuran partikel, derajat kebasahan dan derajat
kekeringan, keseragaman kelepasan dari katup untuk katup terukur, kecepatan kelepasan, dan
bobot jenis busa atau kekentalan cairan.

Aerosol memilik jenis yang terdiri dari sistem dua fase (gas dan cair) dan sistem tiga
fase (gas, cair dan padat atau cair). Sistem dua fase terdiri dari zat aktif dalam propelan cair
dan propelan bentuk uap, sedangkan sistem tiga fase terdiri dari suspensi dan propelan bentuk
uap. Wadah yang digunakan untuk aerosol biasanya dapat terbuat dari bahan kaca, plastik,
logam, atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut.

Contoh aerosol topikal (di semprotkan pada kulit):

2. EMULSI

Emulsi adalah sediaan farmasetika yang biasannya terdiri dari campuran yang tidak
dapat tergabung. Persyaratan dalam membuat sediaan emulsi antara lain yaitu :

a. Stabil dan homogen


b. Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang kecil dan sama besar mendekati ukuran
partikel koloid
2
c. Tidak terjadi creaming dan cracking

Untuk mecapai kestabilan dalam membuat emlusi diperlukan bahan pengemulsi atau yang
biasa disebut emulgator. Emulgator ini ditujukan untuk melindungi zat koloid agar tidak
menggumpal. Bahan-bahan pengelmusi atau emulgator juga bermacam-macam seperti :

a. Emulgator dari tumbuh-tumbuhan


Contoh : agar-agar dan tragakan
b. Emulgator dari hewani
Contoh : kuning telur
c. Emulgator dari mineral
Contoh : bentonit
d. Emulgator buatan
Contoh : sabun

Berdasarkan konsistensinya, macam macam emulsi dibagi menjadi dua, yakni sediaan
emulsi dalam bentuk cair dan sediaan emulsi dalam bentuk setengah padat. Contoh dari
sediaan emlulsi dalam bentuk cair adalah minyak ikan atau yang biasa dijual di pasaran
seperti scott’s emulsion.

Emulsi memiliki sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain. Fase pertama adalah emulsi minyak dalam air dimana minyak mengalamai fase
terdispersi dan air mengalami fase pembawa. Sebaliknya fase kedua adalah dimana air yang
mengalami fase terdispersi dan minyak mengalami fase pembawa yang disebut dengan
emulsi air dalam minyak. Terbentuknya emulsi pada fase minyak dalam air dan air dalam
minyak tergantung dari :

a. Kelarutan selektif dari emulgator yang digunakan


 Bila emulgator larut dalam air terbentuk emulsi minyak dalam air
 Bila emulgator larut dalam minyak maka akan terbentuk emulsi air dalam
minyak
b. Perbandingan jumlah minyak dan air
Contoh sediaan emulsi :

3. EKSTRAK dan EKSTRAK CAIR

3
Ekstrak adalah sediaan kering atau pekat yang cara pembuatannya diperoleh dengan
mengekstrasi dari zat simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai dan cara
yang cocok. Esktrak cair adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati.
Cairan penyari ini biasanya digunakan air atau etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet
atau sebagai pelarut dan pengawet. Ekstrak cair dengan penyari etanol, hasil akhirnya yang
membentuk endapan harus dibiarkan selama kurang lebih 1 bulan, lalu dilakukan proses
penyaringan sambil mencegah penguapan.

Contoh ekstrak yang ada di pasaran adalah :

4. GEL

Gel terbuat dari molekul organik besar maupun partikel anorganik kecil yang
ditembus oleh suatu cairan. Memiliki sifat semi padat dan biasa disebut-sebut sebagai Jeli.
Gel dapat dibagi menjadi sistem dua fase ketika massanya terdiri atas terpisahnya jaringan
partikel kecil yang disebut dengan Gel Aluminium Hidroksida. Namun, jika ukuran partikel
fase terdispersi besar, massa gel dinamakan Magma Bentonit. Penggunaan sediaan magma
dan gel dikocok dahulu sehingga dapat menjamin kesamaannya. Jika dibiarkan dan menjadi
cair saat pengocokan, sediaan akan membentuk semi padat .

Sedangkan pada gel fase tunggal dapat terbuat dari makromolekul sintetik, misalnya
Karbomer atau dari gom alam, misalnya Tragakan yang biasa disebut dengan musilago. Gel
fase tunggal ini terdiri atas makromolekul organik yang penyebarannya sama ketika berada

4
dalam suatu cairan. Sehingga tidak terdeteksi cairan dan ikatan molekul makro yang
terdispersi. Gel-gel tersebut mengandung etanol, air, dan minyak yang digunakan sebagai
fase pembawa. Misalnya, kombinasi antara resin potietilena dengan minyak mineral untuk
dasar salep yang bertekstur minyak. Dapat digunakan sebagai obat yang dimasukkan melalui
lubang tubuh.

5. IMUNOSERUM

Imunoserum berbentuk cairan yang tidak berwarna, atau jika berwarna pun warnanya
akan kuning pucat, tidak berbau dan tidak keruh. Sedangkan sediaan yang kering berbentuk
padatan atau serbuk yang berwarna putih bahkan kuning pucat, dapat dengan mudah larut
dalam air dan membentuk larutan kuning pucat atau bahkan tidak berwarna , dan sifatnya
sesuai sediaan cair

Imunoerum dapat mengikat toksin atau venin, dimana itu dibentuk oleh bakteri,
mengikat aantigen bakteri, antigen virus dan lain sebagainya untuk membuat sediaan.
Imunoserum ini memiliki kandunan immunoglobulin yang khas. Untuk memperoleh
imunoglobulin adalah dari serum hewan dengan pemurnian. Hewan ini diimunisasi dengan
syarat tidak boleh diberi penisilin dan dengan cara suntik toksin atau toksoid, suspense
mikroorganisme, venin, dan antigen lainnya, sehingga kebal dari mengendapnya fraksi dan
enzim atau dengan cara kimia atau fisika lain.

Sediaan ini bila berada dalam dosis ganda, juga dapat diberi tambahan pengawet
antimikroba yang merata atau sama. Sediaan akhir yang telah steril ditutup kedap agar
terhindar dari kontaminasi dengan cara aseptik dalam wadah yang steril pula. Terdapat
pilihan lain, dimana sediaan dibekukeringkan dan diletakkan dalam wadah steril agar kadar
air tidak lebih dari 1,0% b/b. wadah tersebut ditutup kedap hampa udara atau diisi gas
nitrogen. Kemudian sediaan dipulihkan kembali sebelum dapat digunakan.

Imunoserum paling stabil pada pH 6 yang didapatkan dengan pengendapan fraksi dan
perlakuan enzim. Metode pembuatan sediaan membuat adanya kehilangan aktivitas kurang
dari sama dengan 5% per tahun jika disimpan pada pH 6 pada suhu 20 dan kurang dari sama
dengan 20% per tahun jika disimpan pada suhu 37.

Jika imunoserum akan direkonstitusi seperti pada label, harus memenuhi syarat :

a. Berada pada pH 6,0 -7,0

5
b. Albumin yang tidak dinyatakan lain dalam monografi, bila secara elektroforesis,
imunoserum menunjukkan tidak kurang dari sama dengan sesepora protein yang
mempunyai mobilitas albumin.
c. Protein total kurang dari sama dengan 17%; lakukan penetapan sesuai dengan yang
tertera pada Penetapan Kadar Nitrogen dalam Produk Darah Metode I. kemudian
hasilnya dikalika dengan 6,25.
d. Protein asing yang ditetapkan melalui uji pengendapan dengan penggunaan
imunoserum khas, yang hanya memiliki kandungan protein hewan yang
dipergunakan.
e. Melakukan penetapan potensi dengan cara dibandingkan dengan baku menggunakan
metode yang tertera di setiap monografi. Kemudian, hasil akan dinyatakan dalam unit
per ml.
f. Pada penandaan akan tertera:
1) Jumlah minimum unit per ml.
2) Dosis.
3) Tanggal kedaluwarsa.
4) Kondisi penyimpanan.
5) Volume rekonstitusi untuk serbuk kering.
6) Bahan tambahan.
7) Nama spesies sumber imunoserum.
g. Imunoserum yang mengandung fenol sebagai pengawet tidak lebih dari 0,25%,
melakukan penetapan sesuai dengan yang tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam
Vaksin dan Imunoserum.
h. Toksisitas abnormal, yaitu syarat terpenuhi dengan melakukan uji sesuai dengan yang
tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi invovo .
i. Memenuhi syarat sterilitas, seperti yang tertera pada Uji Sterilitas .
j. Wadah dan penyimpanan, yaitu dalam wadah terhitung dari cahaya. Kecuali
dinyatakan lain, hindari pembekuan sediaan cair harus disimpan pada suhu 2 sampai
8.

6. IMPLAN

Implan atau disebut juga sebagai pelet merupakan sediaan yang memiliki ukuran kecil
dan massa padat steril. Di dalamnya terdapat obat dengan kemurniannya yang tinggi. Implan
dibuat dengan pencetakan atau pengempaan dan dipendam atau ditanam di dalam tubuh.

6
Gunanya untuk memperoleh pelepasan obat yang berkelanjutan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Implan ini ditambahkan sesuai dengan sayatan bedah dengan injector khusus.
Sediaan ini digunakan untuk pemberian hormon seperti testosteron atau estradiol dan
dikemas masing-masing dalam penampung cairan atau lembaran kertas timah steril.

7. INHALATIONES (Inhalasi)

Inhalasi adalah sediaan obat, larutan, atau suspensi terdiri atas beberapa obat yang
memberikan efek lokal atau sistematik melalui saluran pernapasan seperti hidung atau mulut,
atau disemprotkan melalui saluran pernapasan dalam bentuk kabut.

Larutan yang dalam bentuk air steril atau dalam larutan natrium klorida dapat
disemprotkan menggunakan gas inert. Agar mencapai bronkioli penyemprotan tetesan atau
butiran kabut harus sama dan sangat halus. Pada masker plastik semprotan larutan dapat
diisap langsung dari alat penyemprotan dengan menyambungkannya, selubung dengan
tekanan positif yang terputus-putus.

Kelompok sediaan lain yang dikenal sebagai inhaler dosis terukur adalah suspense
atau larutan obat dalam gas propelan cair dengan atau tanpa kosolven dan dimaksudkan untuk
memberikan dosis obat terukur ke dalam saluran pernapasan. Terdapat dosis ganda yang
lebih dari beberapa ratus terukur di inhaler dosis. Volume dosis tunggal yang umum
diberikan mengandung 25 µl hingga 100 µl (dapat dinyatakan dalam mg) tiap kali semprot.

Serbuk yang digunakan inhalasi mengandung obat yang mudah menguap atau serbuk
halus yang digunakan memakai semprotan manual. Terdapat jenis inhalasi khusus yang
disebut inhalan terdiri beberapa kombinasi obat, karena bertekanan uap tinggi dapat terbawa
oleh aliran udara ke dalam saluran pernapasan dan memberikan efek. Wadah obat itu disebut
inhaler.

Contoh:

8. IRRIGATIONS (Irigasi)

Irigasi adalah sediaan larutan steril yang digunakan untuk tujuan pembilasan dan
pencucian. Larutan ini memiliki bebas pirogen . Pemakainnya secara topical, tidak boleh
digunakan secara parental. Pada etiket diberi tanda bahwa ini tidak dapat digunakan untuk
injeksi. Irigasi paling sering digunakan untuk obat luar yaitu dengan menggunakan air steril,
salin atau larutan antiseptic pada mata.

7
Contoh:

9. CAPSULAE (Kapsul)

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat yang berbentuk serbuk atau cair
dalam cangkang keras atau lunak yang mudah larut di air. Pada ukuran 00 biasanya diberikan
kepada pasien. Diberikan kapasitas terbesar tanpa peningkatan diameter, terdapat dikapsul
gelatin keras ukuran 0 memanjang. Terdapat bagian induk dan tutup di kapsul gelatin keras.

Untuk pencegahan terjadinya kerusakan pada kapsul terdapat lekuk khas pada bagian
induk dan tutup selama transportasi dan penanganan dan dapat juga dilakukan dengan
pemanasan langsung atau dengan energy ultrasonik. Terdapat pati di bagian induk dan tutup
kapsul cangkang. Untuk menghindari pemisahan bagian induk dan tutup dilekatkan menjadi
satu pada saat pengisiian. Untuk meningkatkan keamanan karena kapsul susah dibuka tanpa
kerusakan nyata dan meningkatkan stabilitas isi kapsul dengan membatasi masuknya oksigen
diberikan pelekatan kapsul gelatin dengan cairan pada zat pati. mencantumkan jumlah zat
aktif, kode produk dan lain-lain yang dicetak secara aksial atau radial dikapsul seperti itu.

Sebelum pengisiaan gelatin keras bagian induk dan cangkang dipisahkan terlebih
dahulu. Dalam suatu mesin pengisi, pengisiian kapsul pati cangkang keras ditempatkan
secara terpisah dan dipasang pada tempat yang berbeda pada bagian tutup dan induk
cangkang . Lazimnya bagian pelengkap mesin ini tersedia untuk berbagai jenis pengisian
lain. Dalam proses mempermudah pengisian kapsul dibutuhkan penambahan zat
pengisi,pengerat, dan glidan pada bahan aktif. Jika bahan aktif bersifat hidrofobik, biasanya
dilakukan penambahan bahan pembasah pada massa serbuk.

Dalam pembuatan kapsul cangkang lunak dibutuhkan metode produksi skala besar
yang terbuat dari gelatin atau bahan lain yang sesuai. Penambahan senyawa poliol, seperti
sorbitol atau gliserin dalam menplastisasi untuk cangkang gelatin lunak. Kapsul cangkang
lunak juga dapat diberi kode produk, jumlah zat aktif dan lain-lain dengan cara dicetak.
Biasanya pengisiaan kapsul cangkang lunak diisi dengan cairan. Khususnya bahan aktif
dilarutkan atau disuspensikan dalam bahan pembawa cair.

Kapsul harus memenuhi syarat berikut:

8
Keseragaman bobot cara untuk kapsul yang berisi obat kering. Timbang 20 kapsul
secara satu persatu. Lalu keluarkan isi kapsul dan timbang seluruh bagian cangkang kapsul,
hitung bobot kapsul dengan bobot rata rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot da nisi kapsul
tidak boleh lebih dari apa yang sudah ditentukan kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak
lebih yang di tetapkan kolom B.

Bobot rata rata Perbedaan bobot rata rata dalam %


A B
120 mg atau lebih +- 10% +- 20%
Lebih dari 120 mg +-7.5% +- 15%

Cara untuk kapsul yang berisi cair atau pasta. Timbang 10 kapsul secara satu persatu.
Keluarkan isi semua kapsul, cuci dengan eter P. buang cairan cucian hingga tidak berbau
eter. Timbang semua bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan rata rata tiap isi
kapsul. Rata rata perbedaan bobot isi kapsul tidak lebih dari 7,5%.

Waktu hancur lalukan pengujian menggunakan alat dan seperti tertera pada
compressi. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima
kapsul tidak boleh lebih dari 15 menit.

Contoh :

10. KRIM

Krim adalah suatu sediaan setengah padat yang mengandung bahan obat terlarut dalam
komposisi yang sesuai. Di kalangan publik istilah ini biasa digunakan untuk sediaan setengah
padat yang mempunyai konsentrasi relatif cair dirumuskan sebagai campuran air dalam
minyak atau minyak dalam air. Saat ini penggunaan sediaan tersebut lebih ditunjukkan untuk
penggunaan kosmetika dan estetika. Melalui vaginal pemberian obat dalam bentuk krim juga
dapat dilakukan.

Contoh:

 MICONAZOLE

9
11. LARUTAN

Larutan merupakan suatu sediaan yang terdiri dari satu atau lebih bahan kimia terlarut.
Bentuk sediaan larutan dibagi menurut cara pemberiannya, contohnya Larutan oral, Larutan
topikal, atau penggolongan didasarkan pada sistem pelarut dan zat terlarut seperti Spirit,
Tingtur dan Larutan air. Larutan yang diberikan secara parenteral biasa disebut Injeksi.

Menurut cara pemberiannya:

a. Larutan Oral
Larutan oral merupakan sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemberian oral.
Mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa pewangi, pewarna, atau pemanis
yang terlarut dalam air. Larutan oral dapat langsung diberikan dalam bentuk oral
ataupun diencerkan terlebih dahulu. Larutan yang mengandung kadar gula tinggi
disebut Syrup. Contoh larutan oral ialah
b. Eliksir
Eliksir ialah larutan oral yang dicampur dengan etanol.
Contoh:
 GLYSERINE

c. Larutan Topikal
Larutan topikal merupakan larutan yang mengandung air tetapi biasanya mengandung
pelarut lainnya, seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit. Sedangkan
Larutan Lidokain Oral Topikal untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
Contoh:

10
 BETADINE GARGLE (Obat Kumur).

d. Larutan Otik
Larutan otik merupakan larutan yang mengadung air, gliserin, atau bahan pelarut
lainnya dan bahan pendispersi.
Contoh:
 VITAL (Tetes Telinga).

Menurut zat pelarut dan terlarutnya:

a. Spirit
Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah
menguap, umumnya larutan tunggal atau campuran bahan. Beberapa spirit digunakan
sebagai bahan pengaroma dan pengobatan.
Contoh:
 SPIRITUS FRUMENTI

b. Tingtur

11
Larutan tingtur ialah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol yang bahan
pembuatannya diambil dari tumbuhan atau senyawa kimia.
Contoh:
 PROPOLIS TINCTURE

c. Air Aromatik
Air Aromatik berisi larutan air dan bahan yang mudah menguap. aromatik dapat
dibuat dengan cara destilasi atau dari larutan senyawa aromatik, dengan atau tanpa
menggunakan bahan pendispersi. Air aromatic harus mempunyai bau menyerupai
bahan asal, tidak berlendir, dan tidak berwarna. Penyimpanan air aromatic harus
dijauhkan dari panas matahari berlebih, misalnya aqua rosae.
Contoh:

12. PASTA

Pasta merupakan suatu sediaan semipadat yang digunakan untuk pemakaian topical yang
terdiri dari satu bahan atau lebih. Pasta ini digunakan untuk pemakaian luar karena teksturnya
yang tebal, keras, dan tidak meleleh pada suhu badan. Biasanya dibuat dengan
mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan vaselin atau
paravin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol, musilago
atau sabun.

Karakteristik pasta:

12
a. Daya serap pasta lebih besar
b. Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu
c. Memiliki presentase bahan padat lebih besar dibandingkan dengan salep

Pada umumnya sekitar 50% dari pasta ialah zat padat sehingga lebih kental disbanding
salep. Pasta dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:

a. Pasta berlemak
Bahan dasar yang digunakan untuk membuat pasta jenis ini adalah vaselin dan
paraffin cair. Bahan ini kurang berminyak dan lebih menyerap daripada salep, karena
bahan ini memiliki kecenderungan terhadap air.
Contoh:
 PASTA ZINC OXIDE

b. Pasta Kering
Pasta kering ini mengandung kurang lebih 60% bahan serbuk.
Contoh:
 ICHTHAMMOL OINTMENT

c. Pasta Pendingin
Pasta pendingin merupakan campuran dari serbuk minyak lemak dan cairan berair.
Contoh:
 Calcii Hydroxydi Solutio aa 10 dan Olei Olivae
d. Pasta Dentifriciae (Pasta Gigi)
Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir agar mendapatkan efek
lokal.

13
Contoh:
 PASTA GIGI TRIAMSINOLON ASETONIDA.

13. PLESTER

Plester merupakan suatu bahan yang melekat pada kulit disisipi dengan pembalut dan
digunakan untuk pemakaian luar. Plester biasanya digunakan untuk menutupi luka dan
memberikan pengobatan apabila melekat pada kulit. Plester yang mengandung obat
digunakan untuk pemberian obat pada daerah luka sebagai bentuk dasar pemberian obat
secara transdermal.

Contoh:

 OPSITE PLESTER

14. SEDIAAN OBAT MATA


Obat mata tersedia dalam berbagai macam bentuk sediaan, dan beberapa darinya
membutuhkan perhatian khusus.
a. Salep
Salep mata ialah salep yang digunakan pada mata. Dalam pembuatan salep ini
harus diberikan perhatian khusus. Sediaan pada salep mata terbuat dari bahan yang
telah disterilkan dengan diberikan perlakuan aseptik yang ketat juga telah memenuhi

14
syarat uji sterilitas. Jika bahan tertentu yang digunakan dalam pembuatan salep ini
tidak bisa disterilkan dengan cara yang biasa, maka dapat menggunakan bahan yang
sudah memenuhi syarat uji sterilitas yang pembuatannya secara aseptik.
Salep mata harus terkandung di dalam nya bahan atau campuran bahan yang
pantas untuk menghindari atau mencegah tumbuhnya mikroba dan memusnahkan
mikroba yang bisa saja masuk dengan tidak sengaja ketika wadah dibuka, kecuali jika
bahannya sudah bersifat bakteriostatik. Salep mata juga harus terbebas dari partikel
yang kasar dan terpenuhi syarat kebocoran juga partikel logamnya. Wadah yang
digunakan buat tempat salep mata pun harus steril ketika pengisian dan penutupan.
Wadah ini harus ditutup dengan rapat dan juga disegel agar terjamin sterilitasnya
ketika pemakaian pertama.
Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan salep ini tidak boleh membuat
iritasi pada mata, memungkinkan difusi obat pada cairan mata, dan tetap
mempertahankan aktivitas obat sesuai waktu tertentu. Salah satu bahan yang sering
digunakan dalam pembuatan salep mata ini adalah Vaseline.
Contoh:
 ERLAMYCETIN CHLORAMPHENICOL

b. Larutan
Larutan obat mata merupakan larutan yang terbebas dari partikel-partikel
asing, dan sediaan dibuat dengan larutan steril juga dikemas dengan perlakuan yang
benar sehingga sesuai ketika digunakan pada mata. Beberapa larutan perlu hipertonik
tujuannya untuk meningkatkan daya serapnya dan tersedianya kadar bahan aktif yang
lumayan tinggi agar dihasilkan darinya efek yang efektif dan cepat. Yang terpenting
yaitu larutan obat ini harus mendekati isotonik. Sebaiknya larutan pada obat mata
memiliki isotonisitas dan pH yang sama dengan air mata, tetapi hal ini tidak selalu
bisa dilakukan karena banyak obat yang tidak cukup larut dalam air yang terdapat

15
pada pH 7,4 dan selain itu banyak obat yang tidak seimbang secara kimia pada pH
yang mendekati 7,4.
Ketidakseimbangan ini lebih terlihat pada suhu tinggi yang digunakan ketika
sterilisasi oleh pemanasan.
Pembuatan obat mata dengan mendekati pH fisiologis dapat dilakukan dengan
mencampur larutan obat steril secaa aseptik dengan larutan daper yang
steril. Walaupun demikian harus tetap diperhatikan kemungkinan berkurangnya
keseimbangan obat pada pH yang lebih tinggi, pemeliharaan dan pencapaian sterilitas
selama pembuatannya. pada larutan yang digunakan untuk mata yang luka harus di
sterilisasi karena itu yang terpenting.
Sediaan steril dalam wadah khusus harus tersedia baik di setiap rumah sakit atau
instalasi lain yang melakukan perawatan mata yang disebabkan pembedahan mata
atau kecelakaan. Jika memungkinkan, penyaringan secara aseptik dengan membran
steril merupakan cara yang lebih baik. Sterilisasi obat pada wadah akhir dengan
otoklaf juga cara yang baik jika dapat ditunjukkan bahwa pemanasan tidak
memengaruhi stabilitas sediaan. Untuk menghindari pemanasan, penyaringan
menggunakan penyaringan bakteri adalah metode yang baik, namun masih perlu
diberi perhatian khusus dalam perakitan, pemilihan, dan penggunaan alat-alat.
Larutan pada obat mata harus terkandung di dalamnya zat yang sesuai agar tidak
terjadinya pertumbuhan bakteri dan memusnahkan bakteri yang mungkin masuk
ketika wadah dibuka. Larutan yang diberi pengental atau dikentalkan harus terbebas
dari partikel yang dapat terlihat.
Contoh:
 VISINE

c. Suspensi
Suspensi merupakan sediaan cair yang steril, dalam cairan pembawa untuk
pemakaian pada mata ia mengandung partikel-partikel yang terdispersi. Agar tidak
timbulnya iritasi atau goresan pada kornea maka obat dalam suspense ini harus

16
berbentuk termikronisasi. Bila obat suspensi sudah mengeras atau menggumpal maka
ia sudah tidak boleh digunakan untuk pemakaian pada mata.
d. Strip
Larutan natrium fluoresin harus diracik pada strip kertas steril yang
diimpregnasi dengan natrium fluoresin atau dalam wadah dosis tunggal. Pada
keperluan diagnostik, jika disentuhkan pada mata yang diperiksa terhadap abrasi
kornea atau benda asing maka kertas akan melepaskan obat dalam jumlah yang
cukup. Kontak antara mata dengan kertas bisa dihindarkan menggunakan air steril
atau larutan natrium klorida steril dengan membilas air tersebut pada obat dari kertas
ke mata.

15. SERBUK
Serbuk yaitu campuran kering zat kimia atau bahan obat yang kemudian
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian luar atau oral. Serbuk lebih mudah larut dan
terdispersi, karena mempunyai luas permukaan yang luas. Obat yang tidak seimbang
dala larutan air atau suspense dapat dibuat menjadi bentuk serbuk. Untuk melakukan
konstitusi sediaan dapat dilakukan oleh apoteker dengan teknik penambahan sejumlah
air sebelum diserahkan. Karena jika sediaan sudah dikonstitusi maka akan
mempunyai keseimbangan yang terbatas, pencantuman waktu kedaluwarsa harus
dilakukan setelah dikonstitusi dan bisa juga diberi syarat bahwa obat harus disimpan
dalam lemari pendingin.
Serbuk oral juga dapat diberikan dalam bentuk tidak terbagi yaitu obat yang
relatif tidak poten, seperti antasida, makanan diet, laksan dan beberapa analgesik
tertentu. Lalu pasien pun dapat menakar dengan aman menggunakan sendok teh atau
penakar lain. Serbuk tidak terbagi agar terlindungi dari pengaruh atmosfer dan
mencegah penguapan senyawa pada senyawa yang mudah menguap, dapat disimpan
dalam gelas yang tertutup rapat dan juga bermulut lebar.

Contoh:

 NEBACETIN

17
16. SUPOSITORIA
Supositoria yaitu sediaan padat dalam bentuk dan bobot yang bermacam-
macam, yang diberikan melalui vagina atau uretra dan rektal. Umumnya larut dalam
tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pembawa zat terapetikyang bersifal local
dan pelindung jaringan setempat. Bahan dasar tersebut sangat memengaruhi pelepasan
zat terapetik.
Lemak coklat akan cepat meleleh jika tidak tercampur dengan cairan tubuh dan
pada suhu tubuh, maka dari itu akan menghambat difusi obat yang larut dalam
lemak. Obat dengan bentuk nonionik cenderung lambat larut sehingga menghambat
pelepasan. Bahan pembawa berminyak jarang dipakai pada sediaan vagina seperti
lemak coklat, karena residu yang dihasilkan tidak dapat diserap, sedangkan pada
gelatin tergliserinasi jarang dipakai karena disolusinya lambat.
Contoh:

a. Supositoria Lemak Coklat : Supositoria ini menggunakan bahan dasar lemak coklat
cara pembuatannya yaitu dengan mencampurkan bahan obat yang sudah dihaluskan
ke dalam minyak yang padat dengan suhu kamar dan massa yang dihasilkan dibuat
dengan minyak pada keadaan lebur atau dalam bentuk yang sesuai, lalu membiarkan
menjadi dingin dalam cetakan. Untuk mencegah kecenderungan pada obat dapat
menambahkan sejumlah zat pengeras seperti fenol. Yang terpenting, supoitoria ini
meleleh pada suhu tubuh. Supositoria yang terbuat dari bahan dasar lain, umumnya
lebih berat dan bobotnya bervarian. Supositoria rektal bentuknya lonjong pada
ujungnya dan biasanya beratnya kurang lebih 2 g. supositoria vaginal biasanya
berbentuk bulat dan memiliki berat kurang lebih 5 g, terbuat dari zat pembawa yang
dapat bercampur dalam air. Supositoria yang memakai bahan dasar lemak coklat
harus tersimpan dengan wadah yang tertutup baik, dan sebaiknya suhu dibawah 30°.

18
b. Pengganti Lemak Coklat : Supositoria dengan bahan dasar jenis lemak, dapat dibuat
dari bermacam-macam minyak nabati, seperti minyak kelapa yang dimodifikasi
dengan fraksionasi, esterifikasi, dan hidrogenasi hingga diperoleh berbagai suhu lebur
dan komposisi. Produk ini dapat dirancang agar mengurangi ketengikan. Selain itu
sifat yang diinginkan dapat dirancang juga untuk penyesuaian pada keadaan iklim dan
formulasi.
c. Supositoria Gelatin Tergliserinasi : Bahan obat dapat dicampur dengan gelatin
tergliserinasi dengan menambahkan sejumlah tertentu yang terdiri dari kurang lebih
70 bagian gliserin, 10 bagian air, dan 20 bagian air. Sebaiknya supositoria ini
disimpan pada suhu dibawah 35° dan dengan wadah tertutup rapat.
d. Supositoria Dengan Bahan Dasar Polietilen Glikol : Beberapa kombinasi dari
bahan dasar ini memiliki suhu lebih tinggi dari suhu badan yang telah digunakan.
Karena pelepasan ditentukan oleh disolusi. Maka masalah pada penyimpana dan
pembuatan lebih sedikit daripada masalah dari jenis pembawa yang melebur.
Polietilen glikol dengan bobot molekul dan kadar tinggi akan menyebabkan
terhambatnya pelepasan. Pada etiketnya harus terdapat petunjuk “Basahi dengan air
sebelum digunakan”. Supositoria ini harus dalam keadaan wadah yang tertutup rapat.
e. Supositoria Dengan Bahan Dasar Surfaktan : Beberapa surfatan nonionik dengan
sifat kimia dapat dipaki sebagai bahan pembawa supositoria. Contohnya adalah ester
asam lemak polioksietilen. Surfaktan ini bisa dipakai dalam bentuk kombinasi atau
tunggal dengan supositoria lain agar memperoleh suhu lebur yang konsistensi dan
lebar. Keuntungan utama pembawa ini adalah dapat tersebar merata atau terdispersi
dalam air. Surfaktan ini dapat meningkatkan kecepatan absorpsi obat yang
menyebabkan penurunan aktivitas terapetik.
f. Supositoria Kempa atau Supositoria Sisipan : Supositoria vaginal dapat dibuat
dengan mengimpit massa serbuk sehingga menjadi bentuk yang sesuai. Bisa juga
dengan pengkapsulan dalam gelatin lunak.

17. SUSPENSI

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair. Sesuai sifatnya, bila suspensi didiamkan partikel yang terdapat dalam
suspensi dapat mengendap pada dasar wadah. Pengendapan tersebut dapat mempermudah
pengerasan dan pemadatan sehingga sulit terdispersi kembali. Untuk itu suspensi dapat

19
ditambahkan zat yang sesuai untuk meningkatkan kekentalan dan bentuk gel suspensi seperti
tanah liat, surfaktan, poliol, polimer atau gula.

Sebelum digunakan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk menjamin suspensi
tersebut terdispersi kembali setelah terjadi pengendapan dan menjamin volume obat sesuai
dengan dosis yang ditentukan. Selain itu suspensi juga harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat.

Berikut adalah sediaan yang digolongkan sebagai suspensi:

a. Suspensi Oral
Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan
oral atau melalui mulut.
Sebagai contoh, antasida dan antibiotika digunakan secara berulang dan sering.
Penggunaan antasida lebih menyenangkan untuk menggunakan sediaan cair dibanding
harus sering mengunyah tablet. Demikian pula dengan sediaan antibiotika yang
memerlukan pengulangan dan jangka waktu penggunaan untuk menghindari resistensi
mikroba terhadap antibiotik tersebut. Oleh karena itu sejumlah antasida cair dan
antibiotika diberi rasa dan aroma yang menyenangkan, biasanya pepermint (antasida)
atau aroma buah-buahan (antibiotika) sehingga meningkatkan estetika dan menarik
perhatian pasien.

Contoh:
 ANTASIDA DOEN

Obat ini digunakan untuk mengatasi maag dengan gejala nyeri ulu hati, sering
bersendawa, dan perut kembung.

 CEFSPAN

20
Cefspan adalah obat antibiotik yang bermanfaat untuk mengobati beberapa
jenis penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran
kemih, dan lainnya.
b. Suspensi Topikal
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
Lotion ( losio ) adalah suspensi untuk pemakaian topikal yang digunakan pada kulit.
Kebanyakan losio mengandung bahan serbuk halus yang tidak larut dalam media
dispersi. Losio biasa digunakan untuk mempertahankan kelembaban dan mengandung
gliserin tinggi untuk mendapatkan efek mendinginkan.

Contoh :
 CALADINE

Caladine bermanfaat untuk meredakan gatal di kulit akibat alergi, iritasi, dan
gigitan serangga. Caladine Lotion memiliki efek sebagai antialergi, antiseptik,
dan penyejuk kulit.
c. Suspensi Tetes Telinga
Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

Contoh:
 SANTADEX

21
Santadex ear drop membantu mengobati infeksi pada telinga, mengobati iritasi
pada telinga serta membantu melunakkan kotoran telinga agar mudah
dikeluarkan.
d. Suspensi Optalmik
Suspensi optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Apabila terdapat
massa yang mengeras atau menggumpal supensi obat mata tidak boleh digunakan.
Agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea , suspensi optalmik harus
dalam bentuk termikronisasi.

Contoh:
 KARY UNI

Kary Uni Suspensi Mata adalah obat untuk katarak senilis (katarak karena usia tua)
tahap awal, iritasi, serta gatal pada mata. Obat ini termasuk golongan obat keras yang
harus dibeli dengan resep dokter.

e. Suspensi Untuk Injeksi


Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair
yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam saluran spinal
(intratekal). Suspensi injeksi dapat berupa sediaan dalam air atau minyak.

Contoh:
 METILPREDNISOLON

22
Metilpredinosolon adalah obat untuk mengatasi penyakit yang menyebabkan
peradangan, seperti lupus dan multiple sclerosis. Methylprednisolone juga
digunakan untuk meredakan reaksi alergi, seperti penyakit asma.

18. SALEP

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lendir. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep. Dasar salep yang
digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:

a. Dasar Salep Hidrokarbon


Dasar salep hidrokarbon memberikan efek emolien dan dapat menyerap di kulit dalam
waktu yang lama. Dasar salep ini sulit dicuci dan mudah menyebar saat digunakan
pada kulit.
b. Dasar Salep Serap
Dasar salep serap berperan sebagai emolien tetapi daya penutupan terhadap kulit tidak
seperti dasar salep hidrokarbon. Dasar salep ini dapat digunakan untuk
mencampurkan larutan berair dan berlemak .
c. Dasar Salep yang Dapat Dicuci Dengan Air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain Salep hidrofilik dan lebih
tepat disebut “Krim”. Dasar salep ini mudah dicuci dari kulit sehingga lebih dapat
diterima untuk dasar kosmetik. Selain itu dasar salep ini dapat diencerkan dengan air
dan dapat digunakan pada luka yang basah karena memiliki kemampuan menyerap
cairan yang dikeluarkan oleh luka.
d. Dasar Salep Larut Dalam Air
Dasar salep ini biasa disebut juga “dasar salep tak berlemak” karena tidak
mengandung lemak. Dasar salep jenis ini dapat dicuci dengan air dan tidak
mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam.
Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.

Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan
ketahanan sediaan jadi.

Contoh Salep:
 BIOPLACENTON

23
Obat ini biasa digunakan untuk mengobati luka bakar, luka dengan infeksi,
serta luka kronik dan jenis luka yang lain.
 MELANOX

Obat melanox memiliki bentuk sediaan berupa sediaan krim. Manfaat melanox
yang utama adalah untuk mengatasi hiperpigmentasi yang terjadi di kulit
wajah.
19. TABLET

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan karena penggunaannya yang
praktis. Tablet dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung
pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul biasa disebut dengan kaplet.

Berdasarkan metode pembuatan tablet dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Tablet Kempa
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk
menggunakan cetakan baja. Pada umumnya tablet kempa mengandung zat aktif,
bahan pengisi, bahan pengikat, disintegran dan lubrikan, serta dapat mengandung
bahan warna dan lak yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.
b. Tablet Cetak
Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Tablet cetak terbuat dari campuran bahan
obat dan bahan pengisi, umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam
berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan larutan yang mengandung
etanol persentase tinggi. Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan
pengisi dalam sistem pelarut serta derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa
serbuk yang lembab ditekan ke dalam cetakan, kemudian dikeluarkan dan dibiarkan

24
kering. Tablet cetak agak rapuh sehingga dalam pengemasan dan pendistribusian
harus dilakukan dengan hati-hati.

Berdasarkan cara pemakaian tablet digolongkan sebagai berikut:

a. Tablet Biasa
Tablet ini merupakan tablet telan yang dibuat tanpa penyalut sehingga akan pecah di
lambung.
Contoh :
 PANADOL

Panadol memiliki beberapa varian yang ditujukan untuk meredakan gejala dan
keluhan, seperti demam, flu, sakit kepala, hidung tersumbat, batuk tidak berdahak,
dan bersin-bersin. Panadol juga sering digunakan untuk meredakan sakit gigi dan
nyeri otot.

b. Tablet Kunyah
Tablet kunyah berbentuk seperti tablet biasa, namun pada umunya tablet ini memiliki
rasa yang tidak pahit. Biasanya dibuat untuk anak-anak. Tablet ini digunakan dengan
cara dikunyah kemudian ditelan. Pembuatannya dengan cara dikempa bersama
dengan zat tambahan lain.
Contoh:
 BODREXIN ANAK

Bodrexin anak merupakan tablet kunyah rasa jeruk. Obat ini digunakan untuk
menurunkan panas, meredakan rasa nyeri, dan demam setelah imunisasi pada
anak.

c. Tablet Hisap
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya
dengan bahan dasar beraroma dan manis. Tablet ini akan larut dimulut secara
perlahan.
Contoh:

25
 VITACIMIN

Vitacimin merupakan suplemen kesehatan dengan kandungan Vitamin C


dalam bentuk tablet hisap. Suplemen ini digunakan untuk membantu
memenuhi kebutuhan vitamin c harian, serta membantu menjaga daya tahan
tubuh.

d. Tablet Larut
Tablet ini mengandung zat aktif dan campuran asam, maka jika dilarutkan ke dalam
air akan menghasilkan karbon dioksida.
Contoh:
 REDOXON

Redoxon merupakan tablet larut yang bermanfaat untuk membantu menjaga dan
memelihara daya tahan tubuh. Suplemen vitamin yang dijual secara bebas ini
mengandung sejumlah vitamin dan mineral, termasuk vitamin C dan zinc.

e. Tablet Implantasi
Tablet ini merupakan tablet berbentuk kecil, bulat atau oval putih. Berisi hormon-
hormon dan cara penggunaannya dimasukkan ke dalam kulit dengan cara merobek
kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit.

f. Tablet Hipodermik
Tablet hipodermik merupakan tablet cetak yang dapat larut dalam air. Tablet ini harus
steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik.

g. Tablet Bukal
Tablet bukal merupakan tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet di
antara pipi dan gusi, sehingga zat aktif terserap melalui mukosa mulut.

h. Tablet Sublingual

26
Tablet sublingual adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakan tablet dibawah
lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
Contoh:
 MECOBALAMIN

Methylcobalamin digunakan untuk mengobati kekurangan vitamin B12.


Methylcobalamin juga digunakan pada orang dengan anemia pernisiosa, diabetes, dan
kondisi lainnya

i. Tablet Vagina
Tablet vagina adalah sediaan padat berbentuk oval. Tablet ini mudah melemah
(melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat
luar khasus untuk vagina.
Contoh:
 CANESTEN

Canesten merupakan antijamur yang dapat mengobati infeksi karena jamur pada
organ kewanitaan manusia.

20. VAKSIN

Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah
bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami
atau liar. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak
menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil
pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb).

27
Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk
antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah
dengan vaksin.

Jenis-jenis vaksin berdasarkan kandungan yang terdapat di dalamnya, yaitu:

a. Vaksin Mati
Vaksin mati atau disebut juga vaksin tidak aktif adalah jenis vaksin yang mengandung
virus atau bakteri yang sudah dimatikan dengan suhu panas, radiasi atau bahan kimia.
Proses ini membuat virus tetap utuh, namun tidak dapat berkembang biak dan
menyebabkan penyakit di dalam tubuh. Ketika mendapatkan vaksin jenis ini, maka
kita akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut tanpa ada risiko untuk
terinfeksi virus yang terkandung di dalam vaksin tersebut. Vaksin mati cenderung
menghasilkan respon kekebalan tubuh yang lebih lemah, oleh karena itu pemberian
vaksin mati harus diberikan secara berulang atau booster.

Contoh:
 VAKSIN POLIO

Vaksin polio merupakan vaksin yang digunakan untuk melindungi tubuh dari
gangguan infeksi polio. Vaksin polio ini sangat penting untuk upaya
mencegah penularan polio.
b. Vaksin Hidup
Virus atau bakteri yang terkandung di dalam vaksin hidup tidak dibunuh, melainkan
dilemahkan. Virus atau bakteri tersebut tidak akan menyebabkan penyakit, namun
dapat berkembang biak, sehingga merangsang tubuh untuk bereaksi terhadap sistem
imun. Vaksin hidup ini dapat memberikan kekebalan yang lebih kuat dan
perlindungan seumur hidup meski hanya diberikan satu atau dua kali. Meski
demikian, vaksin ini tidak dapat diberikan pada orang yang daya tahan tubuhnya
lemah, misalnya pada penderita HIV/AIDS atau orang yang menjalani kemoterapi.
Sebelum diberikan, vaksin hidup perlu disimpan di dalam lemari pendingin khusus
agar virus atau bakteri tetap hidup. Suhu yang tidak sesuai akan memengaruhi kualitas
vaksin, sehingga imunitas yang terbentuk tidak optimal.

Contoh :
 VAKSIN CAMPAK

28
Vaksin Campak Kering adalah sediaan serbuk injeksi yang mengandung virus
hidup yang dilemahkan strain CAM 70. Vaksin Campak Kering digunakan
untuk imunisasi aktif terhadap penyakit campak.

c. Vaksin Toksoid
Beberapa jenis bakteri dapat memproduksi racun yang bisa menimbulkan efek
berbahaya bagi tubuh. Vaksin toksoid berfungsi untuk menangkal efek racun dari
bakteri tersebut. Vaksin toksoid biasanya menggunakan toksin (bagian beracun) dari
bakteri atau virus yang menyebabkan penyakit yang diolah secara khusus agar tidak
berbahaya bagi tubuh, namun mampu merangsang tubuh untuk membentuk kekebalan
terhadap racun yang dihasilkan bakteri tersebut.

Contoh :
 VAKSIN TETANUS

Vaksin tetanus diberikan untuk mencegah infeksi bakteri Clostridium tetani


yang menghasilkan racun dan menyebabkan kekakuan otot.

d. Vaksin Biosintetik
Jenis vaksin ini mengandung antigen yang diproduksi secara khusus, sehingga
menyerupai struktur virus atau bakteri. Vaksin biosintetik mampu memberikan
kekebalan tubuh yang kuat terhadap virus atau bakteri tertentu dan dapat digunakan
oleh penderita gangguan sistem kekebalan tubuh atau penyakit kronis.

Contoh:
 VAKSIN HIB

29
Vaksin Hib dapat melindungi tubuh dari infeksi bakteri Haemophilus
influenzae tipe B (Hib). Bakteri Hib adalah bakteri yang berbahaya karena
bisa menyebabkan infeksi berat, seperti radang otak (meningitis), infeksi paru-
paru, dan sepsis, terutama pada anak-anak.

30
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas sediaan obat dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu:
sediaan cair, sediaan semi padat, dan sediaan padat.

1. Sediaan cair seperti sirup, suspense, eliksir, obat tetes dan lotion
2. Sediaan semi padat seperti salep, gel, krim dan pasta
3. Sediaan padat seperti tablet, kapsul, serbuk dan pulvis

31
DAFTAR PUSTAKA

Farmakope 3. (1979). Jakarta: Kedokteran EGC, 2000. 9.

Farmakope Indonesia v. (2018, September 16). Retrieved September 27, 2020, from
perpustakaan.akrafarsam: http://perpustakaan.akfarsam.ac.d

https://www.alodokter.com/

https://www.dictio.id/

https://www.sehatq.com/

https://www.halodoc.com/

32

Anda mungkin juga menyukai