Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TEROR JAMAAH ISLAMIYAH

DOSEN MATA KULIAH :

MUHAMMAD REZA PAHLEVI, M.Pd

DISUSUN OLEH :

Muhammad Novriansyah

NIM : 05011382025113

KELAS : AGB A PALEMBANG

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
Bentuk Disintegrasi Nasional: Teroris Jamaah Islamiyah

Jamaah Islamiyah, JI, sejak lama dituduh berada di balik serangkaian serangan bom di
Indonesia.
Serangan paling mematikan adalah ledakan bom yang hampir bersamaan di dua klub malam di
Bali tanggal 12 Oktober 2002, 202 orang tewas dan 88 diantaranya adalah warga Australia.
JI, atau sel-sel yang berafiliasi dengan kelompok ini, juga dituduh terlibat dalam sejumlah
serangan dengan sasaran Kristed di Indonesia Timur, serangan bom bunuh diri di depan gedung
kedutaan besar Australia bulan September 2004 dan serangan serupa ke hotel JW Marriott
Jakarta bulan Agustus 2003.
Sebelum serangan tahun 2009 ke hotel Ritz Carlton, Jakarta, JI diperkirakan dalam keadaan
berantakan setelah sejumlah pemimpin mereka ditangkap atau tewas.
Namun para pengamat keamanan dan pejabat Indonesia memperingatkan bahwa keberadaan
jaringan di propinsi Aceh bisa menjadi indikasi kebangkitan militansi.

JI -yang berarti Organisasi Keislaman- dilaporkan dibentuk di Malaysia di akhir tahun 1980an
oleh sekelompok kaum ekstrimis Indonesia yang mengasingkan diri.
Jaringan kelompok ini berkembang menjadi sel-sel yang tersebar di kepulauan Indonesia,
Malaysia, FIlipina, Singapura dan Thailand. Sel-sel yang lebih kecil kemungkinan ada di
wilayah lain Asia Tenggara.
Tujuan kelompok ini adalah mendirikan satu negara Islam di Indonesia dan wilayah lain Asia
Tenggara.
Di tahun-tahun awal pembentukannya JI menyarankan pengunaan jalan damai dalam mencapai
tujuan itu, namun pada pertengahan tahun 1990 an kelompok ini mulai mengambil jalan
mempergunakan kekerasan.
Menurut David Wright-Neville dari Universitas Monash, Australia, militansi ini terbentuk
sebagian karena kontak antara tokoh-tokoh JI dan personel al-Qaeda yang berada di Afghanistan
ketika itu
Dibawah pengaruh al-Qaeda, JI mulai yakin bahwa tujuannya hanya bisa dicapai lewat "perang
suci".
Sementara itu, sejumlah besar anggota JI tidak suka dengan banyaknya umat Muslim yang tidak
bersalah menjadi korban dalam serangan-serangan bom di Indonesia.
Para pengamat keamanan di Indonesia mengatakan kelompok ini kemudian terpecah menjadi
dua faksi besar: pelaku pemboman dan pengkotbah yang berusaha membawa kelompok ini
mempergunakan senjata kotbah sebagai senjata utama.
Selain perpecahan internal ini, JI juga mendapat tekanan dari badan anti terorisme Indonesia,
yang sringkali bekerja sama dengan negara lain seperti Amerika Serikat, Australia dan negara-
negara Asia Tenggara lain.

Pendapat/saran saya pribadi agar kasus ataupun organisasi semacam ini tidak ada lagi ialah
mengedukasi masyarakat khususnya yang muslim, bahwa islam adalah agama yang indah, cinta
kasih, dan saling melindungi. Saya teringat kata yang diucapkan oleh sayyidina Ali bin Abi
Thalib yang pernah berkata “Walaupun mereka bukan saudaramu dalam iman, tapi mereka
saudaramu dalam kemanusiaan. Tentu perbuatan organisasi yang menamakan diri mereka
sebagai sekelompok ‘islam’ telah mencoreng label islam yang selama ini dikenal masyarakat.
Nah tugas kita sebagai masyarakat dan seorang muslim adalah dengan memberi bukti bahwa
sebenarnya islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Sebagai penutup, biarkan kata-kata
inspirasi dari petinju legendaris UFC yang baru saja pensiun, dan tercatat dalam sejarah dengan
rekor 29 kali kemenangan dan tidak pernah kalah menjadi renungan buat kita yang muslim

"Orang Non-Muslim tidak membaca Al-Qur'an, mereka tidak membaca Hadist. Yang mereka
baca adalah dirimu, maka jadilah cerminan islam yang baik."
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
(Khabib Nurmagomedov)

Anda mungkin juga menyukai