Anda di halaman 1dari 6

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB V

KESIMPULAN

Kemunculan gerakan-gerakan radikal terorisme yang mengatasnamakan

agama terutama adalah agama Islam sebenarnya telah ada di Indonesia sejak awal

Indonesia merdeka. Embrio awal dari gerakan radikal terorisme di Indonesia yang

ada pada masa sekarang semuanya bersumber dari aksi pemberontakan yang

dilakukan oleh Kartosoewirjo untuk mendirikan Negara Islam Indonesia. Alasan

Kartosoewirjo melakukan aksi pemberontakan tersebut disebabkan karena Ia

merasa kecewa dan marah dengan pemerintah Republik Indonesia karena telah

menyetujui perjanjian Renville dengan pihak pemerintah Belanda.

Pada masa pemerintahan Orde Baru gerakan-gerakan radikal terorisme

mulai berkembang secara pesat. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran para

mantan anggota kelompok DI yang ingin kembali lagi melanjutkan perjuangan

Kartosoewirjo untuk mendirikan Negara Islam Indonesia. Guna mencapai

terbentuknya Negara Islam Indonesia, para mantan anggota DI melakukan

reorganisasi serta perekrutan anggota-anggota baru. Perkembangan gerakan radikal

terorisme juga disebabkan karena adanya rasa kekecewaan kelompok Islam

modernis dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Kebijakan-kebijakan pemerintah Orde Baru dianggap sebagai kebijakan anti-Islam.

Kebijakan pemerintah Orde Baru yang dianggap anti-Islam antara lain adalah

pemerintah tidak lagi menempatkan agama sebagai landasan pembangunan.

Salah satu kebijakan pemerintah yang membuat kelompok DI menjadi

sangat marah terhadap rezim Orde Baru adalah kebijakan asas tunggal yang

118
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

119

dicetuskan pada tahun 1985. Kelompok DI menganggap kebijakan asas tunggal

tersebut merupakan kebijakan yang sesat, sehingga kelompok DI menganggap

bahwa pemerintahan Orde Baru merupakan pemerintahan yang murtad dan wajib

untuk diperangi. Sebagai bentuk perlawan terhadap pemerintahan Orde Baru,

kelompok DI bekerjasama dengan kelompok Syiah dari Malang untuk melakukan

aksi pengeboman terhadap candi Borobudur. Pasca peristiwa pengeboman tersebut

aparat kemanan segera melakukan operasi penangkapan terhadap orang-orang yang

terlibat dalam aksi pengeboman candi Borobudur. Operasi penangkapan tersebut

membuat beberapa pengurus kelompok DI menjadi panik dan memutuskan untuk

melarikan diri. Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir selaku petinggi

kelompok DI memutuskan untuk melarikan diri ke Malaysia. Selama di Malaysia

Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir sangat aktif mengirimkan anggota DI

ke Afganistan untuk medapatkan pelatihan militer dari kelompok Al Qaeda dan

mujahidin Afghanistan. Pelatihan milter tersebut bertujuan untuk menyiapkan

sebuah pasukan Negara Islam Indonesia.

Memasuki tahun 1987 di dalam tubuh kelompok Darul Islam mulai terjadi

perpecahan. Pada tahun tersebut terjadi persellisihan antara Abdullah Sungkar dan

Abu Bakar Ba’asyir dengan Imam baru kelompok DI di Indonesia. Pada tahun 1992

Abdullah Sungkar bersama dengan Abu Bakar Ba’syir memustuskan untuk untuk

keluar dari kelompok Darul Islam. Pada tahun 1993 Abdullah Sungkar bersama

dengan Abu Bakar Ba’asyir ketika masih berada di Malaysia membuat sebuah

kelompok baru dengan nama Al Jamaah Al Islamiyah. Tujuan utama dari kelompok

Jamaah Islamiyah adalah ingin menegakkan syraiat Islam di Indonesia dan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

120

mendirikan Negara Islam Indonesia. Kelompok Jamaah Islamiyah ini terdiri dari

para mantan anggota DI yang pernah mendapatkan pelatihan militer di Afghanistan.

Jaringan kelompok Jamaah Islamiyah ini tidak hanya berada di wilayah Indonesia

saja tetapi juga berada di Malaysia, Filipina, dan Thailand.

Reformasi pada tahun 1998 yang ditandai dengan lengsernya Presiden

Soeharto serta runtuhnya pemerintahan Orde Baru membuat kondisi negara

Indonesia menjadi sangat tidak stabil. Kondisi Indonesia tersebut akhirnya

dimanfaatkan oleh Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir untuk kembali dari

Malaysia ke Indonesia. Pada tahun 1999 Abdullah Sungkar meninggal dunia

sehingga posisi Imam kelompok Jamaah Islamiyah diambil alih oleh Abu Bakar

Ba’asyir. Selain mereka berdua, para anggota Jamaah Islamiyah juga berhasil

masuk ke Indonesia. Anggota jamaah Islamiyah tersebut antara lain adalah Dr.

Azhari, Noordin Muhammad Top, Imam Samudra, Amrozi, dan Ali Imron.

Keempat orang tersebut pada akhirnya akan melakukan aksi pengeboman di

Indonesia.

Pada tanggal 11 September tahun 2001 masyarakat dunia dikejutkan dengan

peristiwa penabrakan pesawat ke gedung World Trade Center (WTC) yang berada

di New York, Amerika Serikat. Peristiwa tersebut didalangi oleh kelompok teroris

internasional, kelompok tersebut adalah Al Qaeda yang dipimpin oleh Osama Bin

Laden. Sebagai bentuk respon terhadap serangan tersebut Amerika Serikat dibawah

pemerintahan Presiden George W. bush mencetuskan kebijakan Global War On

Terorrism. Implementasi dari kebijakan tersebut adalah invasi Amerika Serikat ke

wilayah Afganistan dan Irak untuk memburu kelompok Al Qaeda. Kelompok


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

121

Jamaah Islamiyah menganggap bahwa invasi Amerika Serikat bersama para

sekutunya tersebut perang terhadap umat Islam, sehingga mereka harus diperangi.

Sejak saat itulah kelompok Jamaah Islamiyah memiliki tujuan lain selain

mendirikan negara Islam Indonesia yaitu melakukan jihad terhadap Amerika

Serikat dan sekutunya dimanapun mereka berada.

Realisasi jihad kelompok Jamaah Islamiyah terhadap Amerika Serikat dan

sekutunya adalah berupa aksi pengeboman di Indonesia. Salah satu aksi

pengeboman yang dilakukan oleh kelompok Jamaah Islamiyah yang sempat

mengehohkan Indonesia adalah peristiwa Bom Bali 1 yang terjadi pada 12 Oktober

2002. Peristiwa bom Bali I dilakukan oleh anggota kelompok Jamaah Islamiyah

yang pernah mendapatkan pelatihan militer di Afghanistan, mereka adalah Amrozi,

Imam Samudra, dan Ali Imron. Selain mereka bertiga, bom Bali I juga didalangi

oleh dua orang petinggi kelompok Jamaah Islamiyah. Mereka adalah Dr. Azhari

sang ahli peracik bom dan Noordin Muhammad Top.

Dr. Azhari dan Noordin M Top mereka berdua bukanlah warga negara

Indonesia melainkan warga negara Malaysia. Dr. Azhari dan Noordin M Top adalah

dua tokoh Jamaah Islamiyah yang diduga bertanggung jawab atas segala aksi

pengeboman yang terjadi di Indonesia. Aksi pengeboman yang dilakukan oleh Dr.

Azahari dan Noordin M Top antara lain adalah aksi pengeboman hotel JW Marriott

pada 5 Agustus 2003, aksi pengeboman Kedutaan Besar Australia pada 9

September 2004, aksi bom Bali II pada 1 oktober 2005, dan yang terakhir adalah

aksi pengeboman hotel JW Marriott dan Ritz Carlton pada 17 Juli 2009. Semua aksi

pengeboman yang dilakukan oleh Dr. Azhari dan Noordin M Top tersebut memiliki
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

122

kesamaan, yaitu ditujukan kepada simbol-simbol atau lambang-lambang negara

Barat, dalam hal ini adalah Amerika Serikat dan sekutunya.

Aparat keamanan Indonesia dalam melakukan perburuan terhadap Dr.

Azhari dan Noordin M Top mengalami beberapa kesulitan. Kesulitan tersebut

antara lain disebabkan karena kelompok Jamaah Islamiyah sangat terorganisir,

selain itu Dr. Azhari dan Noordin M Top sangatlah pandai dalam bersembunyi dari

kejaran pihak kepolisian. Pihak kepolisian membutuhkan waktu hingga bertahun-

tahun untuk menangkap mereka berdua. Pada tahun 2005 setelah melalui proses

penyelidikan yang sangat panjang, akhirnya pihak kepolisian berhasil menembak

mati Dr. Azhari di daerah Batu, Malang. Empat tahun kemudian, tepatnya pada

tahun 2009 pihak kepolisian juga berhasil menembak mati Noordin M Top di

wilayah Mojosongo, Surakarta. Pasca tertembaknya kedua orang teroris tersebut,

aksi pengeboman yang dilakukan oleh kelompok Jamaah Islamiyah kemudian

mulai berkurang.

Dari rentetan peristiwa tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua

faktor penyebab munculnya gerakan-gerakan radikal terorisme yaitu faktor intern

dan faktor ekstern. Faktor intern berupa rasa kekecewaan, rasa sakit hari, dan rasa

kemarahan terhadap kebijakan-kebijakan Pemerintah. Faktor ekstern berupa

munculnya rasa solidaritas kelompok Jamaah Islamiyah terhadap ummat Islam

yang menjadi korban dari arogansi negara-negara adidaya dalam hal ini adalah

Amerika Serikat dan sekutunya. Bentuk arogansi negara adidaya adalah invasi

Amerika Serikat dan sekutunya ke wilayah Afganistan dan Irak. Pasca peristiwa

ledakan bom yang terjadi di depan gedung Kedutaan Besar Australia, Jamaah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

123

Islamiyah kemudian merubah strategi pengeboman mereka. Jamaah Islamiyah

sudah tidak lagi menggunakan bom mobil akan tetapi kelompok Jamaah Islamiyah

menggunakan bom tas atau koper. Meskipun secara dimensi bom tersebut lebih

kecil, tetapi bom tersebut juga tetap dapat mengakibatkan korban dalam jumlah

besar.

Anda mungkin juga menyukai