KHUSUSNYA DI INDONESIA
Disusun Oleh :
PETY MELATI DWIRESTIAN (27)
XII IIS 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
struktural
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah terorisme berasal dari bhasa latin terrere, yang artinya untuk menakuti.
Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan
teror terhadap kelompok masyarakat. Aktornya pun bisa individu atau negara. Biasanya
dilakukan oleh kelompok-kelompok yang termajinalkan. Mereka melakukan tindakan teror
ini sebagai usaha untuk mendapatkan perhatian yang khusus dari dunia internasional.
Terorisme berbeda dengan perang, aksi ini dilakukan secara tiba-tiba, dan sering kali
mejadikan warga sipil sebagai korban, dimana seberarnya warga sipil ini tidak mengerti
mengenai atas dara apa mereka bisa menjadi korban dari tindakan teroris. Namun dalam
perkembangannya terorisme telah membangun organisasi dan mempunyai jaringan global
dimana kelompok-kelompok terorisme internasional serta mempunyai hubungan dan
mekanisme kerjasama satu sama lain baik dalam aspek operasional infrastruktur maupun
infrastruktur pendukung bahwa teroris ini memiliki jaringan yang begitu luas dan selalu
diidentikan dengan islam radikal. Seperti pernyataan Amerika Serikat yang menyatakan
bahwa pelaku tindakan teroris adalah kelompok-kelompok muslim radikal.
Terorisme telah menjadi fokus perhatian pemerintah masing-masing negara. Hal ini
terjadi akibat ancaman yang ditimbulkan oleh teroris memberikan dampak negatif bagi
perkembangan dan pembangunan sebuah negara. Sehingga masing-masing negara menyadari
bahwa permasalahan isu keamanan yang dilakukan oleh jaringan teroris internasional tidak
dapat dianggap sebagai masalah dalam negeri, akan tetapi menjadi masalah internasional
yang perlu diselesaikan secara bersama.
Jaringan teroris yang berada di Asia Tenggara merupakan jaringan teroris yang
berkembang dari kelompok islam radikal. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan kelompok
islam radikal yang berada di kawasan Asia Tenggara telah berkembang menjadi jaringan
teroris yang melintasi batas-batas negara yaitu menjadi jaringan teroris berskala internasional.
Berkembangnya kelompok islam radikal tersebut menjadi jaringan teroris yang melewati
batas-batas negara tidak lepas dari terjadinya peristiwa 11 September 2001. AS melakukan
pencarian terhadap Osama bin Laden merupakan pimpinan dari Jaringan Al-Qaeda yang
bertanggung jawab atas tragedi runtuhnya gedung WTC, dalam proses pencarian dan
perburuan Osama bin Laden tersebut AS menyadari bahwa kelompok radikal Islam yang
berada di Asia Tenggara memiliki hubungan dan merupakan mitra Jaringan Al-Qaeda.
Gerakan terorisme di Asia Tenggara pada awalnya merupakan gerakan sentimen yaitu
gerakan separatisme yang ingin menentang pemerintahan nasional atas ketidakadilan dan
alienasi yang diterima oleh kelompok radikal tersebut dengan semangat etno nasionalisme
yang biasanya juga diiringi dengan membawa identitas religi yang dianutnya. Maka dapat
dikatakan secara umum gerakan terorisme di Asia Tenggara dapat dilihat sebagai gerakan
yang lahir dari kelompok suku minoritas yang memiliki preferensi kepercayaan (belief) yang
berbeda dan diperburuk lagi dengan adanya masalah ketidak adilan dalam memenuhi
kesejahteraan kelompok minoritas tersebut. Pandangan teroris berlandaskan agama
merupakan ketertarikan kelompok radikal tersebut untuk melihat terbentuknya sebuah negara
yang adil dan sesuai dengan landasan agama yang diyakini, sehingga teroris berlandaskan
agama menginginkan adanya kebebasan dari penguasa yang otoriter.
berbasis di Indonesia diyakini memiliki hubungan dengan organisasi teroris lainnya yang
aktif di Malaysia, Singapura dan Filipina.
Munculnya berbagai kelompok yang merupakan pecahan dari JI terjadi karena adanya
perbedaan faksi yang terjadi dalam menetapkan tujuan melakukan Jihad, hal ini
menyebabkan adanya perbedaan dalam melakukan taktik dan strategi. Mayoritas kelompok
lain yang ada dalam JI ingin melaksanakan tujuan jangka panjangnya yaitu mendirikan
khalifah Islam di Asia Tenggara. Noordin M Top merupakan kelompok yang dipmpin oleh
Hambali. Noordin M Top telah tewas dalam operasi yang dilakukan oleh KepolisanIndonesia
melalui Densus 88 yang merupakan detasemen khusus POLRI dalam memberantas teroris.
Pada September 2009 Noordin M Top terbunuh dalam serbuan Densus 88 untuk
menangkapnya dan seluruh anggota jaringannya yang telah melakukan Bom Hotel Marriott
(2003), Bom Kedubes Australia (2004), Bom Bali II (2005), dan bom bunuh diri di Hotel JW
Marriott (2009). Noordin M Top terbunuh dalam baku tembak dengan aparat di Jawa Tengah.
Februari dan Maret serbuan Densus 88 menangkap dan menewaskan 100 militan termasuk
Dulmatin, pada 25 Januari 2011 Umar Patek ditangkap di Abbottabad, Pakistan.
Sejak terjadinya peristiwa Bom Bali I pada tahun 2002, tingginya frekuensi serangan
teroris dan kerusakan yang diakibatkan oleh aksi teroris yang ada di Indonesia. Membuat
Pemerintah Indonesia tidak tinggal diam. Hal ini dilakukan dengan keseriusan Pemerintah
Indonesia melalui BNPT dan Densus 88 yang telah berhasil menangkap dan melumpuhkan
kelompokkelompok teroris dan dapat membongkar berbagai aksi serangan yang dilakukan
oleh kelompok teroris tersebut di Indonesia. Keberhasilan Indonesia dalam menangkap dan
memberantas terorisme di Indonesia, tidak lepas dari kerjasama yang dilakukan Indonesia
terhadap negara-negara lain. Indonesia secara aktif berpartisipasi dalam kerjasama regional
dan internasional.
Sebagai anggota dan juga salah satu pendiri Global Counter Terrorism Forum
(GCTF), Indonesia telah melakukan berbagai lokakarya untuk membantu membangun
kapasitas negara-negara tetangga untuk memberantas terorisme. Militer Indonesia juga sering
melakukan latihan bersama militer dari negara lain untuk memberantas terorisme, hal ini
merupakan langkah yang perlu diambil masing-masing negara di dunia untuk memberantas
terorisme yang merupakan kejahatan lintas batas negara (transnational crime).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa terorisme merupakan hal yang sangat berbahaya dan sangat
sulit untuk ditangani. Apalagi aktor yang ada dalam terorisme sangat sulit di temukan karena
aktor-aktor yang ada menyebar di berbagai wilayah dengan pergerakan yang sangat cepat
yang telah mengancam keamanan di wilayah Asia Tenggara. Dalam hal ini terorisme juga
dipicu oleh sikap anti-Barat, anti-kapitalis, anti-modernitas, dan anti-globalisasi, yang ingin
mengembalikan ajaran mesianik dalam abad modern ini. Terorisme ini menggunakan agama
sebagai dasar pembenar tindakan revolusioner dan sifat kekerasannya. Sikap ini merupakan
dampak globalisasi dan interaksi dan interpendensi yang semakin luas. Terorisme merupakan
kejahatan terorganisir yang mempunyai ideologi bersifat radikalisme yang melakukan
penyerangan dengan menggunakan teror sebagai alat untuk mewujudkan tujuan
organisasinya. Jaringan kelompok ini tidak lagi berada fokus dalam suatu negara tetapi lebih
cenderung lintas negara sehingga membutuhkan kerjasama yang erat dalam rangka tukar
menukar data dan informasi antarnegara khususnya di kawasan Asia Tenggara dalam upaya
penanggulangannya.
3.2 Saran
Melakukan hubungan kerjasama dalam memberantas terorisme bersama dengan AS,
Australia, dan negara-negara yang berada di bawah ASEAN. Dengan adanya kerjasama
dalam memberantas terorisme, maka ancaman terorisme bagi kepentingan nasional masingmasing negara yang mendapat serangan teroris tersebut dapat dihindari. Upaya
penanggulangan hendaknya tidak hanya menonjolkan tindakan represif tetapi didukung oleh