Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 445 - 452, November 2020 e-ISSN 2621-2978

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2685-9394

BEBAN KELUARGA BERHUBUNGAN DENGAN KOPING SAAT MERAWAT


PASIEN HALUSINASI
Jek Amidos Pardede
Program Studi Ners, Universitas Sari Mutiara Indonesia, Jln. Kapten Muslim No.79 Medan, Sumatera Utara,
Indonesia 20123
jekpardedemi@rocketmail.com

ABSTRAK
Seseorang yang menderita skizofrenia dan mempunyai gejala halusinasi harus mendapatkan perhatian
dan perawatan dari keluarga. Keluarga merupakan orang terdekat pasien dan dianggap berpengaruh
terhadap kesembuhan pasien serta dianggap paling mengetahui keadaan pasien. Sehingga keluarga
sangat dibutuhkan pasien dalam perawatan dan pengobatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi hubungan beban keluarga dengan koping dalam merawat pasien halusinasi. Desain
penelitian ini deskriptif korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian
ini adalah keluarga pasien yang datang membawa anggota keluarganya untuk rawat jalan berjumlah 288
orang. Teknik pengambilan sampel ini adalah accidental sampling berjumlah 24 responden. Alat
pengumpulan data menggunakan kuesioner yang sudah valid dan sudah di uji validitas dan reabilitas.
Analisa data menggunakan uji statistik Che square. Hasil penelitian menunjukan bahwa beban keluarga
mayoritas beban subyektif sebanyak 62.5% dan koping keluarga mayoritas tidak adaptif sebanyak
62.5% dengan nilai p = 0,022< 0.05. Kesimpulannya ada hubungan yang signifikan antara beban
keluarga dengan koping saat merawat pasien halusinasi.

Kata kunci : beban keluarga; halusinasi; koping

FAMILY BURDEN RELATED TO COPING WHEN TREATING HALLUCINATION


PATIENTS

ABSTRACT
A person suffering from schizophrenia and having symptoms of hallucinations should get attention and
care from the family. The family is the closest person to the patient and is considered to have an effect
on the patient's recovery and is considered to be best aware of the patient's condition. So the family
desperately needs patients in the care and treatment of patients. This study aims to identify the
relationship of family burden with coping in treating hallucination patients. The design of this research
is descriptive correlation using a cross sectional approach. The population in this study was the
families of patients who came to bring their family members for outpatient 288 people. This sampling
technique is accidental sampling of 24 respondents. The data collection tool uses a valid questionnaire
that has been tested for validity and reability. Analyze the data using the Che square statistical test. The
results showed that the majority of family expenses were subjective expenses of 62.5% and the majority
of families were uns adaptive by 62.5% with a value of p = 0.022. In conclusion there is a significant
relationship between the burden of family and coping when treating hallucination patients.

Keywords: characteristics of respondents; behavior prevention pneumonia

PENDAHULUAN gangguan mental berat dan kronis yang


Skizofrenia merupakan kondisi psikotik menyerang 20 juta orang di seluruh dunia
yang berpengaruh terhadap area fungsi (WHO, 2019), Sedangkan di Indonesia,
individu, termasuk berpikir, Prevalensi Skizofrenia yaitu 1,7 per mil
berkomunikasi, menerima, menafsirkan penduduk atau sekitar 400 ribu orang
kenyatan, merasakan dan menunjukkan (Riskesdas, 2013). Sedangkan Hasil
emosi serta penyakit kronis yang ditandai Riskesdas (2018) didapatkan estimasi
dengan pikiran kacau, delusi, halusinasi, prevalensi orang yang pernah menderita
dan perilaku aneh (Rhoads, 2011 dalam skizofrenia di Indonesia sebesar 1,8 per
Pardede. 2019). Skizofrenia merupakan 1000 penduduk.

453
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 453 – 460, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

diberikan keluarga mampu secara


Faktor-faktor yang mampu mempengaruhi maksimal dan optimal. Tetapi keluarga
kekambuhan penderita skizofrenia dengan mengalami keluhan dalam merawat karena
halusinasi meliputi ekspresi emosi beban yang dirasakan mereka tidak ringan
keluarga yang tinggi, pengetahuan sebagai sistem pendukung utama untuk
keluarga yang kurang, ketersediaan membantu pasien selama dirawat di rumah
pelayanan kesehatan, penghasilan keluarga sakit maupun setelah kembali ke rumah.
dan kepatuhan minum obat pasien Beban yang dirasakan keluarga yaitu
skizofrenia (Fadli & Mitra, 2013; Pardede, beban ekonomi untuk biaya perawatan dan
2020). Menurut Riskesdas, (2013) jumlah pengobatan, beban psikis ketika
penderita gangguan jiwa mencapai 1,7 juta menghadapi perilaku pasien yang
dan gangguan jiwa di Sumatera Utara menagalami halusinasi, dan beban sosial
0,9% serta kota Medan 1,0%. Hal inilah karena adanya stigma dari masyarakat.
yang membuat perlunya bantuan keluarga
untuk merawat dan memberikan perhatian Keluarga yang terbebani dengan pasien
khusus pada pasien skizofrenia. skizofreniater yang mengalami halusinasi
terkadang mengalami depresi karena tidak
Merawat pasien skizofrenia dengan menggunakan koping dengan baik.
masalah halusinasi dibutuhkan (Pardede, Siregar & Halawa, 2020).
pengetahuan, keterampilan dan kesabaran Keluarga yang merawat pasien skizofrenia
serta dibutuhkan waktu yang lama akibat juga akan mengalami kualitas hidup yang
kronisnya penyakit ini. Anggota keluarga tidak baik karena terbebani oleh anggota
yang bersama pasien skizofrenia keluarga yang sakit (Nuttall, 2019). Akibat
menghabiskan lebih banyak waktu di dari beban yang dirasakan keluarga akan
rumah untuk merawat yang sakit daripada menurunkan semangat dan kemampuan
memperhatikan dan mengurusi dirinya. merawat pasien. Jika keluarga masih
Kemampuan dalam merawat pasien terbebani dengan koping yang tidak
skizofrenia merupakan keterampilan yang adaptif kemungkinan keluarga tidak
harus praktis sehingga membantu keluarga mampu merawat pasien dengan sabar atau
dengan kondisi tertentu dalam pencapaian baik.
kehidupan yang lebih mandiri dan
menyenangkan (Patricia et al, 2019). Beban yang dirasakan keluarga adalah
pengalaman yang tidak menyenangkan
Menurut Mirza, et al (2015) Pendamping sebagai dampak dan kondisi anggota
menghabiskan waktu untuk merawat keluarganya yang mengalami halusinasi.
pasien selama lima jam perhari. Keluarga Keadaan ini mampu memicu stres
menjadi sumber pendukung utama bagi emosional keluarga dan ekspresi emosi
perawatan pasien gangguan jiwa berat yang tinggi membuat keluarga tidak
ketika berada di tengah masyarakat. sanggup dalam merawat pasien skizofrenia
Kekambuhan pasien dapat dicegah dan dengan masalah halusinasi (Fontaine,
diatasi kalau intervensi yang diberikan 2009; Pardede, 2020). Pada analisis beban
dengan melibatkan keluarga yang tinggal keluarga didapatkan 18 responden (17,5%)
satu rumah dengan pasien dan dipusatkan memiliki beban berat (Suryaningrum &
pada fungsi keluarga (Wuryaningsih, Wardani, 2013). Tidak sejalan dengan
Hamid & Helena, 2013). Hasil penelitian Pardede, Siregar, &
Halawa (2020) bahwa beban obyektif
Keluarga harus mampu memberikan keluarga mayoritas sedang sebesar 74,7%
perawatan dengan sabar dan telaten pada dan beban subyektif keluarga saat merawat
pasien skizofrenia yang mengalami pasien perilaku kekerasan mayoritas
halusinasi sehingga perawatan yang sedang sebesar 60,8%. Sedangkan hasil

454
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 453 – 460, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

penelitian Ripangga & Damaiyanti (2018) orang. Peneliti sebelumnya belum ada
di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Atma yang meneliti tentang bebang keluarga
Husada Mahakam Samarinda, hubungan dengan koping yang merawat pasien
signifikan antara beban keluarga dengan halusinasi sehingga permasalahan ini
sikap keluarga dalam merawat pasien penting untuk diteliti. Berdasarkan
skizofrenia dengan nilai r: 0,758 dan p- fenomena ini peneliti tertarik untuk
value 0,00<0,01. meneliti tentang beban dan koping
keluarga saat merawat pasien halusinasi
Beban kasus dalam keluarga merupakan yang bertujuan untuk mengetahui
macam kasus dalam keluarga yang dirawat hubungan beban keluarga dengan koping
dan dibina oleh seorang perawat home saat merawat pasien halusinasi.
care dalam jangka waktu tertentu. Pada
umumnya keluarga yang ditangani oleh METODE
perawat yaitu keluarga yang mempunyai Desain penelitian ini adalah deskriptif
masalah gangguan jiwa dan rata-rata korelasi dengan menggunakan pendekatan
keluarga ini berpenghasilan yang rendah. cross sectional di mana data yang
Kondisi ini yang menjadi permasalahan menyangkut variabel bebas dan variabel
bagi keluarga, dimana beberapa penelitian terikat akan dikumpulkan dalam waktu
menemukan bahwa kondisi pasien yang sama. Populasi dalam penelitian ini
skizofrenia yang mengalami halusinasi adalah keluarga pasien yang berkunjung
bisa menjadi beban bagi keluarga yang membawa anggota keluarganya untuk
merawat namun penelitian sebelumnya rawat jalan di poliklinik RSJ Medan.
juga menemukan bahwa koping keluarga Pasien halusinasi sebanyak 288 orang
memiliki hubungan yang signifikan datang berobat jalan dibawa oleh
terhadap kekambuhan dan keberfungsian keluarganya dengan rata-rata per bulan
sosial pasien halusinasi. berjumlah 24 orang.

Menurut Nurdiana (2007 dalam Pardede, Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
Siregar & Halawa, 2020) bahwa keluarga populasi yang ada. Teknik pengambilan
diharapkan mampu menentukan cara-cara sampel ini secara accidental sampling,
yang diperlukan pasien di rumah sehingga dimana pengambilan sampel ini dilakukan
akan membantu dan mampu menurunkan dengan mengambil kasus atau responden
angka kekambuhan pasien skizofrenia. yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
Keluarga memiliki peran strategis dalam tempat sesuai dengan konteks penelitian,
menurunkan angka kekambuhan, sebanyak 24 orang. Alat pengumpulan data
meningkatkan kemampuan taraf hidupnya dengan menggunakan kuisioner, yaitu
serta menggunakan koping dalam merawat pengumpulan data dengan membagikan
pasien sehingga pasien dapat beradaptasi daftar pernyataan dan diajukan secara
kembali di masyarakat dan kehidupan tertulis kepada responden penelitian untuk
sosialnya. mendapatkan tanggapan, informasi serta
jawaban.
Koping keluarga merupakan upaya yang
diarahkan untuk mengatasi stres termasuk Penelitan ini menggunakan alat ukur
upaya penyelesaian masalah secara kuesioner untuk mengukur beban obyektif
langsung dan mekanisme pertahanan yang dan subyektif keluarga yang telah di uji
dugunakan untuk melindungi diri (Stuart, validitas dan reliabilitas sebanyak 12
2014). Dari data yang diperoleh di Rumah pernyataan dengan cronbach alpha sebesar
sakit jiwa Medan, klien yang di rawat jalan 0,926 dan kuesioner mengukur koping
berjumlah 4911 orang, dari data tersebut keluarga sebanyak 14 pernyataan dengan
yang menderita halusinasi sebanyak 288 cronbach alpha sebesar. Untuk

455
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 453 – 460, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

mengetahui hubungan beban keluarga subyektif sebanyak 15 responden (62.5%).


dengan koping dalam merawat pasien Tabel 3 dapat dilihat koping responden
halusinasi, dengan menggunakan chi- mayoritas adaptif sebanyak 15 responden
square dengan p< 0,05 dan CI 95%. (62.5%).

HASIL Tabel 4 diketahui hasil beban keluarga


Tabel 1 dapat dilihat berdasarkan umur berkategori obyektif sebanyak 15
responden mayoritas berada pada rentang responden(62.5%), dari 62.5% adanya
31-40 tahun sebanyak 11 responden koping keluarga sebanyak 3 responden
(45.8%), berdasarkan jenis kelamin (12.5%) dan tidak adanya koping keluarga
mayoritas perempuan sebanyak 13 sebanyak 12 responden (50.0%),beban
responden (54.2%), berdasarkan keluarga berkategori subyektif sebanyak 9
pendidikan mayoritas SLTP sebanyak 9 responden (37.5%), dari 37.5% adanya
responden (37.5%), berdasarkan pekerjaan koping keluarga sebanyak 6 responden
mayoritas bekerja sebanyak 20 responden (25.0%) dan tidak adanya koping keluarga
(83.3%), dan berdasarkan hubungan sebanyak 3 responden (12.5%), hasil uji
keluarga mayoritas ayah sebanyak 14 Che-square diperoleh nilai p = 0,022 yang
responden (58.3%). Tabel 2 dapat berarti ada hubungan beban keluarga
diketahui distribusi frekuensi responden dengan koping dalam merawat pasien
berdasarkan beban keluarga mayoritas halusinasi.

Tabel 1.
Karakteristik Responden (n=24)
Karakteristik Responden f %
Umur
21-30 9 37.5
31-40 11 45.8
41-50 3 12.5
≥ 51 1 4.2
Jenis Kelamin
Laki-Laki 11 45.8
Perempuan 13 54.2
Pendidikan
SD 6 25.0
SLTP 9 37.5
SLTA 7 29.2
Perguruan Tinggi 2 8.3
Pekerjaan
Bekerja 20 83.3
Tidak Berkerja 4 16.7
Hubungan Keluarga
Ayah 14 58.3
Ibu 10 41.7

456
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 453 – 460, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Tabel 2.
Beban Keluarga Saat Merawat Pasien Halusinasi (n= 24)
Beban Keluarga f %
Subyektif 15 62.5
Obyektif 9 37.5

Tabel 3.
Koping Saat Merawat Pasien Halusinasi (n=24)
Koping f %
Adaptif 9 37.5
Tidak Adaptif 15 62.5

Tabel 4.
Tabulasi Silang Hubungan Beban Keluarga dengan Koping dalam Merawat Pasien Halusinasi
(n= 24)
Koping Keluarga Total
Beban Keluarga Adaptif Tidak Adaptif P value
f % f % f %
Subyektif 3 12.5 12 50.0 15 62.5
0,022
Obyektif 6 25.0 3 12.5 9 37.5

PEMBAHASAN tingkat pengalaman yang tidak


Beban Keluarga Pasien Halusinasi menyenangkan dalam keluarga sebagai
Hasil penelitian ini bahwa beban keluarga efek dari kondisi anggota keluarganya
dalam merawat pasien halusinasi (Fontaine, 2009).
mayoritas subyektif sebanyak 15
responden (62.5%) hal ini dikarenakan Penderita skizofrenia khususnya yang
masih banyak keluarga yang mamandang mengalami gejala halusinasi merupakan
pasien prilaku kekerassan sebagai bagian beban bagi keluarga Pada kehidupan
dari beban keluarga secara subyektif. masyarakat, skizofrenia masih di anggap
Sejalan dengan hasil penelitian Amin, et al sebagai penyakit yang memalukan dan
(2017) pengalaman keluarga selama merupakan aib bagi keluarga, dan sering
merawat anggota keluarga yang dianggap mempermalukan keluarga karena
mengalami halusinasi merupakan beban pasien halusinasi berbicara sendiri, ketawa
bagi keluarga yang mana merupakan beban sendiri dan terkadang bicara tidak sesuai
psikologi dengan kategori merasa kecewa dengan kenyataan dan menganggu
karena klien tidak mau minum obat, putus keamanan sekitarnya. Keadaan ini
asadengan kondisi yang dialami klien, rasa menyebabkan keluarga dikucilkan dan
marah dan takut terhadap perilaku klien, mengalami isolasi sosial dari masyarakat.
dan merasa malu terhadap tetangga sekitar. Hal ini menjadi beban bagi keluarga baik
beban subyektif maupun beban obyektif.
Beban keluarga adalah tingkat pengalaman Keluarga adalah orang yang sangat dekat
distress keluarga sebagai efek dari kondisi dengan pasien dan dianggap paling banyak
anggota keluarganya. Kondisi ini dapat tahu kondisi pasien serta dianggap paling
menyebabkan meningkatnya stress banyak memberi pengaruh pada
emosional dan ekonomi keluarga adalah pasien.Sehingga keluarga sangat penting
tingkat pengalaman distress keluarga artinya dalam perawatan dan
sebagai efek dari kondisi anggota penyembuhan pasien.
keluarganya. Beban keluarga merupakan

457
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 453 – 460, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Koping Keluarga Pasien Halusinasi mengandalkan kelompok keluarga,


Hasil penelitian ini bahwa koping dalam penggunaan humor, pengungkapan
merawat pasien halusinasi mayoritas bersama yang semakin meningkat,
koping keluarga tidak adaptif sebanyak 15 mengontrol arti/makna masalah dan
responden (62.5%). hal ini dikarenakan pemecahan masalah bersama.
keluarga masih tidak mau dalam
memberikan koping baik itu internal Beban Keluarga dengan Koping dalam
ataupun eksternal karena terkadang Merawat Pasien Perilaku Kekerasan.
keluarga menunjukkan ekspresi marah Hasil penelitian uji statistik dengan
pada pasien sehingga pasien bisa kambuh menggunakan Che-square, diperoleh nilai
(Pardede et al, 2016). Koping keluarga (P= 0,022≤ 0.05) artinya ada hubungan
menunjuk pada analisa kelompok keluarga beban keluarga dengan koping dalam
(analisa interaksi). Koping keluarga merawat pasien halusinasi. Hal ini
didefinisikan sebagai respon positif yang memberikan arti bahwa beban keluarga
digunakan keluarga untuk memecahkan berhubungan dengan koping dalam
masalah (mengendali stres). Berkembang merawat pasien halusinasi, hal ini dapat
dan berubah sesuai tuntutan/stresor yang disimpulkan bahwa pasien yang menderita
dialami. penyakit sebagai beban keluarga dan
keluarga masih enggan dalam melakukan
Peran keluarga dalam merawat klien koping yang adaptif dalam merawat pasien
dengan halusinasi terbagi dalam tiga tersebut. Penderita skizofrenia sering
tingkatan. Pertama, keluarga harus mampu mengalami ketidakmampuan seperti
melihat kebutuhan kebutuhan klien dan merawat diri, berinteraksi sosial, sehingga
mempertahankan kedekatan dalam sangat bergantung kepada keluarga yang
keluarga dengan cara belajar ketrampilan akan menjadi beban baik subyektif
merawat klien, memenuhi kebutuhan maupun obyektif. Koschorke et al. (2014)
istirahat dan kebutuhan emergensi di saat menyatakan bahwa keluarga sebagai
krisis, serta member dukungan emosional. caregiver memiliki stigma yang tinggi
Kedua, keluarga harus mampu selama merawat klien skizofrenia.
memberikan dukungan financial untuk Akibatnya keluarga sering mendapatkan
perawatan klien dan terlibat reaksi yang negatif dari orang lain karena
dalamkelompok yang dapat memberikan gejala yang dimunculkan olek klien
bantuan seperti terapi suportif. Ketiga, skizofrenia seperti kritikan dan
keluarga harus mampu mengembangkan diskriminasi. Sehingga, kadang keluarga
hubungan secara benar untuk membantu merasa adanya perasaan malu dan rasa
klien halusinasi merubah sikap dan rendah diri karena memiliki anggota
perilakunya (Harkomah, 2019). Keadaan keluarga dengan skizofrenia. Inilah yang
inilah menjadikan keluuarga kopingnya beban berat bagi keluarga karena tida ada
terkadang tidak adaptif karena harus dukungan dari masyarakat.
memenuhi semua yang dibutuhkan pasien
halusinasi. Pelayanan kesehatan khususnya kesehatan
mental merupakan sarana yang penting
Koping keluarga dapat berupa koping dalam melakukan perawatan, kemudahan
internal berupa kemampuan keluarga yang keluarga untuk membawa klien ke
kohesif dan terintegrasi yang dicirikan pelayanan kesehatan akan mengurangi
dimana anggota keluarga memiliki beban keluarga dalam merawat, begitu
tanggung jawab kuat terhadap keluarga, juga sebaliknya, jika pelayanan kesehatan
mampu memodifikasi peran keluarga bila khususnya mental tidak tersedia atau sulit
dibutuhkan (fleksibel) dan pola dijangkau akan menyebabkan keadaan
komunikasi dalam keluarga yang baik klien lebih buruk yang akan menjadi beban

458
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 453 – 460, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

bagi keluarga yang merawat. Pengetahuan Social Science & Medicine, 123,
keluarga tentang skizofrenia dan cara 149-159. doi:
perawatannya sangat mempengaruhi 10.1016/j.socscimed.2014.10.035
proses fikir keluarga, keluarga yang
memiliki pengetahuan yang baik akan Mirza, M., Raihan, R., & Kurniawan, H.
meringankan beban keluarga dalam (2015). Hubungan Lamanya
merawat perilaku kekerasan. Perawatan Pasien Skizofrenia
Dengan Stres Keluarga. Jurnal
SIMPULAN Kedokteran Syiah Kuala, 15(3), 179-
Beban keluarga Dalam Merawat Pasien 189.
adalah subyektif, Koping Dalam Merawat http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/
Pasien adalah tidak adaptif dan ada article/view/3669
hubungan beban keluarga dengan koping
dalam merawat pasien halusinasi Nuttall, A. K., Thakkar, K. N., Luo, X.,
(p=0.022). Mueser, K. T., Glynn, S. M.,
Achtyes, E. D., & Kane, J. M.
DAFTAR PUSTAKA (2019). Longitudinal associations of
Amin, M. K., Pinilih, S. S., & Yulaikah, A. family burden and patient quality of
(2017). Pengalaman Keluarga Dalam life in the context of first-episode
Merawat Anggota Keluarga Yang schizophrenia in the RAISE-ETP
Mengalami Halusinasi di Kabupaten study. Psychiatry research, 276, 60-
Magelang. Journal of Holistic 68.
Nursing Science, 4(2), 45-49. https://doi.org/10.1016/j.psychres.20
19.04.016
Fadli, S. M., & Mitra, M. (2013).
Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Pardede, J. A. (2019). The Effects
Keluarga serta Frekuensi Acceptance and Aommitment
Kekambuhan Penderita Skizofrenia. Therapy and Health Education
Kesmas: National Public Health Adherence to Symptoms, Ability to
Journal, 7(10), 466-470. doi: Accept and Commit to Treatment
http://dx.doi.org/10.21109/kesmas.v and Compliance in Hallucinations
7i10.6 Clients Mental Hospital of Medan,
North Sumatra. J Psychol Psychiatry
Fontaine, K. L. (2009). Mental health Stud, 1, 30-35.
nursing. New Jersey: Pearson
Education Inc. Pardede, J. A. (2020). Ekspresi Emosi
Keluarga Yang Merawat Pasien
Harkomah, I. (2019). Analisis Pengalaman Skizofrenia. Jurnal Ilmiah
Keluarga Merawat Pasien Keperawatan Imelda, 6(2), 117-
Skizofrenia dengan Masalah 122.https://doi.org/10.2411/jikepera
Halusinasi Pendengaran Pasca watan.v6i2.403
Hospitalisasi. Jurnal Endurance,
4(2), 282-292. Pardede, J. A., Sirait, D., Riandi, R.,
http://doi.org/10.22216/jen.v4i2.384 Emanuel, P., & Laia, R. (2016).
4 Ekspresi Emosi Keluarga Dengan
Frekuensi Kekambuhan Pasien
Koschorke, M., Padmavati, R., Kumar, S., Skizofrenia. Idea Nursing Journal,
Cohen, A., Weiss, H. A., Chatterjee, 7(3), 53-61.
S., & Balaji, M. (2014). Experiences
of stigma and discrimination of Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Halawa,
people with schizophrenia in India. M. (2020). Beban dengan Koping

459
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 453 – 460, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Keluarga Saat Merawat Pasien Suryaningrum, S., & Wardani, I. Y.


Skizofrenia yang Mengalami (2013). Hubungan Antara Beban
Perilaku Kekerasan. Jurnal Keluarga Dengan Kemampuan
Kesehatan, 11(2), 189-196. doi: Keluarga Merawat Pasien Perilaku
http://dx.doi.org/10.26630/jk.v11i2.1 Kekerasan Di Poliklinik Rumah
980 Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 1(2). doi:
Patricia, H., Rahayuningrum, D. C., & https://doi.org/10.26714/jkj.1.2.2013
Nofia, V. R. (2019). Hubungan .%25p
Beban Keluarga Dengan
Kemampuan Caregiver Dalam WHO (2019). Schizophrenia. Diakses 22
Merawat Klien Skizofrenia. Jurnal Juli 2020.https://www.who.int/news-
Kesehatan Medika Saintika, 10(2), room/fact-
45-52. doi: sheets/detail/schizophrenia
http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v10i Wuryaningsih, E. W., Hamid, A. Y. S., &
2.449 CD, N. H. (2013). Studi
Fenomenologi: Pengalaman
Ripangga, F., & Damaiyanti, M. (2018). Keluarga Mencegah Kekambuhan
Hubungan Beban Keluarga Dengan Perilaku Kekerasan Pasien Pasca
Sikap Keluarga Dalam Merawat Hospitalisasi RSJ. Jurnal
Pasien Skizofrenia Di Poliklinik Keperawatan Jiwa, 1(2). doi:
Rumah Sakit Jiwa Atma Husada https://doi.org/10.26714/jkj.1.2.2013
Mahakam Samarinda. Skripsi. .%25p
Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur.
https://dspace.umkt.ac.id/handle/463.
2017/932

Riskesdas (2018) Hasil Utama Riskesdas


2018 Kementerian Kesehatan Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
https://www.kemkes.go.id/resources/
download/infoterkini/hasil-riskesdas-
2018.pdf

Stuart, G. W. (2014). Principles and


practice of psychiatric nursing-e-
book. Elsevier Health Sciences.

460

Anda mungkin juga menyukai