Anda di halaman 1dari 5

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Enferme

Intervensi Keperawatan, Peran Keluarga, Peran Kader dan


Pelayanan Medis: Case Series Pada Klien Dengan Halusinasi
dan Defisit Perawatan Diri-

Elisabet Agnes Jaftoran, Budi Anna Keliat∗, Es Yulia Wardani

Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia

Diterima 15 September 2020; diterima 21 September 2020

KATA KUNCI AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan tanda dan gejala halusinasi dan
defisit perawatan diri pada klien skizofrenia setelah diberikan terapi seperti biasa (TAU), terapi
Halusinasi;
perilaku, psikoedukasi keluarga, pendampingan kader, dan pelayanan medis. Desain penelitian
Perawatan diri;
ini adalah case series dengan 6 klien. Kegiatan terdiri dari 16 kali pertemuan; 7 dengan
Keluarga
perawat, 4 dengan kader, dan 5 dengan layanan medis. Penelitian ini menggunakan instrumen
Psikoedukasi tanda dan gejala serta halusinasi dan defisit perawatan diri. Studi menunjukkan bahwa klien
; Terapi
yang mendapatkan terapi seperti biasa, psikoedukasi keluarga, terapi perilaku, pendampingan
Perilaku;
kader, dan pelayanan medis mengalami penurunan tanda dan gejala serta peningkatan
Kader;
kemampuan dibandingkan dengan klien yang hanya mendapatkan beberapa intervensi. Studi
Pelayanan
ini menunjukkan pentingnya intervensi keperawatan, psikoedukasi keluarga, terapi perilaku,
medis

© 2020 Diterbitkan oleh Elsevier España, SLU

pengantar dan diperkirakan terdapat 0,35 kasus baru per 1000


penduduk per tahun.2Di Indonesia, prevalensi skizofrenia
Skizofrenia merupakan masalah gangguan jiwa.1Sekitar 1% adalah 1,8% dari populasi.3Berdasarkan data tersebut dapat
dari seluruh populasi di dunia menderita skizofrenia, disimpulkan bahwa prevalensi skizofrenia yang tinggi tidak
hanya di dunia tetapi juga di Indonesia.
Gejala skizofrenia terdiri dari gejala positif dan negatif.4
- Survei psikosis nasional menunjukkan bahwa 78,9% klien
Tinjauan sejawat di bawah tanggung jawab komite ilmiah Konferensi
Internasional untuk Kesehatan Global ke-4 (ICGH) sehubungan dengan skizofrenia mengalami halusinasi,5terutama pada
Konferensi Internasional Asia ke-7 dalam Perawatan Kesehatan yang masyarakat yang menunjukkan gejala positif seperti
Dimanusiakan (AIC-HHC). Teks lengkap dan isinya berada di bawah halusinasi dan peningkatan gejala negatif seperti defisit
tanggung jawab penulis artikel. perawatan diri sekitar 28--36%.6,7Data ini menunjukkan
∗Penulis yang sesuai. bahwa halusinasi dan defisit perawatan diri banyak
Alamat email:ba keliat@ui.ac.id (BA Keliat). ditemukan pada klien skizofrenia di masyarakat.

https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2020.12.018 1130-8621 /
© 2020 Diterbitkan oleh Elsevier España, SLU
Enfermería Clinica 31 (2021) S180--S184

Klien skizofrenia memerlukan penanganan tenaga kesehatan. Hasil


Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan di negara berpenghasilan
rendah dan menengah termasuk Indonesia, ada sekitar 76--85% Karakteristik klien
orang dengan gangguan jiwa berat tidak mendapatkan
pengobatan.8Namun di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri
Tabel 1menunjukkan bahwa halusinasi dan defisit perawatan
Kesehatan nomor 39 tahun 2016 yang menegaskan bahwa
diri yang dikelola penulis berada pada rentang usia 22--52
penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
tahun dengan gejala mental jangka panjang klien B. Semua
terlantar.9Hal ini mendukung Community Mental Health Care klien tidak bekerja dan hanya dua klien yang mendapatkan
(CMHN) untuk memberikan intervensi Keperawatan berupa terapi pelayanan medis berupa pengobatan antipsikotik.
seperti biasa, psikoedukasi keluarga, terapi perilaku, dengan
mengikutsertakan kader dan pelayanan medis atau perawatan
antipsikotik.
Terapi seperti biasa, psikoedukasi keluarga, terapi
Intervensi keperawatan pada klien halusinasi dapat diberikan
perilaku, pendampingan kader, dan pelayanan medis
psikoedukasi keluarga. Psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan
kemampuan keluarga dalam mengelola halusinasi pada skizofrenia.
10Selanjutnya ditemukan bahwa terapi perilaku dapat meningkatkan

kemampuan perawatan diri pada pasien.11 Meja 2menunjukkan klien yang mendapatkan terapi seperti
biasa, psikoedukasi keluarga, terapi perilaku, pendampingan
Namun belum ada penelitian yang dilakukan dengan
kombinasi terapi perilaku dan psikoedukasi keluarga dalam kader, dan pelayanan medis, mengalami penurunan tanda dan
mengatasi diagnosis halusinasi dan defisit perawatan diri gejala halusinasi dan defisit perawatan diri sebesar 60--81,25%
klien. dan peningkatan kemampuan mengatasi halusinasi dan defisit
perawatan diri sebesar 78,57--100%.
Pelaksanaan keperawatan jiwa di masyarakat dapat dilakukan
dengan pendekatan keluarga.9Kunjungan rumah dapat dilakukan Klien A dan F yang mendapatkan terapi seperti biasa,
psikoedukasi keluarga, terapi perilaku, dan pendampingan
dengan memberdayakan masyarakat seperti kader. Kader
kader, mengalami penurunan tanda dan gejala halusinasi dan
kesehatan jiwa berperan dalam melakukan kunjungan rumah,
defisit perawatan diri sebesar 26,66--70,58% dan peningkatan
melakukan pendokumentasian, dan memindahkan klien dan
kemampuan mengatasi halusinasi dan defisit perawatan diri
keluarga ke pelayanan kesehatan.12,13Selain itu, klien skizofrenia
50--80%. Sedangkan klien B dan E yang mendapatkan terapi
juga ditangani oleh pelayanan medis melalui pemberian
seperti biasa, psikoedukasi keluarga, dan terapi perilaku,
antipsikotik. Studi menemukan bahwa klien yang menerima
antipsikotik selama satu tahun pengobatan memenuhi 67% kriteria
mengalami penurunan tanda dan gejala halusinasi dan self care
deficit sebesar 18,92--50% dan peningkatan kemampuan
peringanan gejala.14
mengatasi halusinasi dan kemampuan diri. -defisit perawatan
Berdasarkan penjelasan tersebut maka tujuan dari
sebesar 20--42,86%.
penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan tanda dan
gejala pada klien skizofrenia yang mengalami halusinasi dan Setelah psikoedukasi keluarga terjadi peningkatan
kemampuan keluarga khususnya keluarga klien A, C, D, dan F.
defisit perawatan diri setelah diberikan terapi seperti biasa
sedangkan kemampuan kader juga meningkat dalam hal home
(TAU), terapi perilaku (BT), psikoedukasi keluarga ( FPE),
visit, dokumentasi, dan pemindahan klien dan keluarga ke
pendampingan kader, dan pelayanan medis.
kesehatan jasa.

metode Diskusi

Penelitian ini menggunakan pendekatan case series dan teknik pre


post test. Subyek penelitian ini adalah 6 klien dengan halusinasi dan Klien skizofrenia dengan halusinasi dan defisit perawatan diri
yang tidak ditangani akan berdampak pada berbagai gangguan
defisit perawatan diri yang berada di RW 04 Kecamatan Pamoyanan
fungsi fisik, kognitif dan sosial.15Bahkan jika klien mematuhi
Indonesia.
pengobatan secara optimal, masih ada risiko 25--50% kesulitan
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan adalah terapi
melakukan fungsi sehari-hari. Oleh karena itu, klien dengan
seperti biasa (TAU), psikoedukasi keluarga (FPE), terapi
halusinasi dan defisit perawatan diri perlu mendapatkan
perilaku (BT), dengan partisipasi kader dan pelayanan medis
intervensi keperawatan.
berupa antipsikotik.
Terapi seperti biasa dapat meningkatkan kemandirian defisit
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perawatan diri.11Penelitian ini menemukan bahwa setelah
instrumen tanda dan gejala serta kemampuan halusinasi
intervensi keperawatan terjadi penurunan tanda dan gejala
dan defisit perawatan diri yang dikeluarkan oleh Fakultas
halusinasi dan defisit perawatan diri meskipun belum optimal.
Keperawatan Universitas Indonesia melalui Jurusan
Untuk membantu klien meningkatkan kemampuannya,
Keperawatan Kesehatan Jiwa yang telah diuji validitas dan
diberikan terapi perilaku dan psikoedukasi keluarga.
reliabilitasnya. Untuk instrumen halusinasi,rnilai
Terapi perilaku ''token ekonomi'' dan psikoedukasi keluarga efektif
0,376--0,733 dan Cornbach's ˛ = 0,878. Sedangkan untuk
instrumen defisit perawatan diri, yaiturnilai adalah untuk meningkatkan kemampuan perawatan diri pada pasien dengan
defisit perawatan diri.11Penelitian ini menemukan adanya penurunan
0,365--0,722 dan Cornbach ˛ =0,89.
tanda dan gejala defisit perawatan diri pada klien setelah diberikan
Persetujuan etik penelitian ini dari komite etik penelitian
Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia dengan nomor terapi perilaku. Sedangkan psikoedukasi keluarga ditemukan dapat

SK-204/UN2.F12.2.1/ETIK.FIK.2019. mengurangi stres dan beban yang dirasakan oleh keluarga. Studi lain
telah menunjukkan bahwa psychoe-

S181
Tabel 1 Karakteristik klien halusinasi dan defisit perawatan diri.

Tidak Klien Umur (tahun) Karakteristik


1 C 44 Klien mulai mendengar suara halusinasi sejak 4 tahun yang lalu. Klien pernah mengalami kusta 5 tahun yang lalu dan saat ini
(Pria) sedang menjalani pengobatan kusta dan tidak mendapatkan antipsikotik. Klien menikah dan memiliki 2 anak tetapi telah
bercerai sejak 2 tahun yang lalu. Dia tinggal bersama putra sulungnya, tetapi anak itu bekerja dan pulang seminggu sekali.

EA Jaftoran, BA Keliat dan IY


2 D 23 Klien mengalami gangguan jiwa sejak 6 tahun yang lalu dan baru dibawa ke dukun. Klien sudah berobat jalan
(Wanita) ke Rumah Sakit Jiwa, namun tidak melanjutkan pengobatan. Keluarga mengatakan klien sering menarik diri
dan berbicara sendiri, semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga termasuk mandi.

3 SEBUAH 42 Klien telah menderita gangguan jiwa 15 tahun yang lalu dan tidak menerima pengobatan. Klien hanya dibawa ke
(Pria) dukun. Klien sering mendengar suara-suara menjengkelkan yang merupakan suara wanita yang memintanya
bercerita. Klien jarang mandi, baju kotor dan bau, suka pakai baju berlapis, rambut kotor, kuku panjang dan
S1

kotor.
4 F 24 Mengalami gangguan jiwa 3 tahun yang lalu. Klien pernah dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa namun tidak
(Pria) melanjutkan pengobatan. Saat ini klien sering keluyuran, bicara dan ketawa sendiri, badan bau dan kotor,
baju bau dan kotor, sering merusak taman, teriak-teriak dan melempar.
5 B 52 Klien mengalami gangguan jiwa sejak 17 tahun yang lalu, sejak dibebaskan dari penjara. Klien tidak pernah berobat ke
(Pria) pelayanan kesehatan karena klien tidak merasa dirinya sakit. Klien telah menikah 3 kali dan memiliki 4 orang anak,
namun saat ini klien hanya tinggal sendiri. Klien menyangkal mendengar suara-suara tetapi bibirnya selalu
menggumam sendiri.
6 e 22 Pernah mengalami gangguan jiwa sejak 5 tahun yang lalu dan tidak pernah dibawa ke pelayanan kesehatan. Klien
(Pria) sering berbicara sendiri, badan kotor dan bau, baju kotor dan bau, tidur di tempat kotor, sering mengambil puntung
rokok yang sudah dibuang. Klien tidak memiliki tempat tinggal tetapi sering disuruh mandi dan makan di tempat
tantenya.
Enfermería Clinica 31 (2021) S180--S184

Meja 2 Perubahan tanda, gejala dan kemampuan pada klien C dan D.

Variabel Pertemuan Perbedaan Persentase

1 2 3 4 5 6 7 dalam perubahan Mengubah

Tanda dan gejala klien C


sebuah. Halusinasi 32 30 27 23 18 15 12 20 62,5%
b. Defisit perawatan diri 16 15 13 12 10 8 3 13 81,25%

Kemampuan klien C
sebuah. Halusinasi 0 2 4 5 7 9 10 10 100%
b. Defisit perawatan diri 4 4 4 5 7 7 11 7 78,57%

Tanda dan gejala klien D


sebuah. Halusinasi 25 24 23 20 15 12 10 15 60%
b. Defisit perawatan diri 28 26 23 20 16 13 12 16 57,14%

Kemampuan klien D
sebuah. Halusinasi 2 2 2 3 3 5 8 6 80%
b. Defisit perawatan diri 3 3 4 5 6 8 12 9 85,71%

edukasi yang diberikan kepada keluarga dapat mengurangi beban


seperti interaksi sosial, pernikahan, keluarga dan kehidupan profesional,
keluarga dan mengurangi gejala positif pada klien skizofrenia.15
sehingga menimbulkan diskriminasi dan penelantaran.19
Pemberian intervensi keperawatan harus disertai dengan
pendampingan kader dan pelayanan medis agar penurunan
tanda dan gejala serta peningkatan kemampuan klien semakin Kesimpulan
terlihat. Penelitian menunjukkan bahwa masyarakat seperti
kader dapat berkontribusi dalam pengendalian kesehatan jiwa Klien yang mendapat terapi lengkap seperti terapi biasa,
di masyarakat.16Selain kader, layanan medis seperti psikoedukasi keluarga, terapi perilaku, pendampingan kader, dan
pengobatan antipsikotik juga dibutuhkan. Penelitian pelayanan medik, mengalami penurunan tanda dan gejala serta
menunjukkan bahwa setelah mendapatkan antipsikotik, 50% peningkatan kemampuan halusinasi dan defisit perawatan diri lebih
klien mengalami pemulihan dan sebagian besar perbaikan banyak dibandingkan klien lainnya. Kemampuan keluarga dan
terjadi selama enam bulan pertama pengobatan.13Hal ini kader juga meningkat setelah dilakukan psikoedukasi keluarga dan
menunjukkan bahwa klien A, C, D, dan F yang telah pendampingan kader. Keterbatasan penelitian ini adalah ukuran
mendapatkan pengobatan antipsikotik harus terus dipantau sampel terlalu kecil sehingga tidak dapat mewakili populasi.
agar klien tidak kambuh akibat putus obat.
Keluarga yang mendapat terapi psikoedukasi keluarga
mengalami peningkatan kemampuan terutama empat Konflik kepentingan
keluarga. Penulis berasumsi bahwa kegagalan kedua keluarga
dalam meningkatkan kemampuan klien terkait dengan
Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.
ketidaktahuan keluarga terhadap kondisi klien. Keluarga
merasa klien hanya menjadi beban yang membuat malu dan
mengatakan bahwa masih ada keluarga lain yang lebih Pengakuan
bertanggung jawab terhadap klien.
Psikoedukasi keluarga dapat dilakukan dengan menjelaskan Penelitian ini didukung oleh Hibah PITTA B 2019 yang
topik terkait penyakit dan mendorong keluarga untuk mengikuti didanai DRPM Universitas Indonesia No. NKB-0487/
berbagai terapi agar keluarga dapat berpikir positif tentang masa UN2.R3.1/HKP.05.00/2019.
depannya bersama klien.17Keluarga sudah dijelaskan tentang
penanganan klien dan penanganan masalah keluarga serta Referensi
memotivasi keluarga untuk membawa klien secara teratur ke
pelayanan kesehatan. Ditemukan bahwa ada keluarga yang 1. Stuart GW. Prinsip & praktek keperawatan jiwa. edisi ke-10
mengerti tentang kondisi klien dan membantu klien berobat secara Philadelphia: Elsevier Mosby; 2012.
teratur. 2. Benson KL, Feinberg I. Skizofrenia. Di dalam: Kryger MH, Roth T,
Keluarga yang terpapar pengetahuan tentang skizofrenia Dement WC, editor. Prinsip dan praktik pengobatan tidur. edisi
menunjukkan pemahaman dan dukungan yang lebih besar, mereka ke-5 Louis: Elsevier Saunders; 2010.
dapat memahami bahwa perubahan perilaku klien tidak disengaja 3. Hasil penelitian kesehatan dasar 2018 [Internet]. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2018. Tersedia
tetapi merupakan manifestasi dari gejala penyakit.17,18Hasil
dari: http://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir
penelitian menunjukkan bahwa setelah keluarga B dan E
519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018 1274.pdf [dikutip
mendapatkan pengetahuan tentang kondisi klien, dukungan yang 17.05.19].
diberikan kepada klien tidak begitu besar, bahkan sering diabaikan 4. Menggigil LR. Konsep dasar keperawatan kesehatan mental psikiatri.
klien. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keluarga seringkali edisi ke-8 Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2012.
menjauhi klien karena dapat merusak kehidupan mereka tersebut 5. Morgan VA, Waterreus A, Jablensky A, Mackinnon A, Mac-Grath
JJ, Carr V, dkk. Orang yang hidup dengan psikotik

S183
EA Jaftoran, BA Keliat dan IY Wardani

penyakit pada tahun 2010: survei psikosis nasional Australia


kedua. Psikiatri Aust NZJ. 2012;46:735--52, http://dx.doi.org/ 13. Whitehorn D, Brown J, Richard J, Rui Q, Kopala
10.1177/0004867412449877. L. Berbagai dimensi pemulihan pada psikosis dini. Int Rev
Psikiatri. 2002;14:273--83, http://dx.doi.org/
6. Larøi F, Bless JJ, Laloyaux J, Kråkvik B, Vedul-Kjelsås E,
10.1080/0954026021000016914.
Kalhovde AM, dkk. Sebuah studi epidemiologi tentang
prevalensi halusinasi dalam sampel populasi umum: efek usia 14. Witte TK, Gordon KH, Joiner TE. Tombol perawatan enam poin:
kerangka kerja yang berguna untuk terapis pemula. Stud Kasus
dan modalitas sensorik. Psikiatri Res. 2019;272:707--14, http://
dx.doi.org/10.1016/j.psychres.2019.01.003. Klinik. 2009;8:226--40, http://dx.doi.org/
10.1177/1534650109334820.
7. Rocca P, Montemagni C, Zappia S, Piterà R, Sigaudo
15. Koolaee AK, Etemadi A. Hasil intervensi keluarga untuk ibu
M, Bogetto F. Gejala negatif dan fungsi sehari-hari pada
pasien skizofrenia di Iran. Int J Soc Psikiatri. 2010;56:634--46,
skizofrenia: studi cross-sectional dalam pengaturan dunia
http://dx.doi.org/10.1177/0020764009344144.
nyata. Psikiatri Res. 2014;218:284--9, http://dx.doi.org/10.1016/
j.psychres.2014.04.018.
16. Petersen I, Baillie K, Bhana A, Konsorsium Program Penelitian
8. Rencana aksi kesehatan jiwa 2013--2020 [Internet]. Jenewa:
Kesehatan Mental dan Kemiskinan. Memahami manfaat dan
Organisasi Kesehatan Dunia; 2013. Tersedia dari:https://www.
tantangan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan
who.int/mental health/publications/action plan/en/ [diperbarui
layanan kesehatan jiwa masyarakat untuk gangguan jiwa
2012; dikutip 17.05.19].
umum: pelajaran dari studi kasus di lokasi subdistrik pedesaan
9. Pedoman Program Indonesia Sehat Melalui Pendekatan
Afrika Selatan. Transkul Psikiatri. 2012;49:418--37, http://
Keluarga Tahun 2016 Kementerian Kesehatan Republik
dx.doi.org/10.1177/1363461512448375.
Indonesia, Pub. L tidak. 39 Tahun 2016 (19.08.16).
17. Bäuml J, Froböse T, Kraemer S, Rentrop M, Pitschel-Walz G.
10. Ellenberg S, Lynn SJ, Strauss GP. Psikoterapi untuk gangguan
spektrum skizofrenia. Di dalam: David D, Lynn SJ, Montgomery Psikoedukasi: intervensi psikoterapi dasar untuk pasien
skizofrenia dan keluarga mereka. Banteng Skizofrenia. 2006;32
GH, editor. Psikoterapi berbasis bukti: keadaan sains dan
praktik. Hoboken: Wiley-Blackwell; 2018. hal. 363--405. Supl. 1:S1--9, http://dx.doi.org/10.1093/schbul/sbl017.

11. Masithoh AR, Keliat BA, Mustikasari. Efektifitas terapi perilaku


18. Ngoc TN, Weiss B, Trung LT. Efek dari program psikoedukasi
''token ekonomi'' dan psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia keluarga untuk individu dengan skizofrenia onset
dengan defisit perawatan diri di RW 08 dan RW 13 baru di Vietnam. Psikiatri Asia J. 2016;22:162--6, http://
Baranangsiang Bogor Timur. Jurnal Ilmu Keperawatan dan dx.doi.org/10.1016/j.ajp.2016.06.001.
Kebidanan. 2012;3. Bahasa Indonesia. 19. Paul S, Nadkarni VV. Sebuah studi kualitatif tentang penerimaan
keluarga, stigma dan diskriminasi orang dengan skizofrenia di
12. Iswanti DI, Lestari SP, Hapsari RD. Peran kader kesehatan jiwa
dalam melakukan penanganan gangguan jiwa. Jurnal Ilmu kota metropolitan India. Int Soc Work. 2017;60:84--99, http://
dx.doi.org/10.1177/0020872814547436.
Keperawatan Jiwa. 2018;1:33--7, http://dx.doi.org/10.32584/
jikj.v1i1.19. Bahasa Indonesia.

S184

Anda mungkin juga menyukai