Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN DISCHARGE PLANNING PADA KELUARGA DENGAN

PASIEN GANGGUAN JIWA DI KOTA BANDA ACEH


Hasmila Sari1, Martina2, Farah Mutia3
1Ns. Hasmila Sari, M.Kep.,Sp.Kep.J/ Fakultas Keperawatan Unsyiah, hasmilasari@unsyiah.ac.id
2 Ns. Martina, M.Kep.,Sp.Kep.J/ Fakultas Keperawatan Unsyiah,
martina@unsyiah.ac.id
3
Farah Mutia, S.Kep/ Fakultas Keperawatan Unsyiah,Farah@mhs.unsyiah.ac.id

ABSTRAK

Gangguan jiwa membutuhkan waktu yang lama dalam proses penyembuhannya sehingga dibutuhkan
dukungan dari keluarga. Keluarga merupakan pendukung utama selama dirumah sakit maupun
dirumah.Perawatan pasien dirumah sangat terbantu dengan tersedianya informasi dan dukungan yang
cukup kepada keluarga terkait pasien yang diberikan melalui discharge planning. Discharge planning
harus dilakukan dengan komunikasi yang baik dan terarah sehingga pasien dan keluarga mendapatkan
pemahaman yang baik ketika telah pulang kerumah. Kekambuhan meningkat disebabkan karena
kurangnya dukungan dan perawatan dari keluarga terhadap pasien gangguan jiwa. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui evaluasi penerapan discharge planning pada keluarga dengan pasien gangguan jiwa di
kota Banda Aceh. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif dan pendekatan cross sectional.
Teknik pengumpulan data menggunakan random sampling dengan metode cluster random
samplingdengan jumlah sampel sebanyak 42 responden. Pengumpulan data dilakukan di Kecamatan
Baiturrahman, Syiah Kuala, dan Kuta Alam. Alat ukur menggunakan kuesioner evaluasi penerapan
discharge planning pada keluarga pasien gangguan jiwa yang terdiri dari 16 pertanyaan dengan nilai nilai
Cronbach Alpha 0,92. Analisa data menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
evaluasi penerapan dischargeplanning pada keluarga pasien gangguan jiwa berada pada kategori
dilakukan sebanyak 28 (66,7%) dan tidak dilakukan sebanyak 14 (33,3%). Dapat disimpulkan bahwa
evaluasi penerapan discharge planning pada keluarga dengan pasien gangguan jiwa berada pada kategori
baik. Direkomendasikan bagi perawat Rumah Sakit Jiwa Aceh agar dapat dijadikan sebagai acuan dan
informasi tentang evaluasi penerapan dischargeplanning pada keluarga pasien gangguan jiwa sehingga
perawat dapat meningkatkan peran dalam memberikan informasi pada saat pasien akan dipulangkan
kerumah terutama kepada keluarga.

Kata kunci: discharge planning, keluarga, pasien gangguan jiwa

ABSTRACT

Mental disorders require a long time in the process of healing needed support from the family. The family is
the main support during the hospital as well as at home. Patient care at home is greatly helped by the
availability of adequate information and support to families related to patients provided through discharge
planning. Discharge planning must be done with good and directed communication so that patients and
families get a good understanding of the compilation must go home. Recurrence increases due to lack of
support and care from the family of mental disorder patients.The purpose of this reseach was to determine the
evaluation of the application of discharge planning in families with mental disorder patients in the city of
Banda Aceh. This type of research is quantitative with a descriptive design and cross sectional approach. Data
collection techniques using random sampling with cluster random sampling sampling method with a sample
size of 42 respondents. Data collection was carried out in the districts of Baiturrahman, Syiah Kuala and Kuta
Alam. Measuring instruments using questionnaires evaluating the application of discharge planning in families
withmental disorder patients consisting of 16 questions with a Cronbach Alpha value of 0.92. Data analysis
uses univariate analysis. The results showed that the evaluation of the application of discharge planning in
families of mental disorder patients was in the category of 28 (66.7%) and 14 (33.3%) were not done. It can be
concluded that the evaluation of the application of discharge planning in families with mental disorder patients
is good. It is recommended for nurses in Aceh Mental Hospital to be used as a reference and information about
evaluating the application of discharge planning to families of mental disorder patients so that nurses can
increase their role in providing information when patients are sent home, especially to families.

Keyword: discharge planning,family, mental disorder patients

34
Pendahuluan gangguan jiwa umumnya kembali ke rumah dan
dirawat oleh anggota keluarga.Pasien
Gangguan jiwa merupakan pola perilaku pada mengandalkan keluarga sebagai pengasuh untuk
individu yang menyebabkan penurunan kualitas dukungan dalam rehabilitasi (Lin, 2017).Keluarga
hidup.Gangguan jiwa tidak disebabkan karena merupakan pendukung utama baik selama
penyimpangan sosial melainkan karena disfungsi dirumah sakit maupun dirumah saat
psikologis (Stuart, 2016).Menurut Suhaimi (2015) kembali.Dukungan keluarga sangat berarti bagi
gangguan jiwa secara klinis merupakan gejala kehidupan pasien.Tetapi yang terjadi adalah
psikologis yang meningkat secara signifikan dan keluarga seringkali diabaikan dan tidak diberi
di asosiasikan melalui distress atau kehilangan pengetahuan sehingga dapat menghambat peran
kebebasan diri.Videbeck (2011) menyebutkan keluarga dalam merawat pasien yang pada
gangguan jiwa terjadi karena individu tidak puas akhirnya pemulihan pasien juga ikut terhambat
dengan kehidupan dan kemampuannya.Gangguan serta keluarga akan mengalami beban dalam
jiwa juga disebabkan karena individu perawatan pasien (Stuart, 2016).
menggunakan koping yang tidak efektif dalam
pemecahan masalah.Salah satu bentuk gangguan Keluarga sering mengalami beban baik dari segi
jiwa yang sering terjadi adalah Skizofrenia. finansial maupun beban mental saat menghadapi
perilaku penderita (Suryaningrum, 2013).Upaya
Skizofrenia merupakan penyakit psikosis yang dalam mengurangi beban keluarga dalam merawat
disebabkan karena terdistorsinya pikiran, emosi, pasien adalah mengikutsertakan pasien dan
persepsi dan perilaku pada individu (Videbeck, kelurga dalam rencana perawatan pasien dirumah
2011).Gejala yang muncul pada Skizofrenia dengan tersedianya informasi dan dukungan yang
adalah gejala positif delusi dan halusinasi, bicara cukup kepada keluarga terkait pasien (Arora, 2017
tidak teratur serta afek datar (Stuart, 2016).Kasus dalam Rahman, 2018).Informasi tersebut dapat
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling diberikan pada saat perencanaan pulang atau
sering ditemui dibandingkan dengan gangguan discharge planning.Discharge planning adalah
jiwa lainnya.Pernyataan WHO (2016) bahwa suatu proses yang terkoordinasi yang bertujuan
sekitar 47,5 juta orang penduduk dunia pernah agar pasien mendapatkan perawatan lanjutan
mengalami Skizofrenia, sekitar 30 juta orang dirumah setelah dipulangkan dari rumah sakit dan
mengalami depresi dan 60 juta orang mengalami membantu pasien beradaptasi dengan lingkungan
bipolar (Kementrian Kesehatan Republik sekitar rumahnya. Discharge planning
Indonesia, 2016). Riset Kesehatan Dasar (2018) direncanakan sejak awal kedatangan pasien
menjelaskan bahwa prevalensi gangguan jiwa di kerumah sakit yang bertujuan untuk
Indonesia adalah 7.0%.Prevalensi tertinggi memperpendek jumlah hari rawatan pasien,
terdapat di Bali sebanyak 11%.Kemudian diikuti mengurangi jumlah pasien yang kembali ke rumah
oleh Daerah Istimewa Yogyakarta dan Nusa sakit setelah dipulangkan, dan memberikan
Tenggara Barat sebanyak 10%. Aceh berada di intervensi yang baik untuk pasien. Tujuan dari
urutan empat teratas yang prevalensinya sama discharge planningakan tercapai apabila adanya
dengan daerah Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan kerja sama dari perawat, pasien dan keluarga yang
Sumatera Barat yaitu 9%. saling berinteraksi untuk kesembuhan pasien
(Potter & Perry, 2005).
Di Aceh sendiri terdapat 22.033 kasus orang
dengan masalah kejiwaan yang tersebar diseluruh Perencanaan pulang dalam bidang jiwa merupakan
kabupaten/kota di Aceh (Sak, 2017). Direktur bagian pemulihan perawatan yang digunakan
Rumah Sakit Jiwa Aceh mengatakan jumlah sebagai alat untuk memantau kebutuhan pasien
pasien di Rumah Sakit Jiwa Aceh terus meningkat dan keluarga khususnya kebutuhan pemulangan.
dan diperkirakan total pasien gangguan jiwa pada Perencanaan pulang atau discharge planning yang
Maret 2017 adalah 1.584 kasus (Acal, 2017). diberikan kepada pasien dan keluarga dengan
Gangguan jiwa membutuhkan waktu yang lama gangguan seringkali tidak memadai. Hanya
dalam proses penyembuhannya sehingga setengah dari seluruh pasien yang telah
dibutuhkan dukungan dari keluarga.Pasien dengan dipulangkan berhasil menjalani perencanaan

35
pulang dan meneruskan ke pengobatan rawat jalan terlibat dengan keluarganya. Keluarga merupakan
(Stuart, 2016).Discharge planning harus disusun sumber pendukung utama dalam perawatan pasien
secara komprehensif dan dilaksanakan dengan gangguan jiwa berat karena keluarga dapat
baik oleh perawat mengingat perawat merupakan mengidentifikasi resiko dan potensial masalah
salah satu pelayanan professional yang dapat pada pasien dan meningkatkan kepatuhan terhadap
mencegah kekambuhan pada pasien (Potter & pengobatan dan perawatan sehingga keluarga
Perry, 2005). Kekambuhan itu sendiri merupakan harus diberikan pengetahuan dan dilibatkan dalam
suatu keadaan dimana pasien mengalami gejala proses pengobatan dan perawatan (Stuart, 2016).
yang sama yang menyebabkan pasien tersebut
dirawat kembali (Keliat, 2005). Discharge Keluarga membutuhkan pengetahuan terkait
planning harus dilakukan dengan komunikasi kondisi dan proses treatment yang diberikan
yang baik dan terarah sehingga pasien dan kepada pasien. Tetapi seringkali keluarga
keluarga mendapatkan pemahaman yang baik diabaikan dan tidak diberi pengetahuan sehingga
yang dapat bermanfaat ketika telah pulang dapat menghambat peran keluarga dalam merawat
kerumah (Nursalam, 2008). pasien yang pada akhirnya pemulihan pasien juga
ikut terhambat serta akan muncul beban pada
Discharge planning adalah suatu pendekatan yang keluarga.Keluarga sebagai support system utama
dilakukan dengan kerjasama antara perawat dan bagi pasien sering mengalami beban yang berat
klien serta keluarga meliputi pengkajian tentang saat merawat pasien baik saat dirumah sakit
kebutuhan yang mana akan membahas detail maupun saat dipulangkan kerumah.Beban tersebut
rencana perawatan setelah klien keluar dari rumah terdiri dari beban ekonomi maupun beban mental
sakit. Discharge planning sangat penting serta adanya beban mental yang didapatkan karena
diberikan pada pasien yang mengalami gangguan stigma dari masyarakat terhadap gangguan jiwa
jiwa guna mencegah kekambuhan pada pasien. yang dialami oleh anggota keluarganya.
Kekambuhan itu sendiri merupakan suatu keadaan
dimana pasien mengalami gejala yang sama yang Beban keluarga juga dikatakan sebagai dampak
menyebabkan pasien tersebut dirawat kembali. yang dialami keluarga pada saat merawat pasien
Discharge planning juga penting untuk dengan ganguan jiwa.Beban keluarga dibagi
mengurangi beban keluarga. Keluarga sering menjadi beban objektif dan beban subjektif.beban
mengalami beban baik dari segi finansial maupun objektif merupakan beban yang berhubungan
beban mental saat menghadapi perilaku penderita dengan perilaku pasien, biaya finansial atau
gangguan jiwa. Berdasarkan uraian diatas, ekonomi, efek buruk yang dirasakan keluarga,
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui serta kebutuhan dukungan. Sedangkan beban
evaluasi penerapan discharge planning pada subjektif merupakan beban dalam perasaan atau
keluarga pasien gangguan jiwa di kota Banda persepsi seseorang (Stuart, 2016).Dampak beban
Aceh. yang dirasakan oleh keluarga mempengaruhi
keluarga dalam memberikan perawatan kepada
Kajian Literatur pasien.Keluarga tidak dapat merawat pasien
dengan baik apabila mereka merasa terbebani
(Suryaningrum, 2013).
Keluarga dengan pasien gangguan jiwa berarti
keluarga yang di dalamnya terdapat salah satu Discharge planning adalah suatu sistem pelayanan
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa kesehatan yang sistematis yang bertujuan untuk
yang membutuhkan dukungan dan perlindungan membantu menetapkan kebutuhan,
(Suryaningrum, 2013).Pasien dengan gangguan mengkoordinasikan dan mengimplementasikan
jiwa umumnya kembali ke rumah dan dirawat oleh rencana asuhan keperawatan bagi pasien dan
anggota keluarga. Pasien biasanya mengandalkan keluarga untuk dilaksanakan setelah pasien pulang
pengasuh atau keluarga untuk dukungan dalam dari rumah sakit yang bertujuan agar pasien dapat
rehabilitasi dan kegiatan sehari-hari mereka (Lin, mempertahankan derajat kesehatannya (Potter &
2017).Selama hidup di komunitas, pasien dengan Perry, 2005). Menurut Lin (2012) discharge
gangguan jiwa lebih sering hidup, berinteraksi dan planning adalah pendekatan interdisipliner bagi

36
pasien dan keluarga untuk memperoleh perawatan Terpadu RSUD Banyumas. Didapatkan hasil
yang berkesinambungan mencakup identifikasi, bahwa discharge planning berpengaruh terhadap
penilaian, perencanaan, implementasi, koordinasi tingkat pengetahuan keluarga dalam merawat
dan evaluasi. pasien halusinasi.

Menurut Lin (2012) proses pelaksanaan discharge Metode Penelitian


planning yang utama adalah mengidentifikasi dan
melakukan penilaian dini tentang kebutuhan
pasien dirumah. Identifikasi ini dilakukan agar Desain penelitian ini adalah cross sectional
semua kebutuhan pasien dapat terpenuhi.Tahap studydenganjenis penelitian kuantitatif
selanjutnya adalah kolaborasi dengan pasien dan menggunakan metodedescriptive
keluarga tentang pilihan perawatan berkelanjutan, explorative.Berdasarkan perolehan data awal yang
serta mendorong pasien dan keluarga untuk diambil dari Rumah Sakit Jiwa Aceh, populasi
menggunakan fasilitas kesehatan yang dalam penelitian ini adalah keluarga dengan pasien
tersedia.Discharge planning atau perencanaan gangguan jiwa yang telah dipulangkan dalam
pemulangan dimulai setelah masuknya individu rentang waktu 6 bulan terakhir dan tersebar di 9
pada setiap tingkat perawatan kesehatan. Sebagian Kecamatan di Kota Banda Aceh berjumlah 103
besar fasilitas memiliki prosedur tertulis untuk orang.Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak
perencanaan pemulangan. Prosedur discharge 58 keluarga pasien gangguan jiwa di Kecamatan
planning sering menyediakan transfer informasi Kuta Alam, Syiah Kuala, dan Baiturrahman.
perawatan klinis ketika seseorang dirujuk, Alasan pengambilan sampel di kecamatan tersebut
dipindahkan, atau dipulangkan ke fasilitas atau dikarenakan responden di wilayah tersebut paling
tingkat perawatan lain. (Boyd, 2005). memenuhi kriteria inklusi penelitian yaitu
merupakan keluarga (caregiver) dengan salah satu
Fortinash (2003) menyatakan langkah anggota keluarga pasien gangguan jiwa yang telah
mengajarkan pasien atau keluarga dalam proses dipulangkan dari Rumah Sakit Jiwa dalam rentang
discharge planning pada keluarga dengan pasien waktu 6 bulan terakhir, bisa membaca dan menulis
gangguan jiwa khususnya skizofrenia meliputi serta menetap dan memiliki KTP Banda Aceh.Saat
penjelasan kepada keluarga tentang pengertian dan pengumpulan data diketahui bahwa kebanyakan
gejala utama skizofrenia serta tindakan apa yang pasien tidak berasal dari alamat yang ada di data
harus keluarga lakukan bila menemukan pasien tersebut sehingga total jumlah responden yang
menyebabkan bahaya bagi dirinya sendiri atau terpenuhi hanya 42 orang dari 58 responden yang
orang lain, membantu keluarga mengembangkan terdata di awal. Pengambilan sampel dilakukan
rencana dalam menghadapi pasien selama tanda- dengan metode cluster random sampling yaitu
tanda awal penyakit akut dan mengajarkan kelurga teknik penetapan sampel secara kelompok atau
tentang pentingnya patuh dalam pengobatan serta gugusan (Polit & Beck, 2004).
penjelasan efek obat. Keluarga juga diajarkan cara
mengenali masalah yang ada di lingkungan pasien, Penelitian dilakukan sesudah dinyatakan lulus uji
cara menangani permasalahan tersebut serta etik oleh tim etik Fakultas Keperawatan
informasi tentang pelayanan kesehatan setempat Universitas Syiah Kuala dengan memperhatikan
yang dapat memberikan informasi dan dukungan prinsip-prinsip Beneficience, Nonmaleficience,
sosial terkait keadaan pasien. Confidentiality, Veracitydan Justice. Alat
pengumpulan data dalam penelitian ini
Purwanti (2017) melakukan penelitian pada menggunakan kuesioner yang terdiri dari dua
keluarga pasien Skizofrenia di rumah sakit jiwa bagian yaitu data demografi pasien dan keluarga
Menur Surabaya dengan pemberian discharge serta kuesioner untuk mengevaluasi penerapan
planning berbasis video dapat meningkatkan discharge planning pada keluarga dengan
kognitif, afektif, dan psikomotor keluarga dalam gangguan jiwa yang dikembangkan oleh tim
merawat pasien Skizofrenia. Trihadi (2014) juga peneliti sendiri sesuai dengan konsep discharge
melakukan penelitian pada keluarga pasien planning pada keluarga gangguan jiwa sesuai
halusinasi di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa konsep Fortinash danformat discharge planning

37
yang dikembangkan Rumah Sakit Jiwa Aceh, Keluarga
terdiri dari 6 item pertanyaan yang ditujukan Jenis Kelamin
kepada keluarga meliputi 6 sub variabel informasi Laki-laki 28 66.7
yaitu medikasi, aktivitas sehari-hari, perawatan Perempuan 14 33.3
kesehatan, residen, follow-up medis dan kebutuhan Umur
khusus. Pertanyaan berjenis close ended dengan 36-45 tahun 7 16.7
pilihan jawaban yaitu “ya” nilainya 2 dan “tidak” 46-59 tahun 7 16.7
nilainya 1. 60-74 tahun 18 42.9
75-90 tahun 10 23.8
Uji instrumen dilakukan di wilayah kerja Pendidikan
puskesmas Jaya Baru, Banda Raya, dan Ulee Tidak tamat SD 10 23.8
Karengpada 12 keluarga pasien gangguan jiwa Tamatan SD/SMP 8 19.0
yang tidak termasuk ke dalam sampel penelitian. Tamatan SMA 11 26.2
Hasil uji validitas diperoleh nilai r tabel =0,6 Tamatan D3/S1/S2 13 31.0
dimana terdapat 6 pertanyaan yang tidak valid dan Pekerjaan
kemudian tidak dipakai atau dibuang. Hasil uji PNS 6 14.4
reliabilitas diperoleh melalui uji cronbach alpha Pensiunan 4 9.5
dengan nilai 0,92 sehingga dinyatakan reliabel. Petani 2 4.8
Pengumpulan data dilakukan selama satu setengah IRT 6 14.3
bulan dengan cara mendatangi satu persatu rumah Tidak Bekerja 4 9.5
respond Pedagang 11 26.2
Data Demografi Fr % en yang Lainnya 9 21.4
Pasien tersebar Hubungan dengan
Jenis Kelamin di 3 pasien
Laki-laki 26 61.9 kecamat Pasangan 4 9.5
Perempuan 16 39.1 an yang Orangtua 26 61.9
Umur berbeda Anak 2 4.8
36-45 tahun 18 42.9 dengan Saudara kandung 10 23.8
46-59 tahun 18 42.9 jarak Lainnya - -
60-74 tahun 2 4.8 yang
75-90 tahun 4 23.8 bervaria Tabel 2. KarakteristikPasien Gangguan Jiwa
Lama Rawatan si di di Kota Banda Aceh (n=42)
1 kali 1 2.4 kota
2-4 kali 24 57.1 Banda
5-6 kali 12 28.6 Aceh. Tabel 3.Evaluasi
>6 kali 5 11.9 Analisa PenerapanDischargePlanning Pada Keluarga
data Pasien Gangguan Jiwa di Kota Banda Aceh
yang dilakukan hanya dalam bentuk distribusi (n=42)
frekuensi dan nilai rata-rata dari evaluasi
penerapan discharge planning pada keluarga Penerapan Discharge Fr %
pasien gangguan jiwa. Planning
Dilakukan 28 66.7
Hasil dan Pembahasan Tidak Dilakukan 14 33.3

Pada pembahasan akan diuraikan hasil penelitian


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, yang dianalisis dengan konsep-konsep terkait
didapatkan data sebagai berikut : evaluasi discharge planning pada keluarga pasien
Tabel 1. KarakteristikKeluarga Pasien gangguan jiwadi Kota Banda Aceh. Untuk data
Gangguan Jiwa di Kota Banda Aceh (n=42) demografi didapatkan hasil bahwa mayoritas
pekerjaan responden adalah pedagang. Pekerjaan
Data Demografi Fr %

38
keluarga sangat berpengaruh dalam perawatan dukungan dan pengawasan dari keluarga terhadap
pasien gangguan jiwa. Hal ini sejalan dengan minum obat secara teratur sangat dibutuhkan
penelitian Ardianta (2017) di Rumah Sakit Jiwa untuk mempercepat kesembuhan pasien
Provinsi Bali. Ardianta (2017) menyatakan (Pratama,2015).
bahwa keluarga yang bekerja sebagai swasta dan
pedagang dapat memberikan waktu lebih untuk Sub-variabel aktivitas sehari-hari berada pada
memperhatikan dan memberikan dukungan kategori dilakukan. Artinya keluarga mampu
anggota keluarganya yang mengalami gangguan membantu pasien dlam pemenuhan kebutuhan
jiwa. dan aktivitas sehari-hari pasien seperti makan,
berpakaian dan toileting. Hal ini erat kaitannya
Berdasarkan analisis hubungan dengan pasien dengan sikap dan tingkat laku keluarga dalam
didapatkan bahwa mayoritas responden adalah perawatan pasien. Marchica (2009) menyebutkan
orangtua pasien. Ini membuktikan bahwa adanya bahwa semakin baik sikap dan tingkah laku
dukungan emosional dari keluarga dekat. keluarga terhdap pasien maka akan semakin baik
Dukungan dan peran orangtua sangat pula pemenuhan aktivitas sehari-hari pasien oleh
berpengaruh bagi keadaan pasien. Hal ini keluarga. Untuk sub-variabel perawatan
didukung oleh penelitian Cornelis (2018) di kesehatan berada pada kategori tidak dilakukan
Amsterdam, dimana diperoleh hasil bahwa yaitu sebanyak 52,4%. Artinya keluarga belum
keadaan pasien membaik dan kebutuhan mampu melakukan perawatan kesehatan secara
terpenuhi saat pasien dirawat oleh keluarga optimal kepada pasien berupa ketidakpatuhan
bahkan dalam jangka waktu yang obat dan penanganan kekambuhan. Hasil
pendek.Ditinjau dari segi pendidikan, rata-rata penelitian yang dilakukan Wardani (2012)
responden merupakan tamatan perguruan tinggi menyatakan bahwa keluarga tidak patuh
yang mana seharusnya responden sudah memiliki dikarenakan rendahnya kesadaran akan kondisi
pengetahuan yang baik tentang gangguan jiwa. pasien yang membutuhkan obat dalam waktu
Namun dari hasil wawancara didapatkan hasil jangka panjang sebagai tindakan pencegahan.
bahwa hampir keseluruhan responden Adanya penurunan motivasi dan kurangnya
menanyakan perihal ganggguan jiwa. Ini penjelasan dari tenaga kesehatan juga dapat
membuktikan bahwa pengetahuan responden menyebabkan ketidakpatuhan.
terhadap gangguan jiwa masih berada pada
kategori rendah. Sub-variabel lain yaitu lingkungan berada pada
kategori tidak dilakukan sebanyak 50%. Artinya
Penerapan discharge Planning dari sub-varibel keluarga belum mampu menerima pasien dan
medikasi didapatkan hasil bahwa penerapan memberi dukungan sosial secara optimal serta
medikasi masih berada pada kategori tidak belum mampu menyediakan lingkungan yang
dilakukan (50%). Ini membuktikan bahwa baik bagi pasien. Pasien gangguan jiwa sangat
keluarga masih tidak patuh terhadap pengobatan. membutuhkan dukungan dan lingkungan yang
Ketidakpatuhan ini disebabkan oleh banyak baik untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
faktor, salah satunya adalah pengetahuan Sejalan dengan teori Fiona (2013),dukungan
keluarga. Hal ini sejalan dengan teori Purnama sosial dari keluarga atau masyarakat sangat
(2013) yang menyatakan bahwa adanya berpengaruh dalam peningkatan kualitas hidup
hubungan bermakna pengetahuan keluarga pasien gangguan jiwa. Dukungan didapatkan dari
dengan tingkat kepatuhan obat. Keluarga yang lingkungan yang sangat diharapkan pasien.
memiliki pengetahuan yang baik akan Nancye (2010) menyatakan bahwa pasien
menunjukkan ketaatan yang baik. Kepatuhan juga gangguan jiwa yang dipulangkan kerumah
terjadi apabila aturan pakai obat diikuti dengan mempunyai kemampuan adaptasi yang baik
benar.Penyebab ketidakpatuhan lainnya adalah selama dirumah karena adanya dukungan dan
karena penyakit kronis, pasien merasa bosan perawatan dari keluarga. Kekambuhan dapat
karena harus teratur minum obat, harga obat yang dicegah dan diantisipasi dengan melibatkan
mahal, dosis yang tidak tepat, serta efek samping keluarga melalui proses psikoedukasi dan
yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu psikoterapi khususnya terapi keluarga.

39
lingkungan tempat tinggal, sistem rujukan/follow–
Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan up medis, serta kebutuhan khusus pasien sehingga
peneliti tentang evaluasi penerapan discharge keluarga memiliki pengetahuan yang cukup dalam
planning secara keseluruhan berada pada kategori perawatan pasien guna mencegah pasien kembali
dikakukan hanya 66,7%. Artinya keluarga belum dirawat. Untuk penelitian lanjutan diharapkan
mampu melanjutkan perawatan dirumah sesuai dapat dilakukan penelitian berjenis kualitatif
dengan discharge planning yang telah diberikan untuk mengetahui masalah dan kendala yang
oleh perawat. Keluarga juga belum mampu dihadapi keluarga dalam penerapan discharge
melaksanakan peranannya sebagai orang yamg planning pasien gangguan jiwa dengan
merawat pasien dirumah. Hal ini dapat memperhatikan faktor-faktor lain yang
disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya berkembang di masyarakat seperti faktor budaya
adalah kuranganya pengetahuan tentang dan spiritualitas.
perawatan pasien dirumah dikarenakan keluarga
jarang mengikuti proses perawatan karena jarang Referensi
mengunjungi penderita dirumah sakit, dan tim
kesehatan juga jarang melibatkan keluarga
(Nurdiana, 2010). Acal, A. 2017.“Pasien Di RSJ Aceh Terus
Meningkat”. Habadaily, 28 Maret 2017
Keterbatasan yang ditemukan selama penelitian
adalah adanya 16 responden yang drop out Alghzawi, H. M. (2012). Psychiatric Discharge
dikarenakan alamat yang didapatkan dari data Process. International Scholarly Research
awal Rumah Sakit Jiwa tidak sinkron dengan Network
yang ada di komunitas sehingga menyulitkan
dalam pencarian alamat. Kebanyakan pasien Ardianta, A. K. I (2017).Hubungan Dukungan
tidak berasal dari alamat yang ada di data tersebut Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan Pada
sehingga total jumlah responden yang terpenuhi Pasien Skizofrenia.JRKN. 1 (1)
hanya 42 orang.Dari 16 responden yang drop
outdiantaranya 4 responden tidak menetap di Boyd, M.A., (2005). Psychiatric Nursing
Banda Aceh, 6 responden pindah alamat, 4 Contemporary Practice.. USA: Aptara
responden menolak diwawancarai dan
2responden meninggal dunia. Cornelis, J (2018). Intensive Home Treatment
For Patient in Acute Psychiatric Crisis
Kesimpulan
Fortinash, K.M., & Woret, P.A,. (2003).
Psychiatric Nursing Care Plan. Fourt
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang Edision. USA: Mosby
dilakukan ditiga kecamatan dalam wilayah Kota
Banda Aceh terhadap 42 respondendiperoleh hasil Kementrian Kesehatan RI. (2018). Hasil
tentang penerapan dischargeplanning pada Utama Laporan Riskesdas 2018. Jakarta:
keluarga pasien gangguan jiwa sebanyak 28 Badan Penelitian Dan Pengembangan
(66,7%) berada pada karegori sudah melakukan Kesehatan Departemen Kesehatan
dan sebanyak 14 (33,3%) keluarga berada pada Republik Indonesia. https://doi.org/1
kategori tidak dilakukan. Disarankan kepada Desember 2013
perawat Rumah Sakit Jiwa Aceh agar
mempersiapkandischargeplanning pada keluarga Lin, C. J., Cheng, S. J., Shih, S. C., Chu, C. H.,
pasien gangguan jiwa sehingga perawat dapat & Tjung, J. J. (2012). Discharge planning.
meningkatkan peran dalam memberikan informasi International Journal of Gerontology, 6(4),
pada saat pasien akan dipulangkan ke rumah. 237–240.
Dischargeplanningsangat penting dilakukan oleh https://doi.org/10.1016/j.ijge.2012.05.001
perawat terutama tentang medikasi, aktivitas
sehari-hari pasien, perawatan kesehatan,

40
Lin, L., Lo, S., Liu, C., Chen, S., Liu, W., & Klien Halusinasi. Jurnal Kesehatan Al-
Wu, W. (2017). Effectiveness of Needs- Irsyad, VI(2), 39–47
oriented Hospital Discharge Planning for
Caregivers of Patients With Schizophrenia. Videbeck, S. L. (2011). Psychiatric-mental
Archives of Psychiatric Nursing. health nursing. 5th ed., Wolters Kluwer
https://doi.org/10.1016/j.apnu.2017.10.013 Health; China

Polit, D. F. ,& Beck, C.T., (2004). Nursing


Reseach: Principle & Method.7th
Edition.Usa: Lippincott

Potter&Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental


Keperawatan Konsep, Proses, dan
.Praktik. Edisi 4 volume 1.EGC. Jakarta

Purwanti, N., Yusuf, A., & Suprajitno, S.


(2017). Pengaruh Discharge Planning
Berbasis Video Dengan Pendekatan Family
Centered Nursing Terhadap Kemampuan
Keluarga Merawat Klien Skizofrenia.
Journal of Health Sciences, 10(2), 204–
213. Retrieved from
http://journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/arti
cle/view/397/389

Rahman, S., Puspitosari, W. A., & Al Kahfi, R.


(2018). Analisis Kekambuhan Skizofrenia
Berdasarkan Perawatan Berbasis Keluarga.
Jurnal Dinamika Kesehatan, 9(01)

Sak. 2017. "22.033 Warga Aceh Terganggu


Jiwa". Serambi Indonesia. 27 Maret 2017

Stuart.G.W. (2016). Keperawatan Kesehatan


Jiwa : Indonesia: Elsevier

Suhaimi. (2015). Gangguan jiwa dalam


perspektif kesehatan mental islam. Risalah,
26(4), 197–205.
https://doi.org/10.1016/j.jri.2015.01.004

Suryaningrum, S & Wardani, I. (2013).


Hubungan Antara Beban Keluarga dengan
Kemampuan Keluarga Merawat Pasien
Perilaku Kekerasan di Poliklinik Rumah
Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 1(2), 148–155

Trihadi, D., & Suprihatiningsih, T. (2014).


Pengaruh Discharge Planning Terhadap
Kemampuan Keluarga Dalam Merawat

41

Anda mungkin juga menyukai