Hukum Waris
Hukum Waris
Disusun Oleh :
Gusti Gerald Maxie (010001800214)
Andi Akbar (010001800214)
Aldila Rana Mentari (010002000351)
Fakultas Hukum
Universitas Trisakti
Jakarta
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 2
1.2 Pokok Permasalahan........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 4
2.1 Sistem Pewarisan yang Digunakan Dalam Suku Adat Bugis......................................... 4
2.2 Ahli Waris Suku Adat Bugis......................................................................................... 4
2.3 Pengaruh Agama Islam Dalam Suku Adat Bugis........................................................... 4
BAB III ANALISA............................................................................................................. 6
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 8
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hukum adat di Indonesia adalah hukum yang berasal dan digali dari nilai-nilai
kepribadian asli yang dimiliki bangsa Indonesia sehingga merupakan lambang dan
menjadikannya ciri khas masyarakat Indonesia. Hukum waris adat merupakan bagian
dari hukum adat yang mana berfungsi sebagai pembentukan dan penyusunan hukum
waris Nasional yang mengarah pada satu unifikasi hukum waris. Hukum waris
merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara keseluruhan dan merupakan
bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris sangat erat kaitannya dengan
ruang lingkup kehidupan manusia. Salah satu hukum waris adat yang ada dan berlaku di
Indonesia adalah hukum waris adat suku Bugis yang berada di daerah Kabupaten
Kendari dan Kolaka Propensi Sulawesi Tenggara. Suku Tolaki adalah etnis terbesar
yang berada di Sulawesi Tenggara. Hukum adat pada umumnya belum atau tidak
tertulis. Adar istiadat atau kebiasaan yang berkembang di dalam masyarakat tersebut
kemudia menjadi suatu hukum yang harus dipatuhi oleh segenap anggota masyarakat,
oleh karena itu dilihat dari mata seorang ahlli hukum, hukum adat itu memang tidak
teratur, tidak sempurna dan tidak tegas namun apabila di lihat dari mata msyarakat ada,
hukum aedat sangatlah sempurna dan sangat tegas dikarenakan hukum adat juga
dibarengi dengan sanksi adat bagi pelanggarnya.1
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pabbere orang tua kepada anaknya masih
sering dilakukan oleh masyarakat Bugis Kabupaten Soppeng dalam proses peralihan
harta. Pabbere ini diartikan sebagai pemberian kepada orang lain tanpa mengharapkan
imbalan atau balas jasa. Dasar dari pabbere ini dapat dilihat dalam pepatah bugis yang
menyatakan luka manaa telluka pabbere. Maknanya manaa (warisan) dapat ditarik
kembali sedang pabbere (pemberian) sekali diberikan tidak dapat ditarik kembali. Hal
ini juga menunjukkan bahwa pabbere berbeda dengan manaa (warisan). Pabbere orang
tua kepada anak ini pemaknaan awalnya walau ditujukan kepada keturunan sendiri tapi
sifatnya tetap sebagai pemberian bukan sebagai warisan. Hanya saja pabbere ini tidak
boleh terlalu berlebihan dalam hal besaran bagiannya sehingga menghilangkan hak
waris bagi ahli waris lainnya .2
1
Beni, Ahmad Saebani, 2007. Sosiologi hukum. (Bandung: Pustaka Setia.) Hal 156
2
https://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/66ef98741670d750b0ccb97ee7b00ab9.pdf.
Dalam hukum adat pewarisan suku Bugis, tidak mengenal sistem pembagian
kuantitatif seperti dalam hukum waris Islam, tetapi dalam hukum adat pewarisan suku
Bugis lebih mengenal sistem yang sifatnya pembagian waris terhadap anak
kangdungnya tidak mengenal jenis kelamin anaknya tersebut.
Sesuai ketentuan hukum adat Bugis pabbere adalah system pewarisan yang
diterapkan bagi masayrakat suku Bugis. Pada hakikatnya system tersebut menerapkan
sistematika yaitu jika orang tua memiliki warisan, maka ahli waris yang mendapakan ha
katas warisan tersebut adalah anak keturunannya sendiri
Sistem pewarisan yang berlaku pada masyarakat suku Bugis sangat terkait
dengan prinsip garis keturunannya, yakni Pabbere orang tua kepada anaknya masih
sering dilakukan oleh masyarakat Bugis di Kabupaten Soppeng. Pabbere dapat
diartikan pemberian hak kepada orang tanpa mengharapkan adanya imbalan kepada
orang diberi imbalan tersebut. Pabbere ini dapat dilihat dalam pepatah Buhis yakni luka
manaa telluka pabbere yaitu dapat diartikan warissan dapat ditarikan Kembali sekali
diberikan tidak dapat ditarik kembali. Pabbere orang tua kepada anak ini pemaknaan
awalnya walau ditujukan kepada keterunan kandungnya sendiri tapi memilki sifat tetapi
sebagai pemberian bukan sebagai warisan. Tetapi Pabbere ibi tidak boleh diterapkan
berlebihan dalam hal besaran bagiannya sehingga menghilangkan hak waris bagi ahli
waris lainnya.
3
https://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/66ef98741670d750b0ccb97ee7b00ab9.pdf
menunjukkan pentingnya musyawarah mufakat yang harus dijalankan oleh orang tua
kepada ahli warisnya agar menyamakan atau memutuskan system pembagian waris
apakah yang ingin diterpakan apakah pabbere atau system menurut ajaran agama
Islam, jika hal ini tidak dijalankan maka potensinya sengketa setelah penginggalan orang
tua sangat besar dan menjadi misleading yang tak dapat diindahkan.
BAB III
ANALISA
3.1 Analisa
Hukum waris adat Suku Bugis menerapkan system pabbere yang ditujukan
untuk meminimalisir terjadinya sengketa dalam proses pembagian waris dalam Suku
Adat Bugis. Tetapi dalam nyatanya atau pada prakteknya sengketa tersebut tidak dapat
dihindarkan, justru potensi sengeketa kian besar adanya dalam system pewrisan
Pabbere.
Hal ini dikarenakan berkembangnya ajaran agama Islam dan penganut agama
Islam di dalam masyarakat Suku Bugis. Jelas berbeda system hukum pembagian waris
pabbere dan sistem hukum pembagian waris menurut ajaran agama Islam yaitu
menggunakan system kuantitaif yang sudah ditetapkan di dalam Al – Quran.
Hal tersebut kian menjadi polemic di dalam praktiknya karena kian banyak orang
tua yang ingin menerapkan sistem pembagian waris pabbere namun ahli warisnya yaitu
anak kandung orang tua tersebut menganut sistem pembagian waris menurut ajaran
agama Islam.
BAB IV
KESIMPULAN
Sistem pembagian waris yang dianut oleh Suku Adat Bugis adalah pabbere yang
ditujukan untuk merendahkan potensi akan terjadinya sengketa dalam masyarakat
adat Suku Bugis.
Tetapi hal tersebut malah menjadi permsalahan baru yang timbul, karena
berkembangnya sistem pembagian waris menurut ajaran agama Islam. Sudah jelas
penerapan sistem ajaran agama Islan dengan pabbere jauh berbeda.
Kami disini tidak menitik beratkan atau menyalahkan agama Islam itu sendiri
tetapi kami disini menyimpulkan untuk diadakannya musyawarah dan permufakatan
dalam proses pembagian waris di dalam masyarakat Suku Adat Bugis. Karena untuk
mencegah terjadinya perpecahan di dalam masyarakat itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
“Pabbere Orang Tua Kepada Anaknya Menurut Hukum Adar Bugis Dalam
Praktiknya Di Masyarakat Kabupaten Soppeng” (on-line) tersedia di:
https://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/66ef98741670d750b0ccb97ee7b00ab9.pdf
(14Maret 2021)
Beni, Ahmad Saebani, 2007. Sosiologi hukum. (Bandung: Pustaka Setia.) Hal 156