Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Abstract. Pulmonary TB disease remains a public health problem in Indonesia. In recent years, the
prevalence of TB increases. The increased prevalence was influenced by many factors including
community socio-economic and cultural, related to tuberculosis. Data obtained from several sources, such
as literature reviews and researches, and narratively presented. From several sources had known that most
patients with pulmonary TB had less addressed the prevention of pulmonary tuberculosis. Not all comunity
know and used the program free of pulmonary tuberculosis treatment in health centers. Due to the lack of
TB socialization or there is no charge to come to the clinic. Community knowledge about TB is still low.
This paper obtained that community participation and use to increase intensive counseling. Lung TB
counselling program must be also addressed properly.
1340
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 4, Desember 2010 : 1340 - 1346
1341
Faktor-faktor yang Mempengaruhi...(Helper)
1342
Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 4, Desember 2010 : 1340 -1346
Masih banyak praktek pengobatan yang kematian yang disebabkan oleh TB-paru
belum menggunakan strategi DOTS, (e) dibandingkan dengan akibat proses
Kemampuan pemerintah daerah dalam kehamilan dan persalinan. Pada jenis
menyediakan dana sangat terbatas. (disitir kelamin laki-laki penyakit ini lebih
dari :http ://tesis- tinggi karena merokok tembakau dan
skripsi.blogspot.com/2008/05/analisis minum alkohol sehingga dapat
faktor-faktor yang.htm/). menurunkan system pertahanan tubuh,
sehingga lebih mudah terpapar dengan
Hiswani (2009) mengatakan bahwa
agent penyebab TB-paru. (disitir dari
keterpaparan penyakit TBC pada seseorang
http://library.usu.ac.id/download/fkm-
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
hiswani6.pdf 2009). Demikian
status sosial ekonomi, status gizi, umur,
penelitian Herryanto (2004), terdapat
jenis kelamin dan faktor sosial lainnya,
proporsi menurut jenis kelamin, laki-
untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai
laki sebesar 54,5 % dan perempuan
berikut:
sebesar 45,5 % yang menderita TB paru,
1. Faktor Sosial Ekonomi : Disini sangat sebagian besar mereka tidak bekerja
erat dengan keadaan rumah, kepadatan 34,9 % dan berpendidikan rendah (tidak
hunian, lingkungan perumahan, sekolah, tidak tamat SD, dan tamat SD)
lingkungan dan sanitasi tempat kerja sebesar 62,9 %.
yang buruk dapat memudahkan
Menurut Amira Permatasari, (2005)
penularan TBC. Pendapatan keluarga mengemukakan disamping faktor medis.
sangat erat juga dengan penularan TBC,
Faktor sosial ekonomi dan budaya, sikap
karena pendapatan yang kecil membuat
dan perilaku yang sangat mempengaruhi
orang tidak dapat layak dengan keberhasilan pengobatan sebagaimana
memenuhi syarat-syarat kesehatan.
diuraikan di bawah ini:
2. Status gizi : Keadaan malnutrisi atau A . Faktor Sarana : (1)
kekurangan kalori, protein, vitamin, zat Tersedianya obat yang cukup dan kontinu,
besi dan Iain-lain, akan mempengaruhi (2) Dedikasi petugas kesehatan yang baik ,
daya tahan tubuh seseorang sehingga (3) Pemberian regiment OAT yang adekuat.
rentan terhadap penyakit termasuk TB-
paru. Keadaan ini merupakan faktor B. Faktor penderita : (1)
penting yang berpengaruh di negara Pengetahuan penderita yang cukup
miskin, baik pada orang dewasa maupun mengenai penyakit TB paru. Cara
anak-anak. pengobatan dan bahaya akibat berobat tidak
adekuat, (2) Cara menjaga kondisi tubuh
3. Umur : Penyakit TB paru paling sering yang baik dengan makanan bergizi. cukup
ditemukan pada usia muda atau usia istirahat, hidup teratur dan tidak minum
produktif 15-50 tahun . Dengan alcohol atau merokok. (3) Cara menjaga
terjadinya transisi demografi saat ini kebersihan diri dan lingkungan dengan tidak
menyebabkan usia harapan hidup lansia membuang dahak sembarangan, bila batuk
menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut menutup mulut dengan saputangan, jendela
lebih dari 55 tahun system imunolosis rumah cukup besar untuk mendapat lebih
seseorang menurun, sehingga sangat banyak sinar matahari. (4) Sikap tidak perlu
rentan terhadap berbagai penyakit, merasa rendah diri atau hina karena TB paru
termasuk penyakit TB-paru. adalah penyakit infeksi biasa dan dapat
4. Jenis kelamin: Penderita TB-paru disembuhkan bila berobat dengan benar. (5)
cenderung lebih, tinggi pada laki-laki Kesadaran dan tekad penderita untuk
dibandingkan perempuan. Menurut sembuh.
Hiswani yang dikutip dari WHO, C. Faktor keluarga dan
sedikitnya dalam periode setahun ada masyarakat lingkungan : (1) Dukungan
sekitar 1 juta perempuan yang keluarga sangat menunjang keberhasilan
meninggal aicibat TB paru, dapat pengobatan seseorang dengan cara selalu
disimpulkan bahwa pada kaum mengingatkan penderita agar makan obat,
perempuan lebih banyak terjadi pengertian yang dalam terhadap penderita
1343
Faktor-faktor yang Mempengaruhi... ( Helper)
yang sedang sakit dan memberi semangat positif bahkan masih rendah sekali dan
agar tetap raj in berobat. masih adanya droup out (lalai) dan
kegagalan dalam pengobatan. Dari uraian di
Dari hasil Riskesdas 2007, diketahui
atas diketahui belum semua petugas P2 TB
bahwa prevalensi TB paru cenderung
-Paru atau baru 50 % mendapat pelatihan
meningkat sesuai dengan bertambahnya
tentang P2 TB-Paru dan belum terampilnya
umur dan prevalensi tertinggi pada usia
petugas untuk melaksanakan protap
lebih dari 65 tahun . Prevalensi TB paru
penemuan penderita TB-Paru di Puskesmas.
pada laki-laki 20 % lebih tinggi
Beberapa petugas program P2 TB-Parupun
dibandingkan perempuan, selain itu
mengatakan beban kerja cukup berat,
prevalensi tiga kali lebih tinggi di pedesaan
pekerjaan merangkap program lainnya, tidak
dibandingkan perkotaan serta empat kali
adanya kompensasi yang bermakna terhadap
lebih tinggi pada pendidikan rendah
prestasi yang mereka capai.
dibandingkan pendikan tinggi.
Dari hasil penelitian Herryanto dkk
(2004), mengemukakan tentang karakteristik Upaya penanggulangan TB
kasus kematian penderita TB paru yang
Upaya penanganan dan
hampir tersebar pada semua kelompok
pemberantasan TB paru telah dilakukan
umur, dan paling banyak pada kelompok
pada awal tahun 1990 -an WHO telah
usia 20-49 tahun (58,3 %) yang merupakan
mengembangkan strategi penanggulangan
usia produktif dan usia angkatan kerja.
TB yang dikenal sebagai strategi DOTS.
Sebagaimana diuraikan diatas Focus utama DOTS adalah penemuan dan
penyakit menular yang dapat menimbulkan penyembuhan pasien, dengan prioritas
kerugian sosial ekonomi ini, berdasarkan pasien TB tipe menular. Strategi ini akan
data dari program sejak tahun 1995 memutuskan penularan TB dan diharapkan
sebenarnya telah ada obatnya, yang efektif menurunkan insidens TB di masyarakat.
dan murah, namun pengobatan TBC yang Menemukan dan menyembuhkan pasien
harus dilakukan selama 6 bulan harus diikuti merupakan cara terbaik dalam upaya
dengan manajemen kasus dan tatalaksana pencegahan penularan TB (Depkes, 2007).
pengobatan yang baik. Angka drop-out
Tjandra Yoga (2007),
(DO) pengobatan TBC paru secara nasional
mengemukakan bahwa seseorang yang sakit
diperkirakan tinggi. Hal ini sangat
TB dapat disembuhkan dengan minum obat
berbahaya, karena penelitian telah
secara lengkap dan teratur. Obat disediakan
memperlihatkan bahwa pengobatan yang
oleh pemerintah secara gratis di sarana
dilakukan dengan tidak teratur akan
pelayanan kesehatan yang telah menerapkan
memberi efek yang lebih buruk dari pada
strategi Dots (Directly Observed Tretment
tidak diobati sama sekali. Resistensi obat
Short course) seperti di Puskesmas, Balai
terjadi akibat seseorang tidak berobat tuntas
pengobatan Penyakit Paru dan beberapa
atau bila diberi obat yang keliru akan
rumah sakit.
memberikan dampak buruk tidak hanya
kepada yang bersangkutan tetapi juga Menurut Ahmad tahun (2008)
kepada epidemiologi TBC di daerah perbaikan sosial ekonomi, peningkatan taraf
tersebut. (Kajian riset operasional hidup dan lingkungan serta kemajuan
intensifikasi pemberantasan penyakit teknologi banyak membawa perubahan. Di
menular tahun 1998-1999-2003 kerjasama Negara-negara maju, jauh sebelum
Ditjen P2M & PLP dan Balitbangkes). ditemukan obat anti TB (tuberkulostatika
dan tuberkulosid) berkat perbaikan sosial
Syafei Hari Kusnanto (2006) dalam
ekonomi, jumlah penderita menurun 10-15
studi analisisnya menggambarkan bahwa
% per tahun. Dengan demikian dapat
angka pencapaian indikator program P2 TB-
disimpulkan bahwa penyakit TB sebenarnya
Paru Dinas Kesehatan Kota Jambi secara
dapat hilang dengan sendirinya jika ada
keseluruhan dapat memberikan gambaran
perbaikan sosial ekonomi tanpa
dimana ada beberapa indikator yang belum
"Obat".(disitir dari http ://yasirblogspot
mencapai target yaitu penemuan suspek TB-
com.blogspot.com/2009/04). Julianti
Paru, penemuan TB-Paru dengan BTA
1344
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 4, Desember 2010 : 1340 - 1346
1345
Faktor-faktor yang Mempengaruhi...( Helper)
Herryanto, D.Anwar Musadad dan Freddy M.Komalig Pikiran rakyat (2004) Waspadai Penyakit TB paru,
(2004), Riwayat pengobatan penderita TB Seorang Penderita TB Dewasa Bisa
paru meninggal di Kabupaten Bandung, Menulari Sepuluh Anak. Http.'/Avww.pikiran
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No. 1, April rakvat.com/cetak0304/28hikmah/lainnva02.
2004: 1-6 htm).
Hiswani (2009). Tuberkulosis merupakan Penyakit Syafei, Hari Kusnanto (2006), Studi Analisis Faktor
Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kinerja Petugas di Kota Jambi, KMPK
Kesehatan masyarakat. Universitas Gajah Mada.
Http://librarv.usu.ac.id/download/fkm- Tjandra Yoga (2007). Diagnosis TB pada anak lebih
hiswani6.pdf 2009). sulit, Mediakom info sehat untuk semua
Julianty Pradono (2007), kesehatan dalam Departemen Kesehatan RI.
pembangunan berkelanjutan, Jurnal Ekologi Waspada (2009) Perokok berpotensi dua kali lipat
Kesehatan . Vol.6 No.2 Agustus 2007. terjangkit TB aktif.
Kajian riset operasional intensifikasi pemberantasan Http://waspada.co.id/index2.php?0ption=co
penyakit menular tahun 1998-1999-2003 m content&do_pdf=l&id=48857).
kerjasama Ditjen P2M &PLP dan
Balitbangkes).
1346