Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL

Pasien Bell’s Palsy pada awalnya merasakan ada kelainan pada mulut

yang tampak mencong ke satu sisi, salah satu kelopak mata tidak dapat

dipejamkan, mulut tidak dapat mecucu, apabila berkumur atau minum maka air

akan tumpah melalui salah satu sisi mulut yang lesi dan terdapat nyeri di belakang

telinga. (Djamil, 2003). Keadaan tersebut disebabkan adanya paralisis otot-otot

wajah pada sisi yang sakit. Kondisi ini merupakan permasalahan yang dialami

pasien sehingga peran fisioterapis diperlukan untuk mengatasi permasalahan

tersebut dengan mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan dan kemampuan

fungsional otot-otot wajah serta mencegah komplikasi lebih lanjut.

Pada bab ini yang akan dibahas mengenai hasil evaluasi terapi dari awal

terapi (T0) hingga terapi keenam (T6) yaitu tanggal 14, 16, 19, 21, 23, 24

Desember 2009 yang dilakukan pada pasien Bell’s Palsy sinistra karena pengaruh

udara dingin. Pada Karya Tulis Ilmiah ini terapis menggunakan modalitas Infra

Red, Faradik dan Massage. Penjelasan tentang pengaruh dari penggunaannya

adalah sebagai berikut:

Infra Red diberikan dengan tujuan mengurangi nyeri, dapat mengurangi

pembengkakan dan meningkatkan suplai darah. Adanya kenaikan temperatur akan

menimbulkan vasodilatasi, yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan darah

kejaringan setempat dan menghilangkan sisa-sisa hasil metabolisme (Sujatno,

dkk, 1993), sehingga dimungkinkan oedema yang menekan nervus facialis pada

51
52

foramen Stylomastoideus menjadi berkurang serta nyeri pada wajah kiri

berkurang.

Faradik yang diberikan dapat menimbulkan kontraksi otot dan membantu

memperbaiki perasaan gerak sehingga diperoleh gerak yang normal serta

bertujuan untuk mencegah/ memperlambat terjadinya atrofi otot. Pada kasus

Bell’s Palsy ini rangsangan gerak dari otak tidak dapat disampaikan kepada otot-

otot wajah yang disarafi. Akibatnya kontraksi otot secara volunter hilang sehingga

diperlukan bantuan dari rangsangan arus faradik untuk menimbulkan kontraksi

otot. Rangsangan arus faradik yang dilakukan berulang-ulang dapat melatih

kembali otot-otot yang lemah untuk melakukan gerakan sehingga dapat

meningkatkan kemampuan kontraksi otot sesuai fungsinya.

Sedangkan Massage diberikan dengan tujuan memberikan penguluran

pada otot-otot wajah yang letaknya superfisial sehingga perlengketan jaringan

dapat dicegah, selain itu memberikan efek rileksasi dan mengurangi rasa kaku

pada wajah. Stroking memiliki efek penenangan dan dapat mengurangi nyeri,

efflurage dapat membantu pertukaran zat-zat dan melancarkan metabolisme

dengan mempercepat peredaran darah, finger kneading berfungsi untuk

memperbaiki peredaran darah dan memelihara tonus otot. Sedangkan tapping

dengan ujung jari dapat merangsang jaringan otot untuk berkontraksi. Dengan

massage tersebut maka efek relaksasi dapat dicapai dan elastisitas otot tetap

terjaga dan potensial timbulnya perlengketan jaringan pada kondisi Bell’s Palsy

ini dapat dicegah.


53

Dari uraian tersebut diatas diketahui akan adanya kemajuan yang sangat

signifikan dalam proses penyembuhan dibandingkan sebelum dilakukan tindakan

fisioterapi, yaitu pada T0. Kemajuan tersebut selain dari keinginan dan semangat

pasien untuk sembuh serta didukung oleh modalitas fisioterapi yang diberikan

yaitu berupa Infra Merah, Faradik, Massage serta didukung dengan latihan-latihan

untuk home program. Diperoleh hasil: 1) adanya penurunan rasa nyeri baik nyeri

diam, nyeri gerak aktif maupun aktif, dan nyeri tekan pada foramen

ststilomastoideus, 2) peningkatan kekuatan otot-otot wajah sebelah kiri, 3) saat

makan, makanan tidak lagi terkumpul pada sisi kiri, 4) minum/berkumur tidak

lagi bocor, 5) mata kiri mulai bisa menutup rapat, 6) kerutan didahi mulai tampak

dan mulut tidak begitu perot.

Dari penatalaksanaan fisioterapi yang dilakukan pada pasien ini, diketahui

adanya peningkatan dari T0 sampai dengan T6 dan dengan hasil sebagai berikut:

1. Peningkatan nilai kemampuan fungsional otot-otot wajah dengan Skala Ugo

Fisch

Skala Ugo Fisch digunakan untuk mengukur kemajuan motorik dan

kemampuan gerak fungsional otot-otot wajah. Peningkatan nilai skala Ugo

Fisch pada pasien Bell’s Palsy dapat diamati pada diagram di bawah ini:
54

70 Evaluasi Skala Ugo Fisch


60
Nilai Skala Ugo Fisch 50
40
30
20
10
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Diagram 1

Perubahan nilai skala Ugo Fisch

Dari grafik di atas tampak peningkatan nilai skala Ugo Fisch selama 6 kali

terapi. Terapi awal (T0) sampai terapi (T2) mendapatkan hasil 24 poin

kemudian terapi ketiga (T3) meningkat menjadi 36 poin. Pada terapi keempat

(T4) nilainya meningkat yaitu 42 point. Pada terapi kelima (T5) nilainya

bertambah menjadi 58 poin dan hasil terapi keenam (T6) meningkat lagi

menjadi 66 poin.

2. Peningkatan nilai kekuatan otot wajah

Kekuatan otot wajah juga diperiksa menggunakan MMT. Adapun

peningkatan kekuatan otot wajah dapat diamati dalam diagram berikut ini:

a. Otot Frontalis

4
3
2
Nilai

1
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Waktu Terapi

Diagram 2

Perubahan nilai otot frontalis


55

Pada diagram di atas, nilai kekuatan otot frontalis yang berfungsi

untuk gerakan mengerutkan dahi belum mengalami peningkatan. Pada awal

terapi (T0) nilai ototnya 1 (trace) sampai terapi ketiga (T3) masih bernilai 1

(trace) kemudian pada terapi keempat (T4) sampai terapi keenam (T6) nilai

ototnya meningkat menjadi 3 (fair).

b. Otot Orbicularis Occuli

Diagram 3 dibawah ini menunjukkan adanya perubahan nilai

kekuatan otot orbicularis oculi yang berfungsi untuk gerakan menutup mata

menuju ke arah perbaikan. Pada awal terapi (T 0) sampai terapi ketiga (T3)

nilai ototnya 3 (fair), kemudian pada terapi keempat (T4) sampai terapi

keenam (T6) meningkat menjadi 5 (normal).

6
5
4
3
Nilai

2
1
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Waktu Terapi

Diagram 3

Perubahan nilai m. orbicularis occuli mengalami peningkatan dari T0 - T6.

c. Otot Orbicularis Oris

Otot Orbiculari Oris yang berfungsi untuk gerakan mecucu atau bersiul

memiliki nilai 1 (trace) pada awal terapi (T0) hingga terapi ketiga (T3). Lalu

terjadi peningkatan pada terapi keempat (T4) sampai terapi keenam (T6)

menjadi 3 (trace). Peningkatan nilainya dapat diamati pada diagram 4

berikut:
56

3.5
3
2.5
2

Nilai
1.5
1
0.5
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Waktu Terapi

Diagram 4

Perubahan nilai otot orbicularis oris

d. Otot Zygomaticus Mayor

Peningkatan nilai otot zygomaticus mayor yang memiliki fungsi untuk

gerakan tersenyum pada diagram 5 dibawah ini menjelaskan bahwa pada

awal terapi (T0) sampai terapi ketiga (T3) nilai ototnya 1 (trace) kemudian

meningkat menjadi 3 (fair) pada terapi keempat (T4) sampai keenam (T6).

3.5
3
2.5
2
Nilai

1.5
1
0.5
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Waktu Terapi

Diagram 5

Perubahan nilai otot zygomaticus mayor

e. Otot Bucinator

Peningkatan nilai otot bucinator yang memiliki fungsi merapatkan

bibir kepala pada diagram 6 dibawah ini menjelaskan bahwa pada awal
57

terapi (T0) sampai terapi ketiga (T3) nilai ototnya 1 (trace) kemudian

meningkat menjadi 3 (fair) pada terapi keempat (T4) sampai keenam (T6).

3.5
3
2.5
2
Nilai

1.5
1
0.5
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Waktu Terapi

Diagram 6

Perubahan nilai otot bucinator

f. Otot Procerus

Peningkatan nilai otot procerus yang memiliki fungsi mengangkat tepi

lateral hidung pada diagram 7 di bawah ini menjelaskan bahwa pada awal

terapi (T0) sampai terapi ketiga (T3) nilai ototnya 1 (trace) kemudian

meningkat menjadi 3 (fair) pada terapi keempat (T4) sampai keenam (T6).

3.5
3
2.5
2
Nilai

1.5
1
0.5
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Waktu Terapi

Diagram 7

Perubahan nilai otot procerus


58

g. Otot Depresor Septi

Otot Depresor Septi berfungsi untuk gerakan menarik hidung kebawah

memiliki nilai 1 (trace) pada awal terapi (T0) hingga terapi ketiga (T3). Lalu

terjadi peningkatan pada terapi keempat (T4) sampai terapi keenam (T6)

menjadi 3 (trace). Peningkatan nilainya dapat diamati pada diagram 8:

3.5
3
2.5
2
Nilai

1.5
1
0.5
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Waktu Terapi

Diagram 8

Peningkatan nilai otot depressor septi

h. Otot Corrugator Supercilli

Otot Corrugator Supercilli sebagai penggerak kedua alis mata

memiliki nilai 1 (trace) pada awal terapi (T0) hingga terapi ketiga (T3). Lalu

terjadi peningkatan pada terapi keempat (T4) sampai terapi keenam (T6)

menjadi 3 (trace). Peningkatan nilainya dapat diamati pada diagram 9:

3.5
3
2.5
2
Nilai

1.5
1
0.5
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Waktu Terapi

Diagram 9

Peningkatan nilai otot corrugators supercilli


59

i. Otot Nasalis

Otot nasalis berfungsi untuk mengembangkempiskan cuping hidung

memiliki nilai 1 (trace) pada awal terapi (T0) hingga terapi ketiga (T3). Lalu

terjadi peningkatan pada terapi keempat (T4) sampai terapi keenam (T6)

menjadi 3 (trace). Peningkatan nilainya dapat diamati pada diagram 10:

3.5
3
2.5
2
Nilai

1.5
1
0.5
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Waktu Terapi

Diagram 10

Peningkatan nilai otot nasalis

j. Otot Depresor labii inferior

Otot Depresor labii inferior berfungsi untuk menarik bibir kebawah

memiliki nilai 1 (trace) pada awal terapi (T0) hingga terapi ketiga (T3). Lalu

terjadi peningkatan pada terapi keempat (T4) sampai terapi keenam (T6)

menjadi 3 (trace). Peningkatan nilainya dapat diamati pada diagram 11:

3.5
3
2.5
2
Nilai

1.5
1
0.5
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Waktu Terapi

Diagram 11

Peningkatan nilai otot depressor labii inferior


60

k. Otot Risorius

Otot Risorius berfungsi untuk meringis memiliki nilai 1 (trace) pada

awal terapi (T0) hingga terapi ketiga (T3). Lalu terjadi peningkatan pada

terapi keempat (T4) sampai terapi keenam (T6) menjadi 3 (trace).

Peningkatan nilainya dapat diamati pada diagram 12 berikut:

3.5
3
2.5
2
Nilai

1.5
1
0.5
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Waktu Terapi

Diagram 12

Peningkatan nilai otot risorius

3. Penurunan Nyeri

Nyeri pada pasien Bell’s Palsy diukur menggunakan Verbal Descriptive

Scale (VDS) yang memiliki 7 derajat nyeri. Penurunan nyeri setelah dilakukan

6 kali terapi dapat diamati dalam diagram 13 dibawah ini:

Evaluasi Nyeri dengan VDS


4
3.5 Nyeri diam
3
2.5 Nyeri gerak
Nilai

2
1.5 Nyeri tekan
1
0.5
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Waktu Terapi

Diagram 13
61

Perubahan derajat nyeri, pada nyeri diam T0 sampai T3 derajat nilai bernilai 4

dan mengalami penurunan pada T4 – T6 yaitu bernilai 3. Pada nyeri gerak T0 –

T3 derajat nilai bernilai 3 dan mengalami penurunan pada T4 - T6 bernilai 2.

Sedangkan untuk nyeri tekan T0 – T3 derajat nilainya 3 dan mengalami

penurunan menjadi nilai 2 setelah terapi keempat.

Anda mungkin juga menyukai