Anda di halaman 1dari 5

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
Setelah diberikan intervensi fisioterpai pada pasien Ny. A dengan diagnosa drop

foot dari T1 sampai T4 menggunakan modalitas infra merah, electrical stimulation dan

Terapi latihan didapatkan hasil akhir terapi sebagai berikut:

1. Terdapat penurunan nyeri tekan dan nyeri gerak pada ankle dekstra

2. Terdapat penngkatan kekuatan otot pada group otot dorsoflrksi

3. Terdapat peningkatan lingkup gerak sendi dorsofleksi dan eversi

4. Terdapat peningkatan massa otot

5. Terdapat penurunan spasme

6. Terdapat peningkatan aktivitas fungsional

B. PEMBAHASAN

1. Nyeri

Evaluasi penilaian nyeri menggunakan VDS (verbal deskription scale)

dari mulai terapi ke satu ssampai terapi ke empat

Grafik 4.1 evaluasi nyeri dengan VDS

2,5
2
1,5
1
0,5
0
Terapi 1 Terapi 2 Terapi 3 Terapi 4

nyeri diam nyeri tekan nyeri gerak

Hasil dari terapi pertama (TI) sampai terapi ke empat (T4) adanya

penurunan intensitas nyeri. Pada terapi pertama (TI) nilai nyeri diam: 1 yang

artinya tidak ada nyeri sampai terapi ke empat (T4). Pada nyeri tekan (TI)
nilainya 2 yang artinya nyeri ringan sampai terapi ke empat (T4) nilainya

menjadi 1 atau tidak nyeri. Sedangkan nyeri gerak pada terapi pertama (T1)

nilainya 2 sampai terapi ke empat (T4) nilainya menjadi 1 atau tidak nyeri.

Kesimpulan : adanya penurunan intensitas nyeri tekan dan nyeri gerak pada

ankle dextra.

2. Kekuatan otot

Evaluasi kekuatan otot dengan menggunakan manual muscle testing

(MMT) dimulai dari terapi pertama sampai terapi ke empat

Tabel 4.4 evaluasi kekeuatan otot ankle dextra

Terapi Dorsofleksi Plantarfleksi Eversi Inversi Fleksor Ekstensor

phalang phalang

T1 3 5 3 4 4 4

T2 4 5 3 4 4 4

T3 4 5 4 4 4 4

T4 4 5 4 4 4 4

Grafik 4.4 evaluasi kekuatan otot

6
5
4
3
2
1
0
T1 T2 T3 T4

dorsofleksi plantarfleksi eversi


inversi fleksor phalang ekstensor phalang

Hasil dari terapi ke satu (T1) nilai kekuatan otot pada group otot

dorsofleksi 3. Setalah diterapi sampai empat (T4) kali terapi adanya peningkatan
kekuatan otot menjadi 4 yang artinya pasien bisa melawan tahanan minimal

yang diberikan fisioterapi pada terapi ke empat (T4). Kesimpulan : adanya

peningkatan kekuatan otot pada dorsi fleksor dan everi ankle dextra pada terapi

ke empat (T4).

3. Lingkup gerak sendi

Evaluasi pemeriksaan lingkup gerak sendi menggunakan goneometer

dengan aksis pada maleolus lateral pada gerakan dorsofleksi-plantarfleksi (S).

diluruskan jari tengah dan statis diluruskan dengan tibia. sedangakan gerakan

eversi-inversi (T) pada tengah talus dan tangkai dinamis

Tabel 4.5 evalusi ROM aktif ankle dextra

Bidang T1 T2 T3 T4

S 5°-0°-30° 10°-0°-30° 10°-0°-30° 15°-0°-30°

T 5°-0°-10° 5°-0°-30° 10°-0°-30° 10°-0°-30°

Hasi dari terapi pertama (T1) sampai terapi ke empat (T4) adanya

peningkatan lingkup gerak sendi pada gerakan dorsofleksi (sagital) dan eversi

(transversal) yang dipengaruhi adanya peningkatan kekuatan otot.

Tabel 4.6 evalusi ROM pasif ankle dextra

Bidang T1 T2 T3 T4

S 15°-0°-30° 15°-0°-30° 15°-0°-30° 15°-0°-30°

T 10°-0°-10° 15°-0°-30° 15°-0°-30° 15°-0°-30°

Hasi dari terapi pertama (TI) sampai terapi ke empat (T4) adanya

peningkatan lingkup gerak sendi pada gerakan dorsofleksi (sagital) dan eversi

(transversal) yang dipengaruhi adanya peningkatan kekuatan otot.


4. Evaluasi atrofi otot

Evaluasi pengukuran lingkar segmen untuk mengetahui adanya atrofi

menggunakan mid line dengan titik patokan pada maleous lateral dextra ke

superior 5 cm dan ke inferior 5 cm.

Tabel 4.7 evaluasi atrofi otot penggerak ankle dextra

Pengukuran T1 T2 T3 T4

5 cm keatas 21 22 22 22

5 cm kebawah 27 27 27 27

Dari terapi pertama (TI) nilai 21 yang menandakan adanya pengecilan,

setelah diterapi sampai empat kali terapi adanya peningkataan pembesaran otot

pada otot penggerak ankle dextra.

5. Evaluasi spasme

Penilaian evaluasi spasme menggunakan palpasi pada muscle yang

mengalami spasme. Apabila masih ada spasme nilai 1 sedangkan tidak ada

spasme 0.

Tabel 4.8 evaluasi spasme

Otot T1 T2 T3 T4

Gastrocnemius 1 1 0 0

Tensor fascia latae 1 1 0 0

Dari hasil pemberian terapi pertama (TI) sampai terapi ke empat (T4)

adanya spasme pada gastrocnemius dan tensor fascia latae. Setelah diterapi

menggunakan infra merah adanya pengurangan spasme pada ke dua otot

tersebut.
6. Evaluasi aktivitas fungsional

Penilaian aktivitas fungsional menggunakan skala fadi yang meliputi

kesulitan saat pasien beraktivitas.

Grafik 4.3 evaluasi aktivitas fungsional dengan FADI

Series 1
100

50

0
T1 T2 T3 T4

Anda mungkin juga menyukai