Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR KLINIK

KEBIDANAN

“ASUHAN PADA PASIEN PRE DAN PASCA BEDAH PADA KASUS


KEBIDANAN”

Dosen Pengajar : Novita Eka KW, SST., M.Keb.

Disusun oleh :

Nama : Rafidah Rana Andini

NIM : P27824119034

Prodi : D3 Kebidanan Sutomo Semester 2

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

BADAN PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

TAHUN 2019-2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehinggakami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa pertologan –
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlipah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Laporan praktikum ini merupakan tugas kelompok bagi mahasiswa prodi D3


Kebidanan Kampus Sutomo Poltekkes Kemenkes Surabayauntuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Astuti Setiyani, SST., M.Kes., selaku ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes


Kemenkes Surabaya.
2. Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb., selaku ketua Prodi D3 Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
3. Novita Eka KW, SST., M.Keb, selaku dosen pembimbing mata kuliah
Ketrampilan Dasar Klinik Kebidanan.
4. Seluruh pihak yang turut membantu dan kerjasama dalam menyelesaikan
makalah yang berjudul Asuhan Pada Pasien Pre dan Pasca Bedah Pada
Kasus Kebidanan.

Surabaya, 27 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I ......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
1.3 Manfaat......................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Persiapan Pre Operasi................................................................................3
a. Persiapan Fisik..........................................................................................3
b. Persiapan Psikososial..............................................................................10
c. Persiapan Administrasi............................................................................13
2.2 Perawatan Post Operasi................................................................................14
2.2 Jenis-Jenis Pembedahan dan Anaestesi...................................................15
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................18
Daftar Pustaka......................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya
dilakukan dengan membuat sayatan, setelah bagian yang akan ditangani
ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan
dan penjahitan luka. Perawatan selanjutnya akan termasuk dalam
perawatan pasca bedah.

Perawat dan bidan mempunyai peranan yang sangat penting dalam


setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun
setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk
mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat
keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang
dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait
(dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien
yang kooperatif selama proses perioperative.

Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit
pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga
faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena
bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Diharapkan penulis mampu mamahami, mengetahui, dan mengerti
tentang persiapan fisik, psikososial, dan administrasi pada pre operasi
serta prinsip asuhan yang diberikan pada pasien post operasi juga
jenis-jenis pembedahan dan anaestasi.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui persiapan fisik pada pre operasi
2) Untuk mengetahui persiapan psikososial pada pre operasi

1
2

3) Untuk mengetahui persiapan administrasi pada pre operasi


4) Untuk mengetahui prinsip asuhan yang diberikan pada pasien post
operasi
5) Untuk mengetahui jenis-jenis pembedahan dan anaestesi

1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu memberikan informasi dan
pengetahuan kepada mahasiswa dan pembaca untuk memahami tentang
persiapan fisik, psikososial, dan administrasi pada pre operasi serta prinsip
asuhan yang diberikan pada pasien post operasi juga jenis-jenis
pembedahan dan anaestasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Persiapan Pre Operasi


Kata pre operasi adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase
pengalaman pembedahan antara lain pre operasi, intra operasi, pasca operasi
(Brunner & Suddarth, 2002). Pre operasi merupakan masa sebelum
dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan
berakhir sampai pasien di meja bedah.

a. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi antara lain :
1) Status Kesehatan Fisik Secara Umum
Pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika,
status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik,
fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien
harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang
cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan
darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu
terjadinya haid lebih awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi
harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang
cukup bagi perbaikan jaringan. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus

3
4

dikoreks sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup


untuk perbaikan.

Protein sangat penting untuk mengganti massa otot tubuh selama


fase katabolik setelah pembedahan, memulihkan volume darah dan
protein plasma yang hilang, dan untuk memenuhi kebutuhan yang
meningkat untuk perbaikan jaringan dan daya tahan terhadao infeksi.

Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami


berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi
lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan
sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka
yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis
yang bisa mengakibatkan kematian.
3) Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan input dan output cairan. Demikian juga kadar
elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit
yang biasanya diperiksa adalah kadar natrium serum (normal : 135 –
145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar
kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl).
Keseimbangan cairan dan elektrolit berkaitan erat dengan fungsi
ginjal. Ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi
metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi
dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan
seperti oliguri atau anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka
operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada
kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4) Kebersihan Lambung dan Kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan
dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan
5

tindakan enema atau lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7


sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).
Tujuan pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari
aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari
kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang
menbutuhkan operasi CITO (segera) seperti pada pasien kecelakaan
lalu lintas, pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT (naso gastric tube).
5) Pencukuran Daerah Operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman
dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat menjadi sumber kuman dan
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan
daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya, jika pasien tidak
mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka
perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal
hygiene.
7) Pengosongan Kandung Kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi kandung kemih,
tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance
cairan.

8) Latihan Pra Operasi


6

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi,


hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi
kondisi pascaoperasi, seperti nyeri daerah operasi, batuk dan banyak
lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum
operasi antara lain latihan nafas dalam, latihan batuk efektif dan latihan
gerak sendi.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain
latihan nafas dalam, latiihan batuk efektif dan latihan gerak sendi.
Latihan nafas dalam bermanfaat untuk memperingan keluhan saat
terjadi sesak nafas, sebagai salah satu teknik relaksasi, dan
memaksimalkan supply oksigen ke jaringan. Cara latihan teknik nafas
dalam yang benar adalah :

 Tarik nafas melalui hidung secara maksimal kemudian tahan 1-2


detik
 Keluarkan secara perlahan dari mulut
 Lakukanlah 4-5 kali latihan, lakukanlah minimal 3 kali sehari
(pagi, siang, sore)
Batuk efektif bermanfaat untuk mengeluarkan secret yang
menyumbat jalan nafas. Cara batuk efektif adalah :

 Tarik nafas dalam 4-5 kali


7

 Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik


 Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukan dengan kuat
 Lakukan empat kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan
dengan kebutuhan
 Perhatikan kondisi klien
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien
sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai
pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru
tentang pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak
berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau
takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru
karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka
pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga
pasien akan lebih cepat kentut / flatus. Keuntungan lain adalah
menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan
terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan
lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan
menunjang fungsi pernafasan optimal. Latihan gerak sendi juga
bermanfaat untuk meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas
dan kekuatan otot, mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan,
serta mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendiIntervensi
ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion
(ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya
dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya
kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.
Beberapa jenis gerakan sendi: fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi,
oposisi, dll.
9) Persiapan atau Pemeriksaan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil
pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin bisa
8

menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien.


Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada
pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan
keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit
yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk
dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan
apakan kondisi pasien layak menjalani operasi.
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain, seperti:
pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan
(clotting time) darah pasien, elektrolit serum, hemoglobin, protein
darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks, EKG dan
ECG. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam
pemrikasaan laboratorium terutama pemeriksaan Pemeriksaan
penunjang yang dimaksud antara lain :
 Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks,
abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT
scan (computerized Tomography Scan), MRI (Magnetic
Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy,
Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKGECG (Electro Cardio
Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
 Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah :
hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju endap darah),
jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit
(kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll.
Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit
terkaut dengan kelainan darah.
 Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganasjinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
9

 Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD). Pemeriksaan KGD


dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan
rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan
puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8
pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post
prandial).
10) Pemeriksaan Status Anastesi
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan
untuk keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi
demi kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan
status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko
pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan
adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA ( American
Society of Anasthesiologist ). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat
dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi
pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Berikut adalah tabel
pemeriksaan ASA.
Kelas Status Fisik
Seorang pasien yang normal dan sehat, selain penyakit
ASA I
yang akan dioperasi.
Seorang pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai
ASA II
sedang.
Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang
ASA III
belum mengancam jiwa.
Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang
ASA IV
mengancam jiwa.
ASA V Penderita sekarat yang mungkin tidak bertahan dalam
waktu 24 jam dengan atau tanpa pembedahan, kategori
ini meliputi penderita yang sebelumnya sehat, disertai
dengan perdarahan yang tidak terkontrol, begitu juga
penderita usia lanjut dengan penyakit terminal.

11) Inform Consent/Izin Persetujuan Operasi


10

Selain dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang terhadap pasien


hal yang paling penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung
jawab adalah inform consent. Baik pasien maupu keluarganya harus
menyadari bahwa tindakan medis dan operasi sekecil apapun
mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani
tindakan medis wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan
dilakukanya tindakan medis. Informed consent sebagai wujud dari
upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien
atau orang yang bertanggung jawab terhadap pasien wajib untuk
menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun
tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan
keluarga melalui segala resiko dan konsekuensinya. Jika petugas
belum menjelaskan secara detail maka pihak keluarga harus betul-betul
perlu menanyakanya pada petugas sehingga paham. Hal ini perlu
dilakukan agar tidak terjadi sesuatu yang buruk dikemudian hari jika
operasi tak berjalan sesuai harapan.

b. Persiapan Psikososial
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan
merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang
yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis
(Barbara C. Long). Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat
kecemasan dan ketakutan antara lain :Pasien dengan riwayat hipertensi
jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien
sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa
dibatalkan. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat
mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa
harus ditunda. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam
menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang
11

berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu
dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan.
Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien
dalam menghadapi pembedahan antara lain :
1) Takut nyeri setelah pembedahan
2) Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal ( bodyimage ).
3) Takut keganasan ( bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti )
4) Takut / cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama.
5) Takut / ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
6) Takut mati saat dibius / tidak sadar lagi.
7) Takut operasi gagal.

Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat


dideteksi dengan adanya perubahan - perubahan fisik seperti :
meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan - gerakan tangan
yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan
pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat
perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien
dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal - hal
yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah
ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat
perkembangan pasien, faktor pendukung / support system.
Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat
menanyakan hal - hal yangterkait dengan persiapan operasi, antara lain :
 Pengalaman operasi sebelumnya
Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan / alasan tindakan
operasiPengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik
fisik maupun penunjang.
12

 Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi / kondisi kamar operasi


dan petugaskamar operasi.

Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post


operasi). Pengetahuan tentang latihan - latihan yang harus dilakukan
sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan
nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll. Persiapan mental yang kurang
memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan
keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang
sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan
beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah
siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah
dilakukan beberapa hari / minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan
mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung
oleh keluarga / orang terdekat pasien. Persiapan mental dapat dilakukan
dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan keterlibatan
keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya
perlu mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan
dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan
meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.
Peranan tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan mental dapat
dilakukan dengan berbagai cara:
1) Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami
pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang
waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses
operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
2) Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka
diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun
demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui
tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami
pasien.
3) Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan
persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan
13

bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa,
perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan,
manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu
diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll.
Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan
yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan
mental pasien dengan baik
4) Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan
tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada
pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di
antar ke kamar operasi.
5) Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan
hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan
pada pasien.
6) Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi,
seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk
menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan
istirahatnya terpenuhi.
7) Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar
operasi, petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga
membuat pasien merasa lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan
pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk mengantar
pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk
menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.

c. Persiapan Administrasi

Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib


bertanggung jawab membaca dan mendatangani surat izin operasi. Selain
itu persiapkan segala surat, dokumen, dan data yang dibutuhkan untuk
perihal administrasi yang akan kita urus di RS, dan informasikan semua
data ini secara detil kepada anggota keluarga terdekat (suami/istri,
14

orangtua, adik atau kakak). Jika kita menggunakan asuransi dari kantor,
jelaskan kepada anggota keluarga bagaimana prosedur pengurusan dan
formulir apa saja yang butuh diisi, difotokopi dan disiapkan. Sama halnya
jika menggunakan BPJS ataupun cara pembiayaan yang lain. Satukan
semua berkas formulir dan fotokopi dokumen dalam satu map khusus.
Ketika kita sudah mau masuk ruang operasi sampai nanti pasca operasi,
sudah tentu semua dokumen administrasi otomatis menjadi urusan
keluarga dekat. Dengan penjelasan sejak awal akan membuat prosedur
administrasi lebih efektif dan meminimalisir kebingungan keluarga.

2.2 Perawatan Post Operasi


Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien
keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan
klinik ataudirumah. Setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi
kompleks akibatfisiologis yang mungkin terjadi. Untuk mengkaji kondisi
pasca atau post operasiini, perawat mengandalkan informasi yang berasal dari
hasil pengkajian keperawatan preoperative. Pengetahuan yang dimiliki klien
tentang prosedur pembedahan dan hal - hal yang terjadi selama pembedahan
berlangsung.Informasi ini membantu perawat mendeteksi adanya perubahan.
Tindakan pasca operasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu periode pemulihan
segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase pasca operasi. Untuk klien
yang menjalani bedah sehari, pemulihan normalnya terjadi dalam 1 sampai 2
jam dan penyembuhan dilakukan di rumah. Untuk klien yang dirawat di
rumah sakit pemulihan terjadi selama beberapa jam dan penyembuhan
berlangsung selama 1hari atau lebih tergantung pada luasnya pembedahan dan
respon klien. Setelah tindakan pembedahan (pra oprasi), beberapa hal yang
perlu dikaji diantaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi
dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit,  kardiovaskular,
lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat-alat yang digunakan
dalam pembedahan. Selama periode ini proses asuhan diarahkan pada
menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat
15

dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya


dengan cepat, aman dan nyaman.

Perawatannya antara lain :

1) Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat


dilakukan manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya,
pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
2) Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik
napas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik
dan hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan menarik napas melalui
hidung dan menggunakan diafragma, kemudian napas dikeluarkan secara
perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3) Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko
tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus
meninggikan kaki pada tempat duduk guna untuk memperlancar vena.
4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan
cairan sesuai kebutuhan pasien, serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5) Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output,
serta mencegah terjadinya retensi urine.
6) Discharge Planning. Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan
informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi atau penyakitnya post
operasi.
Ada 2 macam discharge planning :
a. Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing yang
diberikan kepada klien (sebagai dokumentasi)
b. Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih
detail.

2.2 Jenis-Jenis Pembedahan dan Anaestesi


Jenis-Jenis Pembedahan
1) Jenis-Jenis Pembedahan Berdasarkan Lokasi
16

Berdasarkan lokasinya, pembedahan dapat dibagi menjadi bedah


toraks kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah ortopedi, bedah urologi,
bedah kepala leher, bedah digestif, dan lain-lain.

2) Jenis-Jenis Pembedahan Berdasarkan Tujuan


Berdasarkan tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi :
 Pembedahan diagnosis, ditunjukan untuk menentukan sebab terjadinya
gejala penyakit seperti biopsy, eksplorasi, dan laparotomi.
 Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit.
Misalnya pembendahan apendektomi.
 Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaiki deformitas,
menyambung daerah yang terpisah.
 Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa
menyembuhkan penyakit.
 Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam
tubuh seperti rhinoplasti.Jenis-Jenis Anaestesi

Anaestesi
Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga
menyebabkan hilang rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang
rasa sakit ketika dilakukan tindakan pembedahan.  Hal yang perlu diperhatikan
yaitu dosis yang diberikan sesuai dengan jenis pembedahan atau operasi
kecil/besar sesuai waktu yang dibutuhkan selama operasi dilakukan.

Jenis-Jenis Anaestesi

1) Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan


menghilangkan kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa.
2) Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan
sadar untuk meniadakan proses konduktivitas pada ujung atau serabut
saraf sensoris di bagian tubuh tertentu, sehingga dapat menyebabkan
adanya hilang rasa pada daerah tubuh tersebut.
17

3) Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada


daerah yang akan dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar.
4) Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif
secara artifisial sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau
perintah serta untuk mengurangi  kesadaran sehingga perhatian menjadi
terbatas.
5) Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri
dengan merangsang keluarnya endorfin tanpa menghilangkan kesadaran.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pre operasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang
dimulai prebedah (preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah
(postoperasi). Pre operasi merupakan masa sebelum dilakukannya
tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir
sampai pasien di meja bedah. Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh
pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan
persiapan di ruang operasi. Persiapan mental merupakan hal yang tidak
kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien
yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien
keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada
tatanan klinik atau dirumah. Setelah pembedahan, perawatan klien dapat
menjadi kompleks akibat fisiologis yang mungkin terjadi. Untuk mengkaji
kondisi pasca atau post operasiini, perawat mengandalkan informasi yang
berasal dari hasil pengkajian keperawatan preoperative. Anestesia adalah
penghilangan kesadaran sementara sehingga menyebabkan hilang rasa
pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang rasa sakit ketika
dilakukan tindakan pembedahan.  
3.2 Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud
nyatakan peran tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat
melaksanakan tugas – tugas dengan penuh tanggung jawab, dan selalu
mengembangkan ilmunya.

18
Daftar Pustaka

https://oshigita.files.wordpress.com/2015/03/modul-kdk-prodi-d3-materi-gita-
k.pdf

https://www.slideshare.net/auliarahmah21/jenis-persiapan-dan-perawatan-pre-
operasi-intra-dan-post-operasi-dan-luka-perinium

https://www.academia.edu/37761350/MAKALAH_PRE_POST_OP

19

Anda mungkin juga menyukai