Anda di halaman 1dari 11

SYAHMANI, DKK│ PENGGUNAAN KITIN SEBAGAI ALTERNATIF...

PENGGUNAAN KITIN SEBAGAI ALTERNATIF


FASE DIAM KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
DALAM PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Syahmani, Leny, Rilia Iriani, dan Noor Elfa


Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Lambung Mangkurat
Jl. Brigjen H. Hasan Basry Banjarmasin, Indonesia
e-mail :syahmani@unlam.ac.id

Abstract. Utilization of chitin as a stationary phase of TLC to separate the compound


components from plants had been carried out. The objective of this study was to
investigate (1) the effectiveness of chitin as a stationary phase in TLC to separate the
compound components of plants, and (2) composition of compounds in plant extracts
that can be separated by chitin. Research method is experiment in laboratory.
Sampling technique of plant extract (mahogany seed, turmeric rhizome, and
pandanus leaf) using random sampling technique, while shrimp shrimp skin is
shrimp waste from Indu Manis Banjarmasin factory. Data were analyzed
descriptively qualitative. The results showed that chitin rendemen successfully
isolated from shrimp skin was 36,44%. Chitin is effectively used as an alternative to
stationary phase in TLC to separate the compound components from plant sample
extracts (mahogany seeds, pandanus leaves, and turmeric rhizomes).

Keywords: chitin, stationary phase of TLC, and separation of plant compound


components.

Abstrak. Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan kitin sebagai fasa diam
KLT untuk memisahkan komponen senyawa dari tumbuhan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui (1) efektivitas kitin sebagai fasa diam pada KLT untuk
memisahkan komponen senyawa dari tumbuhan, dan (2) komposisi senyawa dalam
ekstrak tumbuhan yang mampu dipisahkan oleh kitin. Metode penelitian adalah
eksperimen di laboratorium. Teknik pengambilan sampel ekstrak tumbuhan (biji
mahoni, rimpang kunyit, dan daun pandan) menggunakan teknik random sampling,
sedangkan kulit udang merupakan limbah kulit udang dari pabrik Indu Manis
Banjarmasin. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rendaman kitin yang berhasil diisolasi dari kulit udang sebesar
36,44%. Kitin cukup efektif digunakan sebagai alternatif fasa diam pada KLT untuk
memisahkan komponen senyawa dari ekstrak sampel tumbuhan (biji Mahoni, daun
Pandan, dan rimpang Kunyit).

Kata Kunci: kitin, fase diam KLT, dan pemisahan komponen senyawa tumbuhan.

PENDAHULUAN perkuliahan, serta verifikasinya di


Pendekatan laboratorium dalam laboratorium (Ricci et al, 1994). Oleh karena
pembelajaran kimia organik dapat dilakukan itu diperlukan adanya relevansi materi
dengan menghubungkan teori-teori dan perkuliahan dan praktikum agar mahasiswa
prinsip-prinsip yang diberikan dalam menemukan prinsip yang sama selama di

1
JURNAL VIDYA KARYA | VOLUME 32, NOMOR 1, APRIL 2017

laboratorium dan kemudian menggunakan polar (Johnson & Stevenson, 1991). Silika
temuannya sebagai subyek dari bagian biasanya memberikan hasil yang unggul,
rangkaian perkuliahan. Pengalaman konkrit tersedia dalam berbagai luas permukaan dari
yang diperoleh melalui kegiatan laboratorium sebagian besar data KLT, namun harganya
sangat penting untuk mahasiswa dalam proses relatif mahal. Untuk itu perlu dicari alternatif
belajar. Pembelajaran akan lebih efektif jika penggantinya, semisal memanfaatkan
mahasiswa dapat merefleksikan pengalaman kemampuan kitin sebagai adsorben logam
sendiri dan mencoba menggunakan apa yang menjadi media fasa diam pengganti silika gel.
telah dipelajari. Sumber kitin yang potensial adalah
Salah satu topik percobaan dalam cangkang/kulit krustasea, yang mengandung
Praktikum Kimia Organik adalah 30-50% kalsium karbonat, dan 20-30% kitin.
kromatografi. Kromatografi adalah teknik Proporsi tersebut bervariasi bergantung pada
pemisahan campuran berdasarkan perbedaan jenis krustasea dan musimnya (Cho et al.
kecepatan perambatan komponen dalam 1998). Beberapa studi menunjukkan bahwa
medium tertentu. Beberapa teknik kitin secara ekonomis dapat diisolasi dari
kromatografi yang banyak digunakan antara limbah kulit udang (Noerati dan Sanir, 2000;
lain Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Riswiyanto dkk., 2001; Widodo, dkk, 2007).
Kromatografi Kolom (KK). Prinsip dari KLT Kitin merupakan polimer (1-4)-2-asetamido-2-
di mana suatu analit bergerak melintasi lapisan deoksi-B-D-glukosamin (Krissetiana, 2004).
fase diam di bawah pengaruh fase gerak, yang Kitin memiliki gugus amino yang bertindak
bergerak melalui fase diam. Semakin polar sebagai donor pasangan elektron. Berdasarkan
suatu senyawa fase gerak, semakin besar sifat inilah menjadikan kitin banyak
partisi ke dalam fase diam gel silika, semakin dimanfaatkan sebagai adsorben.
sedikit waktu yang dibutuhkan fase gerak Banyaknya penelitian yang dilakukan
untuk bergerak menyusuri plat sehingga mengenai pemanfaatan kitin sebagai adsorben,
semakin pendek jarak tempuh senyawa maka peneliti tertarik untuk melakukan
tersebut menaiki plat dalam waktu tertentu pemanfaatan kitin dari limbah kulit udang
(Watson, 2005). sebagai media fasa diam pada KLT untuk
Kromatografi kolom merupakan teknik mengidentifikasi komponen senyawa biji
kromatografi yang menggunakan zat penyerap mahoni. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
(fase diam) dalam wadah kaca berbentuk Mengetahui efektivitas kitin sebagai fasa diam
buret, fase gerak dituangkan di atas dan pada KLT untuk memisahkan komponen
menetes di bawah. Dalam kromatografi kolom, senyawa dalam biji mahoni, rimpang kunyit,
fase diam ditempatkan dalam kolom yang dan daun pandan (2) Mengetahui komposisi
dilewati fasa gerak yang dipengaruhi oleh senyawa dalam ekstrak biji mahoni, rimpang
adanya tekanan gravitasi (Harvey, 2000). kunyit, dan daun pandan yang mampu
Identifikasi komponen senyawa yang dipisahkan oleh kitin.
terdapat dalam pigmen tumbuhan, atau bagian
(daun,, biji atau rimpang) tumbuhan dapat METODE PENELITIAN
dilakukan menggunakan metode KLT. Metode Penelitian menggunakan metode
KLT umumnya menggunakan fasa diam yaitu eksperimen, yaitu mengidentifikasi komponen
silika gel, alumina dan keiselguhr. Silika dan senyawa dalam tumbuhan dan menguji
alumina merupakan adsorben (fasa diam) yang keefektivan kitin sebagai media fasa diam
serba guna, sedangkan keiselguhr digunakan pada KLT untuk memisahkan senyawa dari
untuk adsorben senyawa–senyawa yang sangat tumbuhan. Penelitian ini dilakukan di
2
SYAHMANI, DKK│ PENGGUNAAN KITIN SEBAGAI ALTERNATIF...

Laboratorium Kimia FKIP Unlam b. Dekalsifikasi. Serbuk kulit udang bebas


Banjarmasin. Penelitian dilakukan selama 5 protein 25 gram dari langkah satu
bulan. ditambahkan HCl 2M sebanyak 150 mL
Pengambilan sampel menggunakan kemudian diaduk selama 30 menit.
teknik random sampling. Sampel kulit udang Dekalsifikasi ditunjukkan dengan terjadinya
dari limbah pabrik pengolahan udang beku P.T gelembung-gelembung dan dihentikan jika
Indu Manis Teluk Tiram Banjarmasin, tidak muncul gelembung lagi. Selanjutnya
sedangkan sampel tumbuhan (biji mahoni, larutan disaring dan residunya dicuci
daun pandan, dan rimpang kunyit) diperoleh di dengan akuades sampai netral, kemudian
Banjarmasin. dikeringkan dalam oven pada suhu 60 oC
Alat penelitian meliputi: gelas ukur 100 selama  3 jam.
m, pipet tetes, neraca analitik AND tipe GR- c. Decolorisasi. Serbuk kulit udang yang
200, indikator universal, stirrer, termometer sudah didekalsifikasi dimasukkan ke dalam
100oC, hot plate branstead termolyne tipe Sp gelas kimia kemudian ditambahkan aseton
47230, kertas saring, corong kaca, cawan hingga terendam lalu diaduk dan didiamkan
porselin, blender, oven, plat alumunium, sampai kering. Sesudah kering ditambahkan
bejana pengembang, lampu Ultraviolet (UV), NaOCl 2% sampai terendam, diaduk dan
octagon. Bahan penelitian meliputi: serbuk didiamkan selama 2 jam kemudian disaring,
kulit udang, aquadest, natrium hidroksida dicuci dengan akuades hingga netral.
(Merck, p.a), asam klorida (Merck, p.a), Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada
natrium hipoklorit, aseton (Merck, p.a), suhu 60oC selama  3 jam. Hasilnya berupa
kalsium sulfat, kloroform (Merck, p.a), asetat kitin.
anhidrat (Merck, p.a), asam sulfat pekat Penyiapan kitin sebagai fasa diam KLT.
(Merck, p.a), etil asetat (Merck, p.a), n- Menyediakan plat KLT dari aluminium
heksana (Merck, p.a), biji mahoni (Swietenia berukuran 15 x 15 cm dan melapisi plat
macrophylla (L.) King.), daun Pandan dengan bubur kitin sebagai fasa diam yang
(Pandanus odoratissimus Linn), dan rimpang telah ditambahkan kalsium sulfat sebanyak
Kunyit (Curcuma longa Linn). 13% dari massa kitin. Mengeringkan plat pada
Prosedur penelitian terdiri dari beberapa suhu kamar dan mengaktifkan dengan
tahap, yaitu: pemanasan dalam tanur pada suhu 1050C
Isolasi kitin. selama 30 menit. Memberi garis yang berjarak
Isolasi kitin dari limbah kulit udang dilakukan 1 cm dari ujung bagian bawahnya dan 1 cm
dengan tiga tahap (Kusumaningsih, 2004) dari ujung bagian atas.
yaitu: Ekstraksi sampel.
a. Deproteinisasi. Dilakukan dengan Ekstraksi sampel dilakukan dengan pelarut
menambahkan 250 mL NaOH 3,5% pada organik yang sesuai.
50 g serbuk kulit limbah kulit udang dalam (1) Biji Mahoni. 100 g biji mahoni yang telah
gelas kimia, di atas penangas air pada suhu dihaluskan direndam dengan 150 ml
65oC selama dua jam sampai terbentuk kloroform. Bejana dibiarkan di tempat
gumpalan putih kemerahan. Gumpalan itu yang sejuk dan sesekali diaduk. kemudian
dipisahkan dengan cara dekantasi. kloroform dievaporasi untuk mendapatkan
Kemudian larutan tersebut disaring dan ekstrak pekatnya (1/5 volume semula)
residunya dicuci dengan akuades sampai pada suhu rendah. Menotolkan ekstrak
netral. Selanjutnya dikeringkan dalam oven sampel tumbuhan masing-masing pada plat
pada suhu 60oC selama  3 jam. KLT silika gel dan kitin. Memasukkan
3
JURNAL VIDYA KARYA | VOLUME 32, NOMOR 1, APRIL 2017

masing-masing plat ke dalam bejana dan kitin. Campuran eluen n-


dengan fasa gerak n-heksana : etil asetat = heksana/aseton (7/3) sebanyak 10 mL
4:1. Mengidentifikasi pemisahan noda dimasukkan ke dalam chamber diikuti
pada kromatogram di bawah lampu dengan plat KLT. Kemudian noda pada
Ultraviolet (UV). plat dilihat pada sinar UV 254 nm dan
(2) Rimpang Kunyit. 100 g rimpang kunyit noda ditandai dengan pensil, lalu dihitung
yang telah dihaluskan direndam dengan nilai Rf.
150 ml metanol. Bejana dibiarkan di Analisis data dilakukan secara
tempat yang sejuk dan sesekali diaduk. deskriptif kualitatif. Harga Rf yang diperoleh
kemudian metanol dievaporasi untuk dari KLT dianalisis berdasarkan kepolaran
mendapatkan ekstrak pekatnya (1/5 baik fasa diam, sifat senyawa yang terelusi
volume semula) pada suhu yang sesuai. maupun eluen yang digunakan mengacu pada
Menotolkan ekstrak sampel kunyit pendapat Johnson & Stevenson (1991),
masing-masing pada plat KLT silika gel kemudian dibandingkan dengan referensi
dan kitin. Campuran eluen kloroform : sebagai standar.
benzene : metanol (80:15:5) sebanyak 40
mL dimasukkan ke dalam chamber diikuti HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan plat KLT. Noda pada plat dilihat Isolasi kitin
pada sinar UV 254 nm dan noda ditandai Kulit udang terlebih dahulu dibersihkan
dengan pensil, lalu dihitung nilai Rf. dan dikeringkan, kemudian sebanyak 200
(3) Daun Pandan. 100 g daun pandan yang gram (= 4 x 50 gram) sampel serbuk kulit
telah dihaluskan direndam dengan 150 ml udang diproses melalui beberapa tahap yaitu
heksana/asetat (7/3). Bejana dibiarkan di penghilangan protein (deproteinisasi),
tempat yang sejuk dan sesekali diaduk. penghilangan kalsium karbonat (dekalsifikasi),
kemudian pelarut dievaporasi untuk dan penghilangan warna (decolorisasi) untuk
mendapatkan ekstrak pekatnya (1/5 mendapatkan kitin. Kitin yang dihasilkan
volume semula) pada suhu yang sesuai. berupa serbuk halus berwarna putih dengan
Menotolkan ekstrak sampel tumbuhan rincian massa dan rendemen tiap proses pada
masing-masing pada plat KLT silika gel Tabel 1.

Tabel 1. Rincian massa tiap proses pembuatan kitin


Massa Rendemen
Proses Keterangan
(g) (%)
Deproteinisasi (penghilangan protein) 103,86 51,93 Serbuk putih kecoklatan
Dekalsifikasi (penghilangan kalsium karbonat) 80,86 40,43 Serbuk putih kecoklatan
Decolorisasi (penghilangan warna) 54,88 36,44 Serbuk putih

Kitin yang diperoleh dari tahapan di atas, dari massa kitin yang digunakan. Kalsium
kemudian dilakukan penyaringan dengan sulfat ini berfungsi sebagai pengikat/perekat
ukuran partikel 270 mesh. untuk serbuk kitin terhadap plat aluminium.
menyeragamkan ukuran partikel yang akan Penambahan kalsium sulfat ini tidak
dibuat sebagai adsorben pada KLT. Serbuk memberikan banyak pengaruh terhadap plat
kitin ini dibuat bubur untuk proses pembuatan KLT yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan
plat KLT. Dalam pembuatan bubur kitin ini silika gel yang digunakan sebagai pembanding
ditambahkan kalsium sulfat sebanyak 13% kitin pun mengandung 13% gips (kalsium

4
SYAHMANI, DKK│ PENGGUNAAN KITIN SEBAGAI ALTERNATIF...

sulfat) sebagai pengikat/perekat (Anwar dkk, Kitin sebagai Fasa Diam KLT
1993). Plat dapat dibuat dengan cara Uji KLT ekstrak biji mahoni, dilakukan
penyebaran bubur di permukaan plat dengan dua jenis fasa diam, yaitu silika gel
aluminium, sehingga, plat KLT yang dan kitin. Eluen yang digunakan adalah n-
dihasilkan lebih baik dan tidak pecah. Plat heksana : etil asetat (4:1). KLT menggunakan
kemudian dikeringkan pada suhu kamar kedua fasa diam kitin dan silika gel. sehingga
selama 15-18 jam (Anwar dkk, 1993) sebelum dapat dilihat pemisahan senyawa yang terjadi
dilakukan aktivasi pada suhu yang lebih dan diukur harga Rf. Hasil KLT ekstrak biji
tinggi. Setelah plat kering pada suhu kamar, mahoni menggunakan fasa diam kitin dan
barulah plat kitin diaktivasi dalam tanur (oven) silika gel dapat dilihat pada Gambar 1 dan
pada suhu 1050C selama 30 menit. Tabel 2.

Gambar 1. Hasil KLT ekstrak biji mahoni dengan fasa diam: (a) kitin dan (b) silika gel

Tabel 2. Harga Rf dengan senyawa yang dipisahkan oleh fase diam kitin dan silika gel
Harga Rf (cm) Harga Rf (cm) Nama Senyawa
Eluen Warna Noda
Fase Kitin Fase Silika (Ali et al. 2011; Lau, 2015)
n-heksana : 0,82 0,78 3,15-diasetil swietenolide Coklat
Etil asetat 0,56 0,54 6-O-acetylswietenolide Coklat
(4:1) 0,35 0,32 eikosil linolenat Coklat
0,20 0,18 Asam linoleat Coklat
0,12 0,10 Asam oleat Coklat
- 0,06 Asam stearat Coklat

KLT menggunakan fasa diam kitin kemampuan yang lebih baik dibandingkan
memberikan lima bercak noda sebagai dengan fasa diam kitin karena silika gel
komponen senyawa biji mahoni. Bercak ini mampu memisahkan komponen senyawa dari
ditampakkan (dideteksi) menggunakan lampu biji mahoni dapat dilihat pada Tabel 2 dan
UV dengan panjang gelombang (λ) = 365 nm, struktur senyawanya pada Gambar 2.
Pada silika gel, hasil KLT noda dapat Identifikasi komponen ekstrak rimpang
dideteksi menggunakan lampu UV dengan kunyit menggunakan KLT dengan fase diam
panjang gelombang (λ) = 254 nm ekstrak kitin dan silika gel setelah dielusi dengan
kloroform biji mahoni memberikan enam noda campuran eluen kloroform : benzena : metanol
dengan harga Rf dan masing-masing senyawa. (80:15:5) mampu memisahkan komponen
Jadi, fasa diam silika gel mempunyai senyawa dari rimpang kunyit pada Gambar 3.

5
JURNAL VIDYA KARYA | VOLUME 32, NOMOR 1, APRIL 2017

Gambar 2. Struktur komponen senyawa kimia dari biji mahoni

Gambar 3. Hasil KLT ekstrak rimpang kunyit dengan fasa diam: (a) kitin, (b) silika gel disinari UV,
(c) silika gel.

KLT menggunakan fasa diam kitin masing-masing senyawa. Jadi, fasa diam silika
memberikan dua bercak noda sebagai gel mempunyai kemampuan yang lebih baik
komponen senyawa dari rimpang kunyit yang dibandingkan dengan fasa diam kitin karena
dideteksi menggunakan lampu UV dengan silika gel mampu memisahkan komponen
panjang gelombang (λ) = 365 nm, sedangkan senyawa dari rimpang kunyit dapat dilihat
pada fase diam silika gel, hasil KLT pada Tabel 3.
memberikan tiga noda dengan harga Rf dan

Tabel 3. Hasil KLT ekstrak rimpang kunyit menggunakan fasa diam kitin dan silika gel
Rf (cm) Rf (cm) Rf (cm) Nama Senyawa R1 R2
Fase Kitin Fase Silika Referensi (Pothitirat & Gritsanapan, 2005)
- 0,66 0.69 ± 0.02 Kurkumin (jingga-kuning) OMe OMe
0,52 0,50 0.51 ± 0.02 Demetoksikurkumin (kuning) H OMe
0,39 0,40 0.39 ± 0.02 Bisdemetoksikurkumin (kuning) H H

Gambar 4 Hasil KLT ekstrak daun pandan dengan fasa diam: (a) kitin, dan (b) silika gel disinari UV
(c) silika gel.
6
SYAHMANI, DKK│ PENGGUNAAN KITIN SEBAGAI ALTERNATIF...

Gambar 4. menunjukkan nilai hasil KLT memberikan enam noda dengan harga Rf
percobaan dan Rf teoritis untuk pigmen dan masing-masing senyawa. Jadi, fasa diam
ekstrak daun pandan. Ekstrak lalu diuji dengan silika gel mempunyai kemampuan yang lebih
TLC menggunakan pelarut n-heksana/aseton baik dibandingkan fasa diam kitin karena
(7/3). KLT menggunakan fasa diam kitin silika gel mampu memisahkan komponen
memberikan lima bercak noda sebagai senyawa dari daun pandan dapat dilihat pada
komponen senyawa dari ekstrak daun pandan, Tabel 4.
sedangkan pada fase diam silika gel, hasil

Tabel 4. Hasil KLT ekstrak daun pandan menggunakan fasa diam kitin dan silika gel
Rf (cm) Harga Rf Rf (cm) Pigmen (Briton et. al., 1995; Griffin et. al.,
Fase Kitin Fase Silika Referensi 2004; Tomkins & Miller, 1994)
0,29 0,26 0,1-0,3 Ksantofil – Lutein (kuning)
0,35 0,33 0,32 Klorofil b (hijau muda)
0,44 0,43 0,44 Klorofil a (hijau tua)
- 0,50 0,49 Feofitin b (coklat kekuningan)
0,67 0,64 0,60 Feofitin a (hijau kecoklatan)
0,84 0,85 0,88-0,95 β -karoten (kuning terang-jingga)

Fraksi yang berwarna hijau tua Uji ekstrak metanol dan air dari daun pandan
menunjukkan klorofil a banyak terisolasi pada menunjukkan hasil positif adanya alkaloid,
ekstrak ini. Briton et. al. (1995) juga karbohidrat, protein, steroid, sterol, senyawa
memberikan hasil yang sama, dimana nilai Rf fenol, tanninsterpenes, flavonoid, gusi dan
karoten 0,88 dan ksantofil 0,10-0,30 dalam lendir, saponin, dan glikosida. Senyawa
pelarut aseton : heksana dengan perbandingan fenolik dalam ekstrak tumbuhan ini sebagian
5:95 (v/v). Pigmen daun klorofil yang besar mempunyai aktivitas antioksidan
berwarna hijau mempunyai sifat tidak stabil. (Mahalingam et al., 2012).
Selama pemanasan, akan terjadi pelepasan Berdasarkan percobaan yang telah
asam-asam organik dari jaringan yang dilakukan dapat diketahui bahwa kitin sebagai
berdampak pada pembentukan feofitin. fasa diam pengganti silika gel, mampu
Pemanasan juga memberi pengaruh terhadap memisahkan senyawa komponen pada sampel
aktivitas enzim klorofilase dan enzim ekstrak tumbuhan. Kemampuan kitin untuk
lipoksigenase. Klorofilase merupakan satu- memisahkan komponen senyawa tumbuhan
satunya enzim yang dapat mengkatalis cukup efektif, meskipun TLC silika gel masih
degradasi klorofil (Manurung dalam Arfandi, lebih baik dalam pemisahan komponen
2013). Klorofil a terdegradasi membentuk senyawa dari tumbuhan. Hal ini disebabkan
sebuah feofitin a yang berwarna hijau oleh banyak pengaruh, di antaranya adalah
kecoklatan, komponen yang sama juga perbedaan ketebalan antara plat silika gel
terbentuk untuk feofitin b dari klorofil b. dengan plat kitin yang digunakan. Hal ini
Feofitin memacu perubahan warna pada daun terjadi karena plat silika gel merupakan plat
dari kuning menjadi coklat. Menurut Gross yang dibuat oleh pabrik yang sudah
(1991) feofitin adalah derivat klorofil bebas distandarisasi, sedangkan plat kitin dibuat
magnesium. Jadi pigmen pada daun pandan secara manual. Hal inilah yang menyebabkan
jika dianalisis nilai Rf dan warna pigmen yang perbedaan tingkat efektivitas pemisahan
dihasilkan dengan struktur senyawa-senyawa terhadap ekstrak tumbuhan. Perbedaan
kimia seperti pada Gambar 5. struktur dan gugus aktif antara silika gel dan
7
JURNAL VIDYA KARYA | VOLUME 32, NOMOR 1, APRIL 2017

kitin juga menyebabkan adanya perbedaan bercak yang telah ditempatkan pada garis
hasil KLT. dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung
Silika gel adalah bentuk dari silikon bergerak pada plat kromatografi sebagaimana
dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan halnya pergerakan pelarut dengan kecepatan
oleh atom oksigen dalam struktur kovalen tergantung pada:
yang besar. Namun, pada permukaan silika 1) Bagaimana kelarutan senyawa dalam
gel, atom silikon berlekatan pada gugus -OH. pelarut. hal ini bergantung pada bagaimana
Permukaan silika gel sangat polar dan besar interaksi antara molekul-molekul
karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan senyawa dengan pelarut.
hidrogen dengan senyawa-senyawa yang 2) Bagaimana senyawa melekat pada fasa
sesuai di sekitarnya, seperti halnya gaya van diam, misalnya silika gel dan kitin. Hal ini
der Waals dan interaksi dipol-dipol. Ketika tergantung pada bagaimana besar interaksi
pelarut mulai membasahi plat, pelarut pertama antara senyawa dengan silika gel dan kitin.
akan melarutkan senyawa-senyawa dalam

Gambar 5 Struktur komponen senyawa kimia dari daun Pandan

Senyawa yang dapat membentuk ikatan Pengelusian merupakan pembentukan suatu


hidrogen akan melekat pada silika gel dan ikatan dari satu senyawa pada permukaan.
kitin lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen
Hal ini dapat dikatakan bahwa senyawa ini pada tingkatan yang sama dan dapat larut
terelusi lebih kuat dari senyawa yang lainnya. dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula.

8
SYAHMANI, DKK│ PENGGUNAAN KITIN SEBAGAI ALTERNATIF...

Ini tidak hanya merupakan interaksi antara (COO-) pada eluen campuran n-heksana dan
senyawa dengan fasa diam. Interaksi antara etil asetat (baik dalam bentuk interaksi dipol-
senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang dipol maupun ikatan hidrogen). Hal ini
penting karena akan mempengaruhi bagaimana mengakibatkan senyawa golongan ini mudah
mudahnya senyawa ditarik pada larutan keluar untuk terelusi oleh campuran eluen yang
dari permukaan fasa diam. bersifat cenderung lebih polar (Sherma &
Pada KLT ada dua interaksi yang Fried, 2003). Sedangkan, pengikatan oleh
mempengaruhi harga Rf senyawa yaitu gugus aktif pada kitin tidak hanya pada gugus
interaksi senyawa dengan fasa diam dan hidroksil saja, tetapi juga pada gugus
interaksi dengan eluen. Menurut Johnson & asetamida. Gugus asetamida inilah yang
Stevenson (1991) untuk fasa diam silika gel mempengaruhi kemampuan eluen untuk
urutan penambatan senyawa yang lebih kuat memisahkan senyawa, sehingga pada kitin
adalah senyawa yang lebih polar (seperti hanya mampu memisahkan 5 (lima) noda saja.
golongan asam karboksilat). Hal ini Struktur dari masing-masing fasa diam silika
dikarenakan pada silika gel terdapat gugus – gel dan kitin disajikan pada Gambar 6.
OH yang berinteraksi dengan gugus karboksil

Gambar 6. Gugus aktif silika gel dan kitin

Silika gel tersusun atas unsur silikon, a) keterampilan dasar laboratorium seperti
sedangkan pada kitin monomernya tersusun mengamati dengan teliti dan sistematik,
atas atom karbon. Silikon dan karbon terletak melakukan penyelidikan, mengumpulkan
pada satu golongan, tetapi silikon pada data (tabulasi, atau rekaman), dan
struktur silika gel mempunyai periode lebih melakukan penelitian
besar dari karbon yang terikat pada kitin. b) keterampilan mengorganisasi seperti
Sehingga, silikon pada silika gel memiliki jari- melakukan perekaman data,
jari atom yang lebih besar daripada karbon membandingkan, membedakan,
pada kitin. Hal inilah yang menjadi salah satu mengklasifikasi, mengevaluasi, dan
penyebab mengapa silika gel lebih banyak menganalisis.
memisahkan senyawa dari tumbuhan c) keterampilan kreatif seperti membuat
dibandingkan dengan kitin pada KLT. perencanaan yang akan datang, merancang
Agar dalam melaksanakan praktikum pembuatan KLT, menemukan eluen yang
dapat maksimal, mahasiswa perlu tepat, mencipta metode pemisahan dan
memperhatikan apa yang akan dikerjakan dan melakukan sintesis senyawa organik.
bagaimana cara mengerjakannya dengan teliti. d) keterampilan manipulatif seperti
Manfaat bagi mahasiswa, akan memperoleh menggunakan instrumen (mengetahui cara
keterampilan-keterampilan melalui “learning memakainya dan keterbatasannya),
by doing” yaitu: melakukan eksperimen, melakukan
9
JURNAL VIDYA KARYA | VOLUME 32, NOMOR 1, APRIL 2017

perbaikan dan kalibrasi terhadap Mahagoni Seeds.Bull. Chem. Soc.


instrumen. Ethiop, 25(3): 427-436.
e) Keterampilan komunikatif seperti Anwar, C., B. Purnowo, H. Dwi Pranowo, T.
mengajukan pertanyaan, diskusi, Dwi Wahyuningsih. (1993). Pengantar
Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta:
mengkritik yang konstruktif, mampu
Departemen Pendidikan dan
melakukan interpretasi data, dan membuat Kebudayaan.
laporan tertulis tentang eksperimen yang Arfandi, A., Ratnawulan, & Darvina, Y.
dilakukan.Selain itu mahasiswa dilatih (2013). Proses Pembentukan Feofitin
menemukan kebenaran melalui Daun Suji sebagai Bahan Aktif
kesimpulan-kesimpulan yang tepat dari Photosensitizer Akibat pemberian
data (fakta) yang dapat diamati atau Variasi Suhu. Pillar of Physics, 1: 68-76.
diperoleh. Britton, G., Liaen-Jensen, S., & Pfander, H.
(1995) Carotenoids: Isolation and
Analysis, Vol. IA, Birkhauser Verlag,
PENUTUP Basel, p.240.
Simpulan Cho, Y.I., No, H. K., & Meyers, S. P. (1998).
Berdasarkan uraian di atas maka Physicochemical characteristics and
dapat disimpulkan bahw limbah udang functional properties of various
memiliki potensi yang besar untuk diolah commercial chitin and chitosan products.
menjadi kitin karena ketersediaan limbah J Agric Food Chem 46:3839-3843.
udang sebagai bahan baku cukup besar dan Griffin, G.W., Quach, H.T., & Steeper, R. L.,
(2004). Extraction and Thin Layer
mudah diolah. Kitin cukup efektif digunakan
Chromatography of Chlorofhyll A and B
sebagai alternatif fasa diam pada KLT untuk
from Spinach. Journal Chem Ed., 81:
memisahkan komponen senyawa dari ekstrak 385-387.
sampel tumbuhan (biji mahoni, daun pandan, Gross, J. (1991). Pigments in Vegetables,
dan rimpang kunyit), Chlorophylls and Carotenoids. New
Saran York: Van Nostrand Reinhold.
1) Variasi campuran dan perbandingan eluen Harvey, D., (2000), Modern Analytical
untuk optimalisasi kitin sebagai fasa diam Chemistry. USA: The McGraw-Hill
pengganti silika gel. Companies Inc.
Inoue, K., Kazuharu, Y., & Baba, Y. (1994).
2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Adsorbtion Of Metal Ion On Chitosan
mengenai penggunaan kitin sebagai fasa and Chemically Modified Chitosan and
diam kolom pengganti silika gel untuk Their Application To Hidrometalurgy.
memisahkan senyawa organik. Biotechnology and Bioactive Polymers.,
Gebelein, C., Carraher (Edd). New York:
DAFTAR RUJUKAN Plenum Publishing.
Adkar, P.P., & Bhaska, V.H. (2014). Pandanus Johnson, E. L. & Stevenson, R. L. (1991).
odoratissimus (Kewda): A Review on Dasar Kromatografi Cair. Bandung:
Ethnopharmacology, Phytochemistry, ITB.
and Nutritional Aspects. Advances in Krissetiana, H. (2004). Kitin dan Kitosan dari
Pharmacological Sciences. 2014: 1-19 Limbah Udang. http://www.suara
Ali, M.A., Sayeed, M.A., Islam, M.S., merdeka.com./kitin.htm/
Yeasmin, M.S., Khan, G.R.M.A.M. & Kusumaningsih, T., Suryanti, V, Permana, W.
Muhamad, I. I. (2011). Physicochemical (2004). Karakterisasi Kitosan Hasil
and Antimicrobial Properties of Deasetilasi Kitin dari Cangkang Kerang
Trichosanthes Anguina and Switenia Hijau (Mytilus viridis linneaus). Jurnal
Penelitian Alchemy, 3: 63-73

10
SYAHMANI, DKK│ PENGGUNAAN KITIN SEBAGAI ALTERNATIF...

Lau, W. K., Goh, B. H., Kadir, H. A., Chien, Riswiyanto, Franisal, N., & Sulistyani, K.
A. C.S. & Muhammad, T.S.T. (2015). (2001). Isolation and Characterization
Potent PPAR Ligands from Swietenia of Chitosan from Shell of White Shrimp
macrophylla Are Capable of Stimulating (Penaeus merquensis), Crab (Portunus
Glucose Uptake in Muscle Cells. pelagisus) and Cricket (Gryllus
Molecules, 20: 22301–22314. conspersus), International Seminar on
Mahalingam. R., Bharathidasan, R., Natural Products Chemistry and
Ambikapathy, V. & Panneerselvam. A. Utilization of Natural Resources, June 5-
(2012). Phytochemical compound 7, 2001, Universitas Indonesia.
analysis of Pandanus odoratissimum. Sherma, J. & Fried, B. (2003). Handbook of
Asian Journal of Plant Science and Thin-Layer Chromatography. Third
Research, 2 (3):228-231. Edition, Revised and Expanded. New
Noerati dan Sanir, I. (2000). Transformasi York: Marcel Dekker Inc.
Kitin Hasil Isolasi dari Limbah Udang Suhesti,T. S., Kurniawan, D. W., & Nuryanti.
Menjadi Kitosan Untuk Berbagai (2007). Penjaringan Senyawa
Keperluan Industri. Warta AKAB, 11: Antikanker pada Kulit Batang Kayu
98-107. Mahoni (Swietenia mahagoni Jacg) dan
Pothitirat, W. & Gritsanapan, W. (2005). Uji Aktivitasnya terhadap Larva Udang
Quantitative Analysis of Curcumin, Artemia Salina Leach. Jurnal Ilmiah
Demethoxycurcumin and Keperawatan, 3: 156-159.
Bisdemethoxycurcumin in the Crude Tomkins, S. P. and Miller, M. B. (1994). A
Curcuminoid Extract from Curcuma rapid extraction and fast separation of
longa in Thailand by TLC- leaf pigments using thin layer
Densitometry. Journal of chromatography. School Science Review,
Pharmaceutical Sciences, 32(1-2): 23- 75 (273): 69 - 72.
30. Watson, D. (2005). Analisis Farmasi. Edisi
Ricci, R.W., Ditzler, M.A., Jarret, R., Mc kedua. Jakarta: Penerbit Buku
Master, P., & Herrick, R. (1994). The Kedokteran EGC.
Holy Cross Discovery Chemistry
Program. J. Chem. Education, 71(5).

11

Anda mungkin juga menyukai