Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

A. KESENJANGAN TEORI DAN PENYELESAIAN

1. KESENJANGAN TEORI

Menurut Gillies (1985) dalam Kuntoro (2010), Manajemen keperawatan


secara singkat diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/ keluarga serta masyarakat.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai
dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu, manajemen keperawatan
terdiri atas beberapa komponen yang tiap-tiap komponen saling berinteraksi.
Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh lima elemen, yaitu input, proses,
output, control dan mekanisme umpan balik.
Metode asuhan keperawatan yang digunakan pada ruang perawatan
anggrek adalah metode asuhan keperawatan Tim (MAKP Tim) tetapi system
pelayanan masih menggunakan metode pelaksanaan pelayanan asuhan
keperawatan fungsional karena terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat,
maka setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi
keperawatan saja.
Bed occupancy rate (BOR) adalah presentase pemanfaatan jumlah
tempat tidur. Bahwa dengan pencapaian angka BOR yang cukup/tinggi maka
tingkat kebutuhan terhadap jumlah tenaga perawat juga semakin tinggi.
Susanto (2009) mengungkapkan bahwa pencapaian angka BOR berpengaruh
secara signifikan terhadap kebutuhan tenaga perawat, hal ini mengindikasikan
bahwa kebutuhan jumlah tenaga perawat yang sesuai akan meningkatkan
pencapaian angka BOR yang cukup. Pencapaian persentase pemanfaatan

97
jumlah tempat tidur untuk ruangan perawatan anggrek pada RSUD.
Salewangan Maros pada ruangan perawatan anggrek pencapaian angka BOR
adalah mencapai 52%.
Jumlah Tempat Tidur ( TT ) adalah banyaknya tempat tidur yang ada di
rumah sakit (Angka yang menunjukkan banyaknya jumlah tempat tidur yang
ada dan dapat digunakan oleh pasien rumah sakit). Jumlah tempat yang ada
pada ruang anggrek RSUD. Salewangang Maros adalah sebanyak 11 tempat
tidur, sedangkan perawat diruangan anggrek berjumlah 16 perawat yang
terdiri dari kepala ruangan, administrasi, perawat penanggung jawab asuhan
atau ketua tim dan perawat pelaksana. Ruangan anggrek terbagi atas dua
ruangan yaitu anggrek A dan anggrek B yang terangkum dalam satu
manajemen keperawatan. Berdasarkan derajat ketergantungan dengan
menggunakan rumus Douglas diperoleh jumlah perawat yang dibutuhkan
adalah 6 perawat. Sedangkan jumlah perawat yang sudah ada berjumlah 16
perawat, sehingga ruangan anggrek kebutuhan tenaga perawat sebenarnya
sudah cukup hanya saja jika disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruangan
yang terpisah maka masih membutuhkan penambahan tenaga perawat
anggrek.
Timbang terima/handover meruapakan teknik atau cara menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien (Nursalam,
2016). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan Perawat
melakukan handover/timbang terima mengenai masalah pasien hanya di nurse
station, sementara di depan pasien hanya memperkanalkan perawat yang shift
sebelumnya dengan perawat shift selanjutnya. Hal ini tidak sejalan dengan
teori Perawat melakukan handover/timbang terima mengenai masalah pasien
hanya di nurse station, sementara di depan pasien hanya memperkanalkan
perawat yang shift sebelumnya dengan perawat shift selanjutnya.

98
Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa pelaksanaan pre dan
post conference tidak optimal. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang
mngatakan Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim
tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference
adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari
katim dan PJ tim. Post conference adalah komunikasi katim dan perawat
pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada
shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal
penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim
atau Pj tim (Amalia Endra et all, 2015).

2. PENYELESAIAN

Adapun penyelesaian masalah yang dilakukan yang telah kami lakukan dari
tanggal 23 september - 27 september 2019 yaitu :

a. Metode (M3/Methode)
1) Pelaksanaan kegiatan timbang terima/operan
Proses :
Operan sering disebut dengan timbang terima atu Over Hand.
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Harus dilakukan
seefektif mungkin secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum
dan perkembangan saat itu informasi yang disampaikan harus akurat,
sehingga kesinambungan Asuhan Keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna.

99
Hasil :
Dalam pelaksanaannya saat Roleplay setiap pergantian shift
atau dinas selalu dilakukan baik dari shift pagi ke siang, dan siang ke
malam, serta malam ke pagi tetap dilakukan secara langsung dikamar
pasien dengan menggunakan menggunakan metode SBAR ( 1.
Situation= Mengidentifikasi pasien, nomor kamar, diagnose medis,
nyatakan masalah secara singkat. 2. Background = hasil terbaru TTV,
Hasil laboratorium, Terapi/ intervensi yang dijalankan. 3.
Assessment= masalah keperawatan, 4.Recommendation) dan untuk
pendokumentasian dalam bentuk Foto pada tanggal 24 september
2019.
2) Pelaksanaan Pre dan Post Conference
Proses :
Sebelum proses MAKP diterapkan diruang perawatan Kenanga
terlebih dahulu kami mensosialisasikan pelaksanaan pre dan post
conference keperawatan di ruang perawatan anggrek. Pre conference
dilaksanakan kurang lebih 20 menit dengan tujuan untuk
mendiskusikan dan mengidentifikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan tindakan dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang
telah dilakukan.
Kegiatan pre conference dilaksanakan di ruang Nurse Station
yang dihadiri oleh mahasiswa praktek profesi Ners Departemen
Manajemen dan yang berperan sebagai kepala ruanga, katim, dan
perawat pelaksana. kegiatan tersebut di buka oleh kepala ruangan
(KARU) selanjutnya kepala ruangan (KARU) memberikan
kesempatan kepada ketua tim dan ketua tim membagi tugas kepada
perawat pelaksana (PP TIM A Dan B) untuk melaporkan keadaan
pasien yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing yang meliputi
keadaan umum pasien dengan keluhan pasien, observasi TTV, terapi

100
pemberian obat dan rencana tindakan keperawatan. Kemudian ketua
tim mengambil kesimpulan dari laporan yang diberikan oleh masing-
masing perawat pelaksana (PP TIM A dan B) dan memberikan
masukan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada
masing-masing pasien. Selanjutnya melakukan kegiatan operan/
timbang terima, kegiatan ini ikuti oleh kepala ruangan (KARU), ketua
tim dan perawat pelaksana (PP KATIM A Dan B).
Post conference dilaksanakan pada hari itu juga pada pukul
08.00 kurang lebih 20 menit sebelum melakukan operan/timbang
pergantian shift berikutnya. Dengan tujuan untuk mendiskusikan dan
mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan tindakan dan
mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilakukan. Kegiatan post
conference dilaksanakan di ruang nurse station yang dihadiri oleh
mahasiswa praktek profesi Ners Depertemen Manajemen dan yang
berperan sebagai kepala ruangan (KARU), ketua tim (KATIM) dan
masing-masing Perawat Pelaksana (PP Tim A dan PP Tim B) untuk
membacakan laporan tindakan yang sudah dilakukan pada Klien.
Hasil :
Pelaksanaan pre conference dilaksanakan setiap hari setelah
operan shift malam ke shift pagi sedangkan post conference
dilaksanakan pada akhir shift pagi, sebelum operan ke shift sore dan
pendokumentasian roleplay pre dan post conference tanggal 24
september 2019 diruang Nurse Station.

b. Mutu (M4/Quality)
1) BOR (Bed Occupancy Ratio) pada periode 16 september – 21
september 2019
Rumus perhitungan BOR

101
Jumlah HP
x 100%
Jumlah TT x periode
Ket : HP (Hari Perawatan)
TT (Tempat tidur)
Jumlah HP = 40
Jumlah TT = 11
Periode 1 minggu = 7 hari
40
BOR = x 100%
11 x 7
40
BOR = x 100% BOR = 0,51 x 100% BOR = 52 %
77
Kesimpulan:
Berdasarkan perhitungan BOR dalam Minggu pertama, didapatkan
hasil bahwa BOR di Ruang Perawatan anggrek adalah 52%. Hal ini
sejalan dengan Nursalam (2015) yang menyatakan bahwa standar BOR
adalah 70-85%, sehingga dapat disimpulkan bahwa BOR Perawatan
anggrek adalah dibawah standar.

a. Average Length of Stay (ALOS)


No Nama Pasien Tanggal Masuk Tanggal Keluar Lama Ket
. Rawat
1. Ny. S 16/09/2019 10 Hari
2. Tn.A 18/09/2019 20/09/2019 3 Hari
3. Tn.M 21/09/2019 5 Hari
4. Ny. R 21/09/2019 23/09/2019 3 Hari
5. Ny. S 22/09/2019 4 Hari
6. Ny. S 16/09/2019 10 Hari
7. Ny. N 18/09/2019 8 Hari
8. Tn. S 18/09/2019 21/09/2019 4 Hari
9. Ny. H 19/09/2019 21/09/2019 3 Hari
10. Ny.R 19/09/2019 20/09/2019 2 Hari
11. Ny.I 19/09/2019 7 Hari
12. Tn. I 21/09/2019 5 Hari

102
13. Tn. D 21/09/2019 24/09/2019 4 Hari

Jumlah lama harirawat 68 hari


= = =5 hari
jumlah pasien 13

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan ALOS, rata – rata lama hari rawat inap pasien
adalah 5 hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ALOS pada ruang
perawatan anggrek sudah sejalan dengan teori Nursalam (2015) bahwa ALOS
yang baik adalah 1-10 hari.

2) EVALUASI
a. Sarana dan Prasarana (M2/MATERIAL)
1) Pembuatan struktur ruangan
Dokumentasi :
2) Pembuatan alur masuk ke ruangan
Dokumentasi
3) Pembuatan Visi dan Misi Ruangan
Dokumentasi :

b. Metode (M3/Methode)
1) Timbang Terima/Hand over
Evaluasi:
Perawat melakukan operan di kamar pasien secara langsung terutama
pada pergantian dinas malam ke pagi

103
Kendala:
Tidak ada kendala dalam melaksanakan timbang terima.
Rencana Tindak Lanjut:
Memberi saran kepada Kepala Ruangan agar rutin melakukan operan
secara langsung dikamar pasien terutama dinas malam ke pagi.
Dokumentasi:

2) Pre dan Post Conference


Evaluasi:
Perawat sudaah melaksanakan pre conference sebelum melaksanakan
kegiatan harian, perawat sudah melaksanakan post conference setiap
sebelum selesai jam dinas, dan perawat lebih termotivasi untuk
malaksanakan pre dan post conference.
Kendala:
Tidak ada kendala dalam melaksanakan pre dan post conference
Rencana Tindak lanjut:
Perawat lebih mengoptimalkan pelaksanaan pre dan post conference
sehingga perawat lebih menganalisa masalah yang terjadi pada pasien.
Dokumentasi:

104
105

Anda mungkin juga menyukai