Anda di halaman 1dari 4

KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK MATERIAL KERAMIK

Drs. M. Gade, M.Si

Dosen Kopertis Wilayah I dpk pada FKIP UMN Al – Washliyah Medan

Abstrak

Untuk mengetahui sifat – sifat dan kemampuan suatu bahan keramik maka perlu dilakukan pengujian atau
analisa. Beberapa pengujian atau analisa yang meliputi : analisa ukuran butir, analisa thermal, sifat fisis (densitas;
porositas), sifat mekanik (kekerasan), Bending Strength, sifat listrik ( dielektrik strength ) dan analisa
strukturnya. Keramik umumnya dianggap sebagai material yang gelas dan tidak ulet, sebelum atau pada saat
perpatahan, deformasi plastik yang dialami mikrostruktur hanya sedikit.

PENDAHULUAN kimia yang luar biasa dan dapat dibuat dengan


toleransi dimensi sangat ketat, kelompok inilah
Istilah keramik, sesuai konteks modern, mencakup yang akan dibahas. Pengenalan komponen keramik
material anorganik yang sangat luas, keramik rekayasa akhir – akhir ini didasarkan pada
mengandung elemen non metalik dan metalik yang pendekatan ilmiah dan menimbulkan revolusi dalam
dibuat berbagai teknik manufaktur. Secara praktek desain rekayasa. Secara umum
tradisional, keramik dibuat dari mineral Silikat, pengmbangan keramik rekayasa didorong oleh niat
seperti lempung, yang dikeringkan dan di bakar untuk membuat material yang memiliki efisiensi
pada temperature 1200° - 1800°C agar keras. Jadi energi yang lebih tinggi dan lebih baik, temperatur
nampaknnya kata Yunani Keramos, yang berarti “ pemrosesan yang lebih tinggi dan mengingat
bahan yang dibakar” atau “ material yang dibakar di kelangkaan mineral strategis . berbeda dengan
tungku / tanur” sudah sangat tepat sejak dulu. keramik tradisional, yang memanfaatkan mineral
Namun demikian keramik modern seringkali dibuat alam yang dengan sendirinya agak bervariasi,
dengan proses tanpa tahap pembakaran di tungku generasi keramik rekayasa yang baru bergantung
(misalnya penekanan panas, sintering – reaksi, pada ketersediaan material yang dimurnikan dan
detrifikasi– gelas, dan sebagainya). (Smallman, R.E material sintetis, dan pada pengendalian
dan Bishop, R.J. 1999). Meskipun keramik kadang mikrostruktur yang ketat selama pemrosesan,
– kadang dikatakan memiliki karakter nonmetalik keramik memiliki sifat yang bervariasi dan dalam
secara sederhana untuk membedakannya dari logam prosedur desain seringkali perlu ditetapkan konsep
dan paduan ini tidak memadai lagi karena kini telah statistika untuk komponen bertegangan tinggi.
dikembangkan dan digunakan keramik dengan sifat Desain harus memperhatikan kegetasan inheren,
yang luar biasa. atau ketahanan perambatan letak yang rendah dan
bila perlu memodifikasi mode kegagalan. Keramik
Klasifikasi merupakan material rekayasa yang sangat
Secara umum keramik dapat diklasifikasi menjadi menjanjikan karena sifatnya yang unik, akan tetapi
tipe atau fungsi dengan berbagai cara. Dalam dalam praktek, produksi pada skala komersial
bidang industri keramik dikelompokkan sebagai sesuai bentuk yang di spesfikasikan disertai sifat
gerabah produk lempung keras (bata, pipa keramik yang ajeg menghadapi berbagai kendala.
dan sebagainya), bahan tahan api (bata tahan api, Berdasarkan komposisi kimia, keramik dapat
silica, alumina, basa, netral). Semen dan beton, diklasifikasikan dalam lima kategori utama :
1. Oksida alumina, Al2O3 (isolasi
gelas dan enamel vitrous, dan keramik rekayasa
(Smallman, R.E dan Bishop, R.J. 1999 ) busi, grit batu gerinda), magnesia, MgO
Keramik dari kelompok keramik rekayasa memiliki (lapisan tahan api untuk tanur, kowi ), zirkonia,
kekuatan sangat tinggi dan keras, memiliki stabilitas ZrO2 (kepala piston, lapisan tahan api tanur
tangki gelas ), zirkonia / alumina (media 2. Kekerasan (Vickers Hardness, Hv)
3
gerinda ), spinel, M2 + O. M +O3 Kekerasan didefenisikan sebagai ketahanan
2
(ferit, magnet, transistor, pita rekam) gelas bahan terhadap penetrasi atau ketahanan
silica “ Fused” (peralatan laboratorium). terhadap deformasi dari permukaan bahan. Ada
2. Karbida silicon karbida, SiC tiga tipe pengujian terhadap ketahanan bahan,
(industri kimia kowi, pelindung keramik) yaitu : tekukan (Brinell, Rockwell dan
silikon Nitrida, Si3N4 (corong untuk aluminium Vickers), pantulan (rebound) dan goresan
cair, bantalan temperature – tinggi), boron (scratch). Pada penelitian ini pengukuran
nitirida, BN (Kowi, batu gerinda untuk baja kekerasan (Vickers Hardness) dari sample
kekuatan tinggi). keramik dilakukan dengan menggunakan
3. Silikat porselin (komponen listrik), microhardness tester. Kekerasan, Vickers
steatit (Isolator), mullit (bahan-bahan – api. Hardness (Hv) suatu bahan dapat ditentukan
4. Sialon berbasis Si – Al – O – N dengan persamaan berikut :
dan M – Si – Al – O – N dimana M = Li, Be, P
Mg, Ca, Sc, Y, tanah jarang (mata pahat untuk Hv  1,8544 .........................(3)
pemotongan kecepatan tinggi, die ekstrusi, D2
sudut turbin), dimana :
5. Keramik gelas – (piroceram, cercon, pirosil
(cakram rekuperator untuk alat penukar kalor). P  Beban yang diberikan, kgf
(Smallman, R.E dan Bishop, R.J. 1999 ) D  Panjang diagonal jejak identor, mm
Karakterisasi Hv  Kekerasan Vickers, kgf/mm 2
Atom pembentuk keramik memiliki gaya ikatan
yang sangat kuat, berupa pengikatan ionik, kovalen 3. Kekuatan Patah (Bending Strenght)
atau campuran dari keduanya. Jadi untuk Kekuatan patah sering disebut Modulus of
mengetahui sifat-sifat dan kemampuan suatu bahan Rupture (MOR) yang menyatakan ukuran
keramik, maka perlu dilakukan suatu pengujian atau ketahan bahan terhadap tekanan mekanis dan
analisa yang meliputi : tekanan panas (Thermal stress) (Junshiro H,
1. Densitas dan Porositas 1991). Pengkuran kekuatan patah (bending
Densitas (rapat massa) didefenisikan sebagai strength) sample keramik digunakan metode
perbandingan antara massa (m) dengan volume tiga titik (triple point bending), nilai kekuatan
(v). untuk pengukuran volume, khususnya patah dapat ditentukan dengan standar
bentuk dan ukuran yang tidak beraturan sulit ASTMC. 733-79 melalui persamaan berikut :
ditentukan. Oleh karena itu salah satu cara
untuk menentukan densitas (bulk Density) dan 3P L
porositas dari sample keramik cordierite Kekuatan Patah  ..........................(4)
berpori yang telah disentering adalah dengan 2 b h2
menggunakan metoda Archimedes (standar dim ana :
ASTM C. 373 – 72), memenuhi persamaan
berikut :
P  Beban, kgf
L  Jarak dua penumpu, cm
Ws
b, h  Dimensi sampel, cm
Bulk Density  x p air ........... (1)
Wb - (Wg - Wk)
4. Koefisien Expansi Thermall (α)
Wb - Ws
Porositas  x 100 % ................(2)
Wb  (Wg  Wk ) Secara umum material keramik bila dipanaskan
Dimana : atau didinginkan akan mengalami perubahan
Ws : massa sampel kering, g panjang / volume secara bolak balik
(reversible) sepanjang material tersebut tidak
Wb : massa sampel setelah direndam air, g mengalami kerusakan permanen. Pengukuran
Wg : massa sampel digantung didalam air, g nilai koefesien expansi thermall digunakan alat
Wk : massa kawat penggantun g, g dilatometer. Dari alat ini diperoleh kurva
hubungan antara suhu dengan persen expansi,
rentang suhu yang digunakan dari hu kamar
sampai suhu 1000°C. sedangkan nilai koefisien
expansi thermall diperoleh dari nilai slope PENUTUP
kurva hubungan suhu dengan persen expansi.
Atau koefisien expansi thermall (α) dapat Dari bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
ditentukan melalui persamaan :  Berdasarkan komposisi kimia, keramik dapat
diklasifikasikan dalam lima kategori utama


LT2 - LT1  1
..........(5)
yaitu ; oksida, karbida, silikat, sialon dan

T2 - T1
keramik gelas.
LT1  Pendekatan klarifikasi keramik mengutamakan
dim ana : penekanan pada sifat kristalin dan nonkristalin
dari keramik serta pentingnya permukaan batas
  koefisien expansi thermall, C -1 butir, pencampuran dari fasa dengan sifat yang
sangat berbeda
LT1  panjang sampel pada suhu T1, cm  Kekuatan keramik umumnya dinyatakan dalam
LT2  panjang sampel pada suhu T2, cm nilai modulus Rupture (MOR, Modulus of
Rupture), yang diperoleh dari uji lengkung tiga
T1  suhu awal, C. titik, karena karena pengujian konvensiaonal
T2  suhu akhir, C. dengan pembebanan uniaksial, seperti yang
digunakan pada logam, sulit diterapkan,
pembebanan uniaksial yang tepat sangat sulit
5. Analisa Mikrostruktur dilaksanakan.
Pengamatan mikrostrukur material keramik  Keramik umumnya dianggap sebagai material
dilakukan dengan menggunakan Scanning, yang gelas dan tidak ulet, sebelum atau pada
Electron Microscope (SEM). Dari foto SEM saat perpatahan, deformasi plastik yang dialami
pada sample keramik yang telah disinter mikrostruktur hanya sedikit bahkan sama sekali
dilakukan pengamatan perubahan bentuk dan tidak ada.
ukiran butiran dan ukuran butirnya.
Sedangkan untuk mengidentifikasi struktur REFERENSI
kristal atau fasa-fasa yang terbentuk
menggunakan difraksi sinar sinar – X atau Broudic J.C, J. Guille, S.Vilminot, 1989.
XRD. Sinar – X adalah gelombang Properties of Sol Gel Ceramics and
elektromagnetik dengan panjang gelombang Vitroceramiks With The Cordierite
yang pendek sekitar 0,5 – 2,5 A° dan Composition, Euro Ceramiks, Vol 2, edited
mendekati jarak antara atom kristal serta by R.A. Terstra, Netherland
mempunyai energi yang besar. Berkat sinar – X
dan Monokromatik ini ditembakkan pada suatu Haus K.S, dkk. 1992, Synthesis and
permukaan material, maka atom-atom dalam Characterization of Low Thermall
kristal akan menyerap energi dan Expansion Cordirerite, ASEAN. Japan
menghamburkan kembali Sinar – X ke segala Seminar on Ceramics, Fine Ceranuks,
arah. Hubungan antara jarak antar bidang, d Kuala Lumpur- Malaysia
dalam bidang kristal dengan sudut hamburan 
memenuhi hokum Bragg dengan persamaan : Smallman, R.E dan Bishop, R.J. 1999. Metalurgi
Fisik Modern & Rekayasa Material.
2 d Sin  = n ………………(6) Erlangga : Jakarta
dimana n adalah orde difraksi (bilangan bulat
= 1, 2, 3…) dan  adalah panjang gelombang Junshiro Hayakawa, 1991, Testing Method of
sinar – X yang digunakan. Bending Strenght and Its Evoluation JICA
– SIRIM Publishing, Malaysia

Anda mungkin juga menyukai