Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR
MESIN ATWOOD (PULLEY)

Nama : Mira Rahmawati


NPM : 19420053
Grup/Kelompok : 1K3/2
Dosen : 1. Yusi S.S, S.Si.,M.T.
2. E.Desi Fatma,S.Pd.,M.Si.
3. Mia K.,S.ST.

POLITEKNIK STTT BANDUNG


KIMIA TEKSTIL
2019/2020
ABSTRAK
Mira Rahmawati, 19420053, Kimia Tekstil, Politeknik STTT Bandung
mirar9656@gmail.com
085603981882
Dalam dunia teknik dan sains, mesin atwoos seringkali digunakan terutama dibidang
tekstil yaitu menggunakan mesin atwood untuk menggerakan motor mesin. Pada eksperimen
ini terdapat salah satu topik tentang mekanika klasik. Mekanika klasik merupakan teori
tentang gerak yang didasarkan pada konsep dasar massa dan gaya dan hukum hukum yang
menghubungkan konsep-konsep fisis ini dengan besaran kinematika dan dinamika.
Mekanika klasik menggambarkan dinamika partikel atau sistem partikel. Dinamika
partikel demikian, ditunjukkan oleh hukum-hukum Newton tentang gerak, terutama oleh
hukum kedua Newton. Hukum ini menyatakan, "Sebuah benda yang memperoleh pengaruh
gaya atau interaksi akan bergerak sedemikian rupa sehingga laju perubahan waktu dari
momentum sama dengan gaya tersebut".
Hukum-hukum gerak Newton baru memiliki arti fisis, jika hukum-hukum tersebut
diacukan terhadap suatu kerangka acuan tertentu, yakni kerangka acuan inersia (suatu
kerangka acuan yang bergerak serba sama - tak mengalami percepatan). Prinsip Relativitas
Newtonian menyatakan, "Jika hukum-hukum Newton berlaku dalam suatu kerangka acuan
maka hukum-hukum tersebut juga berlaku dalam kerangka acuan lain yang bergerak serba
sama relatif terhadap kerangka acuan pertama".
Pada eksperimen yang kami lakukan bertujuan untuk memperlihatkan persamaan
gerak yang dapat ditentukan dari nilai hasil percepatan secara teori maupun secara
eksperimen. Untuk memperlihatkan persamaan tersebut dapat menggunakan hukum newton.
BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Mampu menggunakan teori ralat dalam melakukan eksperimen.
2. Mampu menghitung percepatan sistem mesin atwood
3. Mampu menghitung grafitasi yang dihasilkan melalui percobaan.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 HUKUM- HUKUM NEWTON YANG TERJADI PADA ATWOOD
Hukum-hukum yang terjadi pada pesawat Atwood diantaranya:

            Hukum I Newton berbunyi “jika sebuah benda atau system tibak dipengaruhi oleh
gaya luar, maka benda atau system benda itu akan selalu dalam keadaan setimbang”.
[1] Jika  semula benda diam, maka selamanya benda itu akan diam. Dan jika benda semula
bergerak maka benda akan bergerak lurus beraturan. Secara matematis hukum I Newton
dirumuskan sebagai
∑F = O ... (1)

            Yang diturunkan dari persamaan ∑F = dp/dt dimana p adalah momentum linier.


            Hokum II Newton berbunyi “jika suatu benda atau system benda diberikan gaya
luar, maka percepatan yang ditimbulkan besarnya berbanding lurus dengan resultan gaya
itu, dan searah dengan arah gaya tersebut”.[2] Semakin besar resultan gaya F maka
percepatan a akan semakin besar. Secara matematis Hukum II Newton dapat dituliskan
dengan persamaan:
∑F = ma ... (2)

            Hokum III Newton menyatakan bahwa “gaya-gaya selalu terjadi dalam pasangan
aksi-reaksi, dan bahwa gaya reaksi adalah  sama besar dan berlawanan arah dengan gaya
aksi”.[3]
Faksi = -Freaksi ... (3)
Suatupasangangayadisebutaksi-reaksiapabilamemenuhisyarat
sebagaiberikut:
1. samabesar
2. berlawananarah
3. bekerjapadasatugariskerjagaya yang sama
4. tidaksalingmeniadakan
5. bekerjapadabenda yang berbeda
2.2 GERAK ROTASI PADA KATROL
Gerak rotasi (melingkar) adalah gerakan pada bidang datar yang lintasannya berupa
lingkaran. kita akan mempelajari bagaimana suatu benda dapat berotasi dan apa yang
menyebabkan. Oleh karena itu, kita akan mengawali dengan pembahasan tentang pengertian
momen gaya, momen inersia, dan momentum sudut pada gerak rotasi.
Benda dapat melakukan gerak rotasi karena adanya momen gaya. Momen gaya timbul
akibat gaya yang bekerja pada benda tidak tepat pada pusat massa.

Momen gaya yang bekerja pada benda menyebabkan benda berotasi.


Gambar diatas memperlihatkan sebuah gaya F bekerja pada sebuah benda yang
berpusat massa di O. Garis/kerja gaya berjarak d, secara tegak lurus dari pusat massa,
sehingga benda akan berotasi ke kanan searah jarum jam. Jarak tegak lurus antara garis kerja
gaya dengan titik pusat massa disebut lengan gaya atau lengan momen. Momen gaya
didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya (F) dengan jarak lengan gaya (d).
Arah momen gaya dinyatakan oleh aturan tangan kanan. Bukalah telapak tangan
kanan kita dengan ibu jari terpisah dari keempat jari yang lain. Lengan gaya d sesuai dengan
arah ibu jari, gaya F sesuai dengan arah keempat jari, dan arah torsi sesuai dengan arah
membukanya telapak tangan.

Penentuan arah momen gaya dengan kaidah tangan kanan


Momen gaya τ menyebabkan benda berotasi. Jika benda berotasi searah jarum jam,
maka torsi yang bekerja pada benda bertanda positif. Sebaliknya, jika benda berotasi dengan
arah berlawanan dengan arah jarum jam, maka torsi penyebabnya bertanda negatif. Torsi-
torsi yang sebidang dapat dijumlahkan.
Apabila pada sebuah benda bekerja beberapa gaya, maka jumlah momennya sama
dengan momen gaya dari resultan semua gaya yang bekerja pada benda tersebut.
2.3 Momen Inersia Pada Gerak Rotasi
Momen inersia (kelembaman) suatu benda adalah ukuran kelembaman suatu benda
untuk berputar terhadap porosnya. Nilai momen inersia suatu benda bergantung kepada
bentuk benda dan letak sumbu putar benda tersebut.

Moment Inersia Gerak Rotasi


Misalkan kita memiliki sebuah batang ringan (massa diabaikan) dengan panjang R.
Salah satu ujung batang, yaitu titik P, ditetapkan sebagai poros rotasi. Pada ujung batang
yang lain dihubungkan dengan sebuah partikel bermassa m. Jika sistem diputar terhadap
poros P , sehingga partikel berotasi dengan kecepatan v, maka energi kinetik rotasi partikel
dapat ditulis sebagai berikut.

... (1)
Karena v = R   ω  , maka

... (2)
Momen inersia dilambangkan dengan I, satuannya dalam SI adalah kgm 2. Nilai
momen inersia sebuah partikel yang berotasi dapat ditentukan dari hasil kali massa partikel
dengan kuadrat jarak partikel tersebut dari titik pusat rotasi. Faktor m × R2 merupakan
momen inersia titik terhadap sumbu putarnya. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
I = m · R2 ... (3)
Keterangan:
I : momen inersia (kgm2)
R : jari-jari (m)
m : massa partikel atau titik (kg)
2.4 MESIN ATWOOD
Mesin Atwood merupakan alat eksperimen yang digunakan untuk mengamati hukum
mekanika gerak yang berubah beraturan. Alat ini mulai dikembangkan sekitar abad ke
delapan belas untuk mengukur percepatan gravitasi g. Dalam kehiduapan sehari-hari kita bias
menemui penerapan pesawat Atwood pada cara kerja lift. Sederhananya alat ini tersusun atas
seutas tali yang dihubungkan dengan sebuah katrol, dimana pada ujung tali dikaitkan massa
beban m1 dan m2. Jika massa benda m1 dan m2 sama (m1 = m2), maka keduanya akan diam.
Akan tetapi jika massa benda m2 lebih besar dari pada massa benda m1 (m2 > m1), maka
massa m1 akan tertarik oleh massa benda m2.
         Adapun gerak yang terjadi pada pesawat Atwood diantaranya:
         1.  Gerak Lurus Beraturan
            Merupakan gerak lurus yang kelajuannya konstan, artinya benda bergerak lurus tanpa
ada percepatan atau a = 0 m/s2. Secara matematis gerak lurus beraturan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
v
S=
t

keterangan       S = jarak tempuh benda


                                                            v = kelajuan
                                                            t = waktu tempuh

         2. Gerak lurus Berubah Beraturan


            Merupakan gerak lurus dengan kelajuan berubah beraturan, dengan
percepatan a adalah konstan.
S= S0+v0t +1/2 at2
  
keterangan       S = jarak yang ditempuh
                                                            S0= jarak awal
                                                                    v0= kecepatan awal
                                                            t = waktu

Mesin atwood disebut juga dengan suatu system mekanis yang paling sederhana yang
dapat digunakan dalam berbagai bidang salah satunya di bidang tekstil yang mempergunakan
mesin atwood sebagai motor mesin.

Gambar mesin atwood

Ditinjau dari pergerakan pada massa m dan M1 ;


Ʃ F=( m+ M 1 ) a=Ma ... (1)
Mg-T1=Ma ... (2)
Ditinjau pergerakan M2 :

∑ F=M 2 a … ( 3 )
T 2−M 2 g=M 2 a … ( 4 )

Ditinjau dari pergerakan massa katrol dengan jejari r = R dan massa Mkatrol= (70,0 ± 0,5) gram
dengan massa M1 dan M2 masing-masing adalah (79,0 ± 0,5) gram
Ia
∑ r= r … (5)

Ia
T 2−T 2 = … ( 6)
r2
Substitusi persamaan (6), (4) kepersamaan (2) maka didapatkan bahwa
m
a= g … ( 7)
Ia
M 1 +m+ M 2+
r2
Untuk menentukan momen inersia silinder pejal, maka dapat digunakan rumusan berikut
1
I= ∫ r 2 dm= ∬ r 2 r dr dθ= mr 2 … ( 8 )
2
Untuk menentukan percepatan secara eksperimen dapat digunakan persamaan gerak jatuh
bebas yaitu ;
1
h= at 2 … ( 9 )
2
2h
a= … ( 10 )
t2
Dengan ralat percepatan adalah

∆a= |∂a∂h ∆h|+|∂a∂t ∆t|= |2t ∆h|+ |4t ∆t|… (11)


2 3
BAB III
METODE EKSPERIMEN
3.1 ALAT DAN BAHAN
1.Seperangkat mesin atwood
2. Massa beban
3. Stopwatch

4. Alat tulis

3.2 CARA KERJA


1. Menentukan percepatan gravitasi

2. Menentukan ketinggian awal ho sebelum diberikan massa m

3. Menentukan waktu dengan stopwatch saat ketinggian h (pengukuran tunggal)

4. Untuk pengukuran menggunakan metode grafik, maka Menentukan ketinggian awal ho


sebelum diberikan massa m

5.Menentukan waktu dengan stopwatch saat ketinggian h dan ketinggian divariasi dan
Menentukan waktu

6. Membuat grafik ketinggian terhadap waktu t

7. Mengukur massa m, Mkatrol dan juga M1, M2


8. Dicobakan untuk jenis batang lain.
Skema percobaan

BAB IV
DATA HASIL EKSPERIMEN DAN PEMBAHASAN
Tabel-1 Data Katrol
No. Data Hasil
1. M1 (67 ± 0,005) gr
2. M2 (67,25 ± 0,00) gr
3. m1 (4,25 ± 0,005) gr
4. m2 (4,2 ± 0,005) gr
5. Massa katrol (70,15 ± 0,005) gr
6. Diameter katrol (11,53 ± 0,005)cm

Tabel-2Data Bandul
PanjangTali N t T T2
(l ± ∆l ¿
( 21,4 ± 0,05 ) cm 10 10 s 1s 1 s2
09,39 s 0,939 s 0,8817 s2
09,56 s 0,956 s 0,9139 s 2
Σ 28,95 s 2,895 s 2,7956 s2
Rata-rata 9,65 s 0,965 s 0,9318 s2

4.2 DATA KETINGGIAN (h)


4.2.1 DATA KETINGGIAN DENGAN MASSA TAMBAHAN 1
Tabel-3Data ketinggian massa tambahan 1 (4,25 ± 0,005) gram
No. Ketinggian h Waktu t (sekon) Waktu t² (sekon²)
(meter)
1. O O O
2. 0,12 1,02 1,0404
3. 0,14 1,28 1,6384
4. 0,16 1,29 1,6641
5. 0,18 1,34 1,7956
6. 0,2 1,63 2,6569
Σ 0,8 6,56 8,7954
Rata-rata 0,16 1,312 1,75908

4.2.2 DATA KETINGGIAN DENGAN MASSA TAMBAHAN 2

Tabel-4Data ketinggian massa tambahan 2 (4,25± 0,005) gram


No Ketinggian h Waktu t (sekon) Waktu t² (sekon²)
. (meter)
1. O O O
2. 0,12 1,21 1,4641
3. 0,14 1,48 2,1904
4. 0,16 1,67 2,7889
5. 0,18 1,74 3,0276
6. 0,2 2,30 5,29

5. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN


5.1 NILAI HASIL EKSPERIMEN BANDUL

1 1
∆T= n ( ∑ T 2 ) −¿ ¿ ¿∆ T = √ 3 ( 2,7956 )−¿ ¿¿

n 3

1 (8,3868)−(8,381)
∆T=
3√ 2

1 0,0058
∆T=
3 √ 2

1
∆T= √0,0029
3

0,0538
∆T=
3

∆ T =0,0179 s

∴ ( T ± ∆ T ) =( 0,965± 0,0179 ) sekon

2
1
n ( ∑ t 2 ) −¿ ¿ ¿∆ t= 1 5 ( 8,7954 )−( 6,56 ) ∆ t= 1 43,977−43,0336 ∆ t= 1 0,9434
∆ t=

1
n√
1
√5 5−1 5√ 4 5 √
4

∆ t= × √ 0,23585∆ t= × 0,4856∆ t=0,097 s


5 5
∴ ( t ± ∆ t ) =( 0,965 ±0,097 ) s

5.2 PERHITUNGAN PERCEPATAN GRAVITASI

l g= 21,4 cm g= 0,214 m
g= 2 g=9,1452m/ s2
¿¿ ( 0,965 /6,3 ) 0,0234
1 2 1 2

|( ) | | | |( ) || |
2 2
∆ g= 2
∆ l + l (2 π ) 3
∆ T ∆ g= 2
.0,05 + 21,4. ( 6,3 ) . 0,0179
T T 0,965 ( 0,965 )3
2π 6,3

1 2
.0,0179 ∆ g= 1 .0,05 + 30,407
∆ g=
| ( 0,153 ) 2 ||
.0,05 + 849,366.
0,898 0,023 | |
0,898 || |
cm
∆ g=|2,173|+|33,86|∆ g=36,033
s2

∆ g=0,36033 cm/s 2

∴ ( g ± ∆ g ) =( 9,1452± 0,36033 ) m/s 2

5.3 PERHITUNGAN PERCEPATAN SECARA EKSPERIMEN


a 2h
eksperimen=¿ ¿
t2
a 2 .0,16
eksperimen=¿ ¿
1,75908
a 0,32
eksperimen=¿ ¿
1,75908
a eksperimen=¿ 0,1819m / s ¿ 2

Δa 2 4
eksperimen=¿
| || |
t2
∆h + 3 ∆t ¿
t

Δa 2 4
eksperimen=¿|1,75908 0,05|+
|(1,312) |
.0,097 ¿
3

Δa 0,1 0,388
eksperimen=¿|1,75908|+|2,2584 |¿
Δ aeksperimen=¿|0,0568|+|0,1718|¿
Δ aeksperimen=¿0,2286 m/ s ¿ 2

∴ ( a ± ∆ a )=( 0,1819± 0,2286 ) m/s 2

5.3 PERHITUNGAN PERCEPATAN DENGAN MASSA TAMBAHAN 1


5.3.1 Perhitungan Percepatan Secara Teori

m1
g
ateori = M +m+ M + 1 M
1 2 katrol
2
4,25
= 67+4,25+ 67,25+ 1 70,15 .9,1452
2

4,25
= 173,575 9,1452

= 0,2239 m/s2

4,25
Δaterori= 173,575 .0,36033

= 0,02448 .0,36033

= 0,00882 m/s2

∴ ( a ± ∆ a )=( 0,2239± 0,00882 ) m/s2

5.3.2 Percobaan Dengan Menggunakan Metode Grafik

2
=a
Mgrad
2
=Mgradien
a
y 2− y 1
 Mgradien=
x 2−x 1
2,6569−1,0404
¿
0,2−0,12
1,6165
¿ =20,20625m/ s2
0,08

( y 2+ ∆ y )−( y 1−∆ y)
 Mgradien 1=
X 2−X 1
( 2,6569+ 0,5 )−(1,0404−0,5)
¿
0,2−0,12
3,1569−0,5404
¿
0,08
2,6165
¿
0,08
¿ 32,70625 m/s 2

( y 2−∆ y )−( y 1+ ∆ y)
 Mgradien2 =
X 2−X 1
¿ ( 2,6569−0,5 )−(1,0404 ∓ 0,5)¿ ¿
0,2−0,12
2,1569−1,5404
¿
0,08
0,6165
¿
0,08
¿ 7,70625 m/s 2

∆ Mgrad=|mgrad 1−mgrad|+¿ mgrad 2−mgrad∨ ¿ ¿


2

¿|32,70625−20,20625|+¿ 7,70625−20,20625∨ ¿ ¿
2

¿|12,5|+ ¿−12,5∨ ¿ ¿
2
25
¿
2
¿ 12,5
Sehingga
2
a eksperimen=
Mgrad
2
= =0,0989 m/s2
20,20625
2
Δa eksperimen= . ∆ Mgrad
Mgrad ²

2
¿ 2
.12,5
(20,20625)

¿ 0,0612 m/s 2
∴ ( a ± ∆ a ) eksperimen=( 0,0989 ± 0,0612 ) m/ s 2

5.4 PERHITUNGAN PERCEPATAN DENGAN MASSA TAMBAHAN 2


5.4.1 Perhitungan Percepatan Secara Teori
m2
g
ateori = M +m+ M + 1 M
1 2 katrol
2
4,25
= 67+4,2+ 67,25+ 35,075 . 9,1452

4,25
= 173,525 9,1452

= 0,221 m/s2

4,2
Δaterori= 173,525 .0,36033

= 0,0242 .0,36033

= 0,00871 m/s2
∴ ( a ± ∆ a )=( 0,221± 0,00871 ) m/ s2

5.3.2 Percobaan Dengan Menggunakan Metode Grafik

2
=a
Mgrad
2
=Mgradien
a
y 2− y 1
 Mgradien=
x 2−x 1
2,6569−1,0404
¿
0,2−0,12
1,6165
¿ =20,20625m/ s2
0,08

( y 2+ ∆ y )−( y 1−∆ y)
 Mgradien 1=
X 2−X 1
( 2,6569+ 0,5 )−(1,0404−0,5)
¿
0,2−0,12
3,1569−0,5404
¿
0,08
2,6165
¿
0,08
¿ 32,70625 m/s 2
( y 2−∆ y )−( y 1+ ∆ y)
 Mgradien2 =
X 2−X 1
¿ ( 2,6569−0,5 )−(1,0404 ∓ 0,5)¿ ¿
0,2−0,12
2,1569−1,5404
¿
0,08
0,6165
¿
0,08
¿ 7,70625 m/s 2

∆ Mgrad=|mgrad 1−mgrad|+¿ mgrad 2−mgrad∨ ¿ ¿


2

¿|32,70625−20,20625|+¿ 7,70625−20,20625∨ ¿ ¿
2

¿|12,5|+ ¿−12,5∨ ¿ ¿
2
25
¿
2
¿ 12,5
Sehingga
2
a eksperimen=
Mgrad
2
= =0,0989 m/s2
20,20625
2
Δa eksperimen= . ∆ Mgrad
Mgrad ²

2
¿ .12,5
(20,20625)2

¿ 0,0612 m/s 2
∴ ( a ± ∆ a ) eksperimen=( 0,0989 ± 0,0612 ) m/ s 2
BAB V
KESIMPULAN
Hasil dari eksperimen ini, kita telah mempelajari teori ralat dan penulisan secara
ilmiah. Kita juga telah membuktikan persamaan gerak yang dapat ditentukan dari nilai hasil
percepatan teori dan percepatan eksperimen dan dapat menentukan percepatan sistem.
 Nilai hasil eksperimen bandul
( T ± ∆ T )=( 0,965 ± 0,0179 ) sekon
 Nilai hasil percepatan gravitasi
( g ± ∆ g )=( 9,1452 ± 0,36033 ) m/ s2
 Nilai hasil percepatan eksperimen
( a ± ∆ a )=( 0,1819 ±0,2286 ) m/ s2
 Nilai hasil percepatan dengan massa 1
 Secara teori
( a ± ∆ a )=( 0,2239 ±0,00882 ) m/ s 2
 Secara metode grafik
( a ± ∆ a ) eksperimen= ( 0,0989± 0,0612 ) m/s 2

 Nilai hasil percepatan dengan massa 2


 Secara teori
( a ± ∆ a )=( 0,221 ±0,00871 ) m/s 2
 Secara metode grafik
( a ± ∆ a ) eksperimen= ( 0,0989± 0,0612 ) m/s 2

Hasil dari eksperimen ini tidak jauh berbeda dengan literatur.


DAFTAR PUSTAKA
 http://yonorio601.blogspot.com/2013/06/dasar-teori-pesawat-atwood.html
 http://fisikazone.com/gerak-rotasi/
 Galih, V.DV, & Endah Purnomosari. 2015. Pengantar Eksperimen Fisika untuk
SMA/S1. Bandung:CV.Mulia Jaya

Anda mungkin juga menyukai