Anda di halaman 1dari 4

RESUME PEMERIKSAAN INTERN

“TROBERG STORES CASE”

DI BUAT OLEH :
KELOMPOK XII :
1. JESSICA – 201850004
2. JESSICA FEBRIANTI – 201850185
3. FELICIA KARLINDA – 201850286
4. YENNY – 201850484
5. ELLYSIA – 201850564

JURUSAN : S1 AKUNTANSI
DOSEN : Bpk. Bayu Dewangkoro

TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT


Jl. Kyai Tapa No.20, RT.1/RW.9, Tomang, Grogol petamburan, Jakarta Barat,11440
Telp : (021) 5666717, Fax : 021-5635480
CASE 6.1 TROBERG STORES

Pada musim semi tahun 1994, pendapatan dan keuntungan toko-toko kelontong yang berlokasi di
suatu kota kecil menurun dikarenakan meningkatnya persaingan dengan toko kompetitor yang
berada di area metropolitan, hal ini juga menimpa salah satu toko yang bernama Troberg Stores.
Banyak toko-toko kelontong besar di area metropolitan yang menawarkan berbagai promo
menarik sehingga banyak konsumen lebih memilih untuk berbelanja disana. Hal ini kemudian
berdampak kepada persentase laba kotor yang diperoleh oleh Troberg Stores dimana laba kotor
yang diperoleh saat itu hanya sekitar 10% dibandingkan dengan laba kotor rata-rata toko
kelontong lain yang berkisar antara 18%-25%. Selain itu, Troberg Stores juga harus bisa
menghasilkan pendapatan sebesar $2000 untuk menutupi kerugian akibat adanya pencurian kas
yang terjadi. Inti permasalahan yang sedang dihadapi Troberg Stores ini adalah mengenai
pencurian kas.

Pada waktu yang bersamaan, untuk mengeliminasi kerugian yang terjadi akibat adanya pencurian
kas, Elliot Paulsen selaku pemilik dari Troberg Stores memangkas budget operasional toko dan
selama setahun terakhir ia juga mengurangi jumlah karyawan yang awalnya 30 pegawai menjadi
24 pegawai. Angelo Velotti selaku store manager Troberg Stores berpendapat bahwa dengan
mengurangi jumlah pegawai toko untuk setiap shift kerja dan memberikan pekerjaan rangkap
kepada setiap pegawai akan menimbulkan kesempatan bagi para pegawai untuk melakukan
kecurangan, tetapi hal itu dibantah oleh Paulsen dan ia berkata bahwa jumlah karyawan tidak
menjadi masalah karena ia menganggap kejujuran adalah bagian dari pekerjaan pegawai. Maka
dapat disimpulkan dengan adanya pekerjaan rangkap yang ditugaskan kepada pegawai tersebut
menunjukkan bahwa internal control Troberg Stores kurang baik.

Kirby Jacobson mulai bekerja untuk Troberg Stores, sebuah toko kecil di Utara Minnesota.
Ketika ia pertama kali lulus SMA, Jacobson meniti karier sebagai seorang stocker. Jacobson
dikenal oleh karyawan Troberg lainnya karena ketepatan waktunya dalam bekerja dan memiliki
etos kerja yang baik.
Setelah 15 tahun bekerja sebagai stocker akhirnya jabatannya dinaikkan menjadi assistant store
manager.walaupun secara teknis ia adalah assistant store manager, ia juga melakukan pekerjaan
rangkap yaitu stocker, checker, menyiapkan PO untuk 3 departemen, menutup toko beberapa
hari dalam seminggu, dan mentraining karyawan baru. Hal ini semakin menunjukkan bahwa
internal control di Troberg Stores ini kurang baik karena tidak adanya pemisahan tugas
(segregation of duties) atas pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh Kirby dimana hal ini dapat
memberikan kesempatan bagi Kirby untuk melakukan kecurangan-kecurangan, salah satunya
adalah pencurian kas perusahaan.

Troberg Stores, tempat dimana Jacobson bekerja mengalami beberapa kasus pencurian uang.
Terdapat lima kasus pencurian dan semua terjadi ketika Jacobson sedang bertugas, tiga kasus
pencurian uang ditemukan ketika Jacobson sedang membuat deposit pada jam pulang kerja, dan
satu kasus lagi terjadi ketika ia bekerja sebagai kasir back-up. Jacobson diduga telah melakukan
pencurian dan ia diminta untuk mengambil tes poligraf oleh polisi. Jacobson setuju dan hasil uji
poligrafnya menunjukkan bahwa Jacobson telah berbohong. Alih-alih memecat Jacobson,
manajemen Troberg memutuskan untuk menurunkan jabatannya menjadi stocker namun dengan
gaji dan tunjangan yang sama dengan saat ia menjabat sebagai asisten manajer.

Setelah kejadian tersebut Jacobson diperlakukan tidak adil oleh karyawan di Troberg serta
lingkungan kerjanya menjadi tidak menyenangkan sehingga akhirnya Jacobson memutuskan
untuk berhenti dari pekerjannya. Dua tahun kemudian, Jacobson mengajukan tuntutan perdata
terhadap Troberg Stores, pemilik toko, dan manajer toko. Jacobson mengklaim bahwa toko
Troberg melanggar hak-hak sipilnya di bawah EPPA. Hakim memutuskan mendukung Jacobson
dalam tiga dari empat tuduhan. Atas hasil pengadilan tersebut, Kirby menerima sejumlah uang
ganti rugi sebesar $40.000 dari pihak Troberg Stores ($15.000 untuk kerugian atas “tekanan
emosional” dan $25.000 untuk kerugian atas upah dan tunjangan kerja).

Hakim sebenarnya mengetahui bahwa Kirby kemungkinan telah melakukan pencurian kas.
Hakim juga melihat bahwa Troberg Stores telah menyia-nyiakan 2 peluang untuk memecat
Kirby dengan risiko pembalasan hukum yang kecil. Peluang pertama, Troberg Stores bisa saja
langsung memecat Kirby pada saat terjadi pencurian kas di bulan Mei 1995 karena bukti tidak
langsung yang dikumpulkan oleh Paulsen dan Velotti dengan jelas memperlihatkan bahwa Kirby
terlibat dalam 4 kasus pencurian sebelumnya. Peluang kedua, peluang ini tersedia apabila
Troberg Stores telah memulai investigasi sejak dulu untuk 4 kasus sebelumnya. Troberg Stores
dapat memanfaatkan “pengecualian penyelidikan yang sedang berlangsung” dari EPPA. Dengan
meminta pengecualian ke EPPA, perusahaan dapat menggunakan hasil tes poligraf beserta bukti-
bukti memberatkan lainnya untuk memberhentikan Kirby.

Teknik audit yang dapat digunakan untuk mengetahui kelemahan Internal Control pada kasus
Troberg Stores ini adalah Inquiry dan Observation. Seperti yang diketahui bahwa seorang auditor
tidak bisa menyimpulkan sesuatu hanya dengan teknik audit Inquiry, maka dalam kasus ini
sebaiknya auditor melakukan kolaborasi antara teknik audit Inquiry dengan teknik audit
Observation.
Pertama, auditor dapat melakukan tanya jawab dengan pihak client untuk mengetahui bagaimana
prosedur internal control yang ada di Troberg Stores. Setelah mendapatkan jawaban yang
dianggap cukup puas untuk bisa menyimpulkan sesuatu, maka selanjutnya auditor dapat
mengunjungi Troberg Stores untuk melakukan observasi atau mengamati aktivitas-aktivitas
terkait dengan internal control yang terjadi di Troberg Stores. Observasi ini dilakukan untuk
melihat apakah internal control telah dijalankan dengan benar sesuai dengan prosedur yang
dinyatakan oleh client pada saat tanya jawab, serta untuk mengamati apakah terdapat kelemahan
pada internal control Troberg Stores.

Anda mungkin juga menyukai