Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KESETIMBANGAN KIMIA
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Fisik II (Praktikum)
Dosen Pengampu :Siska Novitasari, M.Si &Ratna Nurmalasari, M.Si

Disusun Oleh :
Nama : Erki Ayumi
NIM : 1911E1050

PROGRAM STUDY D3-B ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG
Jl. Padasuka Atas No.233, Padasuka, Kec. Cimenyan, Bandung, Jawa Barat 40192
I. TUJUAN
 Menentukan konstanta kesetimbangan pada reaksi pembentukan FeSCN2+
 Mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap arah kesetimbangan reaksi

II. PRINSIP
Reaksi kesetimbangan merupakan reaksi reversible dimana zat-zat hasil reaksi
dapat bereaksi kembali membentuk zat-zat pereaksi
Reaksi ini akan berlangsung bolak balik terus menerus tidak pernah
berhenti,inilah yang disebut sebagai Reaksi Kesetimbangan Dinamis

III. REAKSI
Penambahan Fe3+
Fe3+ (aq) + SCN- (aq) ⇌ FeSCN2+(aq)
Penambahan sodium sulfate yang mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+
2Fe3+(aq) + SO32- (aq) + H2O ⇌ 2Fe2+ (aq) + SO42- (aq) + 2H+(aq)
Penambahan AgCl
Ag+ (aq) + SCN- (aq) ⇌ AgSCN (s)

IV. DASAR TEORI


Suatu reaksi kesetimbangan adalah bersifat khusus dan mempunyai tetapan
kesetimbangan yang berbeda-beda. namun harga dari tetapan kesetimbangan
terbagi atas dua jenis berdasarkan fase reaksi yang terlibat dalam suatu reaksi
yakni tetapan kesetimbangan atau Kc dan tetapan kesetimbangan tekanan atau Kp.
harga Kc hanya ditentukan oleh zat-zat yang bersifat cair atau liquid dan gas
sedangkan Kp hanya ditentukan oleh zat-zat yang berfase gas saja jika diketahui
suatu reaksi :
aA + bB ⇌ cC + dD
berada dalam kesetimbangan, maka harga kesetimbangan kimianya :
[ D]d [C ]c
Kc = b a
[B] [ A ]
Secara kualitatif pengaruh suhu dalam kesetimbangan kimia terkait langsung
dengan jenis reaksi eksoterm atau reaksi endoterm. Reaksi eksotermis adalah
reaksi yang bersifat spontan, tidak memerlukan energi melainkan justru
menghasilkan energi (∆H = negatif), sedangkan reaksi endotermis adalah reaksi
yang membutuhkan energi atau kalor untuk bisa bereaksi (∆H = positif). sistem
kesetimbangan yang bersifat eksotermis ke arah kanan dan endotermis ke arah kiri
jika suhu dinaikkan maka reaksi akan bergeser ke kiri atau reaksi yang bersifat
endotermis sebaliknya bila suhu reaksi diturunkan maka reaksi akan bergeser
kekanan yaitu reaksi bersifat eksotermis. menaikkan suhu sama artinya kita
meningkatkan kalor yang menambah energi ke dalam sistem kondisi ini memaksa
kalor yang diterima sistem akan dipergunakan oleh sebab itu reaksi semakin
bergerak menuju arah reaksi endotermis begitu juga sebaliknya. (Keenan, 1984)
Dalam suatu kesetimbangan suatu larutan maka apabila jumlah koefisien
disebelah kiri = jumlah koefisien di sebelah kanan faktor tekanan dan volume
tidak mempengaruhi pergeseran kesetimbangan dan jika suhu dinaikkan maka
kesetimbangan bergeser ke arah yang endotermis dan jika diturunkan maka
kesetimbangan bergeser ke arah reaksi eksotermis ini berkaitan dengan dalil Van't
Hoff. (Syukri,1999)
Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan apabila suatu zat terlarut
terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat bercampur maka pada suatu
temperatur konstan antara kedua pelarut itu dan angka banding distribusi ini tak
bergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada (Atkins,1997)
Kesetimbangan kimia merupakan topik sentral program kimia fisik pada
kesetimbangan kimia terdapat prinsip Le chatelier yang memiliki hubungan kuat
untuk memprediksi secara kualitatif respon sistem pada kesetimbangan dengan
perubahan kondisi eksternal. banyak peneliti yang meneliti tentang denaturasi
protein dan beberapa hasil dari penelitian tersebut berkaitan dengan reaksi
kesetimbangan. (Moroni dkk,2015)
Persamaan kesetimbangan kimia secara matematis dirumuskan oleh 2 ahli
kimia berkebangsaan Norwegia yaitu Cato Guildberg dan Peter Wooge pada tahun
1864. persamaan ini merupakan pernyataan matematis dari hukum aksi massa
(Law of Mass Action) yang menyatakan bahwa pada reaksi reversibel (reaksi
bolak-balik, dua arah) uang mencapai keadaan kesetimbangan pada temperatur
tertentu perbandingan konsentrasi reaktan dan produk memiliki nilai tertentu atau
konstan.(Mickey,1980)
Suatu katalis tidak mengubah kuantitas relatif yang ada dalam kesetimbangan
nilai tetapan kesetimbangan tidaklah berubah katalis memang mengubah waktu
yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan reaksi yang memerlukan waktu
berhari-hari atau berminggu-minggu untuk mencapai kesetimbangan dapat
mencapainya dalam beberapa menit dengan hadirnya katalis ini terutama penting
jika temperatur tinggi mengurangi rendemen dari produk-produk yang diinginkan.
(Sukardjo,1997)

V. ALAT & BAHAN


 ALAT
- Bulp pipet
- Kuvet
- Pipet tetes
- Pipet volume
- Spektrofotometer
- Tabung reaksi + rak tabung
 BAHAN
- Aquadest
- Fe3+ 0,002 M
- HNO3
- SCN- 0,002 M

VI. PROSEDUR
Disiapkan tabung reaksi sebanyak 5 buah, kemudian diberi label. 5 mL larutan
Fe3+ 0,002 M dimasukan ke dalam masing – masing tabung reaksi yang sudah di
labeli menggunakan nomor (1,2,3,4,dan 5). Ditambahkan larutan SCN - 0,002 M
dan HNO3 sesuai dengan pada data. Dan terbentuk larutan FeSCN2+
Masing – masing larutan diukur nilai absorbansinya menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 447 nm. Setelah didapat, konsentrasi
FeSCN2+ dihitung melalui persamaan regresi dari kurva kalibrasi.

VII. HASIL PENGAMATAN & PERHITUNGAN


Persamaan Regresi dari kurva kalibrasi standar FeSCN²⁺ : y = 7124x + 0,0024

No Volume Volume Volume [Fe³⁺] [SCN ̄] Abs FeSCN²⁺


Tabung Fe³⁺ SCN ̄ HNO₃ awal awal FeSCN²⁺ (M)
(mL) (mL) (mL) (M) (M)
1 5 1 4 0,001 0,0002 0,213 2,96 x 10
̄⁵
2 5 2 3 0,001 0,0004 0,386 5,38 x 10
̄⁵
3 5 3 2 0,001 0,0006 0,513 7,17 x 10
̄⁵
4 5 4 1 0,001 0,0008 0,655 9,16 x 10
̄⁵
Blanko - - 10 - - 0 -

PERHITUNGAN
1. Konsentrasi Fe³⁺ tabung 1, 2, 3, dan 4
(Dikarenakan tabung 1-5 volumenya sama, jadi konsentrasi yang diproleh juga
akan sama)
 0,002 M . 5 mL = M₂ . 10 mL
0,01 = M₂ . 10 mL
0,01
M₂ = = 0,001 M
10

2. Konsentrasi SCN ̄
 Tabung 1
0,002 M . 1 mL = M₂ . 10 mL
0,002 = M₂ . 10 mL
0,002
M₂ = = 0,0002 M
10
 Tabung 2
0,002 M . 2 mL = M₂ . 10 mL
0,004 = M₂ . 10 mL
0,004
M₂ = = 0,0004
10
 Tabung 3
0,002 M . 3 mL = M₂ . 10 mL
0,006 = M₂ . 10 mL
0,006
M₂ = = 0,0006
10
 Tabung 4
0,002 M . 4 mL = M₂ . 10 mL
0,008 = M₂ . 10 mL
0,008
M₂ = = 0,0008
10

3. Konsentrasi HNO₃
 Tabung 1
0,5 M . 4 mL = M₂ . 10 mL
2 = M₂ . 10 mL
2
M₂ = = 0,2
10
 Tabung 2
0,5 M . 3 mL = M₂ . 10 mL
1,5 = M₂ . 10 mL
1,5
M₂ = = 0,15
10
 Tabung 3
0,5 M . 2 mL = M₂ . 10 mL
1 = M₂ . 10 mL
1
M₂ = = 0,1
10
 Tabung 4
0,5 M . 1 mL = M₂ . 10 mL
0,5 = M₂ . 10 mL
0,5
M₂ = = 0,05
10

4. Perhitungan Kc
 Abs tabung 1
Fe³⁺ + SCN ̄ ⇌ FeSCN²⁺
M 0,001 0,0002
B 2,96 x 10 ̄ ⁵ 2,96 x 10 ̄ ⁵ 2,96 x 10 ̄ ⁵
S 9,70 x 10 ̄ ⁴ 1,70 x 10 ̄ ⁴ 2,96 x 10 ̄ ⁵

y = 7124x + 0,0024
0,213 = 7124x + 0,0024
0,213 – 0,0024
x = = 2,96 x 10 ̄ ⁵
7124

Kc = ¿¿
2,96 x 10 ̄ ⁵
= = 180,49
[ 9,70 x 10‫ ־‬⁴ ] [1,70 x 10 ‫ ־‬⁴]

 Abs tabung 2
Fe³⁺ + SCN ̄ ⇌ FeSCN²⁺
M 0,001 0,0004
B 5,38 x 10 ̄ ⁵ 5,38 x 10 ̄ ⁵ 5,38 x 10 ̄ ⁵
S 9,46 x 10 ̄ ⁴ 3,46 x 10 ̄ ⁴ 5,38 x 10 ̄ ⁵

y = 7124x + 0,0024
0,386 = 7124x + 0,0024
0,386−0,0024
x = = 5,38 x 10 ̄ ⁵
7124

Kc = ¿¿
[5,38 x 10 ‫ ־‬5 ]
= = 164,67
[ 9,46 x 10 ‫ ־‬4 ] [3,46 x 1 0 ‫ ־‬4 ]

 Abs tabung 3
Fe³⁺ + SCN ̄ ⇌ FeSCN²⁺
M 0,001 0,0006
B 7,17 x 10 ̄ ⁵ 7,17 x 10 ̄ ⁵ 7,17 x 10 ̄ ⁵
S 9,28 x 10 ̄ ⁴ 5,28 x 10 ̄ ⁴ 7,17 x 10 ̄ ⁵

y = 7124x + 0,0024
0,513 = 7124x + 0,0024
0,513−0,0024
x = = 7,17 x 10 ̄ ⁵
7124

Kc = ¿¿
[7,17 x 10 ‫ ־‬5 ]
= = 146,33
[ 9,28 x 10 ‫ ־‬4 ] [5,28 x 10 ‫ ־‬4 ]

 Abs tabung 4
Fe³⁺ + SCN ̄ ⇌ FeSCN²⁺
M 0,001 0,0008
B 9,16 x 10 ̄ ⁵ 9,16 x 10 ̄ ⁵ 9,16 x 10 ̄ ⁵
S 9,08 x 10 ̄ ⁴ 7,08 x 10 ̄ ⁴ 9,16 x 10 ̄ ⁵

y = 7124x + 0,0024
0,655 = 7124x + 0,0024
0,655−0,0024
x = = 9,16 x 10 ̄ ⁵
7124

Kc = ¿¿
[9,16 x 10 ‫ ־‬5 ]
= = 142,49
[ 9,08 x 10 ‫ ־‬4 ] [7,08 x 10 ‫ ־‬4 ]

VIII. PEMBASAHAN
Percobaan ini dilakukan dengan penambahan SCN kedalam tabung reaksi yang
berisikan Fe³⁺ yang kemudian dihomogenkan, reaksi kesetimbangan dikatakan
homogen jika semua zat yang telibat berada pada fasa yang sama. Reaksi yang
terbentuk :
IX. Fe³⁺ + SCN‫⇌ ־‬ FeSCN²⁺
Larutan SCN 0,002 M pada masing-masing tabung dengan penambahannya yang
berbeda-beda sehingga perubahan warna pada tabung reaksi tersebut pun berbeda,
hal ini dikarenakan semakin banyak volume larutan SCN yang ditambahkan maka
akan semakin pekat warna yang diperoleh pada larutan tersebut. Ini terbukti pada
tabung pertama dengan penambahan larutan SCN sebanyak 1 mL warna larutan
tidak pekat sedangkan pada saat penambahan SCN 4 mL warna larutan lebih pekat
dari yang sebelumnya.
Percobaan praktukum ini dilakukan percobaan dengan memasukan larutan
kedalam alat spektrofotometer yang bertujuan untuk mengetahui nilai absorbansi
pada larutan yang diuji. Setelah di peroleh nilai absorbansinya, kita dapat
menentukan nilai Kc pada pembentukan FeSCN²⁺ dengan rumus:
X. Kc = ¿ ¿
Pada dasar nya tetapan kesetimbangan Kc secara garis besar merupakan
pembandingan hasil bagi antara konsentrasi molar ([ ]) zat-zat ruas kanan dengan
konsentrasi molar zat ruas kiri yang dipangkatkan dengan koefisiennya.
Pertama yaitu Masukkan larutan Fe3+ 0,002 M kedalam 4 tabung reaksi
masing-masing sebanyak 5 mL, lalu tambahkan larutan SCN 0,002 M sebanyak 1
mL kdalam tabung 1, 2 mL untuk tabung 2, 3 mL untuk tabung 3 dan 4 mL untuk
tabung 4, masukkan juga larutan HNO3 sebanyak 4 mL untung tabung 1, 3 mL
untuk tabung 2, 2mL untuk tabung 3, 1 mL untuk tabung 4 dan 10 mL untuk
larutan blanko kemudian homogenkan.
Selanjutnya siapkan alat spektofotometer untuk pengukuran absorbansi. Kuvet
dibilas dengan blanko sebanyak 2 kali. Masukkan larutan blanko kedalam kuvet
dan bersihkan sisi kuvet menggunakan tissue kemudian masukkan kuvet kedalam
spektofotometer. Prosedur ini dilakukan untuk menentukan absorbansi dari
larutan. Ketika sudah didapatkan adsorbansinya dan dihitung melalui persamaan
regresi yaitu y = 7124x + 0,0024 dan didapatkan konstanta kesetimbangan dari
masing-masing tabung reaksi yaitu seperti yang tertera pada tabel untuk tabung 1
dengan volume SCN- 4ml dan HNO3 qml konstanta nya imyaitu 178,73, tabung 2
dengan volume SCN- 3ml dan HNO3 2ml konstanta kesetimbangannya yaitu
164,41, tabung 3 dengan volume SCN- 2ml dan HNO3 3ml konstanta
kesetimbangannya yaitu 146,13 dan terakhir tabung 4 dengan colume SCN- 1ml
dan HNO3 4ml konstanta kesetimbangannya 142,36.
Dari data tersebut bisa kita lihat jika semakin banyak volume SCN- yang di
masukan maka kesetimbangan akan berjalan ke arah produk dimana nilai KC
yang dibasilkan juga semakin besar. Dan sebaliknya, Jika volume SCN- nya
dikurangi maka nilai KC juga akan semakin kecil. Hal ini menunjukan konsentrasi
itu memoengaruhi kesetimbangan sesuai dengan asaz Li Chatelier yaitu Hal-hal
yang dapat menyebabkan pergeseran kesetimbangan yaitu perubahan konsentrasi,
perubahan tekanan dan volume, perubahan suhu, dankatalis. yang isinya: “jika
terhadap kesetimbangan dilakukan suatu aksi, sistem kesetimbangan tersebut akan
mengalami pergeseran yang cenderungmengurangi pengaruh aksi tersebut
membentuk kesetimbangan baru”. Berdasarkan asaz Li Chatelier, suatu reaksi
kesetimbangan akan selalu berusahamempertahankan kesetimbangannya. Pada
praktikum kali ini, penguunaan spektrofotometer dilakukan terlebih dahulu
menggunakan larutan blanko Larutan blanko yaitu larutan yang tidak berisi
analit. Tabung reaksi yang berisi larutan blanko dimasukkan ke dalam
spektrofotometer untuk diukur absorbansinya
XI. KESIMPULAN
Jadi kesimpulan yan di dapat yaitu semakin besar nilai absorbansi FeSCN²⁺
maka semakin kecil nilai Kc yang diproleh pada konstanta kesetimbangan reaksi
pembentukan FeSCN²⁺. konsentrasi reaktan memoengaruhi kesetimbangan dan
memoengaruhi konsentrasi produk yang dihasilkan

XII. DAFTAR PUSTAKA


https://www.studiobelajar.com/kesetimbangan-kimia/

Anda mungkin juga menyukai