Anda di halaman 1dari 15

ACARA III

KESETIMBANGAN KIMIA

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mempelajari reaksi kesetimbangan komplek besi (iii) - tiosianat
2. Waktu Praktikum
Rabu, 21 April 2021
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI

Kesetimbangan kimia merupakan laju reaksi yang pembentukan dan


penguraiannya sama ke dua arah. Reaksi umum dari kesetimbangan kimia
dapat dituliskan sebagai:

aA + bB ⇋ cC + dD (3.1)

Persamaan tersebut merupakan reaksi kesetimbangan dimana aA dan bB


merupakan reaktan, serta cC dan dD merupakan produk. Pada hakikatnya
pada reaksi kesetimbangan produk dan reaktan secara neto tidak berubah
(Purba, 2020).

Konsentrasi ion pada kesetimbangan ditentukan menggunakan pendekatan


stoikiometri untuk menyelesaikan keseimbangan massa dan aksi massa
persamaan secara bersamaan. Dimana konsentrasi reaktan dan produk saling
berhubungan dengan menggunakan kesetimbangan konstan. Konstanta
kesetimbangan K, dapat dinyatakan sebagai rasio dari perkalian konsentrasi
reaktan-reaktan dibagi perkalian konsentrasi produk-produk. Dimana
konsentrasi dari masing-masing subtansi dipangkatkan koefisien stoikiometri
dalam persamaan reaksi setara (Kivi dkk, 2019).

Kesetimbangan kimia berfokus pada keadaan statis dari sistem, di mana


efek bersaing seimbang pada waktu tertentu. Kesetimbangan kimia
merupakan keadaan sistem yang bereaksi, dimana kuantitas baik mol maupun
konsentrasi dari masing-masing komponen individu berupa reaktan ataupun
produk dari sistem tidak terjadi perubahan seiring waktu. Peristiwa ini terjadi
ketika reaksi ke depan berlangsung pada laju yang sama dengan reaksi balik.
Misalnya, kesetimbangan termal yang mengacu pada suhu sama di seluruh
benda atau antara benda dengan lingkungan sekitarnya (Haseli, 2019).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia, yaitu


perubahan konsentrasi, perubahan volume dan tekanan, dan perubahan suhu.
Adapun Van’t Hoff menyatakan bahwa apabila system kesetimbangan suhu
dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang
membutuhkan kalor atau reaksi endoterm. Dan sebaliknya, apabila
kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke
arah yang melepaskan kalor atau reaksi eksoterm. Perubahan suhu pada reaksi
kesetimbangan tidak hanya menggeser kesetimbangan tetapi juga merubah
nilai k (Maisaroh dan Purwanto, 2019).

Bagian-bagian dasar yang terdapat dalam reaksi kesetimbangan kimia, yaitu


pereaksi, hasil reaksi, reaksi reversible, dan laju reaksi. Adapun reaksi
reversible merupakan reaksi yang dimana produk reaksi dapat bereaksi balik
membentuk reaktan. Kesetimbangan kimia dapat tercapai ketika laju reaksi
maju sama dengan laju reaksi balik. Serta konsentrasi dari reaktan-reaktan
dan produk-produk tidak berubah lagi. (Umam dkk, 2015).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat- alat Praktikum
a. Gelas kimia 100 mL
b. Labu ukur 25 mL
c. Penggaris 30 cm
d. Pipet ukur 5 mL
e. Pipet ukur10 mL
f. Pipet tetes
g. Rak tabung reaksi
h. Rubber bulb
i. Tabung reaksi

2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades ( H 2 O (l ))

b. Besi (III) Nitrat ( F e ( NO 3 )3(aq )) 0,2 M

c. Dinatrium Hidrogen Posfat ( Na 2 HPO 4( s) )

d. Kalium Tiosianat ( KSCN (aq )) pekat

e. Kalium Tiosianat ( KSCN (aq ))

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kesetimbangan Besi (III) – tiosianat
a. Dimasukkan 10 mL KSCN 0,002 M ke dalam gelas kimia.
Ditambahkan 2 tetes larutan Fe ( NO3 ) 3 0,2 M .
b. Dibagi larutan ini menjadi 4 tabung reaksi.
c. Digunakan tabung reaksi pertama sebagai pembanding.
d. Ditambahkan 1 tetes KSCN pekat ke dalam tabung reaksi kedua.
e. Ditambahkan 3 tetes Fe ( NO3 ) 3 0,2 M ke dalam tabung reaksi ketiga.
f. Ditambhakan butiran Na3 HPO 4 ke dalam tabung reaksi keempat.
g. Diamati perubahan warna yang terjadi pada tabung reaksi 2, 3, 4 dan
dibandingkan dengan tabung reaksi 1.
2. Kesetimbangan Besi (lll)– tiosianat yang semakin encer
a. Disediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan diberi nomor.
b. Dimasukkan masiing-masing 5 mL KSCN 0,002 M ke dalam lima
tabung reaksi.
c. Ditambahkan 5 mL larutan Fe ( NO3 ) 3 0,2 M ke dalam tabung reaksi
pertama. Digunakan tabung reaksi ini sebagai standar.
d. Diukur 10 mL Fe ( NO3 ) 3 0,2 M dan ditambahkan aquades 15 mL
sehingga volumenya menjadi 25 mL di dalam labu ukur.
e. Diambil 5 mL dari larutan Fe ( NO3 ) 3 0,2 M yang ada dalam labu ukur,
kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi dua. Sisanya disimpan
untuk percobaan berikutnya.
f. Diambil 10 mL larutan Fe ( NO3 ) 3 0,2 M yang ada di dalam labu ukur,
kemudian sisanya dibuang.
g. Ditambahkan aquades sebanyak 15 mL agar volumenya menjadi 25
mL pada labu ukur yang berisi larutan Fe ( NO3 ) 3 0,2 M sisa reaksi
pertama.
h. Diambil 5 mL larutan ini dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ketiga.
i. Diulangi prosedur di atas sampai tabung reaksi kelima.
j. Dibangdingkan warna larutan pada tabung reaksi pertama dengan
tabung reaksi kedua sampai tabung reaksi kelima.
k. Jika intensitas warna tidak sama, dikeluarkan larutan pada tabung
standar setetes demi setetes sampai kedua tabung tersebut
menunjukkan intensitas warna yang sama.
l. Diukur tinggi larutan pada masing-masing tabung reaksi (dari tabung
reaksi pertama hingga kelima)
m. Dicatat hasil pengamatan dan pengukuran.

E. HASIL PENGAMATAN
(Terlampir)

F. ANALISIS DATA
1. Percobaan Pertama
Kesetimbangan Besi (III) – tiosianat
a. Fe ( NO3 ) 3 dan KSCN dalam bentuk ion

++ 3 SCN ( aq) ⇌
3 ++3 NO 3−(aq ) 3 K (aq )
Fe( aq)

+ +3 NO3 ( aq)
3 ++ 2 SCN −( aq )+3 K ( aq)
Fe ( SCN ) ( aq )

b. Pada tabung 1 dianggap terbentuk Fe SCN 3 +¿¿


3+ ¿
3 ++SCN −( aq) → Fe ( SCN ) (aq ) ¿
Dari reaksi Fe( aq)
Jika:
 Tabung I standar = merah bata
 Tabung II + KSCN pekat = merah pekat
 Tabung III + Fe ( NO3 ) 3 = merah kehitaman
 Tabung IV + Na2 HPO 4 = kuning bening

+¿
2++ Na2 HPO 4(s ) ⇌ Fe PO 4(s ) +HSCN (aq ) +2 Na( aq) ¿
Fe ( SCN )( aq)

2. Percobaan kedua
Kesetimbangan Besi (III) – tiosianat yang semakin encer
a. Pembanding tinggi tabung
T st
 T 1=
T2
7,8
=
8
=0,975
T st
 T 2=
T3
6,4
=
7,8
=0,820
T st
 T 3=
T4
4,2
=
8
=0,525
T st
 T 4=
T5
2,8
=
8
=0,35
b. Menghitung konsentrasi Fe ( SCN )2+ ¿¿

[ Fe ( SCN )2+ . ] = T × konsentrasi standar


Data:
 Konsentrasi Fe3 +¿¿ = 0,2 M
 Volume Fe3 +¿¿ = 5 mL
 Konsentrasi SCN − = 0,002 M
 Volume SCN − = 5 mL
 n Fe3 +¿¿= m× v
= 0,2 M × 5 mL
= 1 mmol
 n SCN − = m× v
= 0,002 M ×5 mL
= 0,01 mmol

Fe3( aq+¿¿
)
+ SCN −( aq) ⇌ Fe SCN 2( aq+¿¿
)
Mula-mula : 1 mmol 0,01 mmol −
Bereaksi : 0,01 mmol 0,01 mmol 0,01 mmol
Setimbang : 0,99 m mol − 0,01 mmol

 [ Fe SCN 2+ . ]0= n
v
0,01 mmol
=
10 mL
= 0,001 M
 [ Fe SCN 2+ .]1=T 1 × [ Fe SCN 2+. ]0
= 0,975 ×0,001 M
= 9,75 ×10 −4 M
 [ Fe SCN 2+ .]2=T 2 × [ Fe SCN 2+. ]0
= 0,820 ×0,001 M
= 8,2 ×10− 4 M
 [ Fe SCN 2+ .]3=T 3 × [ Fe SCN 2+. ]0
= 0,525 ×0,001 M
= 5,25 ×10− 4 M
 [ Fe SCN 2+ .]4 =T 4 × [ Fe SCN 2+. ]0
= 0,35 ×0,001 M
= 3,5 ×10− 4 M

c. Perhitungan konsentrsasi Fe3 +¿¿ mula-mula


 Pengenceran 1
M 1 V 1=M 2 V 2
M1 V 1
M 2=
V2
0,2 M ×10 mL
M 2=
25 mL
M 2=8 ×10 −2 M
 Pengenceran 2
M 2 V 2 =M 3 V 3
M 2V 2
M 3=
V3
0,08 M ×10 mL
M 3=
25 mL
M 3=3,2 ×10− 2 M
 Pengenceran 3
M 3 V 3 =M 4 V 4
M3V 3
M 4=
V4
0,032 M × 10 mL
M 4=
25 mL
M 4 =1,28× 10−2 M
 Pengenceran 4
M 4 V 4 =M 5 V 5
M4 V 4
M 5=
V5
0,0128 M ×10 mL
M 5=
25 mL
M 5=5,12 ×10− 3 M

d. Perhitungan konsentrasi [ Fe3 +. ] setimbang


[ Fe3 +. ] = [ Fe3 +. ] mula-mula – [ Fe SCN 2+ .] setimbang
 [ Fe3 +. ] s+b 1=M 2 − [ Fe SCN 2+ . ]1
= 0,08 M − ( 9,75 ×10− 4 M )
= 0,079 M
 [ Fe3 +. ] s+b 2=M 3 − [ Fe SCN 2+ . ]2
= 0,032 M − ( 8,2× 10− 4 M )
= 0,03118 M
 [ Fe3 +. ] s+b 3=M 4 − [ Fe SCN 2+ . ] 3
= 0,0128 M − ( 5,25 ×10− 4 M )
=0,012275 M
 [ Fe3 +. ] s+b 4=M 5 − [ Fe SCN 2+ . ] 4
= 0,00512 M − ( 3,5× 10− 4 M )
= 0,00477 M

e. Perhitungan konsenttrasi SCN − setimbang


mula-mula = 0,002 M
[ SCN − ] setimbang = [ SCN − ] mula-mula – [ Fe SCN 2+ .] setimbang
 [ SCN − ] s+ b1 = [ SCN − ]mula-mula – [ Fe SCN 2+ . ]1

= 0,002 M − ( 9,75 ×10− 4 M )


= 0,001025 M
 [ SCN − ] s+ b2 = [ SCN − ]mula-mula – [ Fe SCN 2+ . ]2

= 0,002 M − ( 8,2× 10− 4 M )


= 0,00118 M
 [ SCN − ] s+ b3 = [ SCN − ]mula-mula – [ Fe SCN 2+ . ]3

= 0,002 M − ( 5,25× 10− 4 M )


= 0,00148 M
 [ SCN − ] s+ b4 = [ SCN − ]mula-mula – [ Fe SCN 2+ . ] 4

= 0,002 M − ( 3,5× 10− 4 M )


= 0,00165 M

[ Fe SCN 3+. ]
f. K c =
[ Fe 2+. ][ SCN − ]
[ Fe SCN 3+. ]
K c 1=
[ Fe 2+. ]1 [ SCN − ]1
9,75 ×10− 4 M
=
0,079 M ×0,001025 M
9,75 ×10− 4 M
=
0,0000809 M
= 12,0407

[ Fe SCN 3+. ]
K c 2=
[ Fe 2+. ]2 [ SCN − ]2
8,2× 10− 4 M
=
0,03188 M ×0,00118 M
8,2 ×10 −4 M
=
0,0000376 M
= 22,2872

[ Fe SCN 3+. ]
K c 3= 2+.
[ Fe ]3 [ SCN − ]3
5,25 ×10− 4 M
=
0,012275 M ×0,00148 M
5,25 ×10− 4 M
=
0,000018167 M
= 28,8868
[ Fe SCN 3 +. ]
Kc 4 =
[ Fe 2+. ]4 [ SCN − ]4
3,5 ×10− 4 M
=
0,00477 M × 0,00165 M
3,5 ×10 −4 M
=
0,00000787 M
= 44,4698

g. Tabel

No. [ Fe3 +. ] [ SCN − ] [ Fe SCN 2+ .] Kc


9,75 × 10^-4
1 0,079 M 0,001025 M 12,0407
M
2 0,03118 M 0,00118 M 8,2 × 10^-4 M 22,2872
5,25 × 10^-4
3 0.012275 M 0,00148 M 28,8868
M
4 0,00477 M 0,00165 M 3,5 × 10^-4 M 44,4698

G. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari reaksi kesetimbangan
kompleks besi (III)-tiosianat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan kimia, yaitu pengaruh konsentrasi, volume, tekanan, suhu dan
katalisator. Pengaruh konsentrasi, Jika salah satu reaktan diperkecil maka
kesetimbangan akan bergeser ke kiri atau reaktan dan apabila produk
diperkecil maka akan bergeser ke kanan atau produk. Pengaruh volume, jika
volume diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser kearah yang jumlah
molekulnya terbanyak atau ruas yang jumlah angka koefisiennya terbanyak.
Jika keduanya sama maka tidak akan menggeser kesetimbangan. Pengaruh
tekanan jika tekanan diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke arah
reaksi yang jumlah molekulnya terkecil, jika teknan diperkecil maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah angka koefisien besar. Jika
koefisien ruas kiri maupun kanan sama maka tidak akan terjadi perubahan
kesetimbangan. Pengaruh suhu, jika suhu dinaikkan maka reaksi sistem
menurunkan suhu dengan cara menggeser kesetimbangan kearah pihak yang
menyerap kalor (endoterm), jika suhu diturunkan maka kesetimbangan akan
bergeser kearah pihak yang melepas kalor (eksoterm). Pengaruh katalisator,
dalam reaksi kesetimbangan pengaruh katalisator adalah mempercepat
terjadinya raksi sehingga reaksi maju dan baliknya sama-sama kuat.
Pada percobaan pertama, dimasukkan 10 mL KSCN 0,002 M dengan
warna awal bening, kemudian ditambahkan 2 tetes Fe ( NO3 ) 30,2 M dengan
warna awal orange. Setelah kedua larutan dicampurkan, warna yang
dihasilkan menjadi orange. Selanjutnya larutan dibagi ke dalam 4 tabung
reaksi, tabung 1 digunakan sebagai standar pembanding dengan warna
orange. Pada tabung 2 ditambahkan 1 tetes KSCN pekat sehingga warna
larutan pada tabung 2 menjadi merah pekat. Untuk tabung 3 diberikan
tambahan 3 tetes Fe ( NO3 ) 3 0,2 M, warna yang dihasilkan setelah penambahan
tersebut adalah merah terang. Tabung 4 larutan ditambahkan dengan beberapa
butir Na2 HPO 4dan warna yang dihasilkan setelah penambahan tersebut
mengakibatkan warna berubah menjadi bening atau jernih.
lima tabung reaksi diisi 5 mL KSCN 0,002 M. Warna awal larutan
KSCN 0,002 M adalah bening. Kemudian pada tabung 1 ditambahkan 5 mL
Fe ( NO3 ) 3 0,2 M yang berwarna kuning. Warna campurannya yaitu merah

pekat. Selanjutnya, dimasukkan 10 mL Fe ( NO3 ) 30,2 M ke dalam labu takar


dan ditambahkan aquades. Larutan ini dinamai sebagai larutan A. Berikutnya
diambil sebanyak 5 mL larutan A dan dimasukkan ke dalam tabung 2. Warna
larutan A adalah orange dan setelah dicampur ke dalam tabung 2, warna
larutan 2 menjadi merah lebih muda dari tabung 1. Sisa dari larutan A,
dibuang 10 mL lalu ditambahkan aquades. Lalu sebanyak 5 mL larutan B
(larutan A sisa yang ditambahkan aquades) dimasukkan ke dalam tabung
reaksi 3. Warna larutan B adalah orange lebih muda dari larutan A dan warna
larutan dalam tabung reaksi 3 yaitu menjadi merah lebih muda dari tabung 2.
Dan seterusnya sampai tabung 5.
Selanjutnya perbandingan tinggi tabung reaksi 1 sampai 5 dengan
tabung satu sebagai standar perbandingan yang tingginya 8 cm. pada
perbandingan tabung 1 dan 2, tinggi tabung 1 yaitu 7,8 sedangkan tabung 2 8
cm. kemudian pada perbandingan tabung 1 dan 3 ,tabung 1 memiliki tinggi
yaitu 6,4 cm, kemudian tabung 3 tingginya 7,8 cm . Selanjutnya perbandingan
tabung 1 dan 4 dengan tinggi tabung 1 sebesar 4,2 cm dan tinggi tabung 4
adalah 8 cm. Yang terakhir perbandingan tinggi tabung 1 dengan 5,Tabung
satu memiliki tinggi sebesar 2,8 cm , kemudian tabung 5 memiliki tinggi
sebesar 8 cm.
Konsentrasi sebuah pereaksi jika ditambahkan maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah produk. Nilai ketetapan kesetimbangan yang diperoleh
pada praktikum kali ini adalah berturut-turut 12,0408, 22,2872, 28,8868, dan
44,4698. Nilai KC yang didapatkan pada praktikum kali ini tidak konstan.
Nilai tersebut tidak konstan karena ketidaktelitian dalam menyertakan warna
sehingga dalam mengukur volume juga berpengaruh.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kesetimbangan kimia dipengaruhi oleh konsentrasi dan volume zat yang
ditambahkan pada saat pencampuran dan pengenceran. Perubahan konsentrasi
dapat ditandai dengan perubahan warna larutan. Pada besi (III) tiosianat
dipengaruhi oleh konsentrasi Fe3+. SCN-, dan FeSCN2+. Jika konsentrasi
pereaksi ditambahkan maka kesetimbangan akan bergeser ke produk.
Diperoleh juga nilai ketetapan kesetimbangan yang tidak konstan dikarenakan
oleh ketidaktelitian dalam menyetarakan warna sehingga dalam mengukur
volume juga berpengaruh
DAFTAR PUSTAKA

Haseli, Y. (2019). Criteria for Chemical Equilibrium with Application to Reforming.


International Journal of Hydrogen Energy.

Kivi, S. T., Bailey, R. T., & Gates, T. K. (2019). A Salinity Reactive Transport and
Chemistry Model for Regional Scale Agricultural Groundwater System. of
Hydrology, 275-293.
Maisaroh, & Purwanto, W. (2019). Tinjauan Termodinamika dan Kesetimbangan
Kimia dalam Hubungan Perubahan Suhu Terhadap Konversi Reaksi
Epoksidasi Asam Oleat Berbasis Sawit. Jurnal UMJ, 1-11.
Purba, L. S. (2020). Kimia Fisika 1. Jakarta: UKI Press.
Umam, Y. I., Iskandar, S. M., & Budiasih, E. (2015). Analisis Dampak Kesalahan
Konsep Laju Reaksi Terhadap Kesalahan Konsep Kesetimbangan pada Siswa
SMA. Jurnal Pedidikan Sains, 3(2), 68-73.

Anda mungkin juga menyukai