Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISA INSTRUMEN


PENENTUAN TETAPAN KESETIMBANGAN ION Fe3+ DAN SCN-

Disusun oleh:

Nama : Reza
NIM : 180208097
Kelompok : 04 (empat)
Hari/Tanggal : Sabtu, 08 Mei 2021

LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA
ACEH, 2021
PERCOBAAN III
PENENTUAN TETAPAN KESETIMBANGAN ION Fe3+ DAN SCN-

I. Tujuan Praktikum
1.1 Menetukan konstanta kesetimbangan untuk reaksi antara Fe3+ dan SCN-
1.2 Mengukur panjang gelombang dan membuat kurva standar
II. Dasar Teori
Menurut Putri Arofa Dini (2013:189) menyatakan bahwa Penentuan tiosianat
umumnya menggunakan metode potensiometri maupun metode konvensional yaitu
metode argentrometri (metode volhard). Metode potensiometri dilakukan dengan
melapiskan membrane pada elektroda sehingga beda potensial dapat diukur.
Sedangkan metode argentometric dilakukan berdasarkan reaksi pengendapan. Sampel
diendapkan dengan ion perak, metode ini menggunakan Fe3+ sebagai indicator.
Namun metode tersebut bersifat rumit sehingga tidak semua orang dapat melakukan
metode tersebut. Tes kit tiosianat merupakan suatu kit pereaksi yang dengan mudah
dapat digunakan untuk mengindentifikasi adanya tiosianat. Tes kit yang dibuat ini
berdasarkan suatu metode yaitu metode kolorimetri. Metode ini didasarkan pada
pembentukan warna yang akan menyebabkan intensitas seiring dengan konsentrasi
yang dipakai suatu komponen.
Menurut Purwoko (2006:169) menyatakan bahwa Kebanyakan reaksi kimia
berlangsung secara reversible (dua arah). Ketika pereaksi itu baru mulai, proses
reversible hanya berlangsung kearah pembentukan produk, namun ketika molekul
produk telah terbentuk maka proses sebaiknya yaitu pembentukan molekul reaktan
dari molekul produk mulai berjalan.
Menurut yuniati (2017) ion Fe3+ adalah salah satu jenis limbah logam berat yang
sering dijumpai dari sisa proses industri dan laboratorium pendidikan. Adsorpsi
menggunakan zeolit alam adalah salah satu cara mengurangi kandungan ion Fe3+.
Gelombang sonikasi dapat mempengaruhi proses adsorpsi yang terjadi. Adsorpsi
Fe3+ zeolit alam dengan bantuan gelombang sonikasi mengikuti kinetika orde 1
berdasarkan persamaan santosa dengan nilai R2 = 0.928. Isotherm adsorpsi pada
penelitian ini mengikuti isotherm Freundlich dengan nilai R2 = 0.948. n = 1.789, dan
Kf = 1.832.
III. Metode
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Spektrofotometer genesis 30,
abu ukur, kuvet, tabung reaksi, rak tabung reaksi.

3.2 Bahan
No Nama Bahan Bentuk Warna
1 Fe(NO3)3. 9H2O Larutan Tidak Berwarna
2 KSCN Larutan Tidak Berwarna
3 H2O Cairan Tidak Berwarna

3.3 Cara Kerja


1. Dibuat seri larutan standar [FeSCN]2+
2. Diukur %T masing – masing larutan pada panjang gelombang maksimum yang
telah ditentukan dengan spektrofotometer
3. Dihitung absorbansi dan konsentrasi [FeSCN]2+
4. Dibuat kurva standar antara sumbu x (absorbansi) dan sumbu y (konsentrasi
[FeSCN]2+)
5. Hitung regresi linear (R)
6. Dihitung Intercept dan slope
7. Diulangi cara kerja diatas untuk larutan A, B dan C
8. Dihitung tetapan kesetimbangan (Keq) ion Fe3+ dan SCN- menggunakan
persamaaan regresi linear pada percobaan pertama.

IV. Hasil Pengamatan Bagian I


a. Panjang gelombang maksimum FeSCN2+ : 470 nm
b. Pengukuran %T larutan standar
Larutan standar %T Absorbansi (A
FeSCN 2+ = 2 – log%T)

1 63,0 0,21
2 71,7 0,15
3 80,6 0,1
4 91,1 0,05

c. Konsentrasi FeSCN2+
• Labu ukur 1
Fe3+ + SCN- → FeSCN2+
Awal 0,02 M 0,00016 M 0
Reaksi 0,00016 M 0,00016 M 0,00016 M
Sisa 0,02 – 0,00016 = 0,00016 – 0,00016 = 0 + 0,00016 M =
0,02 0M 0,00016 M

• Labu Ukur 2
Fe3+ + SCN- → FeSCN2+
Awal 0,02 M 0,00012 M 0
Reaksi 0,00012 M 0,00012 M 0,00012 M
Sisa 0,02 – 0,00012 = 0,00012 – 0,00012 = 0 + 0,00012 M =
0,02 0M 0,00012 M

• Labu Ukur 3
Fe3+ + SCN- → FeSCN2+
Awal 0,02 M 0,00008 M 0
Reaksi 0,00008 M 0,00008 M 0,00008 M
Sisa 0,02 – 0,00008 = 0,00008 – 0,00008 = 0 + 0,00008 M =
0,02 0M 0,00008 M

• Labu Ukur 4
Fe3+ + SCN- → FeSCN2+
Awal 0,02 M 0,00004 M 0
Reaksi 0,00004 M 0,00004 M 0,00004 M
Sisa 0,02 – 0,00004 = 0,00004 – 0,0004 = 0 0 + 0,00004 M =
0,02 M 0,00004 M

d. Kurva standar Absorbansi vs konsentrasi FeSCN2+

KURVA KALIBRASI
0.25

0.2 y = 1325x - 0.005


R² = 0.9979
Absorbansi

0.15

0.1

0.05

0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002
KONSENTRASI

Regresi Linear = y = 1325x – 0,005


Slope = 1325
Intercept = - 0,005

V. Pengolahan Data Bagian I


a. Menghitung Absorbansi
• Labu Ukur 1 A
= 2 – log %T
= 2 – log 63,0
= 0, 21
• Labu Ukur 2
A = 2 – log %T
= 2 – log 71,7
= 0, 15
• Labu Ukur 3 A
= 2 – log %T
= 2 – log 80,6
= 0, 1
• Labu Ukur 4
A = 2 – log %T
= 2 – log 91,1
= 0, 05

b. Menghitung konsentrasi FeSCN2+


1) Untuk larutan dalam labu ukur I
Mol Fe3+ = M x V = 0,2 M x 5,0 mL = 1 mmol
[Fe3+] = mol Fe3+ / volume total = 1 mmol / 50 mL = 0,02 M

Mol SCN- = M x V = 0,002 M x 4,0 mL = 0,008 mmol


[SCN-] = mol SCN- / volume total = 0,008 mmol/ 50 mL = 0,00016 Reaksi
stokiometrtik antara Fe3+ dan SCN- adalah sebagai berikut:
Fe3+ + SCN- → FeSCN2+
Awal 0,02 M 0,00016 M 0
Reaksi 0,00016 M 0,00016 M 0,00016 M
Sisa 0,02 – 0,00016 = 0,00016 – 0,00016 = 0 + 0,00016 M =
0,02 0M 0,00016 M
*Karena konsentrasi SCN- lebih kecil, maka habis bereaksi
Maka, konsentrasi FeSCN2+ pada labu ukur 1 adalah 0,00016

2) Untuk labu ukur 2


Mol Fe3+ = M x V = 0,2 M x 5,0 mL = 1 mmol
[Fe3+] = mol Fe3+ / volume total = 1 mmol / 50 mL = 0,02 M

Mol SCN- = M x V = 0,002 M x 3,0 mL = 0,006 mmol


[SCN-] = mol SCN- / volume total = 0,006 mmol/ 50 mL = 0,00012 Reaksi
stokiometrtik antara Fe3+ dan SCN- adalah sebagai berikut:
Fe3+ + SCN- → FeSCN2+
Awal 0,02 M 0,00012 M 0
Reaksi 0,00012 M 0,00012 M 0,00012 M
Sisa 0,02 – 0,00012 = 0,00012 – 0,00012 = 0 + 0,00012 M =
0,02 0M 0,00012 M
*Karena konsentrasi SCN- lebih kecil, maka habis bereaksi
Maka, konsentrasi FeSCN2+ pada labu ukur 2 adalah 0,00012

3) untuk labu ukur 3


Mol Fe3+ = M x V = 0,2 M x 5,0 mL = 1 mmol
[Fe3+] = mol Fe3+ / volume total = 1 mmol / 50 mL = 0,02 M

Mol SCN- = M x V = 0,002 M x 2,0 mL = 0,004 mmol


[SCN-] = mol SCN- / volume total = 0,004 mmol/ 50 mL = 0,00008 Reaksi
stokiometrtik antara Fe3+ dan SCN- adalah sebagai berikut:
Fe3+ + SCN- → FeSCN2+
Awal 0,02 M 0,00008 M 0
Reaksi 0,00008 M 0,00008 M 0,00008 M
Sisa 0,02 – 0,00008 = 0,00008 – 0,00008 = 0 + 0,00008 M =
0,02 0M 0,00008 M
*Karena konsentrasi SCN- lebih kecil, maka habis bereaksi
Maka, konsentrasi FeSCN2+ pada labu ukur 3 adalah 0,00008

4) Untuk labu ukur 4


Mol Fe3+ = M x V = 0,2 M x 5,0 mL = 1 mmol
[Fe3+] = mol Fe3+ / volume total = 1 mmol / 50 mL = 0,02 M

Mol SCN- = M x V = 0,002 M x 1,0 mL = 0,002 mmol


[SCN-] = mol SCN- / volume total = 0,002 mmol/ 50 mL = 0,00004 Reaksi
stokiometrtik antara Fe3+ dan SCN- adalah sebagai berikut:
Fe3+ + SCN- → FeSCN2+
Awal 0,02 M 0,00004 M 0
Reaksi 0,00004 M 0,00004 M 0,00004 M
Sisa 0,02 – 0,00004 = 0,00004 – 0,0004 = 0 0 + 0,00004 M =
0,02 M 0,00004 M
*Karena konsentrasi SCN- lebih kecil, maka habis bereaksi
Maka, konsentrasi FeSCN2+ pada labu ukur 4 adalah 0,00004

c. Kurva standar Absorbansi vs konsentrasi FeSCN2+

Kurva Kalibrasi
0.25
y = 1325x - 0.005
0.2 R² = 0.9979
Absorbansi

0.15

0.1

0.05

0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002
Konsentrasi

Regresi Linear = y = 1325x – 0,005


Slope = 1325
Intercept = - 0,005

Bagian II
a. Pengukuran %T larutan pada tabung reaksi A, B dan C pada Panjang gelombang
maksimum 470 nm
Larutan pada tabung %T Absorbansi (A
= 2 – log%T)

A 90,3 0,05
B 87,1 0,06
C 84,0 0,08

b. Menghitung konsentrasi tiap spesi dalam reaksi (Fe3+, SCN- dan FeSCN2+)
1) Untuk tabung A
Mol Fe3+ = M x V = 0,002 M x 3 mL = 0,006 mmol
[Fe3+] = mol Fe3+ / volume total = 0,006 mmol / 10 mL = 0,0006 M

Mol SCN- = M x V = 0,002 M x 3 mL = 0,006 mmol


[SCN-] = mol SCN- / volume total = 0,006 mmol / 10 mL = 0,0006 M

2) Untuk tabung B
Mol Fe3+ = M x V = 0,002 M x 3 mL = 0,006 mmol
[Fe3+] = mol Fe3+ / volume total = 0,006 mmol / 10 mL = 0,0006 M

Mol SCN- = M x V = 0,002 M x 4 mL = 0,008 mmol


[SCN-] = mol SCN- / volume total = 0,008 mmol / 10 mL = 0,0008 M

3) Untuk tabung C
Mol Fe3+ = M x V = 0,002 M x 3 mL = 0,006 mmol
[Fe3+] = mol Fe3+ / volume total = 0,006 mmol / 10 mL = 0,0006 M

Mol SCN- = M x V = 0,002 M x 5 mL = 0,01 mmol


[SCN-] = mol SCN- / volume total = 0,01 mmol / 10 mL = 0,001 M

[FeSCN2+] ditentukan berdasarkan persamaan regresi linear pada kurva standar. Ingat
y = absorbansi (berdasarkan absorbansi pada tabung A), x = konsentrasi, maka yang
dihitung adalah variable X nya.
• tabung A y = 1325x –
0,005
0,05 = 1325x – 0,005
x=
x = 0,00004
Keq = [FeSCN2+] / [Fe3+] [SCN-] = 0,00004 / 0,0006 x 0,0006 = 111,11

• tabung B y = 1325x
– 0,005 0,06 = 1325x –
0,005

x=
x = 0,000049
Keq = [FeSCN2+] / [Fe3+] [SCN-] = 0,000049 / 0,0006 x 0,0008 = 102,08
• tabung C y = 1325x –
0,005
0,08 = 1325x – 0,005

x=
x = 0,00006

Keq = [FeSCN2+] / [Fe3+] [SCN-] = 0,00006 / 0,0006 x 0,001 = 100

Penentuan Keq rata-rata


Keq rata-rata = Keq tabung A + Keq tabung B + Keq tabung C / 3
= 111,11 + 102,08 + 100/3
= 104,39

Sehingga tetapan kesetimbangan (Keq) ion Fe3+ dan SCN- adalah 104,39

VI. Pembahasan
Berdasarkan video yang telah diamati tentang penentuan tetapan kesetimbangan
ion Fe3+ dan SCN-. Dalam percobaan ini kita akan menentukan kesetimbangan untuk
reaksi antara besi (III) dan ion tiosianat dengan asumsi bahwa semua ion tiosianat
bereaksi, hasil dari reaksi ini adalah ion komplek yaitu [FeSCN] 2+. Pertama kita akan
mengukur panjang gelombang komplek besi (III) tiosianat. Ion yang menyerap dan
mengembangkan kurva standar dengan konsentrasi yang telah diketahui. Dalam bagian
kedua, kita akan menjalankan sampai dengan konsentrasi bahan kimia yang berbeda
reaksi dan dibandingkan jumlah produk yang dibuat.
Percobaan pertama yaitu tentang seri larutan standar [FeSCN]2+. Disediakan 4
buah labu ukur yang telah diberi tanda 1, 2, 3 dan 4. Kemudian kedalam masing -masing
labu ukur dimasukkan 5,0 mL larutan besi (III) nitrat dan dicampurkan dengan larutan
potassium tiosianat sebanyak 4,0 mL pada labu ukur 1, 3,0 mL pada labu ukur 2, 2,0 mL,
pada labu ukur 3 dan 1,0 mL pada labu ukur 4 sehingga menghasilkan warna yang
berbedabeda di setiap labu ukur, labu ukur 1 warna merah, labu ukur 2 warna merah, labu
ukur 3 warna orange dan labu ukur 4 warna orange pudar. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi potassium tiosianat yang di masukkan berbeda pada setiap labu ukur.
Selanjutnya dicari absorbansi dan konsentrasi [FeSCN]2+ untuk membuat kurva standar
dan melihat regresi linear, slope dan intercept.
Percobaan ke dua, disediakan tiga tabung reaksi yang diberi tanda A, B dan C.
Kemudian dimasukkan larutan besi (III) nitrat 0,0020 molar kedalam masing – masing
tabung sebanyak 3,0 mL. Selanjutnya dimasukkan larutan potassium tiosianat kedalam
masing – masing tabung reaksi sebanyak 3,0 mL pada tabung A, 4,0 mL pada tabung B
dan pada tabung c sebanyak 5,0 mL. Hasil yang didapatkan yaitu pada tabung a warna
warna merah pudar, pada tabung b masih agak pudar, dan pada tabung c warna merah
darah tua. Selanjutnya dicari absorbansi dan konsentrasi [FeSCN]2+ untuk mencari tetapan
kesetimbangannya menggunakan persamaan regresi linear pada percobaan pertama.

VII. Kesimpulan

Berdasarkan video percobaan yang telah diamati tentang penentuan tetapan


kesetimbangan (Keq) ion Fe3+ dan SCN- didapatkam hasil bahwa tetapan kesetimbangan
ion Fe3+ dan SCN- adalah 104,39.
VIII. Daftar Pustaka
Putri Arofa Dini,dkk. 2013. Pembuatan Tes Kit Tiosianat Berdasarkan Pembentukan
Kompleks Merah Besi(III) Tiosianat. Jurnal kimia student. Vol. 1. No. 2
Purwoko, Agus. 2006. Kimia Dasar 1. NTB : Mataram University Press
Yuniati yuyun, dkk,. 2017. Studi Kinetika Dan Isoterm Adsorpsi Besi (III) Pada Zeolit
Alam Dengan Bantuan Gelombang Sonikasi. Jurnal Kimia Pendidikan. Vol. 2, No.1

Anda mungkin juga menyukai