Anda di halaman 1dari 12

IV.

KESETIMBANGAN KIMIA

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi
seluruh zat tidak lagi mengalami perubahan, sebab zat-zat diruas kanan
terbentuk dan terurai kembali dengan kecepatan yang sama. Keadaan
kesetimbangan ini bersifat dinamis, artinya reaksi terus berlangsung dalam
dua arah dengan kecepatan yang sama. Keadaan kesetimbangan tidak
mengalami perubahan secara mikrokopis (perubahan yang dapat diamati
atau diukur).
Kesetimbangan ada dua macam, yaitu kesetimbangan dalam sistem
homogen dan kesetimbangan sistem heterogen. Hukum Guldberg dan
Wange menyatakan dalam keadaan kesetimbangan pada suhu tetap. Hasil
kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi  dibagi dengan hasil kali konsentrasi
pereaksi yang dimana masing-masing konsentrasi itu dipangkatkan dengan
koefisien reaksinya adalah tetap.
Pengetahuan tentang reaksi kesetimbangan ini sangat penting,
antara lain di bidang industri yang menggunakan reaksi kimia. Reaksi
kesetimbangan dapat kita geser kearah yang kita inginkan. Kesetimbangan
kimia ini juga diterapkan dalam industri di bidang pertanian, yaitu dalam
pembuatan amoniak dengan proses haberbosch serta pembuatan asam
sulfat melalui proses kontak.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum kesetimbangan kimia adalah untuk menentukan
hukum kesetimbangan dan tetapan kesetimbangan.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum kesetimbangan kimia dilaksanakan pada hari Rabu, 2
Oktober 2019 pukul 15.30 – 17.00 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka

Kesetimbangan adalah keadaan dimana reaksi bolak-balik yang secara


terus menerus tetapi tidak ada perubahan yang diamati. Suatu reaksi kimia
berlangsung dalam sebuah bejana yang mencegah keluar masuknya zat-zat
terlibat dalam reaksi tersebut, maka besaran-besaran dari komponen-
komponen reaksi tersebut berubah ketika beberapa komponen tersebut
digunakan dan komponen lainnya terbentuk. Perubahan ini akan berakhir
setelah komposisinya tetap, selama sistem tersebut tidak terganggu sehingga
sistem tersebut dikatakan setimbang atau dengan kata lain,sebuah reaksi
kimia berada dalam kesetimbangan ketika tidak ada kecenderungan
kuantitas-kuantitas zat-zat pereaksi dan zat-zat hasil reaksi untuk berubah
(Sunarya, 2010).

Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem


kesetimbangan homogen dan sistem kesetimbangan heterogen.
Kesetimbangan homogen merupakan kesetimbangan yang anggota sistemnya
mempunyai kesamaan fase. Kesetimbangan heterogen merupakan suatu
kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai lebih dari satu fase,
sehingga sistem yang terbentuk pun mempunyai lebih dari satu macam fase
(Kristianingrum, 2010).
Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan
konsentrasi, karena b atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε merupakan
suatu tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang
dihasilkan makin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah
absorbansi yang dihasilkan makin rendah. Hubungan antara absorbansi
terhadap konsentrasi akan linear (A≈C) apabila nilai absorbansi larutan antara
0,2-0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) atau sering disebut sebagai daerah berlaku hukum
Lambert-Beer. Jika absorbansi yang diperoleh lebih besar maka hubungan
absorbansi tidak linear lagi (Emel Seren, 2011).
Kesetimbangan campuran adalah konsep terpenting dalam konteks
pemisahan kimia yang dipelajari selanjutnya. Sistem senyawa murni atau zat
tunggal jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Sistem kesetimbangan
campuran lebih banyak dibicarakan karena menampakan kekhasan sistem dan
dapat dipelajari sebagai contoh untuk menjelaskan proses pemisahan. Campuran
dalam kesetimbangannya, didapati perubahan temperatur dalam perubahan
fasenya, di mana harga perubahan suhu ini proporsional dengan jumlah komposisi
pencampurannya. Parameter dapat ditentukan dengan cara Hukum Raoult di mana
parameter fraksi mol masuk dan diperhitungkan dalam perumusan persamaannya
(Wonohardjo Surjani, 2012).
Kesetimbangan kimia merupakan topik sentral program kimia fisik.
Prinsip kesetimbangan kimia Le Chatelier yang memiliki hubungan kuat untuk
memprediksi secara kualitatif respon sistem pada kesetimbangan dengan
perubahan kondisi eksternal. Banyak peneliti yang meneliti tentang denaturasi
protein dan beberapa hasil dari penelitian tersebut berkaitan dengan reaksi
kesetimbangan (Moroni dkk, 2015).

C. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

1. Materi
a. Alat
1) 5 tabung reaksi
2) 2 Beaker Glass
3) Kertas Label
4) 2 Pipet tetes
5) spektrofotometer
6) kuvet
b. Bahan
` 1) NH4CNS 0,002 M
2) Fe(Cl3)3 0,2 M
3) Aquadest

2. Metode
a. Menyediakan 5 tabung reaksi bersih dan memberi label n0mer 1 hingga
5 no 1-5; memasukan tiap 5 ml larutan NH4CNS 0,002 M; kemudian
memasukan larutan Fe(Cl3)3 0,2 M sebanyak 5 ml ke dalam tabung.
Larutan dalam tabung tabung 1 menjadi larutan standart.
b. Memasukan larutan Fe(Cl3)3 0,2 M 10 ml ke dalam beaker glass 50 ml
dan menambahkan aquadest hingga volume larutan menjadi 25 ml.
c. Mengambil 5 ml larutan, memasukkan dalam beaker glass 50 ml dan
menambahkan aquadest hingga volume 25 ml.
d. Mengambil 5 ml larutan perlakuan terakhir dan memasukkan dalam
tabung.
e. Mengulangi langkah-langkah tersebut hingga tabung ke-5 berisi 5 ml
larutan.
f. Memasukkan setiap larutan dari tabung ke kuvet sampai tanda garis.
g. Memasukkan kuvet satu per satu ke dalam spektrofotometer untuk
mengetahui nilai absorbansi.
h. Menghitung konsentrasi ion FeCNS+2.
i. Mencari hubungan yang konstan antara konsentrasi berbagai ion dalam
keadaan setimbang dari masing-masing tabung reaksi dengan cara
mengalikan atau membagi konsentrasi ion-ion sehingga memperoleh
beberapa kombinasi.
D. HASIL DAN ANALISIS HASIL PENGAMATAN

1. Hasil Pengamatan
Tabel 7. Pengamatan Hasil Absorbsi
Tabung Absobrsi (A□)
1 0,474 A
2 0,381 A
3 0,319 A
4 0,228 A
5 0,155 A
Aquadest 0
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Kimia Dasar 2019
Lampiran

a. Menentukan Konsentrasi Fe3+

Tabung 1 Pengenceran 1
M1 . V1= M2 . V2 M1 . V1 = M2 . V2
0,2 . 5 = M2 . 10 0,2 . 10 = M2 . V2
1 = M2 . 10 2 = M2 . 25
M2 = 0,1 M M2 = 0,08 M

Tabung 2 Pengenceran 2
M1 .V1 = M2 . V2 M1 . V1= M2 . V2
0,08 . 5= M2 . 10 0,08 . 10 = M2 .25
0,4 = M2 . 10 0,8 = M2. 25
M2 = 0,04 M M2 = 0,0032 M

Tabung 3 Pengenceran 3
M1 . V1= M2 . V2 M1 . V1 = M2 . V2
0,032.5 = M2 . 10 0,032.10 = M2 .25
0,16 = M2 . 10 0,32 = M2 .25
M2 = 0,016 M M2 = 0,0128 M

Tabung 4
M1 . V1 = M2 . V2 Pengenceran 4
0,0128 . 5 = M2 . 10 M1 . V1 = M2 . V2
0,064 = M2 . 10 0,0128.10 = M2 . 25
M2 = 0,0064 M 0,128 = M2 . 25
M2 = 0,00512 M
Tabung 5
M1 . V1 = M2 . V2
0,00512 . 5 = M2 . 10
0,0256 = M2 . 10
M2 = 0,00256 M

a. Menghitung Fe(Cl3)3

0,474
Tabung 1 = x 0,001 = 0,001
0,474
0,381
Tabung 2 = x 0,001 = 0,0008037975
0,474
0,319
Tabung 3 = x 0,001 = 0,0006729958
0,474
0,228
Tabung 4 = x 0,001 = 0,0004810127
0,474
0,155
Tabung 5 = x 0,001 = 0,0003270042
0,474
b. Mengitung Fe3+setimbang
Fe3+setimbang = Fe3+ awal - [Fe(CNS)2+] setimbang
Tabung 1 = 0,1 - 0,001 = 0,099
Tabung 2 = 0,04 - 0,0008037975 = 0,0391962
Tabung 3 = 0,016 - 0,000764411 = 0,01523559
Tabung 4 = 0,0064 – 0,0005839599 = 0,00581604
Tabung 5 = 0,00256 – 0,0003684211 = 0,002191579
c. Menghitung CNS Setimbang
CNS Setimbang= CNS Awal – [Fe(CNS)2+] setimbang
Tabung 1 = 0,001 - 0,001 = 0
Tabung 2 = 0,001 - 0,0008037975 = 0,0001962025
Tabung 3 = 0,001 – 0,000764411 = 0,000235589
Tabung 4 = 0,001 – 0,0005839599 = 0,0004160401
Tabung 5 = 0,001 – 0,0003684211 = 0,0006315789
d. Menghitung Kc
0,099 x 0,001
= 0,099
0,001

0,0391962 x 0,0008037975
=0,03150581
0,001
0,01523559 x 0,0006729958
=0,01025349
0,001

0,00581604 x 0,0004810127
=0,002797589
0,001
0,002191529 x 0,0003270042
=0,0007166555
0,001

Menghitung KC2
0,099 x 0 = 0
0,03150581 x 0,0001962025 = 6,181519 x 10−6
0,01025349 x 0,000235599 = 2,415609 x 10−6
0,002797589 x 0,0004160401 = 1,163909 x 10−10
0,0007166555 x 0,0006315789 = 4,526245 x 10−7

Menghitung KC3
0,001
1. =100
0,01. 0,001
0,0008037973
2. =20,0949925
0,04 . 0,001
0,0006729958
3. =42,0682375
0,016 . 0,001
0,0004810127
4. =75,1582344
0,064 . 0,001
0,0003270042
5. =¿ 127,736016
0,00256 .0,001

2. Pembahasan

Gambar 7 (susunan tabung dalam rak) Gambar 8 (perbedaan warna larutan)

Percobaan kesetimbangan kimia ini menggunakan larutan Fe(Cl3)3 0,2 M,


NH4CNS 0,002 M, dan aquadest. Setiap tabung konsentrasinya berbeda karena
sudah dicampur dengan larutan lainnya. Diperoleh hasil tabung 1 nilai
absorbansinya adalah 0,474 A o , tabung 2 nilai absorbansinya 0,381 A o, tabung 3
nilai absorbansinya 0,319 A o, tabung 4 nilai absorbansinya 0,228 Ao, dan pada
tabung 5 nilai absorbansinya 0,155Ao.
Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan
konsentrasi, artinya, konsentrasi semakin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan
semakin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang
dihasilkan makin rendah. Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan
linear (A≈C) apabila nilai absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) atau
sering disebut sebagai daerah berlaku hukum Lambert-Beer. Jika absorbansi yang
diperoleh lebih besar maka hubungan absorbansi tidak linear lagi(Emel Seren,
2011)
Berdasarkan penjelasan tentang hasl data di atas, maka hasil data
praktikum kesetimbangan kimia sesuai dengan pendapat Emel Seren (2011).
Persamaaan bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi. Hubungan
absorbansi tergantung dengan besarnya absorbansi yang diperoleh.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada acara praktikum
kesetimbangan kimia ini adalah pengukuran absorbsi larutan standar jika
konsentrasi naik maka nilai absorbsi juga naik. Kesetimbangan kimia
dipengaruhi oleh konsentrasi dan volume larutan. Terdapat 4 faktor yang
dapat mempengaruhi kesetimbangan, yaitu perubahan konsentrasi,
perubahan suhu, perubahan tekanan dan volume, dan pengaruh katalisator.
Kesetimbangan dipengaruhi oleh besar konsentrasi zat-zat yang bereaksi

2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum kesetimbangan kimia
ini adalah mengukur volume dengan teliti. Berhati-hati saat memegang
cuvette, perhatikan bagian-bagiannya. Jangan sampai memegang bagian
bening dari cuvette karena bisa mempengaruhi nilai absorbsinya.

DAFTAR PUSTAKA

Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar 1 Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia Terkini.


Bandung: Yrama Widya.
Moroni, Laura. Gellini Christina. Remigio Pier. 2015. Thermal Denaturation of
Proteins and Chemical Equilibrium.
Kristianingrum : 2010. Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya.
Seran, Emel. 2011. PengertianDasarSpektrofotometer
Wonorahardjo, Surjani. 2012. Metode-Metode Pemisahan Kimia. Malan: Indeks.

Anda mungkin juga menyukai