hijriyah. Beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun baru hijriyah. Moment
yang sangat pas untuk mempelajari kembali sejarah penetapan penanggalan
hijriyah.
ِ يت لِلن
َ ۗ َّاس َواحْلَ ِّج ِ ِ ِِ
ُ ك َع ِن اأْل َهلَّة ۖ قُ ْل ه َي َم َواق
َ َيَ ْسأَلُون
“Orang-orang bertanya kepadamu tentang hilal. Wahai Muhammad
katakanlah: “Hilal itu adalah tanda waktu untuk kepentingan manusia dan
badi haji.”(QS. Al-Baqarah: 189)
ملسجد أسس على التقوى من: وأفاد السهيلي أن الصحابة أخذوا التاريخ باهلجرة من قوله تعاىل
فتعني أنه أضيف إىل شيء مضمر وهو أول، أول يوم ألنه من املعلوم أنه ليس أول األيام مطلقا
وابتدأ بناء، وعبد فيه النيب – صلى اهلل عليه وسلم – ربه آمنا، الزمن الذي عز فيه اإلسالم
وفهمنا من فعلهم أن قوله تعاىل من، فوافق رأي الصحابة ابتداء التاريخ من ذلك اليوم، املسجد
من أول يوم أي دخل: واملتبادر أن معىن قوله، كذا قال، أول يوم أنه أول أيام التاريخ اإلسالمي
. فيه النيب – صلى اهلل عليه وسلم – وأصحابه املدينة واهلل أعلم
“Dan As-Suhaili memberikan tambahan informasi: para sahabat sepakat
menjadikan peristiwa hijrah sebagai patokan penanggalan, karena merujuk
kepada firman Allah Ta’ala,
Sudah suatu hal yang maklum; maksud hari pertama (dalam ayat ini) bukan
berarti tak menunjuk pada hari tertentu. Nampak jelas ia dinisbatkan pada
sesuatu yang tidak tersebut dalam ayat. Yaitu hari pertama kemuliaan islam.
Hari pertama Nabi shallallahu’alaihiwasallam bisa menyembah Rabnya
dengan rasa aman. Hari pertama dibangunnya masjid (red. masjid pertama
dalam peradaban Islam, yaitu masjid Quba). Karena alasan inilah, para
sahabat sepakat untuk menjadikan hari tersebut sebagai patokan
penanggalan.
Dari keputusan para sahabat tersebut, kita bisa memahami, maksud “sejak
hari pertama” (dalam ayat) adalah, hari pertama dimulainya penanggalan
umat Islam. Demikian kata beliau. Dan telah diketahui bahwa makna firman
Allah ta’ala: min awwali yaumin (sejak hari pertama) adalah, hari pertama
masuknya Nabi shallallahu’alaihiwasallam dan para sahabatnya ke kota
Madinah.
. Allahua’lam. ” (Fathul Bari, 7/335)
Sebenarnya ada opsi-opsi lain mengenai acuan tahun, yaitu tahun kelahiran
atau wafatnya Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Namun mengapa dua opsi ini
tidak dipilih? Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan alasannya,”
وأما وقت الوفاة فأعرضوا عنه، ألن املولد واملبعث ال خيلو واحد منهما من النزاع يف تعيني السنة
. ، فاحنصر يف اهلجرة، ملا توقع بذكره من األسف عليه
“Karena tahun kelahiran dan tahun diutusnya beliau menjadi Nabi, belum
diketahui secara pasti. Adapun tahun wafat beliau, para sahabat tidak
memilihnya karena akan menyebabkan kesedihan manakala teringat tahun
itu. Oleh karena itu ditetapkan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun.” (Fathul
Bari, 7/335)
Penentuan Bulan
Perbincangan berlanjut seputar penentuan awal bulan kalender hijriyah.
Sebagian sahabat mengusulkan bulan Ramadhan. Sahabat Umar bin
Khatab dan Ustman bin Affan mengusulkan bulan Muharram.
Alasan lain dipilihnya bulan muharam sebagai awal bulan diutarakan oleh
Ibnu Hajar rahimahullah,
ألن ابتداء العزم على اهلجرة كان يف احملرم ؛ إذ البيعة وقعت يف أثناء ذي احلجة وهي مقدمة اهلجرة
وهذا، فكان أول هالل استهل بعد البيعة والعزم على اهلجرة هالل احملرم فناسب أن جيعل مبتدأ،
أقوى ما وقفت عليه من مناسبة االبتداء باحملرم
“Karena tekad untuk melakukan hijrah terjadi pada bulan muharam. Dimana
baiat terjadi dipertengahan bulan Dzulhijah (bulan sebelum muharom)
Dari peristiwa baiat itulah awal mula hijrah. Bisa dikatakan hilal pertama
setelah peristiwa bai’at adalah hilal bulan muharam, serta tekad untuk
berhijrah juga terjadi pada hilal bulan muharam (red. awal bulan muharam).
Karena inilah muharam layak dijadikan awal bulan. Ini alasan paling kuat
mengapa dipilih bulan muharam.” (Fathul Bari, 7/335)
Ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari kisah penanggalan hijriyah
di atas:
_____
Artikel Muslim.Or.Id
0 0 0
Kata hijrah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan dari
dan berpindah tempat. Dalam konteks sejarah hijrah, hijrah adalah kegiatan
perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw bersama para sahabat
beliau dari Mekah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan
risalah Allah, berupa akidah dan syari’at Islam.
Dengan merujuk kepada hijrah yang dilakukan Rasulullah Saw tersebut sebagaian
ulama ada yang mengartikan bahwa hijrah adalah keluar dari “darul kufur” menuju
“darul Islam”. Keluar dari kekufuran menuju keimanan.
Umat Islam wajib melakukan hijrah apabila diri an keluarganya terancam dalam
mempertahankan akidah dan syari’ah Islam.
Perintah berhijrah terdapat dalam beberpa ayat Al-Qur’an, antara lain: Qs. Al-
Baqarah 2:218).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharpakn rahmat Allah, dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan
orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada
orang-orang mujairin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman.
Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni;mat) yang mulia. (Qs. Al-An’fal, 8:74)
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan
harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan (Qs. At-Taubah, 9:20)
Pada ayat-ayat di atas, terdapat esensi kandungan:
1. Bahwa hijrah harus dilakuakn atas dasar niat karena Allah dan tujuan mengarah
rahamt dan
keridhaan Allah.
3. Bahwa hijrah dan jihad dapat dilakukan dengan mengorbankan apa yang kita
miliki, termasuk harta
benda, bahkan jiwa.
4. Ketiga ayat tersebut menyebut tiga prinsip hidup, yaitu iman, hijrah dan
jihad. Iman bermakna
keyakinan, hijtah bermakna perubahan dan jihad bermakna perjuangan dalam
menegakkan risalah Allah.
Makna Hijrah
Hijrah sebagai salah satu prinsip hidup, harus senantiasa kita maknai dengan benar.
Secara bahasa hijrah berarti meninggalkan. Seseorang dikatakan hijrah jika telah
memenuhi 2 syarat, yaitu, yaitu yang pertama ada sesuatu yang ditinggalkan dan
kedua ada sesuatu yang dituju (tujuan). Kedua-duanya ahrus dipenuhi oleh seorang
yang berhijrah. Meninggalkan segala hal yang buruk, negative, maksiat, kondisi
yang tidak kondisif, menju keadaan yang lebih yang lebih baik, positif dan kondisi
yang kondusif untuk menegakkan ajaran Islam.
Tahun Hiriyah, ditetapkan pertama kali oleh Khalifah Umar bin Khatab ra, sebagai
jawaban atau surat Wali Abu Musa Al-As’ari. Khalifah Umar menetapkan Tahun
Hijriyah Kalender Tahun Gajah, Kalender Persia untuk menggantikan penanggalan
yang digunakan bangsa Arab sebelumnya, seperti yang berasal dari tahun Gajah,
Kalender Persia, Kalender Romawi dan kalender-kalendar lain yang berasal dari
tahun peristiwa-peristiwa besar Jahiliyah. Khlifah Umar memilih peristiwa Hijrah
sebagai taqwim Islam, karena Hijrah Rasulullah aw dan para sahabat dari Mekkah
ke Madinah merupakan peristiwa paling monumental dalam perkembangan
dakwah.
Secara garis besar hijrah kita bedkan menajdi dua macam yaitu:
1. Hijrah Makaniyah : Yaitu meinggalkan suatu tempat. Bebebrapa jenis hijrah
maknawiyah, yaitu:
a. Hijrah Rasulullah Saw dari Mekah ke Habasyiyah.
b. Hijrah Rasulullah Saw dari Mekah ke Madinah.
c. Hijrah dari suatu negeri yang didalamnya didominasi oleh hal-hal
yang diharamkan.
d. Hijrah dari suatu negeri yang membahayakan kesehatan untuk menhindari
penyakit menuju negeri
yang aman.
e. Hijrah dari suatu tempat karena gangguan terhadap harta benda.
f. Hijrah dari suatu tempat karena menghindari tekanan fisik
Seperti hijrahnya Ibrahim as dan Musa as, ketika Beliau khawatir akan gangguan
kaumnya.
Seperti yang tecantum dalam al-Qur’an:
Berkatalah Ibrahim: “Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang
diperintahkan).
Tuhanku, Sesungguhnya Dialah yang Maha erkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. Al-
Ankabuit, 29:26).
Maka keluarkanlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu
dengan khawatri, dia berdo’a “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang
yang zalim itu (Qs. Al-Qashah, 2:21).
2. Hijrah Maknawiyah
a. Hijrah I’tiqadiyah
Yaitu hijrah keyakinan. Iman bersifat pluktuatif, kadang menguat menuju puncak
keyakinan mu’min sejati, kadang pula melemah mendekati kekufuran Iman pula
kadang hadir dengan kemurniannya, tetapi kadang pula bersifat sinkretis,
bercampur dengan keyakinan lain mendekati memusyrikan. Kita harus segera
melakuakn hijrah keyakinan bila berada di tepi jurang kekufuran dan kemusyrikan
keyakinan. Dalam konteks psikologi biasa disebut dengan konversi keyakinan
agama.
b. Hijrah Fikriyah
Fikriyah secara bahasa berasal dari kata fiqrun yang artinya pemikiran. Seiring
perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, seolah
dunia tanpa batas. Berbagai informasi dan pemikiran dari belahan bumi bisa secara
oline kitya akses.
Dunia yang kita tempati saat ini, sebenarnya telah menjadi medan perang yang
kasat mata. Medan perang yang ada tapi tak disadari keberadaannya oleh
kebanyakan manusia gendeang perang telah dipukul dalam medan yang namanya
“Ghoswul Fikr” (baca: Perang pemikiran).
Tak heran berbagai pemikiran telah tersebar di medan perang tersebut laksana dari
senjata-senjata perengut nyawa. Isu sekularisasi, kapitalisasi, liberalisasi,
pluralisasi, dan sosialisasi bahkan momunisasi telah menyusup ke dalam sendi-
sendi dasar pemikiran kita yang murni. Ia menjadi virus ganas yang sulit terditeksi
oleh kacamata pemikiran Islam. Hijrah fikriyah menjadi sangat penting mengingat
kemungkinan besar pemikiran kita telah terserang virus ganas tersebut. Mari kita
kembali mengkaji pemikiran-pemikiran Islam yang murni. Pemikiran yang telah
disampaikan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw, melalui para sahabat tabi’in,
tabi’it, tabi’in dan para generasi pengikut shalaf.
c. Hijrah Syu’uriyyah
Syu’uriyah atau cita rasa, kesenangan, kesukaan dan semisalnya, semau yang ada
pada diri kita sering terpengaruhi oleh nilai-nilai yang kuarng Islami Banyak hal
seperti hiburan, musik, bacaan, gambar/hiasan, pakaian, rumah, idola semua pihak
luput dari pengaruh nilai-nilai diluar Islam. Kalau kita perhatikan, hiniran dan
musik seorang muslim takjauh beda dengan hiburannya para penganut paham
permisifisme dan hedonisme, berbau hutra-hura dan senang-senang belaka.
Mode pakain juga tak kalah pentingnya untuk kita hiraukan Hijrah dari pakaian
gaya jahiliyah menuju pakaian Islami, yaitu pakaian yang benar-benar
mengedepankan fungsi bukan gaya. Apa fungsi pakaian ? Tak lain hanyalah untuk
menutup aurat, bukan justru memamerkan aurat. Ironis memang banyak diantara
manusia berpakaian tapi aurat masih terbuka. Ada yang sudah tertutup tapi ketat
dan transparan, sehingga lekuk tubuhnya bahkan warna kulitnya terlihat. Konon,
umat Islam dimanjakan oleh budaya barat dengan 3 f, food, fan, fashan.
d. Hijrah Sulukiyyah
Suluk berarti tingkah laku atau kepribadian atau biasa disebut juag akhlaq. Dalam
perjalanannya ahklaq dan kepribadian manusia tidak terlepas dari degradasi dan
pergeseran nilai. Pergeseran dari kepribadian mulai (akhlaqul karimah) menuju
kepribadian tercela akhlaqul sayyi’ah). Sehingga tidak aneh jika bermuculan
berbagai tindak moral dan asusila di masyarakat. Pencurian, perampokan,
pembunuhan, pelecehan, pemerkosaan, penghinan dan penganiyaan seolah-olah
telah menjadi biasa dalam masyarakat kita. Penipuan, korupsi,, prostitusi dan
manipulasi hampir bisa ditemui di mana-mana. Dalam moment hijrah ini, sangat
tepat jika kita mengkoreksi akhlaq dan kepribadian kita untuk kemudian
menghijrahkan akhlaq yang mulia.
Refleksi
Dengan telah berakhirnya tahun 1431 H dan tibanya tahun 1433 H, serta sebentar
lagi akan segera pergantian tahun masehi dari 2011, suatu hal yang pasti bahwa
usia kita bertambah dan jatah usia kita semakin berkurang. Sudah selayaknya kita
menghisab drii sebelum dihisab oleh Allah. Rasulullah Saw bersabda:
“Hisablah (lakukan perhitungan atas) dirimu sebelum dihisab oleh Allah, dan
lakukanlah kalkulasi amal baik dan amal burk sebelum Allah memberikan
kalkulasi amal atas dirimu.
Apakah kehidupan kita banyak diisi dengan beribadah atau bermaksiat ? Apakah
kita banyak mematuhi ajaran Allah ataukah banyak melanggar atauran Allah ?
Apakah kita ini termasuk orang yang menunaikan shalat fardlu atau malah lalai
dalam menunaikan shalat fardlu ? Apakah diri kita ini termasuk golongan orang –
orang ynag celaka mendapat siksa neraka ? Rasulullah bersabda :
1. Terlalu mudah melupakan dosa yang diperbuatnya, padahal dosa itu tercatat di
sisi Allah.
Orang yang mudah melupakan dosa ia akan malas bertobat dan mudah
mengerjakan dosa kembali.
2. Selalu mengingat (dan membanggakan) atas jasanya dan amal shalihnya,
padahal ia sendiri tidak
yakin apakah amal tersebut diterima Allah atau tidak. Orang selalu mengingat
jasanya yag sudah lewat
ia akan takabur dan malas untuk berbuat kebajikan kembali di ahri-hari
berikutnya.
3. Selalu melihat ke atas dalam urusan dunia. Artinya ia mengagumi sukses yang
dialami orang lain dan
selalu berkeinginan untuk mengejar sukses orang tersebut. Sehingga hidupnya
selalu merasa kekurangan.
4. Selalu melihat ke bawah dalam urusan agama. Akibat ia akan merasa puas
dengan amalnya selama
ini, sebab ia hanya membandingkan amalnya dengan amal orang lain di bawah
dia.***
Tweet
- Dilihat 1005921 Kali
Berita Terkait
Muharram adalah bulan pertama kalender Islam (Hijriyah) yang memiliki banyak
keutamaan dan keistimewaan. Besok, Minggu (1 September 2019) atau nanti malam
(hitungan Hijriyah) umat muslim akan memasuki tahun baru 1 Muharram 1441
Hijriyah.
Kenapa Muharram begitu istimewa? Dalam Alqur'an Surah At-Taubah ayat 36, Allah
mengabarkan 4 bulan agung (bulan-bulan haram) yang wajib dimuliakan yaitu
Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Pada bulan-bulan ini umat Islam
dilarang menganiaya diri sendiri dan sebaliknya dianjurkan memperbanyak amal
saleh.
Baca Juga:
Bolehkah Anak Menasehati Orang Tuanya? Bagaimana Adabnya?
Kasus Khalid tentang Laila, Membaca Sikap Umar dengan Khalifah Abu
Bakar
Dalam surah lain (Surah Al Fajar ayat 1-3), Allah SWT berfirman dengan kalimat
seakan-akan bersumpah: 'wal-Fajri (demi waktu Fajar), wa laya lin 'Asyrin (demi
malam yang sepuluh), wassyaf'i wal-watri (demi yang genap dan yang ganjil).
Para mufassir menjelaskan ayat "demi malam yang sepuluh" itu adalah 10 hari
terakhir bulan Ramadhan, 10 hari pertama bulan Dzulhijjah dan 10 hari pertama
bulan Muharram.
Allah menjadikan empat bulan ini (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab)
sebagai bulan haram (asyhurul-hurum). Siapa yang beramal saleh pada bulan
tersebut maka Allah akan melipatgandakan pahalanya. Sebaliknya siapa yang
berbuat maksiat pada bulan-bulan itu maka dosanya berlipat pula.
Nabi juga berpesan dengan hadits yang diriwayatkan Ibnu 'Abbas: "Berpuasalah
kalian pada hari 'Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah
sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari." (HR Ahmad, HR Al-Baihaqi)
2. Memperbanyak Sedekah
Selain menghidupkan puasa sunnah, umat Islam juga dianjurkan memperbanyak
sedekah. Sedekah pada bulan Muharram menurut Mazhab Maliki sangat dianjurkan.
Sementara mahzab lainnya tidak memberikan penekanan khusus, namun tidak
memberi larangan untuk mengamalkannya.