Anda di halaman 1dari 16

Saat ini kita berada di penghujung bulan Dzulhijah; bulan ke 12 dari kalender

hijriyah. Beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun baru hijriyah. Moment
yang sangat pas untuk mempelajari kembali sejarah penetapan penanggalan
hijriyah.

Kalender hijriyah adalah penanggalan rabani yang menjadi acuan dalam


hukum-hukum Islam. Seperti haji, puasa, haul zakat, ‘idah thalaq dan lain
sebagainya. Dengan menjadikan hilal sebagai acuan awal bulan.
Sebagaimana disinggung dalam firman Allah ta’ala,

ِ ‫يت لِلن‬
َ ۗ ‫َّاس َواحْلَ ِّج‬ ِ ِ ِِ
ُ ‫ك َع ِن اأْل َهلَّة ۖ قُ ْل ه َي َم َواق‬
َ َ‫يَ ْسأَلُون‬
“Orang-orang bertanya kepadamu tentang hilal. Wahai Muhammad
katakanlah: “Hilal itu adalah tanda waktu untuk kepentingan manusia dan
badi haji.”(QS. Al-Baqarah: 189)

Sebelum penanggalan hijriyah ditetapkan, masyarakat Arab dahulu


menjadikan peristiwa-peristiwa besar sebagai acuan tahun. Tahun renovasi
Ka’bah misalnya, karena pada tahun tersebut, Ka’bah direnovasi ulang
akibat banjir. Tahun fijar, karena saat itu terjadi perang fijar. Tahun fiil
(gajah), karena saat itu terjadi penyerbuan Ka’bah oleh pasukan bergajah.
Oleh karena itu kita mengenal tahun kelahiran Rasulullah
shallallahu’alaihiwasallam dengan istilah tahun fiil/tahun gajah. Terkadang
mereka juga menggunakan tahun kematian seorang tokoh sebagai patokan,
misal 7 tahun sepeninggal Ka’ab bin Luai.” Untuk acuan bulan, mereka
menggunakan sistem bulan qomariyah (penetapan awal bulan berdasarkan
fase-fase bulan)

Sistem penanggalan seperti ini berlanjut sampai ke masa Rasulullah


shallallahu’alaihiwasallam dan khalifah Abu Bakr Ash-Sidiq
radhiyallahu’anhu. Barulah di masa khalifah Umar bin Khatab
radhiyallahu’anhu, ditetapkan kalender hijriyah yang menjadi pedoman
penanggalan bagi kaum muslimin.

Latar Belakang Penanggalan


Berawal dari surat-surat tak bertanggal, yang diterima Abu Musa Al-Asy-‘Ari
radhiyahullahu’anhu; sebagai gubernur Basrah kala itu, dari khalifah Umar
bin Khatab. Abu Musa mengeluhkan surat-surat tersebut kepada Sang
Khalifah melalui sepucuk surat,

‫إنه يأتينا منك كتب ليس هلا تاريخ‬

“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Anda, tanpa tanggal.”


Dalam riwayat lain disebutkan,

‫ فال ندري‬،‫ وقد قرأْنا كتابًا حملُّه شعبان‬،‫نعمل‬ ِ


َ ‫أي‬ٍّ ‫ فال نَدري على‬،‫تب‬
ٌ ‫إنَّه يأتينا من أمري املؤمنني ُك‬
‫أهو الذي حنن فيه أم املاضي‬
“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Amirul Mukminin, namun kami
tidak tau apa yang harus kami perbuat terhadap surat-surat itu. Kami telah
membaca salah satu surat yang dikirim di bulan Sya’ban. Kami tidak tahu
apakah Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin.”
Karena kejadian inilah kemudian Umar bin Khatab mengajak para sahabat
untuk bermusyawarah; menentukan kalender yang nantinya menjadi acuan
penanggalan bagi kaum muslimin.

Penetapan Patokan Tahun


Dalam musyawarah Khalifah Umar bin Khatab dan para sahabat, muncul
beberapa usulan mengenai patokan awal tahun.

Ada yang mengusulkan penanggalan dimulai dari tahun diutus Nabi


shallallahu’alaihiwasallam. Sebagian lagi mengusulkan agar penanggalan
dibuat sesuai dengan kalender Romawi, yang mana mereka memulai
hitungan penanggalan dari masa raja Iskandar (Alexander). Yang lain
mengusulkan, dimulai dari tahun hijrahnya Nabi shallallahu’alaihiwasalam ke
kota Madinah. Usulan ini disampaikan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu’anhu. Hati Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu ternyata condong
kepada usulan ke dua ini,

‫اهلجرة فرقت بني احلق والباطل فأرخوا هبا‬


” Peristiwa Hijrah menjadi pemisah antara yang benar dan yang batil.
Jadikanlah ia sebagai patokan penanggalan.” Kata Umar bin Khatab
radhiyallahu’anhu mengutarakan alasan.

Akhirnya para sahabatpun sepakat untuk menjadikan peristiwa hijrah


sebagai acuan tahun. Landasan mereka adalah firman Allah ta’ala,

َ ‫وم فِيه‬ ٍ ِ ِ ِّ ‫لَ َم ْس ِج ٌد أ‬


َ ‫َح ُّق أَ ْن َت ُق‬
َ ‫الت ْق َو ٰى م ْن أ ََّول يَ ْوم أ‬
َّ ‫س َعلَى‬
َ ‫ُس‬
Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak
hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. (QS. At-
Taubah:108)
Para sahabat memahami makna “sejak hari pertama” dalam ayat, adalah
hari pertama kedatangan hijrahnya Nabi. Sehingga moment tersebut pantas
dijadikan acuan awal tahun kalender hijriyah.

Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahillah dalam Fathul Bari menyatakan,

‫ ملسجد أسس على التقوى من‬: ‫وأفاد السهيلي أن الصحابة أخذوا التاريخ باهلجرة من قوله تعاىل‬
‫ فتعني أنه أضيف إىل شيء مضمر وهو أول‬، ‫أول يوم ألنه من املعلوم أنه ليس أول األيام مطلقا‬
‫ وابتدأ بناء‬، ‫ وعبد فيه النيب – صلى اهلل عليه وسلم – ربه آمنا‬، ‫الزمن الذي عز فيه اإلسالم‬
‫ وفهمنا من فعلهم أن قوله تعاىل من‬، ‫ فوافق رأي الصحابة ابتداء التاريخ من ذلك اليوم‬، ‫املسجد‬
‫ من أول يوم أي دخل‬: ‫ واملتبادر أن معىن قوله‬، ‫ كذا قال‬، ‫أول يوم أنه أول أيام التاريخ اإلسالمي‬
. ‫فيه النيب – صلى اهلل عليه وسلم – وأصحابه املدينة واهلل أعلم‬
“Dan As-Suhaili memberikan tambahan informasi: para sahabat sepakat
menjadikan peristiwa hijrah sebagai patokan penanggalan, karena merujuk
kepada firman Allah Ta’ala,

َ ‫وم فِيه‬ ٍ ِ ِ ِّ ‫لَ َم ْس ِج ٌد أ‬


َ ‫َح ُّق أَ ْن َت ُق‬
َ ‫الت ْق َو ٰى م ْن أ ََّول يَ ْوم أ‬
َّ ‫س َعلَى‬
َ ‫ُس‬
“Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak
hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya.” (QS. At-Taubah:
108)

Sudah suatu hal yang maklum; maksud hari pertama (dalam ayat ini) bukan
berarti tak menunjuk pada hari tertentu. Nampak jelas ia dinisbatkan pada
sesuatu yang tidak tersebut dalam ayat. Yaitu hari pertama kemuliaan islam.
Hari pertama Nabi shallallahu’alaihiwasallam bisa menyembah Rabnya
dengan rasa aman. Hari pertama dibangunnya masjid (red. masjid pertama
dalam peradaban Islam, yaitu masjid Quba). Karena alasan inilah, para
sahabat sepakat untuk menjadikan hari tersebut sebagai patokan
penanggalan.

Dari keputusan para sahabat tersebut, kita bisa memahami, maksud “sejak
hari pertama” (dalam ayat) adalah, hari pertama dimulainya penanggalan
umat Islam. Demikian kata beliau. Dan telah diketahui bahwa makna firman
Allah ta’ala: min awwali yaumin (sejak hari pertama) adalah, hari pertama
masuknya Nabi shallallahu’alaihiwasallam dan para sahabatnya ke kota
Madinah.
. Allahua’lam. ” (Fathul Bari, 7/335)
Sebenarnya ada opsi-opsi lain mengenai acuan tahun, yaitu tahun kelahiran
atau wafatnya Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Namun mengapa dua opsi ini
tidak dipilih? Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan alasannya,”

‫ وأما وقت الوفاة فأعرضوا عنه‬، ‫ألن املولد واملبعث ال خيلو واحد منهما من النزاع يف تعيني السنة‬
. ، ‫ فاحنصر يف اهلجرة‬، ‫ملا توقع بذكره من األسف عليه‬
“Karena tahun kelahiran dan tahun diutusnya beliau menjadi Nabi, belum
diketahui secara pasti. Adapun tahun wafat beliau, para sahabat tidak
memilihnya karena akan menyebabkan kesedihan manakala teringat tahun
itu. Oleh karena itu ditetapkan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun.” (Fathul
Bari, 7/335)

Alasan lain mengapa tidak menjadikan tahun kelahiran Nabi


shallallahu’alaihiwasallam sebagai acuan; karena dalam hal tersebut
terdapat unsur menyerupai kalender Nashrani. Yang mana mereka
menjadikan tahun kelahiran Nabi Isa sebagai acuan.

Dan tidak menjadikan tahun wafatnya Nabi shallallahu’alaihiwasallam


sebagai acuan, karena dalam hal tersebut terdapat unsur tasyabuh dengan
orang Persia (majusi). Mereka menjadikan tahun kematian raja mereka
sebagai acuan penanggalan.

Penentuan Bulan
Perbincangan berlanjut seputar penentuan awal bulan kalender hijriyah.
Sebagian sahabat mengusulkan bulan Ramadhan. Sahabat Umar bin
Khatab dan Ustman bin Affan mengusulkan bulan Muharram.

‫بل باحملرم فإنه منصرف الناس من حجهم‬


“Sebaiknya dimulai bulan Muharam. Karena pada bulan itu orang-orang usai
melakukan ibadah haji.” Kata Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu.
Akhirnya para sahabatpun sepakat.

Alasan lain dipilihnya bulan muharam sebagai awal bulan diutarakan oleh
Ibnu Hajar rahimahullah,

‫ألن ابتداء العزم على اهلجرة كان يف احملرم ؛ إذ البيعة وقعت يف أثناء ذي احلجة وهي مقدمة اهلجرة‬
‫ وهذا‬، ‫ فكان أول هالل استهل بعد البيعة والعزم على اهلجرة هالل احملرم فناسب أن جيعل مبتدأ‬،
‫أقوى ما وقفت عليه من مناسبة االبتداء باحملرم‬
“Karena tekad untuk melakukan hijrah terjadi pada bulan muharam. Dimana
baiat terjadi dipertengahan bulan Dzulhijah (bulan sebelum muharom)
Dari peristiwa baiat itulah awal mula hijrah. Bisa dikatakan hilal pertama
setelah peristiwa bai’at adalah hilal bulan muharam, serta tekad untuk
berhijrah juga terjadi pada hilal bulan muharam (red. awal bulan muharam).
Karena inilah muharam layak dijadikan awal bulan. Ini alasan paling kuat
mengapa dipilih bulan muharam.” (Fathul Bari, 7/335)

Dari musyarah tersebut, ditentukanlah sistem penanggalan untuk kaum


muslimin, yang berlaku hingga hari ini. Dengan menjadikan peristiwa hijrah
sebagai acuan tahun dan bulan muharam sebagai awal bulan. Oleh karena
itu kalender ini populer dengan istilah kalender hijriyah.

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari kisah penanggalan hijriyah
di atas:

1. Kalender hijriyah ditetapkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para


sahabat. Dan kita tahu bahwa ijma’ merupakan dalil qot’i yang diakui
dalam Islam.
2. Sistem penanggalan yang dipakai oleh para sahabat adalah bulan
qomariyah. Hal ini diketahui dari surat Umar bin Khatab yang ditulis
untuk Abu Musa Al-Asy-‘ariy; di situ tertulis bulan sya’ban, hanya saja
tidak diketahui tahunnya.
3. Para sahabat menjadikan kalender hijriyah sebagai acuan
penanggalan dalam segala urusan kehidupan mereka; baik urusan
ibadah maupun dunia. Sehingga memisahkan penggunaan kalender
hijriyah, antara urusan ibadah dan urusan dunia, adalah tindakan yang
menyelisihi konsesus para sahabat. Seyogyanya bagi seorang muslim,
menjadikan kalender hijriyah sebagai acuan penanggalan dalam
kesehariannya.
4. Kalender hijriyah merupakan syi’ar Islam, yang menbedakannya
dengan agama-agama lainnya.

Demikian yang bisa kami sampaikan. Allahu ta’ala a’lam bis showab.

Wa shallallahu ‘ala nabiyyina muhammad, wa’ala aalihi wa shahbihi wa


sallam.

(Simak pembahasan masalah ini di kitab Fathul Baari 7/335-336, Bidayah


wan Nihayah 3/206, Al-i’laam bi At-tauwbikh li man Dzammu At-taarikh,
karya Asy-Syakhowi hal. 78)

_____

Diselesaikan di wihdah 8, Kampus Universitas Islam Madinah, Kota Nabi, 23


Dzulhijah 1435
Penulis: Ahmad Anshori

Artikel Muslim.Or.Id

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih


lanjut silakan klik disini. Jazakallahu khaira

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/22962-sejarah-


penetapan-penanggalan-tahun-hijriyah.html
Makna Hijrah Dalam Kehidupan Seorang Muslim
0 SHARES

   0   0   0

tahun baru hijriyah

Oleh: H. Dedih Surana, Drs., M.Ag. (Dosen Universitas Islam Bandung/Unisba) 

Kata hijrah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan dari
dan berpindah tempat. Dalam konteks sejarah hijrah, hijrah adalah kegiatan
perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw bersama para sahabat
beliau dari Mekah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan
risalah Allah, berupa akidah dan syari’at Islam.

Dengan merujuk kepada hijrah yang dilakukan Rasulullah Saw tersebut sebagaian
ulama ada yang mengartikan bahwa hijrah adalah keluar dari “darul kufur” menuju
“darul Islam”. Keluar dari kekufuran menuju keimanan.
Umat Islam wajib melakukan hijrah apabila diri an keluarganya terancam dalam
mempertahankan akidah dan syari’ah Islam.

Perintah berhijrah terdapat dalam beberpa ayat Al-Qur’an, antara lain: Qs. Al-
Baqarah 2:218).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharpakn rahmat Allah, dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan
orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada
orang-orang mujairin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman.
Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni;mat) yang mulia. (Qs. Al-An’fal, 8:74)

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan
harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan (Qs. At-Taubah, 9:20)
 
Pada ayat-ayat di atas, terdapat esensi kandungan:

1. Bahwa hijrah harus dilakuakn atas dasar niat karena Allah dan tujuan mengarah
rahamt dan
   keridhaan Allah.

2. Bahwa  orang-oerang  beriman yang berhijrah dan berjihad dengan motivasi


karena Allah dan tujuan
   untuk meraih rahmat dan keridhaan Allah, mereka itulah adalah mu’min sejati
yang akan memperoleh  
   pengampunan Allah, memperoleh  keebrkahan rizki (ni’mat) yang mulai, dan
kemenangan di sisi Allah.

3. Bahwa hijrah dan jihad dapat dilakukan dengan mengorbankan apa yang kita 
miliki, termasuk  harta
   benda, bahkan jiwa.

4. Ketiga   ayat  tersebut  menyebut  tiga  prinsip  hidup, yaitu  iman,  hijrah dan
jihad. Iman bermakna
   keyakinan, hijtah bermakna perubahan dan jihad bermakna perjuangan dalam
menegakkan risalah Allah.

Makna Hijrah

Hijrah sebagai salah satu prinsip hidup, harus senantiasa kita maknai dengan benar.
Secara bahasa hijrah berarti meninggalkan. Seseorang dikatakan hijrah jika telah
memenuhi 2 syarat, yaitu, yaitu yang pertama ada sesuatu yang ditinggalkan dan
kedua ada sesuatu yang dituju (tujuan). Kedua-duanya ahrus dipenuhi oleh seorang
yang berhijrah. Meninggalkan segala hal yang buruk, negative, maksiat, kondisi
yang tidak kondisif, menju keadaan yang lebih yang lebih baik, positif dan kondisi
yang kondusif untuk menegakkan ajaran Islam.

Dalam realitas sejarah hijrah senantiasa dikaitkan dengan meninggalkan suatu


tempat, yaitu adanya peristiwa hijrah Nabi dan para sahabat meninggalkan tepat
yang tidak kondisuf untuk berdakwah. Bahkan peristiwa hijrah itulah yang
dijadikan dasar umat Islam sebagai permulaan ahun Hijriyah.

Tahun Hiriyah, ditetapkan pertama kali oleh Khalifah Umar bin Khatab ra, sebagai
jawaban atau surat Wali Abu Musa Al-As’ari. Khalifah Umar menetapkan Tahun
Hijriyah Kalender Tahun Gajah, Kalender Persia untuk menggantikan penanggalan
yang digunakan bangsa Arab sebelumnya, seperti yang berasal dari tahun Gajah,
Kalender Persia, Kalender Romawi dan kalender-kalendar lain yang berasal dari
tahun peristiwa-peristiwa besar Jahiliyah. Khlifah Umar memilih peristiwa Hijrah
sebagai  taqwim Islam, karena Hijrah Rasulullah aw dan para sahabat dari Mekkah
ke Madinah merupakan peristiwa paling monumental dalam perkembangan
dakwah.

Secara garis besar hijrah kita bedkan menajdi dua macam yaitu:     
 
1. Hijrah Makaniyah : Yaitu meinggalkan suatu tempat. Bebebrapa jenis hijrah
maknawiyah, yaitu:
a. Hijrah Rasulullah Saw dari Mekah ke Habasyiyah.
b. Hijrah Rasulullah Saw dari Mekah ke Madinah.
c. Hijrah dari suatu negeri yang didalamnya didominasi oleh hal-hal
    yang diharamkan.
d. Hijrah dari suatu negeri yang membahayakan kesehatan untuk menhindari
penyakit menuju negeri
    yang aman.
e. Hijrah dari suatu tempat karena gangguan terhadap harta benda.
f. Hijrah dari suatu tempat karena menghindari tekanan fisik
   Seperti hijrahnya Ibrahim as dan Musa as, ketika Beliau khawatir akan gangguan
kaumnya.
   Seperti yang tecantum dalam al-Qur’an:
  Berkatalah Ibrahim: “Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang
diperintahkan).
  Tuhanku, Sesungguhnya Dialah yang Maha erkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. Al-
Ankabuit, 29:26).

Maka keluarkanlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu
dengan khawatri, dia berdo’a “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang
yang zalim itu (Qs. Al-Qashah, 2:21).  
 
2. Hijrah Maknawiyah

Secara  maknaiyah hijrah dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:

a. Hijrah I’tiqadiyah
Yaitu hijrah keyakinan. Iman bersifat pluktuatif, kadang menguat menuju puncak
keyakinan mu’min sejati, kadang pula melemah mendekati kekufuran Iman pula
kadang hadir dengan kemurniannya, tetapi kadang pula  bersifat sinkretis,
bercampur dengan keyakinan lain mendekati memusyrikan. Kita harus segera
melakuakn hijrah keyakinan bila berada di tepi jurang kekufuran dan kemusyrikan
keyakinan. Dalam konteks psikologi biasa disebut dengan konversi keyakinan
agama.

b. Hijrah Fikriyah
Fikriyah secara bahasa berasal dari kata fiqrun yang artinya pemikiran. Seiring
perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, seolah
dunia tanpa batas. Berbagai informasi dan pemikiran dari belahan bumi bisa secara
oline kitya akses.

Dunia yang kita tempati saat ini, sebenarnya telah menjadi medan perang yang
kasat mata. Medan perang yang ada tapi tak disadari keberadaannya oleh
kebanyakan manusia gendeang perang telah dipukul dalam medan yang namanya
“Ghoswul Fikr” (baca: Perang pemikiran).

Tak heran berbagai pemikiran telah tersebar di medan perang tersebut laksana dari
senjata-senjata perengut nyawa. Isu sekularisasi, kapitalisasi, liberalisasi,
pluralisasi, dan sosialisasi bahkan momunisasi telah menyusup ke dalam sendi-
sendi dasar pemikiran kita yang murni. Ia menjadi virus ganas yang sulit terditeksi
oleh kacamata pemikiran Islam. Hijrah fikriyah menjadi sangat penting mengingat
kemungkinan besar pemikiran kita telah terserang virus ganas tersebut. Mari kita
kembali mengkaji pemikiran-pemikiran Islam yang murni. Pemikiran yang telah
disampaikan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw, melalui para sahabat tabi’in,
tabi’it, tabi’in dan para generasi pengikut shalaf.

“Rasulullah Saw bersabda: Umatku niscaya akan mengikuti sunan (budaya,


pemikiran, tradisi, gaya hidup) orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi
sejengkal, sehasta-demi sehasta, sehingga mereka masuk ke lubang biawak pasti
umatku mengikuti mereka. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah apaakh mereka
itu orang-orang Yahudi dan Nasrani ? Rasulullah menjawab: Siapa lagi kalau
bukan mereka.

c. Hijrah Syu’uriyyah
Syu’uriyah atau cita rasa, kesenangan, kesukaan dan semisalnya, semau yang ada
pada diri kita sering terpengaruhi oleh nilai-nilai yang kuarng Islami Banyak hal
seperti hiburan, musik, bacaan, gambar/hiasan, pakaian, rumah, idola semua pihak
luput dari pengaruh nilai-nilai diluar Islam. Kalau kita perhatikan, hiniran dan
musik seorang muslim takjauh beda dengan hiburannya para penganut paham
permisifisme dan hedonisme, berbau hutra-hura dan senang-senang belaka.

Mode pakain juga tak kalah pentingnya untuk kita hiraukan Hijrah dari pakaian
gaya jahiliyah menuju pakaian Islami, yaitu pakaian yang benar-benar
mengedepankan fungsi bukan gaya. Apa fungsi pakaian ? Tak lain hanyalah untuk
menutup aurat, bukan justru memamerkan aurat. Ironis memang banyak diantara
manusia berpakaian tapi aurat masih terbuka. Ada yang sudah tertutup tapi ketat
dan transparan, sehingga lekuk tubuhnya bahkan warna kulitnya terlihat. Konon,
umat Islam dimanjakan oleh budaya barat dengan 3 f, food, fan, fashan.

d. Hijrah Sulukiyyah  
Suluk berarti tingkah laku atau kepribadian atau biasa disebut juag akhlaq. Dalam
perjalanannya ahklaq dan kepribadian manusia tidak terlepas dari degradasi dan
pergeseran nilai. Pergeseran dari kepribadian mulai (akhlaqul karimah) menuju
kepribadian tercela akhlaqul sayyi’ah). Sehingga tidak aneh jika bermuculan
berbagai tindak moral dan asusila di masyarakat. Pencurian, perampokan,
pembunuhan, pelecehan, pemerkosaan, penghinan dan penganiyaan seolah-olah
telah menjadi biasa dalam masyarakat kita. Penipuan, korupsi,, prostitusi dan
manipulasi hampir bisa ditemui di mana-mana. Dalam moment hijrah ini, sangat
tepat jika kita mengkoreksi akhlaq dan kepribadian kita untuk kemudian
menghijrahkan akhlaq yang mulia.

Refleksi     
Dengan telah berakhirnya tahun 1431 H dan tibanya tahun 1433 H, serta sebentar
lagi akan segera pergantian tahun masehi dari 2011, suatu hal yang pasti bahwa
usia kita bertambah dan jatah usia kita semakin berkurang. Sudah selayaknya kita
menghisab drii sebelum dihisab oleh Allah. Rasulullah Saw bersabda:
“Hisablah (lakukan perhitungan atas) dirimu sebelum dihisab oleh Allah, dan
lakukanlah kalkulasi amal baik dan amal burk sebelum Allah memberikan
kalkulasi amal atas dirimu.

Apakah kehidupan kita banyak diisi dengan beribadah atau bermaksiat ? Apakah
kita banyak mematuhi ajaran Allah ataukah banyak melanggar  atauran Allah ?
Apakah kita ini termasuk orang yang menunaikan shalat fardlu atau malah lalai
dalam menunaikan shalat fardlu ? Apakah diri kita ini termasuk golongan orang –
orang ynag celaka mendapat siksa neraka ? Rasulullah bersabda :

Utsman bin Hasan bin Ahmad As-Syakir mengatakan:

“Tanda-tanda orang yang akan mendapatkan kecelakaan di akherat kelak ada


empat perkara:

1. Terlalu mudah melupakan dosa yang diperbuatnya, padahal dosa itu tercatat di
sisi Allah.
    Orang yang mudah melupakan dosa ia akan malas bertobat dan mudah
mengerjakan dosa kembali.
2. Selalu mengingat (dan membanggakan) atas jasanya dan amal shalihnya,
padahal ia sendiri tidak
   yakin apakah amal tersebut diterima Allah atau tidak. Orang selalu mengingat
jasanya yag sudah lewat
  ia akan takabur dan malas untuk berbuat kebajikan kembali di ahri-hari
berikutnya.

3. Selalu melihat ke atas dalam urusan dunia. Artinya ia mengagumi sukses yang
dialami orang lain dan
   selalu berkeinginan untuk mengejar sukses orang tersebut. Sehingga hidupnya
selalu merasa kekurangan.

4. Selalu melihat ke bawah dalam urusan agama. Akibat ia akan merasa puas
dengan amalnya selama
   ini, sebab ia hanya membandingkan amalnya dengan amal orang lain di bawah
dia.***

Editor :Dhany Wahab


Sumbe
:unisba.ac.id
r

Tweet
- Dilihat 1005921 Kali

Berita Terkait
Muharram adalah bulan pertama kalender Islam (Hijriyah) yang memiliki banyak
keutamaan dan keistimewaan. Besok, Minggu (1 September 2019) atau nanti malam
(hitungan Hijriyah) umat muslim akan memasuki tahun baru 1 Muharram 1441
Hijriyah.

Kenapa Muharram begitu istimewa? Dalam Alqur'an Surah At-Taubah ayat 36, Allah
mengabarkan 4 bulan agung (bulan-bulan haram) yang wajib dimuliakan yaitu
Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Pada bulan-bulan ini umat Islam
dilarang menganiaya diri sendiri dan sebaliknya dianjurkan memperbanyak amal
saleh.

Baca Juga:
 Bolehkah Anak Menasehati Orang Tuanya? Bagaimana Adabnya?
 Kasus Khalid tentang Laila, Membaca Sikap Umar dengan Khalifah Abu
Bakar

Dalam surah lain (Surah Al Fajar ayat 1-3), Allah SWT berfirman dengan kalimat
seakan-akan bersumpah: 'wal-Fajri (demi waktu Fajar), wa laya lin 'Asyrin (demi
malam yang sepuluh), wassyaf'i wal-watri (demi yang genap dan yang ganjil).

Para mufassir menjelaskan ayat "demi malam yang sepuluh" itu adalah 10 hari
terakhir bulan Ramadhan, 10 hari pertama bulan Dzulhijjah dan 10 hari pertama
bulan Muharram.

Allah menjadikan empat bulan ini (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab)
sebagai bulan haram (asyhurul-hurum). Siapa yang beramal saleh pada bulan
tersebut maka Allah akan melipatgandakan pahalanya. Sebaliknya siapa yang
berbuat maksiat pada bulan-bulan itu maka dosanya berlipat pula.

Amalan yang Dianjurkan di Bulan Muharram


Muharram adalah bulan haram yang penuh berkah terutama pada 10 hari pertama
bulan tersebut. Beberapa amalan yang dianjurkan sebagai berikut:

1. Memperbanyak Puasa Sunnah


Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik puasa
setelah puasa Ramadhan adalah pada bulan Allah yang bernama Muharram". (HR.
Muslim)

2. Menghidupkan Puasa 'Asyura dan Tasu'a (9-10 Muharram)


Rasulullah SAW bersabda: "Dan puasa di hari 'Asyura saya berharap kepada Allah
agar dapat menghapuskan (dosa) setahun yang lalu." (HR Muslim)

Nabi juga berpesan dengan hadits yang diriwayatkan Ibnu 'Abbas: "Berpuasalah
kalian pada hari 'Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah
sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari." (HR Ahmad, HR Al-Baihaqi)

Fadhillah melaksanakan puasa 'Asyura adalah menggugurkan dosa selama setahun


lalu. Mengenai puasa Tasu'a (9 Muharram) dilakukan sehari sebelum puasa 'Asyura
hukumnya pun sunnah. Dari Ibnu Abbas RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
"Apabila (usia)-ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada hari
kesembilan". (HR. Muslim)

2. Memperbanyak Sedekah
Selain menghidupkan puasa sunnah, umat Islam juga dianjurkan memperbanyak
sedekah. Sedekah pada bulan Muharram menurut Mazhab Maliki sangat dianjurkan.
Sementara mahzab lainnya tidak memberikan penekanan khusus, namun tidak
memberi larangan untuk mengamalkannya.

Sebagaimana keutamaan Muharram di mana Allah melipatgandakan pahala setiap


amal saleh, maka memperbanyak sedekah termasuk menyantuni anak yatim
merupakan amalan yang disukai Allah. Allah berfirman yang artinya: "Perumpamaan
orang-orang yang mendermakan (sodaqoh) harta bendanya di jalan Allah, seperti
(orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap-tiap
untai terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang yang
dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugrah-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS. Al-
Baqarah: 261)

Nabi Muhammad SAW juga bersabda, "Sedekah itu dapat menghapus dosa


sebagaimana air memadamkan api". (HR. At-Tirmidzi) (Baca Juga: Sambut Tahun
Baru 1 Muharram, Jangan Lupa Baca Doa Ini)
Bismillahirrohmanirrohim...
Alhamdulillahirobbil alamin wabihi nastain ala umuurindunya waddin
wassolaatu wassalamuala sayyidina muhammadin waala alihi wasohbihi ...
amma ba’du.
Bapak ibu guru ... bapak ibu orang tua siswi dan anak-anakku siswi SMA Islam
Diponegoro Surakarta yang dirahmati Allah.
Bulan Muharram adalah bulan mulia yang memiliki banyak keutamaan dan
keistimewaan.Dalam Alqur'an Surah At-Taubah ayat 36, Allah mengabarkan 4
bulan agung (bulan-bulan haram) yang wajib dimuliakan yaitu Dzulqa'dah,
Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Dalam bulan Muharrom ini kita dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah
diantaranya : memperbanyak puasa sunnah, menghidupkan puasa Asuro dan
Tasyu ‘a( 9 dan 10 Muharrom), dan memperbanyak sedekah termasuk sedekah
kepada anak yatim.
Selain karena memulyaannya... Bulan Muharrom dijadikan bulan pertama
dalam tahun hijriyah, karena tekad untuk melakukan hijrah terjadi pada bulan
ini. Adapun awal tahun hijriyah ditetapkan oleh khalifah Umar Bin Khatab dan
kaum muslimin berdasarkan peristiwa Hijrah karena merupakan peristiwa
paling monumental dalam perkembangan dakwah Islam.
Nah... Sebetulnya makna Hijrah itu apa sih ?
Hijrah sebagai salah satu prinsip hidup, harus senantiasa kita maknai dengan
benar.
Secara bahasa hijrah berarti meninggalkan. Seseorang dikatakan hijrah jika telah
memenuhi 2 syarat, yaitu ada sesuatu yang ditinggalkan dan ada sesuatu yang
dituju (tujuan). Kedua-duanya harus dipenuhi oleh seorang yang berhijrah.
Meninggalkan segala hal yang buruk, negative, maksiat, kondisi yang tidak
kondisif .... menuju keadaan yang lebih yang lebih baik, positif dan kondisi yang
kondusif untuk menegakkan ajaran Islam ... itulah yang disebut Hijrah.

Secara garis besar hijrah ada dua macam yaitu:     


1. Hijrah Makaniyah : Yaitu meinggalkan suatu tempat ke tempat lain lain.
Seperti Hijrah Rasulullah Saw dari Mekah ke ke Madinah. Hijrah dari suatu negeri
yang didominasi oleh hal-hal
    yang diharamkan. Hijrah dari suatu negeri yang membahayakan kesehatan 2. 2.
2. Hijrah Maknawiyah.
Hijrah maknawiyah meliputi :
a. Hijrah I’tiqadiyah, yaitu hijrah keyakinan. Saat ini keyakinan yang benar
banyak tercampur dengan kesyirikan. Sehingga Kita harus berhijrah dari
keyakinan yang salah menuju keyakinan yang benar seperti yang diajarka Islam
b. Hijrah Fikriyah, yaitu hijrah pemikiran. Saat ini pemikiran sekularisasi,
kapitalisasi, liberalisasi, pluralisasi, dan sosialisasi bahkan komunisasi telah
meracuni pemikiran kaum muslim yang murni. Oleh karena itu hijrah fikriyah
menuju pemikiran2 islam yang murni sangatlah penting bagi kita saat ini.
c. Hijrah Syu’uriyyah
Syu’uriyah atau cita rasa, kesenangan, kesukaan dan semisalnya, semua yang
ada pada diri kita sering terpengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang Islami seperti
hiburan, musik, bacaan, gambar/hiasan, pakaian, rumah, dan idola semua tidak
luput dari pengaruh nilai-nilai diluar Islam. Oleh karena itu hijrah syuuriyah juga
sangat penting kita lakukan.
d. Hijrah Sulukiyyah  
Suluk berarti tingkah laku atau kepribadian atau biasa disebut juga dengan
akhlaq. Dalam perjalanannya ahklaq dan kepribadian manusia tidak terlepas
dari degradasi dan pergeseran nilai. Oleh karena itu hendaknya mengkoreksi
akhlaq dan kepribadian kita untuk kemudian menghijrahkannya ke akhlaq yang
mulia.

Bapak ibu dan anak-anak yang dirahmati Allah...


Dengan telah berakhirnya tahun 1441 H dan tibanya tahun 1442 H, Marilah kita
bermuhasabah diri mengoreksi diri amal baik apa saja yang sudah kita perbuat
selama ini.... maksiat apa sajakah yang masih belum bisa kita tinggalkan selama
ini ... . Apalagi dimasa pandemi Covid 19 saat ini hendaknya kita lebih bisa
bermuhasabah diri dan memantapkan tekad untuk menghijrahkan diri kita
dengan selalu meningkatkat keimanan kita kepada Allah, memperbanyak
ibadah dan amal shaleh, menjauhi budaya barat yang tidak baik , dan selalu
berakhlaq yang mulia seperti yang dicontohkan oleh Baginda kita, Nabi Agung
Muhammad Shollahu alaihi wasallam .
Inilah makna hijrah yang sebenarnya yang akan membawa kita menuju
JannahNya, Semoga di tahun 1442 Hijriyah ini menjadi tahun yang lebih baik dari
tahun-tahun sebelumnya. Aamiin ya Robbal Alamin .
Semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat ... wabillahitaufiq wal Hidayah
Wassalamulaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai