Anda di halaman 1dari 97

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN TINGKAT

DEPRESI PADA LANSIA: LITERATURE REVIEW

PROPOSAL INDIVIDU

DIAJUKAN OLEH :

Adela Rosnadia
17111024110002

PROGRAM STUDI STRATA I KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2021
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI

PADA LANSIA: LITERATURE REVIEW

PROPOSAL INDIVIDU

DIAJUKAN OLEH :

Adela Rosnadia
17111024110002

PROGRAM STUDI STRATA I KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2021
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Adela Rosnadia

NIM 17111024110002

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul Penelitian :

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN TINGKAT

DEPRESI PADA LANSIA: LITERATURE REVIEW

Menyatakan bahwa penelitian saya tulis ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang

lain yang saya akui sebagai tulisan atau pemikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari didapatkan bukti bahwa terdapat plagiat

dalam penelitian ini, maka kelompok kami bersedia menerima sanksi sesuai

ketentuan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010).

Samarinda, Februari 2021

Materai

Rp.6.000,-

ADELA ROSNADIA
NIM : 17111024110002

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN TINGKAT

DEPRESI PADA LANSIA: LITERATURE REVIEW

DISUSUN OLEH:

ADELA ROSNADIA
NIM 17111024110002

Disetujui untuk diujikan


Pada Tanggal, Desember 2020

PEMBIMBING

Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep


NIDN: 1119097601

Mengetahui,

Koordinator Mata Ajar Skripsi

Ns. Milkhatun.M.Kep
NIDN. 1121018501

iii
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL PENELITIAN

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Sehubungan dengan telah diselesaikannya proposal penelitian


mahasiswa yang telah disetujui oleh pembimbing, menyatakan bahwa :

Nama : Adela Rosnadia


NIM : 17111024110002

Judul Skripsi : Hubungan Antara Interaksi Sosial Dengan


Tingkat Depresi Pada Lansia: Literature
Review

Telah mendapatkan persetujuan dari koordinator skripsi untuk


dilakukan ujian sidang proposal pada hari Rabu, tanggal 24
Februari 2021

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Samarinda,

iv
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN TINGKAT

DEPRESI PADA LANSIA: LITERATURE REVIEW

PROPOSAL LITERATURE REVIEW

DISUSUN OLEH:

ADELA ROSNADIA
17111024110002

Diseminarkan dan diujikan


Pada Tanggal, februari 2021

Penguji I Penguji II

Ns, Mukripah Damaiyanti, MNS Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep

NIDN: 111018003 NIDN: 1119097601

Mengetahui,
Ketua
Program Studi Ilmu Keperawatan

Ns. Siti Khoiroh Muflihatin., M.Kep


NIDN : 1121018501

v
MOTTO

Optimism is the faith that leads to achievement. Nothing can

be done without hope and confidence" –Helen Keller

“optimisme adalah keyakinan yang mengarah pada

pencapaian. Tidak ada yang bisa dilakukan tanpa harapan

dan keyakinan” –Helen Keller

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Seraya mengucap Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan

kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas berkat dan rahmat-Nya lah

sehingga kami dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul

“Hubungan Antara Interaksi sosial Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia”

tepat pada waktunya.

Proposal penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program Strata I Ilmu

Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Selama proses pembuatan proposal penelitian ini, penulis banyak

memperoleh bantuan, pembelajaran, dan motivasi dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami hendak menyampaikan terima

kasih kepada semua pihak yang senantiasa memberikan dukungan moril

maupun material yang tak ternilai harganya. Ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kami tujukan kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiaji, M.S. Selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur.

vii
2. Yth. Dr. Hj. Nunung Herlina, S.Kp., M.Pd Selaku Dekan Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

3. Yth. Ibu Ns. Siti Khoiroh Muflihatin, M.Kep Selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

4. Yth. Ibu Ns. Dwi Rahmah fitriani ,M.Kep, Selaku Wakil Dekan II

Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan

Timur dan selaku Dosen pembimbing yang telah meyediakan

waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, pengarahan, serta

motivasi yang baik dalam penyusunan Proposal penelitian ini sehingga

Proposal penelitian ini selesai.

5. Yth. Ibu Ns. Mukripah Damaiyanti, S.Kep, MNS selaku sekertaris

Program Studi SI Keperawatan dan selaku penguji pada saat ujian.

6. Ibu Ns.Milkhatun., M.Kep., selaku koordinator mata ajar Skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Kalimantan Timur yang telah memberikan motivasi.

7. Keluarga tercinta saya khususnya orang tua saya Ayahanda Hendra

Negara S.H dan Ibu Mariyati ms, kakak saya Surya Emilia dan Adikku

rayhan ahmad saifullah dan deni iskandar yang telah memberikan doa,

dorongan dan semangat serta kasih sayang, selama penyusunan

proposal penelitian hingga selesai.

8. kepada kelompok proposalku yaitu Nur Hamidah, Jihan Febrianti,

Cindi neni amalia dan Ana Safitri yang memberikan support , kasih

sayang, dan perhatiannya kepada penulis.

viii
9. terima kasih banyak kepada Sahabatku Jendral squad untuk sudah

memberikan support, dan selalu mengingatkan, serta perhatian kepada

penulis.

10. Kepada seluruh teman teman S1 Keperawatan Angkatan 2017 Kelas A

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih telah

memberiakan bantuan dan semangat yang begitu besar kepada

penulis.

11. Terima kasih banyak kepada diriku sendiri yang sudi berjuang dari

awal dengan tangis air mata hingga bisa di titik sekarang.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini

sebaik mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih

ada kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak

guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan

proposal penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini

berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Samarinda, Februari 2021

Penulis

Adela Rosnadia
NIM 171110241110002

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN .......................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... v

MOTTO ..................................................................................................vi

KATA PENGANTAR .............................................................................vii

DAFTAR ISI ...........................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 9

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 9

1.4 manfaat Penelitian ..................................................................... 10

1.4 keaslian Penelitian ..................................................................... 11

xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................20

2.1 Telaah Pustaka............................................................................. 20

2.1.1 Konsep Teori Lansia .................................................................. 20

A. Definisi Lansia ........................................................................... 20

B. Klasifikasi Lansia ....................................................................... 22

C. Karakterisktik Lansia ................................................................. 23

D. Tipe Lansia ............................................................................... 24

F. Proses Penuaan ....................................................................... 27

G. Perubahan yang Terjadi Pada Lansia ....................................... 32

2.1.2 Konsep Teori Depresi ................................................................ 41

A. Definisi Depresi.......................................................................... 41

B. Jenis depresi ............................................................................. 42

C. Faktor penyebab depresi .......................................................... 43

D. Tanda dan gejala depresi .......................................................... 46

E. Tingkat Depresi.......................................................................... 47

2.1.3 konsep Teori Interaksi Sosial ...................................................... 49

A. Definisi Interaksi sosial .............................................................. 49

B. Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial ............................... 52

C. Proses interaksi sosial .............................................................. 55

D. Bentuk-bentuk interaksi sosial................................................... 55

xii
E. Syarat terjadinya interaksi sosial ................................................ 56

F. Pengaruh interaksi sosial ........................................................... 57

2.1.4 Kerangka teori penelitian .............................................................49

2.1.5 Kerangka konsep penelitian .........................................................49

2.1.6 Hipotesis penelitian .....................................................................49

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 61

3.1 Rancangan Penelitian ................................................................ 61

3.1 Pencarian Literature .................................................................. 61

3.2 Kriteria Inklusi dan Eklusi ........................................................... 66

3.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas ...........................................60

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 61

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian .......................................... 52


Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ....................................... 53
Gambar 3.1 Diagram Flow .............................................................. 59

xiii
DAFTAR TABEL

Table 1.1 Keaslian Penelitian........................................................................... 38

Table 2.1 Perilaku yang berhubungan dengan depresi .................................... 38

Table 2.1 kriteria insklusi dan ekslusi ............................................................... 67

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata Penelitian .......................................................... 65

Lampiran 2 Lembar Konsultasi ......................................................... 66

Lampiran 3 Undangan Penguji .......................................................... 70

Lampiran 4 Berita Acara ................................................................... 71

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

WHO 2015 mengatakan bahwa individu yang berusia 60 tahun atau

lebih akan mengalami adanya penurunan fungsi kesehatan baik secara

social maupun psikologis yang bisa mempengaruhi aktivitas dalam

kehidupannya (WHO, 2015;Kholifah 2016). Lanjut usia tahap akhir

rentang kehidupan dalam perkembangannya mengalami berbagai

perubahan apda fisi, psikis maupun sosial, menurunnya fungsi organ fisik

berpengaruh pada masalah sosial maupun masalah psikologis

(Fitriana,2013). Jumlah lanjut usia terbanyak di Benua asia sebanyak 508

juta jiwa. Benia eropa dengan jumlah pendududk lansia 176 juta jiwa, dan

benua amerika berada pada peringkat ketiga dengan jumlah penduduk

lanjut usia 74 juta jiwa (united nation, 2015).

Menurut peneliti dengan data yang dipaparkan diatas penuaan adalah

sebuah proses yang terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari oleh

semua orang. Banyaknya orang yang bertahan dari tantangan kehidupan

dimulai dari proses kelahiran hingga melewati masa perkembangan untuk

dapat hidup lebih lama mencapai umur yang panjang.

Dalam 50 tahun terakhir, skala lansia di Indonesia meningkat hingga

dua kali lipat dari tahun 1971-2019 yaitu mencapai 9,7% (25 juta),

diantaranya mengungkapkan bahwa 9,38% lansia tinggal seorang diri,

proposi lansia jenis kelamin perempuan yang tinggal sendri hampir tiga

1
kali lipat dari lansia jenis kelamin laki-laki (13,39% berbanding 4,98%).

Di Indonesia sebagian besar terdiri dari lansia muda (60-69tahun),

terhitung 63,82% diikuti oleh paruh baya dan lansia muda (70-79 tahun)

dan lansia (diatas 80 tahun), masing-masing 27,68% dan 8,50% (Badan

Pusat Statistik Indonesia, 2019).

Penduduk lanjut usia tersebar di perkotaan dan pedesaan.

Penduduk lanjut usia di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan

(52.80 persen berbanding 47.20 persen). Data Badan Pusat Statistik

Kaltim (2020) lansia di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2020

diperkirakan sebanyak 6.78%. Sedangkan di kota Samarinda sebanyak

6.48%, Kutai Kartanegara Sebanyak 7.80%, Penajam sebanyak 8.27%,

Kutai Barat sebanyak 8.71%, Kutai Timur sebanyak 5.28%, Paser

sebanyak 6.70%, Balikpapan sebanyak 6.99%, Berau sebanyak 6.26%,

Bontang sebanyak 3.64%, Mahakam Ulu sebanyak 10.83%.

Menurut BPS (2019) penduduk kabupaten/kota provinsi kalimantan

timur tahun 2010-2020, khususnya di samarinda jumlah lansia semakin

meningkat sejak tahun 2017 hingga 2020 jumlah lansia dari 11.688 juta

jiwa menjadi 13.936 juta jiwa, hal ini membuktikan peningkatan jumlah

lansia,maka pemerintah kota samarinda harus mulai memeperhatikan

status kesehatan pada lansia dengan cara merencanakan dan

mengaplikasikan program kesehatan dan kesejahteraan lansia. Angka

harapan hidup masyarakat indonesia ini juga naik dari tahun 2017 baik

pada pria maupun wanita, Di tahun 2017, angka harapan hidup pria ada di

tahun 69,16 tahun sedangkan wanita di usia 73,06 tahun.berdasarkan dari

2
data WHO, di seluruh dunia rata-rata wanita memang punya angka

harapan hidup yang lebih tinggi dibandingkan pria.

Menurut Badan Pusat Statistik (2019) Penduduk lansia secara

biologis akan mengalami proses penuaan yang ditandai dengan

menurunnya daya tahan fisik. Kesadaran akan kesehatan pada lansia

umumnya ada pada persepsi diri sendiri atas kemampuan fungsi

tubuhnya. Lansia yang memiliki kegiatan harian atau rutin menganggap

dirinya sehat, sedangkan pada lansia yang memiliki gangguan fisik, emosi,

dan sosial yang akan menghambat kegiatan menganggap dirinya sakit

menua merupakan suatu proses alami yang dihadapi oleh semua

manusia dimana proses ini akan mengakibatkan penurunan pada fungsi

fisik, biologi maupun fungsi psikologis. Akubatnya penurunan pada fungsi

fisik dan psikologis akan terjadi depresi, ansietas, stress dan perasaan

tidak berguna karena menurunnya fungsi tubuh. Penuaan akan terjadi

pada semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan

mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses

menjadi tua merupakan gambaran universal, namun tidak seorang pun

mengetahui dengan pasti penyebab penuaan (Fatmawati dan Imron,

2017).

Kemunduran fungsi fisik, kognitif dan psikososial umumnya menjadi

suatu stresor bagi lansia karena pada saat menjadi tua akan terjadi

penurunan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan. Kurangnya

kemampuan dalam beradaptasi secara psikologis terhadap perubahan

yang terjadi pada dirinya, mengakibatkan seringnya timbul permasalahan

3
psikososial pada lansia, sehingga menyebabkan kurangnya rasa

percaya diri, ketidakbergunaan, kesepian dan depresi (Suardiman, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan livana (2018) kasus depresi lebih

banyak terjadi pada rentang usia 60-74 tahun dibandingkan rentang usia

lainnya, perempuan juga lebih sering mengalami depresi dibandingkan

dengan laki-laki, status perkawinan menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan kejadian depresi pada lansia (Livana et al, 2018).

Faktor penyebab depresi juga dipengaruhi oleh gaya hidup seperti

aktivitas fisik, lama waktu tidur, konsumsi alcohol, indeks massa tubuh,

dan merokok, Depresi adalah penyakit mental yang ditandai dengan

suasana hati yang menurun, kehilangan minat pada hal-hal tertentu,

perasaan yang bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan

energi dan penurunan konsentrasi (Bruin et al, 2018).

Pada tahun 2015 terjadi peningkatan jumlah penderita depresi

menjadi 18% di dunia. Sebanyak 80% dari total penduduk dunia yang

mengalami depresi berada di Negara berkembang (WHO,2017).

Hasil laporan dari Nasional Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018,

mengatakan bahwa prevalensi lansia berusia 55-64 tahun yang

mengalami depresi sebesar 6,5%, lansia dengan usia 65-74 tahun

sebesar 8,0%, dan lansia usia lebih dari 75 tahun sebesar 8,9%

(Rikesdas, 2018). Prevalensi depresi di Kalimantan Timur >15 tahun yang

mengalami depresi yaitu berjumlah 6,23%, adapun jumlah prevelensi

4
depresi di Samarinda sebesar 5,47%. Prevalensi depresi pada lansia

dengan usia 55-64 tahun sebesar 6,51%, pada lansia usia 65-74 tahun

sebesar 7,57%, dan lansia usia lebih dari 75 tahun sebesar 15,50%

(Riskesdas, 2018). Depresi ialah gangguan mental yang serius yang

ditandai, perasaan sedih dan cemas. Gangguan tersebut biasanya akan

mengilang dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang

mempengaruhi aktivitas sehari-hari (National Institute Of Mental Health,

2010).

Peningkatan jumlah lansia mengakibatkan penurunan derajat

kesehatan yang berakibat sebagian lansia akan mengalami kemunduran

dari segi fisik maupun segi mental dan banyak lansia yang mengalami

kehilangan pekerjaan karna dianggap sebagai individu yang tidak

produktif. Kondisi ini mengakibatkan lansia secara perlahan menarik diri

dari hubungan dengan masyarakat sekitar. Hal ini dapat mempengaruhi

interaksi sosial lansia tersebut (Samper,Pinontoan&Katuuk, 2017).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian nur hayati & Sholihul (2018)

terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi sosial pada lansia. Dari

74 responden interaksi sosialnya adalah baik sebanyak 57 (77,0%)

responden , dan sedang sebanyak 17 (23,0%) responden. Hal itu

dikarnakan bahwa lansia memiliki penyesuaian diri yang baik seperti dapat

5
berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sekitar dan seringkali

mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pemimpin daerah dimana

lansia tersebut berada.

Menurut peneliti interaksi sosial ialah hubungan timbal balik yang

melibatkan antar manusia yang saling mempengaruhi dalam indikator

yang terdiri dari imitasi, sugesti, identifikasi, simpati dan empati.

Suryawati (2013) yang menyatakan bahwa interaksi sosisal mungkin

terjadi jika memenuhi dua persyaratan, yaitu adanya komunikasi. Yang

berlangsung dalam tiga bentuk diantaranya adalah hubungan antar

individu, individu dengan kelompok dan antar kelompok. Kebutuhan untuk

berinteraksi dengan orang lain akan dimiliki oleh individu sampai akhir

hayat. Menurut russell (2012),interaksi sosial ialah suatu relasi antara dua

atau lebih individu manusia, dimana individu yang satu mempengaruhi,

mengubah, atau memperbaiki individu yang lain, atau sebaliknya,

sehingga semakin rendah interaksi sosial pada lansia maka semakin tinggi

lansia mengalami kesepian.

Rumusan ini dengan tepat menggambarkan kelangsungan timbal balik

interaksi sosial antara dua atau lebih manusia. Dalam hubungan ini dapat

mengubah, dan memperbaiki satu individu dengan individu lainnya. dapat

disimpulkan bahwa interaksi sosial ialah suatu proses hubungan timbal

balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun

kelompok dengan kelompok yang di dalamnya terdapat suatu proses

saling mempengaruhi atau mengubah satu sama lain, sehingga

diharapkan interaksi yang baik akan mempengaruhi tingkat kesepian pada

6
lansia.menurut penelitian Erfan setiadi (2013) tentang hubungan

interaksi sosial dengan kejadian kesepian pada lansia di desa sumber

agung.

Hubungan sosial yang dilakukan lansia ialah karna mereka mengacu

pada teori pertukaran sosial sumber kebahagiaan manusia umumnya

berasal dari hubungan sosial seperti kegiatan acara di masyarakat dan

ikut bahu membahu tetangga yang membutuhkan pertolongan dapat

menimbulkan kebahagiaan.

Berkurangnya interaksi sosial usia lanjut dapat menyebabkan

perasaan terisolir, perasaan tidak berguna sehingga usia lanjut menyendiri

atau mengalami isolasi sosial dan menyatakan bahwa seseorang yang

menginjak usia lanjut akan semakin meningkat perasaan isolasinya dan

kondisi ini rentan terhadap depresi (Hayati & Huda,2018).

Lansia sering kehilangan kesempatan partisipasi dan hubungan

sosial, interaksi sosial cenderung menurun disebabkan oleh kerusakan

kognitif, kematian teman, fasilitas hidup atau homecare(Estelle, Kirsch &

Pollack, 2010).

Menurut data Kemenkes 2019, saat ini indonesia memasuki periode

aging population, dimana adanya peningkatan umur harapan hidup yang

diikuti dengan mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18

juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada

tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat ditahun 2035 menjadi

48,2 juta jiwa (15,77%).

7
Masalah dalam lansia yang sering terjadi yaitu penurunan kondisi psikis

dan sosial membawanya pada rasa kurang percaya diri, tidak berguna,

kesepian dan depresi (Suardiman, 2016). Lansia mengalami berbagai

masalah dalam kesehatan, terutama yang berkaitan dengan proses

penuaan diantaranya: hipertensi, kanker, gangguan jiwa, dan man made

diseases (penyakit degeneratif) lainnya yang semakin meningkat

(Kemenkes RI, 2013).

Tahap perkembangan Erikson mengatakan lansia sedang berada di

fase integritas, tetapi jika perkembangan tersebut tidak tercapai maka

akan adanya masalah keputusasaan. Fase integritas secara psikologis

adalah fase saat individu melakukan tinjauan hidup (life review) dan

evaluasi terhadapnya yang akan mencerminkan pada pengalaman

kehidupan seseorang, dan selalu mengartikan perubahan hidup

(Santrock, 2013). Perubahan kehidupan yang dimaksud diantaranya

pensiun, kematian pasangan, kebutuhan merawat pasangan, dan penyakit

atau ketidakmampuan fisik (Nevid, Rathus & Greene, 2005 dalam

Santrock 2013).

Berdasarkan Latar belakang diatas, maka diketahui bahwa data

lansia yang memiliki interaksi sosial yang tinggi, yang artinya semakin

tinggi hubungan interaksi sosialnya semakin rendah tingkat depresi yang

terjadi. Dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya dapat di simpulkan

inteksi sosial pada lansia kurang dapat menimbulkan depresi. Hal ini

terjadi karna beberapa lansia mengacu pada teori pertukaran sosial

8
sumber kebahagiaan manusia yang berasal dari hubungan sosial.

Dari Banyaknya data riset yang tersebut membuat penulis tertarik untuk

melakukan penelitian literature review dengan mengkaji kembali hasil

penelitian sebelumnya mengenai “Hubungan Antara Interaksi Sosial

dengan Tingkat Depresi Pada Lansia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah proposal

dalam bentuk literature review ini adalah “Apakah ada Hubungan Antara

Interaksi Sosial dengan Tingkat Depresi Pada Lansia ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

penulisan proposal dalam bentuk literature review ini bertujuan

untuk memberikan informasi berdasarkan evidence yang telah

didapatkan dari hasil literature review terkait dengan hubungan

antara interaksi sosial dengan tingkat depresi pada lansia.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi jurnal yang terkait dengan Interaksi


Sosial dengan Tingkat Depresi Pada Lansia
b. Untuk mengidentifikasi jurnal yang terkait dengan karakteristik
responden
c. untuk menganalisis jurnal terkait dengan hubungan antara
interaksi sosial dengan tingkat depresi pada lansia

9
1.4 Manfaat Penelitian
1. manfaat teoritis

penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam

meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya

mengenai Hubungan Antara Interaksi Sosial dengan Tingkat

Depresi Pada Lansia.

2. manfaat peneliti

manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

a) bagi peneliti

hasil riset ini di harapkan bisa jadi pengalaman yang berharga

dalam menaikkan pengetahuan yang dapat menjadi sumber

informasi tambahan untuk menambah ilmu pengetahuan dan

dapat menganalisis sesuatu kasus dengan memakai metode

pikir yang kritis serta ilmiah mengenai hubungan antara

interaksi sosial dengan tingkat depresi pada lansia

b) Bagi fakultas/ universitas muhammadiyah kalimantan timur

Hasil riset ini bisa digunakan bagaikan masukan serta

pengetahuan maupun data menimpa keahliaan interaksi sosial

serta tingkat depresi pada lanjut usia, riset ini pula bisa berikan

masukan untuk konsituti kampus buat lebih tingkatkan

kompetensi mahasiswa.

10
c) Bagi penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan

perbandingan serta menjadi data yang dapat dijadikan sebgai

sumber acuan dalam proses penelitan selanjutnya , sehingga

bagi peneliti selanjutnya mampu membuat ide serta inovasi

baru yang berkualitas serta dapat bermanfaat bagi semua

orang.

11
1. 5 Keaslian Penelitian

Nama
N Perbedaan dan
dan Judul Metode Parameter Hasil
o Persamaan
Tahun
1 Kusumow Hubungan Jenis sejumlah 60 Hasil Perbedaan
ardani, Antara Tingkat penelitian responden korelasi penelitian ini
Andreany Depresi Lansia kuantitatif menunjukkan Spearman dengan
Puspitosa Dengan
ri, Aniek
non- responden Rank peneltian
Interaksi Sosial
2014 eksperime perempuan lebih menggun penulis
Lansia Di Desa
ntal jenis banyak daripada akan terdapat di
Sobokerto
Kecamatan
korelasion laki- SPSS16.0 metode
Ngemplak al yang laki dengan 0 for penelitian
Boyolali menggun jumlah 35 windows yang mana
akan responden didapat penulis
desain (58,3%). korelasi menggunaka
penelitian Karakteristik antara n literature
Cross berdasarkan tingkat review.
Sectional. umur depresi Sampel yang
menunjukkan lansia dan diambil di
kategori usia 60- interaksi dapat dari
74 tahun dan sosial jurnal yang di
75-90 tahun lansia di gunakan.
memiliki Desa Tujuan
prosentase Sobokerto penulis yaitu
terbanyak yaitu , menganalisis
33,3 % dengan Ngemplak jurnal terkait
jumlah , Boyolali Hubungan
responden yaitu (r) Antara
20. sebesar - interaksi
Sedangkan 0,472dan sosial
karakteristik ρ = 0,001 Dengan
responden (<0,05). Tingkat
menurut status Hal ini Depresi
perkawinan menunjuk Pada Lansia.
sebanyak 47 kan ada Persamaan
responden hubungan nya yaitu
(78,3%) signifikan mengambil
berstatus kawin. dengan variabel
Tingkat depresi tingkat interaksi sosial
lansia di Desa korelasi dengan tingkat
Sobokerto, sedang depresi pada
Ngemplak, antara lansia.

12
Boyolali tingkat
menunjukkan depresi
sebagian lansia
responden tidak dengan
depresi dengan interaksi
jumlah 22 sosial di
responden Desa
(36,7%), Sobokerto
sedangkan .
depresi sedang Sedangka
menunjukkan n
prosentase yang arah
sama yaitu 36,7 hubungan
% dengan nya
jumlah adalah
responden 22. negatif
Sebanyak 13 karena (r)
responden negatif,
(21,7%) berada berarti
pada tingkat semakin
depresi ringan, tinggi
sedangkan tingkat
depresi berat depresiny
berjumlah 3 a maka
responden (5%). semakin
Interaksi sosial rendah
lansia di Desa tingkat
Sobokerto, interaksi
Ngemplak, sosialnya,
Boyolali dan
menunjukkan sebalikny
sebagian besar a jika
responden semakin
memiliki tingkat rendah
interaksi sosial tingkat
sedang yaitu depresiny
sejumlah 45 a maka
responden semakin
(75%), tinggi
sedangkan interaksi
responden yang sosialnya.
interaksi Hal ini
sosialnya baik membukti
ada 9 (15%) dan kan
13
interaksi bahwa
sosial
buruk 6 hipotesis
responden yang
(10%). menyatak
an adanya
hubungan
antara
tingkat
depresi
lansia
dengan
interaksi
sosial
lansia di
Desa
Sobokerto
terbukti.
Hasil
2 Suarya, PERAN Studi Pada subjek Hasil dari Perbedaan
Luh INTERAKSI penelitian lansia yang penelitian penelitian ini
Putu SOSIAL kuantitatif tinggal di ini dengan
Wiwin TERHADAP Kota
dengan diperoleh peneltian
Fitriyad KEPUASAN Denpasar
menggunakan dengan nilai penulis
ewi dan HIDUP
teknik analisis rentang usia signifikansi terdapat di
Luh Made LANJUT USIA
Karisma regresi 60 tahun sebesar metode
sederhana. sampai 80 0.001 atau penelitian
Teknik tahun. Alat berada yang mana
ukur dalam
Sukma pengambilan dibawah penulis
penelitian
yanti sampel yang ini 0,05 menggunaka
(2016) digunakan menggunak (p<0,05). n literature
yaitu an skala Berdasarka review.
purposive interaksi n hasil Sampel yang
sampling sosial tersebut diambil di
sebanyak
dapat dapat dari
15 aitem
dengan dikatakan jurnal yang di
koefisien bahwa ada gunakan.
reliabilitas hubungan Tujuan
sebesar antara penulis yaitu
0,804 dan interaksi menganalisis
skala sosial jurnal terkait
kepuasan
hidup dengan Hubungan
sebanyak kepuasan Antara

14
13 aitem hidup Interaksi
dengan lansia, sosial
koefisien
reliabilitas semakin Dengan
sebesar tinggi Tingkat
0.788 interaksi Depresi
sosial yang Pada Lansia.
dilakukan Persamaan nya
lansia yaitu mengambil
maka variabel
interaksi sosial
kepuasan
dengan tingkat
hidup depresi pada
lansia lansia.
semakin
tinggi, dan
begitu pula
sebaliknya
apabila
interaksi
sosial
rendah
maka
kepuasan
hidup
lansia juga
rendah.
Nilai R
square
sebesar
0.101 yaitu
interaksi
sosial
memberika
n kontribusi
sebesar
10.1%
terhadap
kepuasan
hidup
lansia.
Sebanyak
100 subjek
pada
penelitian
ini
15
Tergolong
kedalam
kategori
subjek
yang
memiliki
interaksi
sosial dan
kepuasan
hidup yang
cenderung
baik.
Kata

16
Nur Hubungan Penelitian ini Populasi Hasil Perbedaan
3 Hayati, Antara menggunaka dalam penelitian penelitian ini
Sholihul Interaksi n rancangan penelitian ini menunjukkan dengan
Huda Sosial deskriptif adalah lanjut bahwa status peneltian penulis
(2018 Dengan korelasi usia yang interaksi
terdapat di
Tingkat dengan tinggal di sosial
Depresi pendekatan Desa didapatkan metode
Pada cross Purworejo sebagian penelitian yang
Lansia Di sectional Kecamatan besar mana penulis
Desa Bonang responden menggunakan
Purworejo Kabupaten termasuk literature review.
Kecamatan Demak dalam
Sampel yang
Bonang berjumlah 74 kategori baik
sebanyak 57 diambil di dapat
Kabupaten orang
Demak dengan (77,0%) dari jurnal yang
teknik responden digunakan.
pengambilan dan Tujuan penulis
purposive kategori yaitu
sampling. sedang 17 menganalisis
Alat (23,0%)
jurnal terkait
pengukuran responden.
Sedangkan Hubungan
data berupa
kuesioner tingkat Antara interaksi
untuk depresi sosial Dengan
interaksi lansia yang Tingkat Depresi
sosial dan termasuk Pada Lansia.
tingkat dalam Persamaan nya
depresi kategori yaitu mengambil
menggunaka ringan variabel interaksi
n GDS sebanyak sosialdengan
(Geriatric 37 (50,0) tingkatdepresi
Depression responden pada lansia.
Scale). dan
Analisa data kategori
yang sedang
digunakan sebanyak
dalam 37 (50,0%)
penelitian ini responden.
adalah Hasil
Spearman analisis
Rank menggunak
an uji
Spearman
Rank
dengan
hasil p
value 0,002
(p-value
<0,05) dan
nilai rho
0,353. Hasil
penelitian
ini
17
menunjukka
n adanya
hubungan
antara
interaksi
sosial
dengan
depresi.
Lansia
diaharapka n
dapat
meningkatk
an interaksi
sosial untuk
mencegah
terjadinya
depresi

18
4 Keswara, HUBUNGAN penelitian Populasi Hasil Perbedaan
Umi INTERAKSI kuantitatif dalam penelitian penelitian ini
Romayati SOSIAL dengan penelitian ini diperoleh p- dengan
(2017) value < 0,05
LANSIA rancangan adalah lansia peneltian
yangartinya
DENGAN penelitian Di UPT Panti terdapat penulis
KESEPIAN survey analitik Sosial Lanjut hubungan terdapat di
PADA dan Usia antara metode
LANSIA DI menggunak an Kecamata n interaksi penelitian
UPT PANTI pendekatan Natar sosial yang mana
SOSIAL USIA cross Kabupaten dengan penulis
kesepian
LANJUT sectional.. Lampung menggunaka
pada lansia
KECAMAT Selatan yang Di UPTD nliterature
AN NATAR berjumlah 100 Panti Sosial review.
KABUPAT EN respondendan Lanjut Usia Sampel
LAMPUNG jumlahsampel Tresna yangdiambil
SELATAN berjumlah 100 Werdha di dapat
TAHUN 2015 responden Kecamatan dari jurnal
Natar
dengan Kabupaten yang di
menggunakan Lampung gunakan.
tehknik Selatan Tujuan
sampel total Tahun 2015 penulis yaitu
populasi dan dengan p- menganalisi
menggunakan value 0,020, sjurnal
dan
uji chi-square terkait
didapatkan
nilai OR Hubungan
sebesar Antara
0,318 interaksi
termasuk sosial
dalam Dengan
kategori Tingkat
0,20 –
Depresi
0,399
yang artinya Pada
kekuatan Lansia.
korelasi Persamaan
antara nyayaitu
interaksi mengambil
sosial variabel
dengan interaksi
kesepian sosial dengan
masuk tingkat
dalam depresi pada
kategori lansia.
lemah
Diharapkan
kepada
petugas
kesehata n
agar dapat
19
melakuka n
konseling
kepada
lansia yang
mengala mi
kesepian,
sehingga
petugas
kesehata n
dapat
membant u
menurunk an
angka
kejadian
kesepian.

20
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1 Konsep Teori Lansia

A. Definisi Lansia
Lansia merupakan sekumpulan orang atau populasi yang

berisiko (population at risk) yang semakin tinggi jumlahnya.

Menurut Allender, Rector, dan Warner (2014) bahwa populasi

berisiko (population at risk) merupakan kelompok orang-orang yang

memiliki masalah kesehatan yang berkemungkinan akan

berkembang lebih buruk karena adanya faktor-faktor risiko yang

mempengaruhi.

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses

yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif,

merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi ransangan dari dalam dan luar tubuh (kholifah, 2016)

Berdasarkan data dari detik news (2010) Indonesia termasuk

kedalam negara yang memiliki jumlah lanjut usia tertinggi nomor

emoat didunia seteah China, India, dan Amerika serikat, sedangkan

Provinsi Bali menempati urutan ke sepuluh dengan jumlah lanjut

usia tertinggi di indonesia. Tingginya jumlah lanjut usia tersebut

21
merupakan keberhasilan pemerintah pusat maupun

masyarakat untuk meningkatkan angka harapan hidup.

Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998

tentang Kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia merupakan

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Siti,

2008). Sedangkan menurut Depkes RI (2008), penuaan adalah

suatu proses alami yang tidak dapat dihindari secara terus-menerus

dan berkesinambungan, selanjutnya akan menyebabkan

perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh sehingga

dapat mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

keseluruhan. Batasan umur lansia menurut WHO dibagi menjadi 4

yaitu : middle age (45-59 tahun), elderly old (60- 74 tahun) old (75-

90 tahun), very old (di atas 90 tahun). Ada lagi yang membagi ke

dalam : young old (65-74 tahun), middle old (75-84 tahun), Old-old

(usia 85 tahun ke atas) (Mauk, 2010).

Peningkatan jumlah lansia menimbulkan penurunan derajat

kesehatan. Sebagian besar lansia akan mengalami kemunduran

baik dari segi fisik maupun segi mental. Akibatnya lansia akan

kehilangan pekerjaan karena dianggap sebagai individu yang tidak

produktif. Dalam hal ini dapat dikatakan seseorang yang memasuki

usia diatas umur 55 tahun dapat mengalami penurunan fisik dan

biologisnya sehingga rentan terhadap penyakit dan berpengaruh

dengan peningkatan angka harapan hidup karna penambahan usia

seseorang akan berakhir menjadi proses penuaan (Aging).

22
B. Klasifikasi Lansia

Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia dalam kategori

sebagai berikut :

1) Pralansia (prasenilisis) seseorang yang berusia antara 45-

59 tahun.

2) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3) Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau

lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan

masalah kesehatan.

4) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang

atau jasa.

5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang

lain.

Sedangkan klasifikasi lansia menurut WHO adalah sebagai

berikut:

1) Elderly : 60-74 tahun

2) Old : 74-89 tahun

3) Very old : >90 tahun

23
C. Karakterisktik Lansia
Menurut kementrian kesehatan RI (2016), Untuk karakteristik

lansia ada berbagai macam yaitu sebagai berikut :

a. Jenis kelamin

Lansia lebih didominasi oleh jenis kelamin

perempuan. Artinya, ini dapat menunujukkan bahwa

angka harapan hidup paling tinggi adalah perempuan

b. Status perkawinan

Penduduk lansia dapat dilihat dari status

perkawinananya sebagian besar berstatus kawin 60%

dan cerai atau meninggal 37%.

c. Living arrangement

Angka beban tanggungan merupakan angka yang

menunjukkan rasio penduduk yang tidak produktif (65

tahun) terhadap penduduk usia produktif (15-64 tahun).

Angka tersebut telah menjadi beban ekonomi yang harus

ditanggung oleh penduduk usia produktif untuk

menyediakan dana bagi penduduk usia non-produktif.

d. Kondisi kesehatan

Angka kesakitan menjadi salah satu indikator yang

dapat digunakan untuk mengukur derajat kesehatan

penduduk. Angka kesakitan bisa menjadi sauatu

24
indikator kesehatan yang negative. Artinya, semakin

rendah angka kesakitan dapat menunjukan berapa

derajat kesehatan penduduk yang semakin membaik.

D. Tipe Lansia
Menurut azizah(2011), banyak ditemukan macam-macam tipe

lansia, sebagai berikut :

1) Tipe Arif Bijaksana

Lansia banyak pengalaman untuk menyesuaikan diri

dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap

ramah kepada keluarga maupun orang lain, rendah hati,

sederhana, dermawan memenuhi undangan dan menjadi

panutan.

2) Tipe Mandiri

Lansia kini mengubah kegiatan-kegitan yang hilang

dengan aktivitas yang baru, selektif dalam mencari suatu

pekerjaan dan teman pergaulan.

3) Tipe Tidak Puas

Mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan

yang dapat menyebabkan kehilangan kecantikan,

kehilangan daya tari, kehilagan kekuasaan, status, dan

teman yang di sayangi,pemarah,tidak saabar serta mudah

tersinggung dan sulit dilayani.

25
4) Tipe Pasrah

Lansia menerima dan menunggu nasib yang baik,

memounyai suatu konsep habis gelap terbitlah terang,

mengikuti kegiatan yang beribadah, ringan kaki, dan

melakukan beberapa jenis pekerjaan.

5) Tipe Bingung

Lansia yang sering terkejut, kehilangan kepribadian,

mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh

tak acuh. Tingkat kemandirian yang dinilai berdasarkan

kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (indeks

Katz), lansia dikelompokkan menjadi beberapa tipe, yaitu :

a. Tipe optimis

b. Tipe konstruktif

c. Tipe ketergantungan

d. Tipe defensive

e. Tipe militant dan serius

f. Tipe marah atau furstasi

g. Tipe putus asa (benci pada diri sendiri)

26
E. Ciri-ciri lansia

Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia yaitu :

1. Lansia merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia yaitu bisa dari faktor fisik

dan faktor psikologis, sehingga membutuhkan motivasi

untuk memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada

lansia. Misalnya lansia yang tidak mempunyai motivasi

dalam melakukan suatu kegiatan, maka akan mempercepat

proses kemunduran fisik tersebut, akan tetapi bila lansia

yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik

pada lansia akan lebih lama terjadi.

2. Lansia memiliki status kelompok minoritas

Kondisi ini akibat dari sikap sosial yang tidak

menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh

pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih

senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial

di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang

mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga

sikap sosial masyarakat dinilai positif.

27
3. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran pada lansia dapat dilakukan atas dasar

keinginan diri sendiri bukan atas dasar tekanan dan

paksaan dari lingkungan ataupun orang lain.

4. Kepatuhan yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk pada lansia membuat mereka

cenderung memiliki konsep diri yang buruk. Akibat dari

perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri pada

lansia menjadi buruk pula. Contohnya : pada lansia yang

tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan dalam

pengambilan suatu keputusan karena dianggap pola pikir

yang kuno, kondisi inilah yang bisa menyebabkan lansia

menarik diri dari lingkungan, mudah tersinggung dan

memiliki harga diri yang rendah.

F. Proses Penuaan
Proses menua atau menjadi tua merupakan suatu keadaan

yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua

merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari

suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak pemulaan kehidupan,

menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang

telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua.

Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis.

Saat memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,

28
misalnya kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit yang

mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, gangguan

pendengaran, gangguan penglihatan, gerakan lambat, dan

bentuk tubuh yang tidak proposional.

Teori proses menua merujuk tentang perubahan-perubahan

pada ansia yang terbagi menjadi dua yaitu teori biologi, dan teori

kejiwaan sosial. Adapun perubahan-perubahan bisa menjadi

salah satu pencetus terjadinya depresi pada lansia, jika lansia

tidak menerima kondisinya saat ini (Muhith,2016).

Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh

tidak akan sama. Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada

berbagai penyakit yang sering di alami lanjut usia. Manusia

secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan

terhadap infeksi dan akan semakin banyak distorsi meteoritik

dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif,

(misalnya hipertensi, arteriosklerosis, diabetes militus, dan

kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan

penyakit terminal yang dramatis, misalnya stroke , infark

miokard, koma asidotik, kanker metastasis dan sebagainya

(Nugroho, 2008). Ada beberapa teori yang berkaitan dengan

proses penuaan, yaitu teori biologi, teori psikologis, teori sosial

dan teori konsekuensi personal.

29
1) Teori Biologi

a) Teori Jam Genetik

Teori genetik menyebutkan bahwa manusia secara

genetik sudah terprogram bahwa material didalam inti sel

di katakan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi

mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa

spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (lifespan)

yang tertentu. Manusia memiliki rentang kehidupan

maksimal sekitar 110 tahun, sel- sel di perkirakan hanya

mampu membelah sekitar 50 kali, sesudah itu akan

mengalami deteriorasi (Padila, 2013).

b) Wear and Tear Theory

Menurut teori wear and tear disebutkan bahwa proses

menua dapat terjadi akibat kelebihan usaha dan stres

yang menyebabkan sel tubuh menjadi lelah dan tidak

mampu meremajakan fungsinya (Padila, 2013).

c) Teori Stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa

digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal,

kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh

telah terpakai (Padila, 2013).

30
d) Slow Immunology Theory

Sistem imun menjadi kurang efektif dalam

mempertahankan diri, regulasi dan responbilitas. Di dalam

proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu

zat khusus. (Padila, 2013).

e) Teori Radikal Bebas

Radikal bebas terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya

radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-

bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini

menyebabkan sel- sel tidak dapat melakukan regenerasi

(Padila, 2013).

f) Teori Rantai Silang

Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara

susunan molecular, lama kelamaan akan meningkat

kekakuanya (tidak elastis), hal ini disebabkan oleh karena

sel- sel yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan

jaringan yang sangat kuat (Padila, 2013).

g) Teori Mutasi Somatik

Terjadi kesalahan dalam proses transkrip DNA dan RNA

dan dalam proses translasi RNA protein atau enzim.

Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya

akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel

normal menjadi sel kanker atau penyakit (Sofia, 2014).

31
h) Teori Nutrisi

Intake nutrisi yang baik pada setiap perkembangan akan

membantu meningkatkan makanan bergizi dalam rentang

hidupnya, maka ia akan lebih lama sehat. (Sofia, 2014).

2) Teori Psikologis

Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan

dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif

termasuk pemenuhan kebutuhan dasar dan tugas

perkembangan lansia.

1) Teori integritas ego

Teori perkembangan ini yang mengidentifikasi tugas-

tugas yang harus di capai dalam tahap

perkembangannya. Tugas perkembangan. Tugas

perkembangan terakhir yaitu merefleksikan kehidupan

seseorang dan pencapaianya (padila, 2013).

2) Teori intergritas personal

Suatu bentuk kepribadian seseorang pada masa

kanak-kanak dan tetap bertahan secara stabli. Perubahan

radikal pada usia tua bisa menjadi indikasi penyakit pada

otak (padila, 2013).

3) Teori sosial

Menurut teori interaksi sosial pada lansia terjadi

penurunan kekuasaan, kehilangan peran, hambatan

32
dalam kontak sosial dan berkurangnya komitmen

sehingga interaksi sosial mereka juga akan berkurang

(padila, 2013).

4) Teori konsekuensi fungsional yaitu lanjut usia yang

berhubungan dengan perubahan-perubahan, karena usia

dan faktor resiko tambahan (padila, 2013).

G. Perubahan yang Terjadi Pada Lansia


Semakin bertambahnya umur akan terjadi proses penuaan

secara fisik, tetapi juga ada perubahan kognitif, perubahan

perasaaan, perubahan sosial, dan perubhan seksual (Azizah,

2011).

1. Perubahan Fisik

a) Sistem Indra

Organ sensori seperti pendengaran,

penglihatan, pengecap, peraba dan penghirup

memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan

lingkungan sekitar. Pesan yang akan diterima dari

sekitar kita tetap mempunyai orientasi, ketertarikan dan

pertentangan. Fungsi sensorik hilang akibat penuaan

terjadi saat dimana lansia menjadi kurang kinerja

fisiknya dan lebih banyak berdiam diri (Aspiani, 2014).

33
b) Sistem Pendegaran

 Presbiakuisis atau (gangguan pendengaran).

Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga

bagian dalam, terutama terhadap suara bunyi atau

nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit

mengartikan kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas

umur 65 tahun.

 Membrane timpani menjadi atropi dan menyebabkan

otosklerosis

 Insiden pengumpulan serumen dan dapat mengeras

karena meningkatnya keratin.

 Pendengaran yang menurun pada lanjut usia akan

mengalami ketegangan jiwa atau stres.

c) Sistem Penglihatan

 Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon

terhadap sinar.

 Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi

katarak, dan jelas menyebababkan gangguan

penglihatan

 Pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam

cahaya yang gelap.

 Hilangnya daya akomodasi

 Menurunnya lapang pandang seperti berkurangnya

34
luas pandangan.

 Menurunnya daya membedakan warna biru atau

hiijau pada skala

d) Sistem Perabaan

Indera peraba memberikan pesan yang paling

mudah untuk diterjemahkan. Bila indera lain hilang,

rabaan dapat mengurangi perasaan yang sejahtera.

Meskipun reseptor lain akan menumpul dengan

bertambahnya usia, namun tidak pernah hilang

(Aspiani, 2014).

e) Pengecap dan Penghidu

Ada beberapa rasa dasar yaitu manis, asam, asin,

dan pahit. Diantara semuanya, rasa manis yang paling

tumpul pada lansia (Aspiani, 2014).

f) Sistem Integumen

Pada lansia kulit akan mengalami atropi,

mengendur, tidak elastis, dan mengkerut. Mekanisme

proteksi kulit menjadi menurun, seperti produksi serum

menurun, gangguan pada pigmentasi kulit. Kekeringan

pada kulit disebabkan oleh atropi glandula sebasea dan

glandula sudoritera, timbul pigmen bewarna coklat pada

kulit dikenal dengan liver spot (Azizah, 2011).

35
g) Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia

yaitu jarin gan penghubung (kolagen dan elastin),

kertilago, tulang, otot dan sendi (Azizah, 2011).

1) Kartilago

Jaringan pada persendian menjadi lunak dan

mengalami granulasi, sehingga permukaan pada

sendi menjadi rata. Kurangnya kemampuan

jaringan kartilago untuk meregenerasi dan

degenerasi yang terjadi cenderung kearah yang

progresif, konsekuensinya jaringan kartilago pada

persendiaan menjadi rentan terhadap suatu

gesekan.

2) Tulang

Kepadatan pada tulang berkurang sehingga

akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut

akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.

3) Otot

Struktur otot akibat penuaan mengalami

perubahan yang sangat bervariasi, seperti

penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,

peningkatan pada jaringan penghubung dan

jaringan lemak otot mengakibatkan efek negatif.

36
4) Sendi

Pada lansia jaringan ikat di sekitar sendi seperti

tendon, ligamen, dan fasia mengalami penuaan

elastisitas.

h) Sistem Kardiovaskuler

Perubahan sistem kardiovaskuler pada lansia

adalah massa jantung yang bertambah, ventrikel kiri

mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung

berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan

ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan

lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi

berubah menjadi jaringan ikat (Azizah, 2011)

i) Sistem Respirasi

Pada sistem respirasi perubahan jaringan ikat

paru, kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan

paru akan bertambah untuk mengkompensasi kenaikan

ruang paru, dan udara yang mengalir ke paru

berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi

torak mengakibatkan gerakan pernapasan menjadi

terganggu dan kemampuan peregangan toraks

semakin berkurang (Azizah, 2011).

j) Sistem Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan sistem pencernaan yaitu penurunan

37
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata

karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa

lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver

(hati) makin mengecil dan menurunnya tempat

penyimpanan, dan aliran darah berkurang (Azizah,

2011).

k) Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihan akan terjadi perubahan

yang signifikan. Karena banyak fungsi yang mengalami

kemunduran, contohnya laju filtrasi, eksresi, dan

reabsorpsi oleh ginjal (Azizah, 2011).

l) Sistem Saraf

Sistem susunan pada saraf mengalami perubahan

anatomi dan atropi yang progresif pada serabut saraf

lansia. Lansia akan mengalami penurunan koordinasi

dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari

(Azizah, 2011).

m) Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai

dengan mengecilnya ovary dan uterus. Terjadi atropi

payudara. Pada laki- laki testis masih dapat

memproduksi spermatozoa, meskipun adanya

penurunan secara bertahap (Azizah, 2011).

38
5. Perubahan Psikologis

Menurut Azizah (2011) ada beberapa perubahan dari

segi psikososial lansia, yaitu :

a. Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat

meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan

kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,

gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama

pada pendengaran.

b. Duka Cita (Bereavement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau

bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan

pertahanan jiwa yang rapuh pada lansia. Hal tersebut

dapat memicu terjadinya berbagai gangguan fisik dan

kesehatan.

c. Depresi

Duka cita yang berkelanjutan akan menimbulkan

perasaan yang kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk

menangis yang terus berlanjut dan menjadi suatu episode

depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres

akibat lingkungan dan menurunnya ketidakmampuan

adaptasi.

39
d. Gangguan Kecemasan

Dibagi dalam beberapa golongan, yaitu fobia, panik,

gangguan cemas umum, gangguan stres setelah trauma

dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan

tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan

berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis,

depresi, efek samping obat, atau gejala pada penghentian

mendadak dari suatu obat yang dikonsumsi.

e. Parafrenia

Suatu bentuk dari skizofrenia pada lansia, ditandai

dengan waham (curiga), lansia sering merasa

tetangganya mencuri barang- barangnya atau berniat

untuk membunuhnya. Biasanya akan terjadi pada lansia

yang terisolasi atau diisolasi atau menarik diri dari

kegiatan sosial.

f. Sindroma Diogenes

Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan

penampilan perilaku yang sangat mengganggu. Kamar

kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan feses

dan urinnya, sering menumpuk barang dengan tidak

teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut

akan dapat terulang kembali.

40
g. Perubahan Kognitif

1) Daya Ingat (Memory)

2) IQ (Intellegent Quotient)

3) Kemampuan Belajar (Learning)

4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)

6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)

7) Kebijaksanaan (Wisdom)

8) Kinerja (Performance)

9) Motivasi (Motivation)

(Azizah, 2011)

h. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan

mental (Azizah, 2011), yaitu :

1) Perubahan fisik, khususnya pada organ perasa

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturunan (hereditas)

5) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan

ketulian.

6) Gangguan konsep diri akibat kehilangan

7) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan

hubungan dengan teman dan atau keluarga.

8) Hilangnya kekuatan pada fisik, perubahan terhadap

41
gambaran diri, perubahan konsep diri, Perubahan

spiritual agama atau kepercayaan makin terintegrasi

dalam kehidupannya. Lansia semakin matang

(mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat

dalam berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-

hari.

2.1.2 Konsep Teori Depresi


A. Definisi Depresi
Depresi ialah masalah medis yang melibatkan gejala-gejala yang

berkaitan dengan mood, kognitif dan gejala fisik. Gejala-gejala yang

berkaitan dengan mood seperti mereasa depresi,sedih, atau mood

irritable; kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari,

ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan; merasa bersalah

dan tidak berguna; dan pikiran tentang kematian dan ide bunuh diri.

Gejala kognitif termasuk ketidakmampuan untuk berkonsentrasi

dan kesulitan dalam membuat keputusan. Kelelahan, kekurangan

energi, gerak melambat dan perubahan pada pola tidur, nafsu

makan dan tingkat aktivitas merupakan gejala fisik yang terlihat

pada pasien depresi (Kowel, Wungouw, & Doda 2016).

Pertambahan usia sesorang dapat menyebabkan perubahan

dalam bentuk fisik, kognitif dan dalam kehidupan psikososialnya.

Pada usia lansia banyak yang merasakan kesepian, sosial ekonomi

42
sangat kurang diperhatikan, kesejahteraannya berkurang dan

munculnya beberapa penyakit pada lansia yang dapat

menyebabkan produktivitas menurun sehingga dapat

mempengaruhi kehidupan dan kualitas hidup lansia itu sendiri

(Anis,2012).

Depresi pada lansia membutuhkan perhatian khusus serta

penanganan yang tepat agar dampak depresi pada kehidupan

lansia tidak memburuk atau bahkan menyebabkan kematian.

Depresi yang tidak mendapat intervensi yang tepat dan segera

maka dapat berdampak pada keadaan yang lebih lanjut serta

menurunkan kualitas hidup lansia, sehingga mengakibatkan

penurunan kemampuan dan aktivitas hidup lansia seperti

menurunnya kemampuan perawatan kesehatan diri dan

kemampuan berinteraksi sosial (Sari, Arneliwati, & Utami, 2015).

B. Jenis depresi

Jenis Depresi Menurut National Institute of Mental Health (2010),

depresi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Major depressive disorder (gangguan depresi berat)

Karakteristik dari gangguan ini adanya beberapa gejala

yang timbul dan mengganggu seseorang untuk bekerja,

tidur, belajar, makan dan menikmati kegiatan yang disukai.

Depresi berat merupakan ketikdakmampuan seseorang

untuk berfungsi dan melakukan aktivitas secara normal.

43
Depresi berat mungkin hanya terjadi sekali selama hidup

seseorang, tetapi kadang hal itu terjadi berulang kali dalam

hidup seseorang yang lain.

2) Dysthymic disorder (gangguan distimik)

Karakteristik gangguan ini ditandai dengan waktu

yang lama (dua tahun atau lebih) dan tidak terdapat gejala-

gejala yang dapat mengganggu kemampuan seseorang

tetapi dapat mengganggu fungsinya secara normal seperti

perasaan yang nyaman. Seseorang dengan dysthymia

mungkin mengalami sesekali peristiwa depresi berat selama

hidupnya

C. Faktor penyebab depresi

Menurut Dalami, et al. (2009), faktor penyebab depresi dibagi

menjadi 4 yaitu :

1. Faktor Predisposisi

1) Faktor genetik mengemukakan transmisi gangguan alam

perawaan diteruskan melalui garis keturunan dan jenis

kelamin.

2) Teori agresi berbalik pada diri sendiri mengatakan bahwa

depresi diakibatkan oleh adanya perasaan marah yang

dialihkan pada diri sendiri.

3) Teori kehilangan berhubungan dengan faktor

perkembangan, misalnya kehilangan orangtua pada masa

44
anak-anak, perpisahan yang bersfat trauma dengan orang

yang dicintai sehingga individu tidak berdaya untuk

mengatasi rasa kehilangan tersebut.

4) Teori kepribadian mengambarkan bahwa bagaimana

konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah

mempengaruhi kepercayaan dan penilaian terhadap

depresi.

5) Teori kognitif mengatakan depresi yaitu masalah yang

dipengaruhi oleh penilaian negatif terhadap diri sendiri,

lingkungan dan masa depan.

6) Teori belajar ketidakbedayaan mengatakan bahwa depresi

dimulai dari kehilangan kendali diri lalu menjadi pasif dan

tidak mampu menghadapi masalah.

7) Teori perilaku menyebutkan bahwa depresi terjadi karena

kurangnya pujian (reinforcement) positif selama

berinteraksi dengan lingkungan yang ada.

2. Faktor Resiptasi

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya

gangguan alam perasaan sebagai berikut :

1) Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang

disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik.

2) Faktor psikologis yaitu kehilangan kasih sayang, termasuk

kehilangan cinta seseorang dan kehilangan harga diri.

3) Faktor sosial budaya meliputi kehilangan peran, perceraian

45
dan kehilangan pekerjaan.

6. Faktor Perilaku

Tabel. 2.1 . Perilaku yang berhubungan dengan depresi


Perilaku yang berhubungan dengan depresi
Perasaan sedih, cemas, apatis, kebencian,
kekesalan, perasaanmarah, perasaan ditolak,
Afektif perasaan bersalah, merasa tidak berdaya, putus asa,
merasa sendirian, rendah diri, dan merasa tak
berharga.
Ambivalensi, bingung, ragu-ragu, tidak mampu
konsentrasi, hilang perhatian dan motivasi,
Kognitif
menyalahkan diri sendiri, pikiran untuk merusak diri,
rasa yang tidak menentu dan pesimis.
Gangguan pencernaan, sakit perut, anoreksia,
mual, muntah, konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepala
Fisik dan dana, insomnia, perubahan berat badan dan
gangguan selera makan, gangguan menstruasi,
impotent, dan tidak berespon terhadap seksual.
Agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktifitas,
Tingkah kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi sosial,
Laku irritable, berkesan menyedihkan, kurang spontan,
dan gangguan kebersihan baik diri dan lingkungan.
Sumber Dalami, et al. (2009)

7. Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang biasa digunakan pada reaksi

kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini

untuk menghindari tekanan yang hebat. Jika seseorang lebih

rentan untuk menderita depresi dibandingkan orang lain,

46
biasanya yang bersangkutan mempunyai corak kepribadian

sendiri (kepribadian depresif) dengan ciri-ciri :

1) Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas,

gelisah dan khawatir, iritable, tegang, dan agitatif.

2) Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah

mengalah dan lebih senang berdamai untuk menghindari

konflik atau konfrontasi, merasa gagal dalam usaha atau

sekolah, lamban, lemah, lesu atau sering mengeluh sakit

ini dan itu.

3) Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik

diri, lebih suka menyendiri, sulit dalam mengambil

keputusan, tidak mau berbicara, pendiam dan pemalu,

menjaga jarak dan menghindari orang lain.

4) Suka mencela, pengkritik, menyalahkan orang lain dan

menggunakan mekanisme pertahanan penyangkalan.

D. Tanda dan gejala depresi

Yosep (2010) mengungkapkan gejala dan tanda depresi

dicirikan oleh data subyektif dan obyektif, antara lain :

1) Data Subyektif

Data subjektif menunjukkan bahwa klien tidak mampu

mengutarakan pendapat dan malas berbicara. Biasanya

memperlihatkan ketidaknyamanan fisik, semacam sakit

47
perut dan dada, anoreksia, sakit punggung, dan pusing.

Merasa tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada memiliki

tujuan hidup, putus asa, mudah tersinggung, tidak dapat

berkonsentrasi dan cenderung bunuh diri.

2) Data Objektif

Data objektif menunjukkan bahwa gerakan tubuh klien

terhalang, tubuh membungkuk, postur duduk rendah,

ekspresi wajah suram, kecepatan gaya jalan yang lambat,

dan terkadang koma. Orang yang depresi juga tampak

berpikir lambat, seolah-olah pikirannya kosong, penuh

perhatian, tidak tertarik, tidak mampu berpikir, dan tanpa

imajinasi. Beberapa orang akan mengalami perasaan

bersalah, tidak masuk akal atau irasioanal, ide yang

kriminal, depersonalisasi dan halusinasi. Terkadang klien

suka menunjukkan sikap bermusuhan, mudah tersinggung

(mudah marah) dan tidak suka diganggu.

E. Tingkat Depresi
Prabowo (2014) mengungkapkan tingkatan depresi dibagi

menjadi 3, yaitu :

1) Depresi Ringan

Masing-masing individu pasti pernah mengalaminya

depresi yang hanya bersifat sementara, wajar jika adanya rasa

sedih, perubahan pada proses berpikir, komunikasi dan

48
hubungan sosial yang kurang baik, dan merasa tidak

nyaman (Dalami, et al. 2009).

2) Depresi Sedang

a. Afek : muram, cemas, kesal, marah, menangis, dan harga

diri rendah.

b. Proses pikir : kurangnya perhatian, berpikir lambat, ragu-

ragu atau bimbang, konsentrasi menurun, keputusasaan,

serta pesimis.

c. Sensasi somatic dan aktivitas motorik : gerakan lambat,

perasaan berat saat bekerja, badan lemas, sakit kepala

dan dada, mual, muntah, konstipasi, kehilangan nafsu

makan dan penurunan berat badan, gangguan tidur.

d. Pola Komunikasi : berbicara lambat, kurangnya

komunikasi verbal dan non verbal.

e. Partisipasi sosial : menarik diri, tidak mau bekerja atau

bersekolah, mudah tersinggung, berselisih pendapat

dengan orang sekitar, dan tidak memperhatikan

kebersihan diri.

3) Depresi Berat

Mempunyai dua skenario yang berlawanan yaitu

melankolis (rasa sedih tertentu depresi berat) dan mania

(rasa gembira berlebihan disertai dengan gerakan hiperaktif).

49
a. Gangguan afek : pandangan kosong, perasaan hampa,

suram, putus asa dan berkurangnta rasa inisiatif diri.

b. Gangguan proses pikir : halusinasi, waham, penurunan

konsetrasi, pikiran untuk merusak diri.

c. Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam yang

berkepanjangan, hiperaktif yang tiba-tiba, gerakan tanpa

tujuan, defisit perawatan diri, tmenolak jika diberi makan

dan minum, penurunan berat badan, perasaan tidak

nyaman saat bangun di pagi hari, dan merasa berat

dengan tugas–tugas ringan

d. Pola Komunikasi : introvert, tidak ada sama sekali

komunikasi secara lisan atau verbal.

e. Partisipasi sosial : kesulitan menjalankan peran sosial

dan isolasi sosial.

2.1.3 konsep Teori Interaksi Sosial

A. Definisi Interaksi sosial

interaksi sosial memainkan peranan yang sangat penting

dalam kehidupan lansia. interaksi sosial ialah hubungan timbal

balik, saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan serta

tidak terlepas dari hubungan antar individu, masyarakat, dan

sosial dalam kegiatan sehari-hari (maryati dan suryawati, 2013).

50
Dengan adanya interaksi sosial lanjut usia dapat bertukar

informasi terkait kesehatan, melakukan aktivitas bersama lansia

lainnya sehingga lanjut usia dapat terjaga kesehatannya, dan

mendapatkan dukungan dari lanjut usia maupun orang-orang

disekitar lanjut usia.

interaksi sosial yang baik memungkinkan lansia untuk

mendapatkan perasaan memiliki suatu kelompok sehingga dapat

bekerjasama, berbagi cerita, berbagai minat, berbagai perhatian,

saling menolong dan dapat melakukan aktivitas secara bersama-

sama yang kreatif dan inovatif (Nurlianawati Utama,&Rahayu,

2010).

Interaksi yaitu satu relasi antara dua sistem yang terjadi

sedemikian rupa sehingga kejadian yang berlangsung pada satu

sistem akan mempengaruhi kejadian yang terjadi pada sistem

lainnya. Interaksi adalah satu pertalian sosilal antar individu

sedemikian rupa sehingga individu yang bersangkutan saling

mempengaruhi satu sama lainnya (Chaplin, 2011).

berdasarkan hasil penelitian dari jurnal dengan judul

hubungan interaksi sosial dengan kejadia depresi pada lansia di

UPT pelayanan sosial tersna werdha (PTSW) Jember dari 77

responden, 41 diantaranya mengalami resiko isolasi sosial karna

kurangnya interaksi yang dilakukan oleh lansia, berdasarkan

hasil wawancara didapatkan data bahwa mereka berinteraksi

51
hanya seperlunya saja meskipun dengan teman wisma atau

teman sekamarnya. Lansia yang tinggal di panti memiliki aspek

hubungan sosial yang kurang, berbeda dengan lansia yang

tinggal bersama dengan keluarga. Biasanya lansia yang tinggal

bersama dengan keluarga dirumah dipengaruhi dengan

dukungan keluarga dan masyarakat sehingga mengalami

perubahan yang positif terhadap kehidupannya dan sebaliknya

lansia akan mengalami perubahan yang negatif bila dukungan

keluarga dan masyarakat yang diterima kurang (putri, Fitriana,

Ningrum, & Sulatstri,2015).

Pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan para lanjut

usia adalah karna mereka mengacu pada teori pertukaran sosial

sumber kebahagiaan manusia umumnya berasal dari hubungan

sosial. Berkurangnya interaksi sosial usia lanjut dapat

menyebabkan perasaan terisolir, perasaan tidak berguna

sehingga usia lanjut menyendiri atau mengalami isolasi sosial

dan menyatakan bahwa seseorang yang menginjak lanjut usia

akan semakin meningkat perasaan isolasinya dan kondisi ini

rentan terhadap depresi (Hayati&Huda, 2018).

Kondisi ini mengakibatkan lansia secara perlahan menarik

diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar. Hal ini

mempengaruhi interaksi sosial lansia tersebut (samper, 2017).

52
Presepsi lansia terhadap harga dirinya juga dapat

mempengaruhi interaksi sosial (Rahayuningsih&Huda, 2017).

Pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan pada para

lanjut usia karna mereka mengacu pada teori pertukaran sosial

yang artinya dalam teori tersebut sumber kebahagiaan manusia

yang berasal dari hubungan sosial. Hubunga ini meninmbulkan

kepuasan yang timbul dan perilaku orang lain (Lubis, 2018).

Kegiatan berinteraksi atau menjalin relasi dengan orang lain

dapat mempertahankan keterampulan komunikasi dan menunda

kepikunan serta dapat menjaga kesehatan mental, semangat

dan kepuasan hidup. Interaksi sosial yang dilakukan oleh lanjut

usia dapat mempengaruhi kondisi psikologis, biologis, spiritual

yang dimiliki lanjut usia. Apabila kondisi psikologis, biologis dan

spiritual yang dimiliki lanjut usia meningkatk maka lanjut usia

akan memperoleh kepuasan dalam menjalani hidupnya.

(Fitriyadewi&Suarya, 2016).

B. Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial


Menurut Mahmudah (2010) faktor–faktor yang mendasari

berlangsungnya interaksi sosial antara lain:

1) Faktor imitasi

Faktor ini telah di uraikan oleh Gabriel Tarde yang

beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya

berdasarkan pada faktor imitasi saja. Pendapat ini dalam

53
ralitasnya banyak yang mengatakan tidak seimbang atau

berat sebelah. Hal ini tidak lain karena tidak semua interaksi

sosial tidak semua interaksi disebabkan oleh faktor ini. Namun

demikian, harus diakui dalam interaksi sosial peranan imitasi

tidaklah kecil. Terbukti, misalnya, kita sering melihat pada

anak–anak yang sedang belajar bahasa, seakan–akan

mereka mengimitasi dirinya sendiri, mengulang-ulangi bunyi

kata- kata, melatih fungsi lidah dan mulut untuk berbicara,

kemudian mengimitasi orang lain. Memang suatu hal yang

sukar orang belajar bahasa tanpa mengimitasi orang lain

(Mahmudah, 2010).

2) Faktor sugesti

Yang dimaksud sugesti disini ialah pengaruh psikis, baik

yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain yang

pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Gerungan

mendefinisikan sugesti sebagai proses dimana seorang

individu menerima suatu cara pemglihatan atau pedoman-

pedoman tingkah laku orang lain tanpa kritik terlebih dahulu

(Mahmudah, 2010).

3) Faktor identifikasi

Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk

menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara fisik

maupun non fisik. Proses identifikasi pada kenyataannya

seringkali, untuk pertama kali berlangsung secara tidak sadar

54
(secara dengan sendirinya). Kedua, bersifat irasional, yaitu

berdasarkan perasaan–perasaan atau kecenderungan-

kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara

rasional. Ketiga, identifikasi berguna untuk melengkapi sistem

norma- norma , cita-cita dan pedoman-pedoman tingkah laku

orang yang mengidentifikasi itu. Hal ini merupakan efek lanjut

dari aktivitas identifikasi yang dilakukan seseorang

(Mahmudah, 2010).

4) Simpati

Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu

dengan orang yang lain. Simpati muncul dalam diri seorang

individu tidak atas dasar rasional, melainkan berdasarkan

penilaian perasaan seperti juga pada proses indentifikasi.

Seorang individu tiba–tiba merasa dirinya tertarik kepada

orang lain seakan-akan dengan sendirinya, dan tertariknya itu

bukan karena salah satu ciri tertentu, melainkan karena cara

bertingkah laku atas dasar tertarik Mahmudah, 2010). Faktor-

faktor diatas merupakan faktor yang saling berkaitan dalam

mempengaruhi jalannya interkasi sosial yang dilakukan oleh

setiap individu. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan

faktor yang memepengaruhi interaksi sosial yaitu faktor

imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi, dan simpati.

55
C. Proses interaksi sosial
Interaksi merupakan hal yang paling unik yang muncul pada diri

manusia. Manusia sebagai makhluk sosial dalam kenyataannya

tidak dapat lepas dari interaksi antar mereka. kejadian dalam

masyarakat pada dasarnya bersumber pada interaksi seorang

individu dengan individu lainnya. Dapat dikatakan bahwa tiap-tiap

orang dalam masyarakat adalah sumber dan pusat efek psikologis

yang berlangsung pada kehidupan orang lain (Mahmudah, 2010).

Hal ini berarti tiap-tiap orang itu merupakan sumber dan pusat

psikologis yang mempengaruhi hidup kejiwaan orang lain, dan efek

itu bagi tiap-tiap orang tidak sama. Semua hubungan sosial baik

yang bersifat operation,cooperation maupun non-cooperation

merupakan hasil interaksi individu (Mahmudah, 2010).

Menurut Ahmadi (dalam Mahmudah 2010) ada dua bentuk

interaksi dalam kategori yang sangat umum, yaitu: pertama,

interaksi antar benda-benda, yang bersifat statis, memberi respon

terhadap tindakan kita, yang timbulnya hanya satu pihak pada

orang yang melakukan, dan kedua, interaksi antar manusia dengan

manusia.

D. Bentuk-bentuk interaksi sosial

1) Interaksi antar individu-individu, misalnya yang satu memberikan

pengaruh, ransangan atau stimulus kepada individu lainnya. wujud

interaksi bisa dalam bentuk berjabat tangan, saling menegur,

bertukar pikiran atau mungkin bertengkar

56
2) Interaksi antar individu dan kelompok, misalnya seorang ustad

sedang berpidato didepan orang banak. Bentuk semacam ini

menunjukkan bahwa kepentingan individu berhadapan dengan

kepentingan kelompok.

3) Interaksi antar kelompok dan kelompok, misalnya satu kesebelasan

sepak bola berbanding melawan kesebelasan lainnya.

(Anwar&Adang 2013).

E. Syarat terjadinya interaksi sosial

mengungkapkan beberapa syarat terjadinya interaksi antara lain:

1) Kontak sosial

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu

antara orang-perorangan, antara orang-perorangan dengan

suatu kelompok, dan antara suatu kelompok dengan kelompok

(Resita, Herawati, & Suhadi, 2014 ).

2) Komunikasi

menurut Wiryawan & Noorhadi (dalam Resita, Herawati, &

Suhadi, 2014) komunikasi dapat didefinisikan sebagai berikut:

b. Komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampaian

informasi

c. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari

seorang kepada orang lain.

d. Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti

terhadap gagasan atau ide yang disampaikan.

57
F. Pengaruh interaksi sosial

Pada tingkatan individu, seseorang yang frekuensi

interaksinya kurang akan menyebabkan kesulitan dalam

bergaul di lingkungannya dengan individu lainnya.

Pada teori konvergensi disebutkan bahwa lingkungan

memiliki peranan penting dalam perkembangan jiwa manusia.

Lingkungan tersebut terbagi dalam beberapa kategori yaitu:

lingkungan fisik; berupa alam seperti keadaan tanah serta

musim. Lingkungan sosial; berupa lingkungan tempat individu

berinteraksi. Lingkungan sosial dibedakan dalam dua bentuk:

lingkungan sosial primer: yaitu lingkungan yang anggotanya

saling kenal: lingkungan sosial sekunder: lingkungan yang

hubungan antara anggotanya bersifat longgar

(Anward&Adang2013).

Hubungan individu dengan lingkungan ternyata memiliki

hubungan timbal balik lingkungan mempengaruhi individ dan

individu mempengaruhi lingkungan. Sikap individu terhadap

lingkungan dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu; individu

menolak lingkungan jika tidak sesuai dengan yang ada dalam

diri individu, individu menerima lingkungan jika sesuai dengan

yang ada dalam individu, individu bersikap netral atau berstatus

quo (Anwar&Adang, 2013).

58
Pengaruh lingkungan terhadap individu merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan

perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun

lingkungan sosiosikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.

Karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan

mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri

secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan

itu senantiasa tersedia disekitarnya (Anwar&Adang,2013).

2.1.4 Kerangka Teori Penelitian


Kerangka teori adalah gambaran atau batasan teori tentang

teori- teori yang digunakan sebagai landasan atau dasar masalah

penelitian. Dengan demikian, bahwa dapat meberikan kerangka

pemikiran bagi peneliti dan memberikan dasar yang kuat dalam

menjelaskan hubungan antarvariabel (A.Aziz Alimul Hidayat,

2017)

59
Gambar 2.1 kerangka teori penelitian

1. definisi Lansia
2. klasifikasi lansia
3. karakteristik lansia
4. tipe lansia
5. ciri-ciri lansia Hubungan Antara Interaksi
6. proses penuaan
sosial dengan Tingkat
7. perubahan yang terjadi pada lansia
Depresi pada Lansia

1. Definisi Depresi
2. Jenis depresi
3. Faktor depresi
4. Tanda dan gejala depresi
5. Tingkat depresi

1. Definisi interaksi sosial


2. Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial
3. Proses interaksi sosial
4. Syarat terjadinya interaksi sosial
5. Bentuk-bentu interaksi sosial .
6. Syarat terjadinya inteaksi sosial
7. Pengaruh interaksi sosial

60
2.1.5 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah gambaran dan arahan
asumsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti, atau memiliki
arti hasil sebuah sintesis dari proses berpikir deduktif maupun
induktif, kemudian dengan kemampuan kreatif dan inovatif fiakhiri
konsep atau ide yang baru (Supriyanto, 2008 dalam A.Aziz Alimul
Hidayat, 2017).

Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian

Variabel independen Variabel dependen

Interaksi sosial Tingkat Depresi

2.1.6 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu
rumusan masalah dalam penelitian, sebagaimana rumusan masalah
dikatakan dalam sebuah kalimat pernyataan. Disebut bersifat
sementara, karena jawaban yang diberikan hanya berdasarkan
sebuah teori yang relevan, dan belum didasarkan pada fakta empiris
yang didapat melalui pengumpulan data atau kuesioner. (Sugiyono,
2017).
1. Hipotesis (Ho)
Ho: Tidak ada hubungan antara Interaksi sosial dengan tingkat
depresi pada lansia.
2. Hipotesis (Ha)
Ha: ada hubungan antara Interaksi sosial dengan tingkat depresi pada
lansia.

61
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan atau desain penelitian ialah suatu yang

penting dalam penelitian yang dapat mengendalikan

beberapa faktor yang mempengaruhi akurasi suatu hasil.

Rancangan penelitian digunakan peneliti dalam petunjuk

pembuatan perencanaan dan pelaksanaan penelitian

dalam menggapai tujuan atau menjawab pertanyaan

penelitian (Nursalam, 2017).

Rancangan atau desain penelitian ini mengunakan

metode tradisional review. Tradisional review ialah tinjauan

pustaka dengan cara mengumpulkan fakta dan teknik

sintesis tidak mengikuti cara yang ada di buku 53

(Siswanto, 2012). Dalam penulisan studi literature review

ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara

interaksi sosial dengan tingkat depresi pada lansia. Yang

menjadi fokus dalam penelitian ke pustakaan ialah

menemukam berbagai teori, prinsip, atau gagasan yang

digunakan dalam menganalisa dan memecahkan

pertanyaan penelitian yang sudah dirumuskan. Sifat pada

penelitian adalah analisa deskriptif, ialah menganalisis data

62
dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul

dengan memberikan pemahaman dan penjelasan sehingga

bisa dipahami dengan baik oleh pembaca.

3.2 Pencarian Literature


Dana yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil-

hasil penelitian yang sudah dilakukan dan diterbitkan dalam jurnal

online 14 jurnal nasional dan 10 jurnal internasional. Dalam

melakukan penelitian ini peneliti melakukan pencarian jurnal

penelitian yang dipublikasikan di internet menggunakan google

scholar, science direct, Elsevier, Pubmed, dengan kata kunci :

Depression, Social interaction, Social Suport, Ederly, Sosial

Interaksi, Lansia, depresi.

Pencarian artikel jurnal pada penelitian ini dilakukan dengan

cara mengakses databese pada google scholar, science direct,

Elsevier, Pubmed dengan Keyword dan kata kunci sesuai dengan

masalah pada penelitian. Dalam penelitian yang menggunakan

literature review, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan

sehingga hasil dari studi literature tersebut dapat diakui

kredibilitasnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut :

63
1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah proses dan hasil pengenalan

atau inventarisasi masalah. Masalah penelitian (research

problem) merupakan sesuatu yang penting di antara proses

lain, dikarenakan hal tersebut menentukan kualitas suatu

penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji permasalah

melalu jurnal-jurnal penelitian internasional dan nasional

yang berasal dari laporan hasil-hasil penelitian.

2. Screening

Screening adalah penyaringan atau pemilihan data yang

gunanya untuk memilih masalah penelitian yang sesuai

dengan topik. Dalan penelitian ini ektraksi data

menggunakan kata kunci judul jurnal, tahun terbit, tipe jurnal,

dan topik permasalahan. 3. Penilaian Kualitas Dalam

penelitian kualitas pada metode Literature Review (LR) yang

dimaksud adalah penelitian sumber data jurnal yang layak

dengan kriteria: terdapat DOI, Peer Review, Journal Impact

Factors (JIF), Internasional Standard Serial Number (ISSN).

Kriteria tersebut dapat membatalkan data jurnal yang sudah

didapat untuk dianalisa lebih lanjut.

64
3. Ekstrasi Data

Ekstrasi data dapat dilakukan jika semua data yang

diperoleh telah memenuhi syarat telah diklasifikasikan untuk

semua data yang ada. Setelah proses screening dilakukan

maka hasil dari ekstrasi data ini dapat diketahui pasti dari

jumlah awal data yang dimiliki berapa yang masih memenuhi

syarat untuk selanjutnya di analisa lebih jauh dan relevan.

Pada tahap awal pencarian artikel jurnal diperoleh .....

Dengan jurnal nasional 8450 artikel dan 550 artikel jurnal

international dari 2010 sampai 2020. Adapun yang menjadi

populasi di penelitian ini terdapat dari jurnal internasional

dan nasional yang berkaitan dengan hubungan antara

interaksi sosial, Dukungan sosial (social support), tingkat

depresi (depression level), Lansia (Ederly). Literature review

dimulai dengan materi hasil penulisan yang secara sekuensi

diperhatikan dari yang paling relevan dan cukup relevan.

Kemudian membaca abstrak, setiap jurnal terlebih dahulu

untuk memberikan dahulu untuk memberikan penilaian

apakah permasalahan yang dibahas sesuai dengan yang

hendak dipecahkan dalam suatu jurnal.

Mencatat poin-poin penting dan relevansinya dengan

permasalahan penelitian, untuk menjaga tidak terjebak

dalam unsur plagiat, penulis hendaknya juga mencatat

65
sumber informasi dan mencantumkan learning dalam

pendidikan keperawatan. Sebelum penulis membuat

kesimpulan dari beberapa hasil literature, penulis akan

mengidentifikasi dalam bentuk ringkasan secara singkat

berupa tabel yang berisi nama penulis, tahun penulisan,

rancangan studi, sampel, instrumen (Alat ukur), dan hasil

penelitian.

Setelah Hasil penulisan dari beberapa literatur sudah

dikumpulkan, penulis akan menganalisa penerapan self-

direct learning dalam meningkatkan kompetensi mahasiswa

keperawatan dalam bentuk pembahasan.

Strategi yang digunakan dalam mencari artikel jurnal

menggunakan bahasa indonesia dan bahasa inggris yang

relevan dengan topic, keyword atau kata kunci yang

digunakan sesuai dengan masalah pada penelitian yaitu

yang berhubungan dengan interaksi sosial tingkat depresi

pada lansia.

66
3.2 Kriteria Inklusi dan Eklusi
Kriteria Inklusi dan Eklusi pada proposal ini adalah:

Kriteria Inklusi Eklusi

Jangka publikasi jurnal 5 tahun Publikasi jurnal dibawah tahun


Waktu terakhir (2015-2020) 2015

Bahasa Jurnal internasional (bahasa Bahasa diluar bahasa Indonesia


Inggris) dan jurnal nasional dan bahasa Inggiris
(bahasa Indonesia)

Subjek Subjek dalam jurnal Bukan termasuk lansia, semua


penelitian adalah Lansia jenis Kelamin, usia 60 tahun
(Lanjut Usia), usia 60 tahun kebawah
keatas, semua jenis kelamin

Jenis Artikel penelitian orisinil full Bukan Artikel original (bentuk


Jurnal text, terdapat DOI, Peer publikasi tidak asli seperti surat
Review, Internasional ke editor), tidak dalam bentuk
Standard Serial Number abstrak saja.
(ISSN).

Tema Isi Hubungan Antara Interaksi Hubungan Antara Interaksi


Jurnal Sosial Dengan Tingkat Sosial Dengan Tingkat Depresi
Depresi Pada Lansia Pada Lansia atau diluar variabel
yang ada pada kriteria inklusi.

Tabel 3.1 Kriteria inklusi dan eklusi

67
3.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

Pengambilan Data Mengidentifikasi Mengapus artikel yang


A.
Pencarian Data melalui data mirip dan mereview artikel
Elektronik (google scholar,
science direct, Elsevier, Pubmed)
(n=110)

(n= 9000)

Menyaring artikel yang


sesuai
(n=.60)

Mereview artikel secara utuh


untuk menyesuaikan kelayakan,
serta mencari yang tidak
memenuhi kriteria inklusi

(n=45)

Jumlah akhir artikel yang di literature


review

(n=23)

Gambar 3.2 Flow Diagram

68
Daftar Pustaka

Andesty, D., Syahrul, F., Epidemiologi, D., Masyarakat, F. K., & Airlangga,
U. (2018). Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia
Di Unit Pelayanan Terpadu (UPTD) Griya Werdha Kota Surabaya
Tahun 2017 Pendahuluan Dampak Dari Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Dan Teknologi Terutama Di Bidang Kesehatan , Berhasil Untuk
Menurunkan Angka. The Indonesian Journal of Public Health,
13(December), 169–180.
https://doi.org/10.20473/ijph.vl13il.2018.169-180

Ayu Pratiwi, Intan Putri Hardiyanti, R. P. S. (2020). Hubungan Interaksi


Sosial dengan Depresi pada Lansia di RW 10 Pondok Sejahtera Kuta
Baru Tangerang. Jurnal Media Komunikasi Ilmu Kesehatan, 12(02),
10–16.

Badan Pusat Statistik Ri. (2019). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.

Brunes, A., & Heir, T. (2020). Social interactions, experiences with


adverse life events and depressive symptoms in individuals with
visual impairment: A cross-sectional study. BMC Psychiatry, 20(1), 1–
8. https://doi.org/10.1186/s12888-020-02652-7

Domènech-Abella, J., Lara, E., Rubio-Valera, M., Olaya, B., Moneta, M.


V., Rico-Uribe, L. A., Ayuso-Mateos, J. L., Mundó, J., & Haro, J. M.
(2017). Loneliness and depression in the elderly: the role of social
network. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology, 52(4), 381–
390. https://doi.org/10.1007/s00127-017-1339-3

Dorrance Hall, E., Meng, J., & Reynolds, R. M. (2020). Confidant Network
and Interpersonal Communication Associations with Depression in
Older Adulthood. Health Communication, 35(7), 872–881.
https://doi.org/10.1080/10410236.2019.1598616

69
Fitriana, Vinna dkk. (2013). Hubungan antara Tingkat Kesepian dengan
Tingkat Insomnia pada Lanjut Usia di Desa Srimulyo
Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta : Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada.

Fu, C., Li, Z., & Mao, Z. (2018). Association between social activities and
cognitive function among the elderly in china: A cross-sectional study.
International Journal of Environmental Research and Public Health,
15(2). https://doi.org/10.3390/ijerph15020231

Ilmiah, J. P. (2017). Perilaku Koping Pada Lansia Yang Mengalami


Penurunan Gerak Dan Fungsi. Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah, 9(1),
26–38.

Hayati, N., & Huda, S. (2018). Hubungan Antara Interaksi Sosial Dengan
Tingkat Depresi Pada Lansia Di Desa Purworejo Kecamatan
Bonang Kabupaten Demak. Prosiding HEFA (Health Events for
All), 2(2).

Jumaedy, F., Tresna, S., Budi, W., Provinsi, S., Agustina, D. M., Insan, S.,
Insan, S., Insan, S., Sosial, I., & Interaction, S. (2020). HUBUNGAN
INTERAKSI SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN. Jurnal Surya Medika (JSM), 6(1), 171–176.
https://doi.org/https://doi.org/10.33084/jsm.vxix.xxx

Keidser, G., & Seeto, M. (2017). The Influence of Social Interaction and
Physical Health on the Association Between Hearing and Depression
With Age and Gender. Trends in Hearing, 21, 1–15.
https://doi.org/10.1177/2331216517706395

70
Kemenkes Ri. (2019). Indonesia Masuki Periode Aging Population
https://www.kemkes.go.id/article/view/19070500004/indonesiam
asuki-periode-aging-population.html (diakses pada tanggal 29
Maret 2020)

Kemenkes Ri. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.


Jakarta:Balitbang Kemenkes Ri.

Kemenkes Ri. (2018). Laporan Nasional; RISKESDAS. Jakarta: Lembaga


Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(LPB).

Kholifah, N, S. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Pusdik


SDM Kesehatan

Keswara, U. R., & Kunci, K. (2017). HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL


LANSIA DENGAN KESEPIAN PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL
USIA LANJUT KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG
SELATAN TAHUN 2015. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of
Holistic Healthcare), 11(1), 1–4.

Kusumowardani, A., & Puspitosari, A. (2014). Hubungan Antara Tingkat


Depresi Lansia Dengan Interaksi Sosial Lansia Di Desa Sobokerto
Kecamatan Ngemplak Boyolali. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 3(2),
106–214.

Lau, Y. W., Vaingankar, J. A., Abdin, E., Shafie, S., Jeyagurunathan, A.,
Zhang, Y., Magadi, H., Ng, L. L., Chong, S. A., & Subramaniam, M.
(2019). Social support network typologies and their association with
dementia and depression among older adults in Singapore: A cross-
sectional analysis. BMJ Open, 9(5), 1–10.
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2018-025303

71
Li, C., Jiang, S., Li, N., & Zhang, Q. (2018). Influence of social participation
on life satisfaction and depression among Chinese elderly: Social
support as a mediator. Journal of Community Psychology, 46(3), 345–
355. https://doi.org/10.1002/jcop.21944

Lindsay Smith, G., Banting, L., Eime, R., O’Sullivan, G., & van Uffelen, J.
G. Z. (2017). The association between social support and physical
activity in older adults: A systematic review. International Journal of
Behavioral Nutrition and Physical Activity, 14(1), 1–21.
https://doi.org/10.1186/s12966-017-0509-8

Livana, Susanti, Y., Darwati, L. E., & Anggraeni, R. (2018). Gambaran


Tingkat Depresi Lansia. NURSCOPE : Jurnal Keperawatan Dan
Pemikiran Ilmiah, 4(4), 80–93.

Lubis, A. F. (2018). Hubungan Tingkat Depresi dengan Interaksi Sosial


pada Lansia di Desa Sena Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli
Serdang. Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6072

National Institute of Mental Health (NIMH). (2010). Dipetik September 21,


2016, dari Major depressive disorders among adults:
www.nimh.nih.gov/statistics/1MDD_ADULTS.shtm.1.

Nur Hayati1, S. H. (2018). HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL


DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI DESA
PURWOREJO KECAMATAN BONANG KABUPATEN DEMAK.
PROSIDING HEFA ( Health Events for All ), PROSIDING, 304.
http://prosiding.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/pros/article
/view/330

Nuraini, Kusuma, F. H. D., & H., W. R. (2018). Hubungan Interaksi Sosial


Dengan Kesepian Pada Lansia Di Kelurahan Tlogomas Kota Malang.
Nursing News: Jurnal Ilmiah Keerawatan, 3(1), 603–611.

72
Pillemer, S. C., & Holtzer, R. (2016). The differential relationships of
dimensions of perceived social support with cognitive function among
older adults. Aging and Mental Health, 20(7), 727–735.
https://doi.org/10.1080/13607863.2015.1033683

Rini Andriyani, Yecy Anggreny, A. U. P. (2019). HUBUNGAN DUKUNGAN


KELUARGA TERHADAP DEPRESI DAN INTERAKSI SOSIAL PADA
LANSIA. Afiasi: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(3), 105–111.
http://afiasi.unwir.ac.id

Samper, T. P., Pinontoan, O. R., & Katuuk, M. (2017). Hubungan interaksi


sosial dengan kualitas hidup lansia di BPLU Senja Cerah
Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal keperawatan, 5(1).

Sengkey, A., Mulyadi, N., & Bawotong, J. (2017). Hubungan Depresi


Dengan Interaksi Sosial Lanjut Usia Di Desa Tombasian Atas
Kecamatan Kawangkoan Barat. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1),
110158.

Suardiman, S.P(2011) Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press

Setiarsih, D., & Syariyanti, I. (2020). HUBUNGAN HARGA DIRI DAN


INTERAKSI SOSIAL DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA.
Jurnal Keperawatan Dan Profesi Ners IJPN, 1(1), 10–17.

Soares, A. P. (2013). HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN


TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WERDHA PANGESTI
LAWANG. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.

Soysal, P., Veronese, N., Thompson, T., Kahl, K. G., Fernandes, B. S.,
Prina, A. M., Solmi, M., Schofield, P., Koyanagi, A., Tseng, P. T., Lin,
P. Y., Chu, C. S., Cosco, T. D., Cesari, M., Carvalho, A. F., & Stubbs,
B. (2017). Relationship between depression and frailty in older adults:
A systematic review and meta-analysis. Ageing Research Reviews,

73
36, 78–87. https://doi.org/10.1016/j.arr.2017.03.005

Sri Puji Lestari, Sonhaji, L. R. (2020). Fungsi kognitif berhubungan dengan


interaksi sosial pada lanjut usia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa, 2(1),
13–20.

Studi Psikologi, P., & Fitriyadewi, Luh Putu Suarya, L. M. (2016). PERAN
INTERAKSI SOSIAL TERHADAP KEPUASAN HIDUP LANJUT USIA.
Jurnal Psikologi Udayana, 3(2), 332–341.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/download/25247/1645
5

United Nations. (2015). World population ageing 2015. Diakses 16 Juni


2017,darihttps://esa.un.org/unpd/wpp/publications/files/key_find
ings_wpp_2015.pdf

Van Den Brink, R. H. S., Schutter, N., Hanssen, D. J. C., Elzinga, B. M.,
Rabeling-Keus, I. M., Stek, M. L., Comijs, H. C., Penninx, B. W. J. H.,
& Oude Voshaar, R. C. (2018). Prognostic significance of social
network, social support and loneliness for course of major depressive
disorder in adulthood and old age. Epidemiology and Psychiatric
Sciences, 27(3), 266–277.
https://doi.org/10.1017/S2045796017000014

World Health Organization. Depression and other common mental


disorders: global health estimates. Switzerland: World Health
Organization. 2017.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/254610/1/WHO-MSD-
MER2017.2-eng.pdf -Diakses Januari 2018.

74
LAMPIRAN 1
BIODATA PENELITI

FOTO

3X4

A. Data Pribadi

Nama : Adela Rosnadia

Tempat, tgl lahir : Samarinda , 11 April 1999

Alamat Asal : Jl. Sultan Alimudin Gg.Beringin Rt 2 No

67, Kec Sambutan, Kel Sambutan

Alamat di Samarinda : Jl. Sultan Alimudin Gg.Beringin Rt 2 No

67, Kec Sambutan, Kel Sambutan

B. Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal

 Tamat SD tahun : 2011 di SD MIN 2 MODEL

SAMARINDA

 Tamat SMP : 2014 di SMP YAYASAN PENDIDIKAN

SAMARINDA

 Tamat SMA : 2017 di SMK FARMASI SAMARINDA

Pendidikan non formal

75
LAMPIRAN 2
LEMBAR KONSULTASI

Judul Proposal : Hubungan Antara interaksi sosial dengan Tingkat

Depresi Pada Lansia: Literature Review

Pembimbing : Ns. Dwi Rahmah Fitriani ,M.Kep

No Tanggal KONSULTASI HASIL KONSULTASI PARAF

1 27 agustus Tentang Kesepakatan kelompok


2020 penyusunan untuk mengambil
proposal individu keputusan literature
apakah tetap review
mengambil
proposal atau
literature review

2 Pergantian Tidak dapat dijadikan


tempat panti
31 agustus penelitian kuantitatif,
dengan jumlah
2020
kecuali kualitatif atau
kuantitatif atau kualitatif
namun eksperimen

Tentang apakah Proposal kelompok


3 bisa melanjutkan kemaren masih jauh
11 september
proposal isinya dengan proposal
2020
kelompok individu bukan hanya
kemarin dipisah & dibagi namun
masih banyak yang

76
harus ditambahkan

4 21 september Tentang  Tentukan dan


2020 sistematika sepakati lingkup
penulisan penelitian
proposal dengan  Mulai mencari jurnal
literature review nasional dan
internasional yang
menjadi trend an
issue lingkup lansia
 Mencari 5 jurnal
nasional dan 5 jurnal
internasional setiap
peneliti

28 september Baca bagian Abstrak,


Jurnal yang di
2020 gunakan Hasil jurnalnya tidak
5
hanya judulnya, karna
isinya bisa saja ada
keterkaitan dengan
yang dicari jurnal
mendukung maksimal
10 tahun sesuai yang
ada di kriteria
inklusinya

77
Jurnal yang Perhatiakan maksud
6 berkaitan dengan dari peran perawat,
3 oktober
judul “hubungan dan care giver apakah
2020
peran perawat yang di maksud itu
dengan tingkat pada perawatnya atau
depresi pada keluarganya
lansia”

7 26 november Mengumpulkan Isi dari jurnal dan Bab I


2020 jurnal serta kurang cocok Silahkan
kesimpulan dari dicari Lagi jurunalnya
BAB I dan jika tidak ada
variable independen
bisa diubah

78
Mengajukan Jurnalnya sudah sesuai dengan
8 25 januari perubahan variable independennya silahkan
2021 variable perbanyak jurnal sebagai sumber
independen
beserta jurnal
lengkapnya

Silahkan lanjutkan Bab I , II , dan

9. 27 januari Acc judul untuk III


2021 perubahan
variable
indepeneden

 Sumber pustaka setiap


paragraph
10  Bahasa asing gunakan italic
9 februari Perbaikan Bab I,  Sumber WHO terupdate
2021 II, dan III  Perubahan fisiologis jelaskan
 Jelaskan interaksi sosial yang
baik dahulu
 Penulisan paragraph jangan di
fullkan
 Perbanyak pembahasan
interaksi sosial pada bab I
 Pada bab III menyesuaikan isi
panduan

79
LAMPIRAN 3

UNDANGAN PENGUJI

80
LAMPIRAN 4

BERITA ACARA

81

Anda mungkin juga menyukai