Artikel Pelabuhan
Artikel Pelabuhan
LOGO KAMPUS
Oleh,
DEPOK
2014
Selamat membaca.
Penulis
COVER ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 2
MEMBANGUN PELABUHAN
INDONESIA
Seiring pertumbuhan
perekonomian dunia ,
pergerakan peti kemas sebagai
salah satu wahana transportasi
barang,
juga terus meningkat. Bila
tahun 2010, pelabuhan-
pelabuhan dunia membongkar
muat 547juta unit peti kemas
ukuran 20 kaki (twenty-foot
equivalent units/TEUs) maka
tahun 2017 diprediksi melayani
731 juta unit TEUs.
“Tentu saja, lonjakan arus peti kemas tersebut harus diantisipasi bersama.
Yakni oleh perusahaan pelayaran, otoritas pelabuhan, dan tidak terlupa operator
terminal,” kata Anne Padmos, dari Rotterdam Shipping and Transport College,
dalam Pertemuan Port Development and Logistics Indonesia-Netherlands
Bussiness Forum di Jakarta.
Padmos mengatakan, otoritas pelabuhan harus memikirkan pelabuhan dengan
alur dan kolam yang lebih dalam. Operator terminal harus menyediakan alat
kerja seperti crane yang lebih cepat dengan pergerakan lebih dari 50 peti kemas
per jam.
Sementara teknologi informatika harus melayani lebih banyak transfer
dokumen dan lalu lintas transaksi. Dari sisi fisik, juga harus dibangun lapangan
penumpukan (container yard) yang lebih lebar, atau membangun sentra-sentra
pelabuhan kering atau dry-port dekat kawasan industri untuk mendukung
pelabuhan.
Ditekankan Padmos, untuk mendukung perkembangan arus barang yang
sangat besar maka dari awal harus disiapkan lokasi pelabuhan yang besar.
“Tata ruang di sekitar kawasan pelabuhan juga harus dijaga dengan tegas, supaya
tidak muncul permukiman-permukiman yang menghambat lalu lintas
barang masuk dan keluar pelabuhan,” ujarnya.
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) RJ Lino pun memberikan
data menarik. Bila pada tahun 1980-1996, sebanyak 60 persen lebih kapal
kontainer berukuran di bawah 3.000 TEUs maka pada tahun 2012 sebanyak 46,03
persen kapal kontainer yang melaut berukuran di atas 5.000 TEUs.
PELABUHAN CONTOH
Tahun 2013, kita akan melihat sebuah contoh pelabuhan yang dikelola secara
professional.
Itu bila Pelindo II diperkenankan mulai membangun Pelabuhan Sorong baru
di Pulau Teleme. “Sebab kami akan mengelola pelabuhan itu dari awal secara
profesional. Tak lagi sekedar pembenahan belaka,” kata Lino.
Dia mengatakan, “Ada kemungkinan, Pelabuhan Sorong dari awal
pengelolaannya diserahkan ke Eurogate.” Berawal dari menjadi operator
terminal di Pelabuhan Hamburg, Jerman, kini Eurogate merupakan salah satu
pengelola terminal terbesar di Eropa, dengan melayani lebih dari 12 juta unit TEUs
per tahun.
“Kita memang butuh pembelajaran dari operator kontainer kelas dunia supaya
dapat bekerja lebih efisien,” kata Lino. Luas lahan yang dipatok juga tak main-
main, antara 7.500-10.000 hektar. Setara dengan luas Pelabuhan Rotterdam di
Belanda, sehingga mudah untuk menempatkan kawasan industri di daerah
penyangga pelabuhan.
Dalam pengamatan, Pulau Teleme adalah pulau tak berpenghuni dengan
terpisahkan selat selebar 200 meter dari daratan Papua. Yang mengagumkan,
perairan sekitar Teleme berkedalaman 18-30 meter, sehingga ideal bagi kapal
kargo bermuatan ribuan hingga puluhan ribu TEUs.
Bulan September 2011, tim dari Pelindo II dan Telkom juga telah mengunjungi
Pelabuhan Rotterdam (Belanda), Pelabuhan Hamburg (Jerman), dan Pelabuhan
Valencia (Spanyol) untuk mempelajari pembangunan dan pengoperasian
sistem TI di pelabuhan.
KONEKTIVITAS
Valencia, bahkan mencoba lebih efisien dengan memperpanjang
jaringan kereta api. Bila sekarang hanya 5 persen dari barang yang dibongkar-
muat di pelabuhan diangkut dengan kereta api, maka dalam beberapa tahun
mendatang ditargetkan menjadi 20 persen.
Pelabuhan Hamburg di Jerman, sudah jauh lebih baik. Dari 7,9 juta TEUs
barang yang dibongkar-muat di salah satu pelabuhan tersibuk di Eropa itu,
sekitar 24 persen barang didistribusikan keluar-masuk pelabuhan dengan kereta
api.
BAGAIMANA DI INDONESIA?
Keberlanjutan proyek kereta pelabuhan di Tanjung Priok pelabuhan terbesar di
Indonesia, boleh dikata senyap. Sejak terganjal kasus “Mbah Priok”, tak terdengar
keberlanjutannya.
Padahal di lahan antara Jakarta International Container Terminal (JICT) dan
Terminal Peti Kemas Koja itulah emplasemen kereta barang akan dibangun.
“Direktur Utama Pelindo II Pak Lino, sebenarnya malah mengizinkan
emplasemen kereta barang dibangun lebih dekat lagi ke dermaga. Namun, kami
mempertanyakan pula keseriusan pembangunan kereta pelabuhan ini. Jadi atau
tidak,” kata Direktur Operasi dan Teknik PT Pelindo II (Persero) Ferialdy Noerlan.
Bila diamati, perkembangan proyek ini memang patut dipertanyakan. Karena ada
kepentingan umum yang lebih besar, harusnya proyek ini dipercepat. Namun sejauh
ini, belum tampak keberhasilan pembebasan lahan di antara Lorong 21-23, yang akan
digunakan kereta pelabuhan untuk berbelok.
Hamburg, yang didirikan pada tahun 825 memang tidak di tepi laut. Akan tetapi,
pelabuhan di tepi Sungai Elbe yang berjarak lebih dari 110 kilometer dari muara
sungai sangatlah efisien, sehingga diminati sebagai lokasi persinggahan maupun
tujuan dari berbagai perusahaan pelayaran.
Berkat perdagangannya, Hamburg memang mencatatkan diri sebagai kota
termakmur di Jerman dengan pendapatan per kapita mencapai 50.000 Euro per tahun.
Sebanyak 88 persen dari penduduk usia kerja juga terserap untuk berkarya di lebih
dari 120.000 lapangan usaha.
Kemudahan akses transportasi, juga pada akhirnya menjadi poin terpenting dari
bermunculannya industri di seputaran Hamburg. Misalnya, produsen pesawat Airbus,
tidak hanya mempunyai pabrik perakitan di Toulouse, Perancis Selatan, tetapi juga
mempunyai pabrik perakitan di Finkenwerder, yang menyerap 13.000 tenaga kerja.
tepi sungai, pada dermaga-dermaganya yang telah mereka bangun. Lalu
mengoneksikan Pelabuhan Hamburg, dengan kawasan di “pedalaman” Eropa dengan
kapal-kapal kecil.
Membangun pelabuhan, sungguh merupakan hal yang menguntungkan.
Juan Antonio Madrid, Penasihat Pelabuhan Barcelona, Spanyol, yang ditemui dalam
Seminar Internasional “Cruise Development of Indonesia” di Jakarta, pada bulan Mei
2011 lalu dengan yakin memaparkan untungnya investasi dermaga dan terminal
pelabuhan. Sebagai ilustrasi, dari bulan April 2005 hingga bulan April 2008
Apa daya tarik terbesar Barcelona? Ternyata, Gereja Sagrada Familia yang dibangun
Antonio Gaudi (dengan kunjungan 2,04 juta turis per tahun), lalu L’Aquarium de
Barcelona yang disini dikenal sebagai Sea World (1,37 juta turis per tahun), dan
Barcelona FC Museum (1,03 juta turis per tahun).
Namun, daya tarik utama Barcelona adalah pelabuhannya. Dengan sedikit daya
tarik kultural, Barcelona katakanlah mampu menarik perhatian lebih banyak turis
daripada Bali. Jadi, andaikata Bali membangun pelabuhan pesiar lebih besar,
bukankah akan lebih banyak turis singgah di sana.
“Butuh koordinasi antara pemerintah kota dan pelabuhan sehingga investasi dapat
dilakukan, dan proyek dapat dibangun. Juga dibutuhkan keyakinan bahwa pelabuhan
yang baik akan menumbuhkan ekonomi” kata Madrid.
DAMPAK PELABUHAN
Pelabuhan yang baik, harus dipahami memang men perekonomian kota dan juga
regional. Di Rotterdam, bongkar muat kargo sebanyak 430 juta ton per tahun, Otoritas
Rotterdam memang secara resmi hanya mempekerja 1.200 orang tetapi dampaknya
sangat luas.
PELABUHAN ROTTERDAM
DAN HAMBURG
Kepemilikan atas
pelabuhan, bukanlah sebuah
isu di benua Eropa. Mau
dimiliki oleh pemerintah
pusat, pemerintah kota, atau
swasta, tidaklah menjadi
sebuah persoalan. Upaya
kuat untuk mensinergikan
pemangku kepentingan di
pelabuhan, menjadi pijakan
kuat untuk mengoptimalkan
pelabuhan.
Di atas segalanya, di atas isu kepemilikan, adalah keberadaan pengelolaan yang
profesional sekaligus visioner. Otoritas Pelabuhan Rotterdam, boleh saja
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Kota Rotterdam (70 persen) dan Pemerintah
Belanda (30 persen); tetapi tetap saja pekerjanya memang harus dari kalangan
profesional.
“Ada kekeliruan di Indonesia. Undang-Undang Pelayaran kita salah, seharusnya
swasta boleh bekerja menjadi Otoritas Pelabuhan,” kata Direktur Utama PT
Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) RJ Lino. Dia juga menegaskan, harusnya
Pelindo dapat diposisikan sebagai Otoritas Pelabuhan.
Pasal 86 UU Pelayaran memang menyuratkan, untuk jadi regulator, Pegawai
Negeri Sipil harus punya kemampuan dan kompetensi bidang kepelabuhanan
sesuai kriteria yang ditetapkan. Namun, seharusnya, kemampuan dan
kompetensi merupakan kunci utama untuk menjadi otoritas pelabuhan (OP), bukan
status PNS itu sendiri.
Ditetapkannya Otoritas Pelabuhan di Indonesia hanya pada tangan PNS
merupakan anomali di dunia maritim. Padahal, sinergi PNS dan swasta mungkin
lebih bagus untuk mengejar ketertinggalan terhadap pelabuhan lain setidaknya di
regional Asia Tenggara. Ditegaskan Lino, “Pegawai pemerintah umumnya hanya
berpikir sempit. Bagaimana kita mau mengejar ketertinggalan bila membangun
dermaga hanya dalam ukuran panjang beberapa ratus meter? Bagaimana
menghadapi masa depan, bila tidak punya mimpi besar?”
ALTERNATIF PELABUHAN
TANJUNG PRIOK
Pemerintah terus mengkaji
kemungkinan pembangunan
sejumlah pelabuhan untuk
mengurangi kepadatan arus
barang di pelabuhan Tanjung
Priok. Salah satunya adalah
pelabuhan Cilamaya yang terletak
di Kabupaten Karawang, Jawa
Barat.
Dari awal tahun 2011 ini pun, kita mendengar segala perdebatan tentang
pembangunan Terminal Kalibaru Utara. Perdebatan tersebut, alih-alih soal
konstruksi maupun fasilitas prasarana-sarana, ternyata baru berkutat pada
siapakah yang layak membangun terminal itu?
Ada perang pernyataan di media soal hal tersebut. Pemerintah dalam beberapa
kesempatan, gagap dalam menengahi perdebatan. Menteri Perhubungan Freddy
Numberi sampai berulang kali menegaskan, Terminal Kalibaru Utara harus
ditender oleh pemerintah.
Penegasan dari Menhub diperlukan, sebab ada perdebatan perlu atau tidaknya
tender, bila ternyata terminal baru dibangun di atas lahan reklamasi. Kembali
diperdebatkan wilayah kerja di pelabuhan, berikut norma-norma baru dalam
Undang-Undang Pelayaran Nomor 17 tahun 2008.
PT Pelindo II (Persero) selaku “penguasa” Tanjung Priok, memang terkesan
memburu-buru pemerintah dalam kasus Kalibaru Utara. Akan tetapi, Pelindo II
memang telah memprediksi dalam lima tahun ke depan, tidak akan lagi ada cukup
ruang untuk bongkar muat peti kemas.
Tanpa terobosan dan percepatan Pelindo II dalam membangun Kalibaru,
sebenarnya tak hanya terjadi stagnansi lalu lintas peti kemas. Akan tetapi,
pelabuhan kita dijauhi kapal peti kemas. Mengapa? Karena pada tahun 2012,
46,03 persen kapal kontainer di dunia bertonase lebih dari 5.000 TEUs. Sementara
Tanjung Priok hanya optimal melayani kapal kontainer ukuran sekitar 3.000
TEUs.
Berkat inisiatif mengebu-gebu Pelindo II atas perluasan Tanjung Priok, Menteri
Perhubungan pun mengganjar Pelindo II dengan hak melakukan penawaran
terhadap penawar terbaik (rights to match). Hak itu dituangkan dalam Surat
Menteri Perhubungan No 4L.106/2/14 Phb-2011. Meskipun, berbagai
Dalam pembuatan artikel pelabuhan ini masih banyak kekurangan sehingga kami
memohan maaf jika terjadi kesalahan informasi atau apapun.
Kami meminta banyak saran pada para pembaca agar dapat menambah informasi
yang di berikan kurang lebih kami ucap kan terima kasih kepada seluruh pembaca
dan semoga artikel yang kami tulis dapat bermanfaat bagi kita semua.