Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN JURNAL KEPIMPINAN

KEPEMIMPINAN
Konsep kepemimpinan telah berkembang dan berkembang karena berbagai perubahan
organisasi dan lingkungan (Alonderiene & Majauskaite, 2016). Beberapa penelitian
telah dilakukan untuk menilai pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja organisasi
dan bagaimana variabel organisasi seperti budaya, efektivitas karyawan, kepuasan,
kinerja, retensi, dan motivasi dipengaruhi oleh berbagai gaya kepemimpinan (Shaw &
Newton, 2014; Siddique). , Aslam, Khan, & Fatima, 2011; Yang, 2014; Yang &
Islam, 2012)

Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan sebagian besar didefinisikan sebagai proses mempengaruhi kelompok
menuju pencapaian tujuan dan mengarahkan organisasi agar lebih kohesif dan
koheren (Bass, 1997). Seorang pemimpin melakukan proses tersebut dengan
menerapkan kualitas kepemimpinannya, seperti nilai, kepercayaan, karakter,
pengetahuan, keterampilan, etika, pengalaman, dan budaya. Pemimpin menginspirasi
orang, menggerakkan mereka untuk bertindak, dan mengubah dunia. Kepemimpinan
adalah proses sosial yang sangat kompleks.

Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan fenomena sosial yang ditemukan dimana-mana. Orang
selalu tertarik dengan legenda dan mitos tentang apa yang membedakan pemimpin
besar dari pengikut (Den Hartog & Koopman, 2001). Beberapa tren utama dapat
dilihat dalam perkembangan studi kepemimpinan. Sementara teori awal cenderung
berfokus pada karakteristik dan perilaku pemimpin yang sukses, teori selanjutnya
mulai mempertimbangkan peran pengikut dan sifat kontekstual kepemimpinan
(Bolden, Gosling, Marturano, & Dennison, 2003). Selama bertahun-tahun telah ada
sejumlah teori yang membahas pemahaman tentang kepemimpinan, termasuk teori
orang hebat, teori sifat kepemimpinan, teori perilaku, teori kontingensi, dan teori
kepemimpinan kontemporer seperti kepemimpinan karismatik, kepemimpinan
transformasional, kepemimpinan transaksional, dan teori kepemimpinan pelayan .
 Teori Orang Hebat dan Teori Sifat
Pendekatan The Great Man adalah perspektiFkepemimpinan yang berusaha untuk
mengidentifikasi sifat-sifat yang diwariskan yang dimiliki pemimpin yang
membedakan mereka dari orang-orang yang bukan pemimpin (Daft, 2018). Ini
mengasumsikan bahwa kapasitas untuk kepemimpinan melekat - bahwa pemimpin
yang hebat dilahirkan, bukan dijadikan. Istilah 'Orang Hebat' digunakan karena
kepemimpinan dikonseptualisasikan sebagai satu 'Orang Hebat' yang menyatukan
semuanya dan memengaruhi orang lain untuk mengikuti berdasarkan sifat, kualitas,
dan kemampuan yang diwariskan. Teori sifat mengasumsikan bahwa orang mewarisi
kualitas dan sifat tertentu yang membuat mereka lebih cocok untuk kepemimpinan.
Ciri-ciri merupakan pembeda ciri-ciri pribadi seorang pemimpin, seperti kecerdasan,
kejujuran, kepercayaan diri, dan penampilan (Daft, 2018). Sejumlah besar sifat dan
kemampuan pribadi telah dikaitkan dengan pemimpin yang sukses, tetapi sifat itu
sendiri tidak cukup untuk menjamin kepemimpinan yang efektif. Sifat alami dan pola
perilaku dapat dikembangkan menjadi kekuatan. Penting bagi para pemimpin untuk
mengenali kekuatan mereka dan mengakui saling ketergantungan yang merupakan
kunci kepemimpinan yang efektif

 Teori Perilaku
Tema utama teori perilaku adalah bahwa pemimpin menjadi sukses dan efektif sesuai
dengan apa yang sebenarnya mereka lakukan - perilaku - saat mereka berurusan
dengan bawahan. Peneliti fokus pada pemahaman hubungan antara bagaimana
pemimpin berperilaku dan bagaimana bawahan bereaksi secara emosional - yaitu
kepuasan - dan perilaku.

 Teori Kontingensi (Situasional)


Pada akhir 1960-an, pentingnya situasi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan
dan efektivitas mulai mendapat tempat yang bagus dalam penelitian. Asumsi umum
dari pendekatan situasional adalah bahwa situasi yang berbeda memerlukan gaya
kepemimpinan yang berbeda. Pemimpin harus memilih gaya yang paling sesuai
dengan situasi pada waktu tertentu (Gordon, 1996). Ini adalah pendekatan yang sangat
praktis karena menyarankan gaya kepemimpinan yang berbeda untuk situasi yang
berbeda. Teori terkenal dari pendekatan situasional meliputi: Model Kepemimpinan
Kontingensi Fiedler (1967), Teori Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard
(1969), Teori Jalan-Tujuan Rumah (1971) dan Vroom, Yetton, dan Model
Kontingensi Jago (1973)

 Teori Kepemimpinan Kontemporer


Peneliti mendefinisikan gaya dan model kepemimpinan baru yang tidak akan
digantikan atau dijelaskan oleh model lain, seperti model kepemimpinan yang
berorientasi pada orang dan berorientasi tugas (Bass, 1990). Gaya kepemimpinan baru
ini adalah Kepemimpinan Karismatik, Kepemimpinan Transformasional,
Kepemimpinan Transaksional, dan Kepemimpinan Hamba.

 Teori kepemimpinan karismatik saat ini sangat dipengaruhi oleh gagasan sosiolog
awal, Max Weber. Dia menggunakan istilah tersebut untuk mendefinisikan
bentuk pengaruh yang tidak didasarkan pada otoritas tradisional atau formal,
melainkan pada persepsi pengikut bahwa pemimpin diberkahi dengan kekuatan
atau kualitas yang luar biasa (Weber, 1947). Menurut Weber, karisma terjadi
selama krisis sosial, ketika seorang pemimpin muncul dengan visi radikal yang
memberikan solusi untuk krisis dan menarik pengikut yang percaya pada visi
tersebut (Yukl, 2010).
 Kepemimpinan transformasional merupakan pergeseran paradigma berkenaan
dengan studi tentang kepemimpinan (Medley & Larochelle, 1995). Sebagai
paradigma kepemimpinan yang muncul, kepemimpinan transformasional
berfokus pada transformasi organisasi dan anggotanya dari keadaan saat ini ke
keadaan yang lebih baik yang selaras dengan visi, misi dan tujuan organisasi
(Top, Akdere, & Tarcan, 2015). Istilah kepemimpinan transformasional pertama
kali diperkenalkan oleh Burns (1978). Menurutnya, pemimpin transformasional
memberikan perubahan dan gerak dalam suatu organisasi. Mereka menekankan
kemungkinan baru dan mempromosikan visi masa depan yang meyakinkan untuk
meminimalkan penolakan terhadap perubahan. Pemimpin transformasional
memanifestasikan inspirasi yang penuh gairah, dan model perilaku yang sesuai
(Burns, 1978)
 Kepemimpinan transaksional umumnya menggunakan birokrasi organisasi,
kebijakan, kekuasaan, dan kewenangan untuk memelihara kendali; gaya
kepemimpinan ini kadang-kadang disebut otoritatif (Bennet, 2009). Pemimpin
transaksional menekankan standar kerja, penugasan, dan tujuan berorientasi
tugas. Selain itu, pemimpin transaksional cenderung fokus pada penyelesaian
tugas dan kepatuhan karyawan, dan pemimpin ini sangat bergantung pada
penghargaan dan hukuman organisasi untuk mempengaruhi kinerja karyawan
(Tracey & Hinkin, 1998).
 Kepemimpinan hamba, pada paruh kedua abad ke-20, model kepemimpinan
tradisional, otokratis dan hierarkis mulai menghasilkan model kepemimpinan
yang lebih baru (Bass, 1985; Spears, 1995). Robert K. Greenleaf (1970)
mendefinisikan konsep pelayannyakepemimpinan, yang menekankan perlunya
model kepemimpinan berbasis komunitas yang baru dan lebih holistik. Perilaku
etis dan perhatian adalah kunci dalam jenis kepemimpinan ini.

Anda mungkin juga menyukai