Anda di halaman 1dari 8

Hukum Laut: Sengketa Turki-Yunani Atas Migas di Laut Mediterania

Fatiha Firdaus
Fatihafff000@gmail.com

Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Humaniora


Universitas Darussalam Gontor

The Law of The Sea

Laut merupakan perairan asin yang dikelilingi dengan daratan, baik


Sebagian atau seluruhnya. Laut saling berhubungan, dan juga menghubungkan
antara pulau-pulau. Laut sangat berpengaruh terhadap iklim di bumi, dan juga
memiliki peran penting dalam siklus air, siklus karbon, dan siklus nitrogen. laut
juga merupakan unsur penting bagi aktifitas perdagangan, transportasi, dan industry
manusia, serta dapat digunakan sebagai tenaga pembangkit listrik.

Hukum laut internasional adalah seperangkat norma hukum yan gmengatur


hubungan antara negara pantai atau yang berhubungan dengan pantai. Hukum laut
juga mengatur tentang kedaulatan negara di laut, dan yurisdiksi serta hak-hak
negara di perairannya. Hukum laut internasional mengalami perkembangan dan
penyempurnaan secara terus-menerus dari waktu ke waktu. Hukum laut ditentukan
dari perjanjian-perjanjian dan konferensi-konferensi yang dilakukan dari waktu ke
waktu untuk kepentingan umat manusia, diantaranya konvensi Den Haag 1930 dan
UNCLOS I-III. (G.J, 2008)

Pada 1609, seorang ahli hukum bernama Hugo Grotius menulis sebuah
risalah yang berjudul Mare Liberum (Laut Bebas). Risalah ini menyampaikan
argument-argumen yang mendukung kebebasan laut, yaitu konsep yang
menyatakan bahwa laut dapat digunakan dengan bebas oleh berbagai pihak dan
tidak boleh ada suatu pihak yang melarang pihak lain.

Kemudian, Cornelius Van Bynkershoek yang merupakan seorang ahli


hukum dar Belanda mengembangkan gagasan yang menyatakan bahwa setiap
negara memiliki hak atas laut atau perairan yang terletak bersebelahan dengan
daerah pesisirnya. Menurutnya, wilayah laut atau perairan suatu negara dapat
ditentukan dengan sejauh mana jangkauan Meriam di daratan. Pada masa itu,

1
jangkauan maksimal Meriam di daratan adalah sejauh 3 mil laut (5.556 m),
sehingga negara-negara mulai menetapkan batas lautnya sejauh 3 mil.

Namun, ketetapan tersebut berakhir karena klaim sepihak presiden AS,


Harry S. Truman, atas cadangan minyak di landas benua Amerika pada tahun 1945.
Karena hal tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melakukan konferensi
untuk membahasa tentang hukum laut yang merombak hukum maritime
Internasional pada saat itu, namun AS masih belum meratifikasi perjanjian-
perjanjian yang dihasilkan oleh konferensi tersebut. (Prijanto, 2007)

Kesepakatan yang didapat dari konferensi PBB tentang hukum laut


(UNCLOS) dapat dirangkum dalam empat konvensi berikut:

1. Konvensi tentang High Seas


Keputusan yang menyatakan bahwa pemukaan laut dibagi atas beberapa
zona atau wilayah, dan wilayah yang paling jauh dari pantai dinamakan laut
lepas. Laut lepas merupakan semua bagian laut yang tidak termasuk dalam zona
ekonomi eksklusif (ZEE), laut teritorial atau laut pedalaman suatu negara,
ataupun perairan kepulauan suatu negara kepulauan.
2. Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan
Laut Teritorial adalah laut yang terletak pada sisi luar garis pangkal
sejauh 12 mil laut. Dalam laut territorial ini, negara memilikik kedaulatan penuh
termasuk atas ruang udara diatasnya.
Sedangkan Zona ambahan adalah laut yang terletak pada sisi luar garis
pangkal sejauh 24 mil laut dari garis pangkal. Dalam zona ini, kekuasaan negara
terbatas, hal ini dibuat guna mencegah pelanggaran-pelanggaran terhadap bea-
cukai, fiscal, imigrasi, dan perikanan.
3. Konvensi tentang Landas Kontinen
UNCLOS 1982 menentukan batas landas kontinen bagi suatu negara
pantai meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya dari daerah dibawah permukaan
laut yang terletak diluar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah wilayah
daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen, atau hingga suatu jarak 200 mil
laut dari garis pangkal darimana lebar laut territorial diukur. Dan dalam hal
pinggiran luar tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut.

2
4. Konvensi tentang Perikanan dan Konservasi Sumber daya Alam Hayati Laut
Tinggi. (Tjondro Tirtamulya, 2017)

Selain mengatur batas-batas maritime, UNCLOS juga mengatur hak-hak


dan kewajiban negara pantai yang harus dipatuhi oleh negara-negara di dunia.
Negara pantai juga dapat menegakkan peraturan perundang-undangannya seperti
yang telah disampaikan dalam UNCLOS III di salah satu pasalnya.

UNCLOS mulai diberlakukan pada tahun 1994, setahun setelah Guyana


menjadi negara ke-60 yang menandatangani konvensi tersebut. Hingga saat ini, ada
sekitar 160 negara yang telah bergabung dalam konvensi tersebut, termasuk negara
Uni-Eropa. (Tjondro Tirtamulya, 2017)

Case Study

Laut Tengah, atau yang biasa disebut Laut Mediterania merupakan laut antar
benua yang terletak antara benua Eropa di utara, Afrika di selatan, dan Asia di
timur. Wilayah Laut Mediterania mencakup wilayah seluas 2,5 juta KM 2. Pada
tahun 2010, Badan Geologi Amerika Serikat (USGS) menyatakan bahwa di dasar
laut Mediterania, tepatnya di Cekungan Levant, terdapat 3,5 triliun M 3 gas dan lebih
dari 1,7 miliar barel minyak bumi mentah. (Basundoro, 2020)

Hal ini menyebabkan negara-negara disekitar laut Mediterania berlomba-


lomba untuk mengeksploitasi migas di perairan tersebut, diantaranya Turki dan
Yunani. Dalam upayanya, Turki langsung mengirimkan sejumlah kapal surveynya,
Oruc Reis, untuk melakukan penelitian geologi di Kawasan tersebut guna
memastikan luas wilayah dan jumlah migas yang akan dieksploitasi.

Sedangkan bagi Yunani, nilai migas sangatlah tinggi, yaitu dengan nilai
kasar mencapai 427 miliar euro pada 2012, dan dengan perkiraan luaran (output)
mencapai 300-400 barel dalam 20 tahun. Yunani mulai gencar melakukan
eksplorasi migas sejak tahun 2011 akibat krisis ekonomi yang melanda negaranya,
terutama berkaitan dengan tingginya hutang Yunani di Uni Eropa. (Bechev, 2020)
Dan berdasarkan catatan dari CIA World Factbook, Yunani memiliki cadangan
minyak sebesar 10 juta barel dengan produksi sebesar 4.100 barel minyak mentah
per hari. (Basundoro, 2020)

3
Dalam upaya eksplorasi tersebut, kedua negara bersikeras untuk
mengeksplorasi dan mengelola ladang gas lepas pantai di laut mediterania dan
saling mengklaim garis continental mereka. Sengketa antar kedua negara diawali
dengan Klaim Yunani bahwa Turki melanggar haknya di landas continent
Mediterania Timur dalam upaya pengeksplorasian migas di perairan
tersebut.(Wintour, 2020) Konflik ini kemudian memanas karena kapal dari kedua
negara tersebut saling bersenggolan pada Agustus 2020. (Riza, 2020)

Dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu Agency (kantor berita Turki),


kepala Lembaga penelitian hukum energi, Suleyman Bosca, mengatakan hak-hak
negra di landas kontinen secara de facto tidak dapat disangkal dan hak-hak dasar
yang memerlukan deklarasi. Bosca menegaskan bahwa menurut pejanjian
internasional, negara-negara pantai memiliki landas kontinen, yang didefinisikan
sebagai 200 mil laut dari pantai.

Bosca juga mengatakan bahwa sebulan sebelum itu, Yunani dan Italia
membuat perjanjian tentang batas-batas laut untuk menetapkan zona ekonomi
eksklusif yang ditentukan oleh daratan mereka. Hal tersebut menyatakan bahwa
Yunani secara implisit mengakui bahwa pulau-pulau mereka yang berada di dekat
wilayah pantai Turki tidak memiliki hak untuk landas kontinen dan zona ekonmi
eksklusif.

“Karena resolusi pengadilan internasional menuntut penentuan landas


kontinen menghormati prinsip pembagian yang adil, klaim Yunani terhadap pulau-
pulau tersebut pun harus dipertimbangkan di bawah landas kontinennya yang
beretentangan dengan prinsip ‘pembagian yang adil’,” ujar Bosca.

Ia berpendapat bahwa sikap Yunani juga bertentangan dengan perjanjian


perdamaian Lausanne yang menegaskan bahwa Turki dan Yunani harus sama-sama
mendapat manfaat dari laut Aegea. Kemudian pada 27 februari 2020, Turki
menyampaikan koordinat geografis yang telah disepakati kepada PBB. Hal ini
membuktikan bahwa Turki tidak melanggar batas continental dan pada tanggal 8
Desember 2020, Pakta Maritim menegaskan bahwa Republik Turki Siprus Utara
(TRNC) juga memiliki hak atas sumber daya di daerah tersebut. (Damhuri, 2020)

4
Sebenarnya pada September 2020, sudah ada kesepakatan dari kedua pihak
untuk mengadakan pembicaraan teknis di NATO mengenai penetapan mekanisme
penurunan konflik militer guna mengurangi resiko insiden dan kecelakaan di Laut
Mediterania Timur. Dan untuk menunjukkan nait baik dan kesiapan untuk
berdialog, Turki telah menarik kapal Oruc Reis-nya untuk sementara. Tetapi
kemudian Yunani menandatangani kesepakatan maritime dengan Mesir dan
semakin meningkatkan ketegangan dengan mengadakan Latihan militer Bersama
dengan Prancis dan Uni Emirat Arab di selatan pulau Kreta, Yunani. (Aini, 2020)

Yunani dilaporkan akan menambah persenjataan baru, meningkatkan


pengerahan tantara, dan mengembangkan industry pertahanan dalam negeri. Hal ini
pun memicu kekhawatiran akan pecahnya konflik terbuka antar kedua negara
anggota NATO tersebut. Turki dan Yunani juga telah mengerahkan Angkatan laut
dan udaranya untuk saling unjuk kekuatan. (Associated Press, 2020)

Akibat meningkatnya ketegangan antara Turki dan Yunani, akhirnya Turki


juga menggelar Latihan militer Angkatan laut di Kawasan perairan Mediterania
Timur. Hal ini dituturkan oleh kementerian pertahanan Turki lewat cuitan di
Platform online, Twitter, dan disertakan dengan foto yang menunjukkan kapal
Angkatan laut Turki tengah menembakkan Meriam.

Hal tersebut membuat dikeluarkannya pengumuman oleh Uni Eropa tentang


rencana untuk menjatuhkan sanksi kepada Turki atas Tindakan “illegal dan agresif”
di zona tersebut. Tetapi kemudian pengumuman tersebut dibantah oleh presiden
Turki, Recep Tayyip Erdogan, dengan menegaskan bahwa sikap Turki
“konstruktif” dan balik menuduh Yunani melarikan diri dari pembicaraan dan
dialog. (2020)

Pada Januari 2021, akhkirnya pertemuan teknis antara delegasi militer Turki
dan Yunani diselenggarakan di markas NATO, Brussel. Pertemuan itu membahas
mekanisme penyelesaian konflik antar kedua negara. Setelah itu mereka juga
membicarakan perihal eksplorasi bilateral untuk menyelesaikan perselisihan
mereka. Turki yang memiliki garis pentai continental terpanjang di Mediterania
Timur menolak klaim batas maritim oleh Yunani dan Siprus Yunani, serta

5
menekankan bahwa klaim yang berlebihan tersebut melanggar hak kedaulatan
Turki dan Siprus Turki.

Setelah pertemuan di markas NATO, keadaan hubungan antara Turki dan


Yunani mulai tenang. Namun, ketegangan antara Turki dan Yunani Kembali terjadi
karena Athena mengirim jet tempur ke laut Aegea di Mediterania Timur pada 23
Februari 2021. Turki menuduh keberadaan jet tempur Yunani tersebuttelah
menganggu kepal mereka di perairan tersebut. Kementerian pertahanan Turki
mengatakan bahwa empat jet tempur F-16 Yunani terlibat dalam “Tindakan
profokatif” dan “menganggu kapal Cesme” di perairan internasional Aegean Utara.
Sumber pertahanan Turki juga menyebutkan bahwa salah satu pesawat Yunani
menjatuhkan kartrid yang digunakan untuk membingungkan atau menonaktifkan
radar lawan, berjarak 3,7 kilometer laut dari kapal Turki.

Namun, kementerian pertahanan Yunani membantah tudingan Turki dan


mengatakan bahwa Angkatan udara mereka sedang melakukan Latihan militer, dan
berada cukup jauh dari kapal Turki. Hal ini memicu ketegangan antara kedua pihak.
Dan akhirnya pihak Turki mengumumkan bahwa kapal Cesme akan melakukan
survey hidrografi dari 18 Februari hingga 2 Maret. (2021)

Kemudian pada tanggal 16 Maret 2021, Menteri Luar Negeri Yunani


melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Turki di Athena. Pada
pertemuan ini, perwakilan dari kesua negara membicarakan eksplorasi yang
ditujukan untuk mengarah pada negosiasi yang lebih formal yang akan dilakukan
setelahnya. Para pejabat dari Eropa juga mengatakan bahwa terdapat tanda-tanda
perbaikan terhadap hubungan Turki dan Yunani dalam beberapa pekan terakhir.
Perbaikan ini diharapkan dapat membawa kedua negara tersebut kea rah
perdamaian.

6
REFERENCES

Aini, N. (2020, September 16). Penyebab Ketegangan Turki-Yunani di Mediterania


Timur. Retrieved from Republika.co.id:
https://republika.co.id/berita/qgqu4i2104949863/penyebab-ketegangan-
turkiyunani-di-mediterania-timur
Associated Press. (2020, September 9). Sengketa Migas dengan Turki, Yunani
Perkuat Militer. Retrieved from CNNIndonesia:
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200909082730-134-
544310/sengketa-migas-dengan-turki-yunani-perkuat-militer
Basundoro, A. F. (2020, September 14). Sengketa Energi di Laut Mediterania:
Perspektif Pembangunan. Retrieved from medium.com:
https://medium.com/citrakara-mandala/sengketa-energi-di-laut-
mediterania-perspektif-pembangunan-2aea67f45d1
Bechev, D. (2020, Agustus 27). Black Sea gas strengthens Turkey’s hand in
geopolitics. Retrieved from AlJazeera:
https://www.aljazeera.com/opinions/2020/8/27/black-sea-gas-strengthens-
turkeys-hand-in-geopolitics
Damhuri, E. (2020, Juli 26). Selain Hagia Sophia, Turki-Yunani Juga Ribut di
Mediterania. Retrieved from Republika.co.id:
https://republika.co.id/berita/qe21w7440/konflik-turki-yunani-berebut-
migas-di-mediterania-timur
G.J, S. (2008). Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Sinar Grafika.
Meredith, S. (2020, Agustus 18). Turkey’s pursuit of contested oil and gas reserves
has ramifications ‘well beyond’ the region. Retrieved from CNBC:
https://www.cnbc.com/2020/08/18/turkey-greece-clash-over-oil-and-gas-
in-the-eastern-mediterranean.html
Prijanto, H. (2007). Hukum Laut Internasional. Malang: Bayumedia Publishing.
Riza, B. (2020, September 4). NATO: Turki - Yunani Setuju Berdiskusi Soal
Sengketa Laut Mediterania. Retrieved from Tempo.co:
https://dunia.tempo.co/read/1382703/nato-turki-yunani-setuju-berdiskusi-
soal-sengketa-laut-mediterania/full&view=ok
Tensi Naik, Turki Gelar Latihan Militer di Laut Mediterania. (2020, Desember 21).
Retrieved from CNNIndonesia:
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20201221042059-120-
584515/tensi-naik-turki-gelar-latihan-militer-di-laut-mediterania
Tjondro Tirtamulya, S. C. (2017). UNCLOS dan Implementasinya. Surabaya:
Universitas Surabaya.

7
Turki dan Yunani Mulai Berunding, Ketegangan Kedua Negara Akan Segera
Berakhir. (2021, Maret 16). Retrieved from serambinews.com:
https://aceh.tribunnews.com/2021/03/16/turki-dan-yunani-mulai-
berunding-ketegangan-kedua-negara-akan-segera-berakhir
Turki Tuduh Yunani Kirim Jet Tempur ke Laut Mediterania. (2021, Februari 24).
Retrieved from CNNIndonesia:
cnnindonesia.com/internasional/20210224095936-134-610203/turki-
tuduh-yunani-kirim-jet-tempur-ke-laut-mediterania
Wintour, P. (2020, September 11). How a rush for Mediterranean gas threatens to
push Greece and Turkey into war. Retrieved from The Guardian:
https://www.theguardian.com/world/2020/sep/11/mediterranean-gas-
greece-turkey-dispute-nato

Anda mungkin juga menyukai