Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rico Setiawan

Kelas : XII MIPA 1


PPKN

Analisis kasus yang berhubungan dengan bab 2

NENEK ASYANI PENCURI KAYU JATI

Beginilah potret hukum di Tanah Air. Ada banyak kasus besar yang jelas-jelas
merugikan negara karena ulah penggarong uang negara, nasib kasusnya tidak
jelas. Para koruptor bebas berlenggang, berleha-leha di luar negeri, tidak
tersentuh hukum. Kisah yang dialami nenek Asyani (63) ini benar-benar
menggambarkan pepatah yang populer di masyarakat, hukum di negeri ini
tumpul ke atas, tajam ke bawah.
Asyani diseret ke Pengadilan Negeri Situbondo Jawa Timur dengan tuduhan
mencuri 7 batang kayu jati di lahan Perhutani di Desa Jatibanteng, Situbondo.
Saat menjalani persidangan ketiga pada 12 Maret, Asyani sampai-sampai
duduk bersimpuh dan menangis di depan majelis hakim, memohon
pengampunan. Sang pelapor Asyani, Sawin (mantri Perhutani), tertegun
melihat Asyani. Warga Dusun Kristal, Desa/Kecamatan Jatibanteng, Situbondo,
itu menjalani sidang dengan jadwal tanggapan jaksa atas pembelaan kuasa
hukum terdakwa. Mulanya, Asyani diam tertunduk mendengarkan tanggapan
jaksa penuntut umum, Ida Haryani, selama 30 menit.
Setelah jaksa penuntut membacakan tanggapannya, Asyani langsung menangis
histeris. Dia menuding Sawin, yang berdiri di pintu samping ruang sidang.
"Sawin, kamu yang tega memenjarakan saya. Padahal saya sudah datang ke
rumahmu untuk meminta maaf. Kamu tega sama saya," tutur Asyani berteriak
lalu terdiam setelah ditenangkan oleh kuasa hukumnya, Supriyono. Asyani
adalah tukang pijat. Dia didakwa dengan Pasal 12 huruf d juncto Pasal 83 ayat
(1) huruf a Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan dengan ancaman hukuman penjara 5 tahun.
Asyani dituduh mencuri 7 batang kayu jati di lahan Perhutani di desa setempat.
Asyani dilaporkan oleh sejumlah polisi hutan ke Polsek Jatibanteng pada 4 Juli
2014. Nenek empat anak itu kemudian ditahan pada 15 Desember 2014. Selain
Asyani, tiga orang lain juga ikut ditahan, yakni menantu Asyani, Ruslan; pemilik
mobil pick up, Abdussalam; dan Sucipto, tukang kayu. Dalam tanggapannya,
jaksa Ida Haryani menuturkan pihaknya memiliki bukti-bukti kuat bahwa 7
batang kayu itu memang diambil Asyani di lahan Perhutani. "Terdakwa tidak
mampu menunjukkan dokumen kepemilikan kayu tersebut," katanya.
Supriyono menyesalkan sikap jaksa itu, yang dinilainya terlalu formalistis dalam
menangani kasus tersebut. Padahal faktanya, kayu jati itu ditebang dari lahan
milik Asyani yang telah dijual pada 2010. "Ada surat keterangan kepala desa
kalau lahan tersebut dulunya milik Asyani," ucap Supriyono. Sebelumnya,
Asyani juga telah menyatakan itu secara langsung di hadapan majelis hakim
ketika memohon ampun. Menurut dia, kayu jati itu peninggalan suaminya yang
telah meninggal. Adapun agenda persidangan lanjutan pada Senin, 16 Maret
mendatang adalah putusan sela oleh majelis hakim.
 Latar belakang
Nenek Asyani dituduh mencuri kayu jati di lahan Perhutani di desa
setempat, ia dituduh mencuri sebanyak 7 batang kayu jati yang
sebenarnya kayu jati tersebut ditebang dari lahan miliknya sendiri,
menurut nenek Asyani kayu jati itu merupakan peninggalan suaminya.
 Faktor Penyebab
Disebabkan oleh keinginan nenek Asyani untuk menggunakan kayu jadi
tersebut, namun ketika kayu tersebut dipindahkan ke rumah Sucipto
(tukang kayu), kayu-kayu tersebut diangkut dan dituduh kayu ilegal oleh
Perhutani.
 Penyelesaian
Dilakukannya sidang pada 16 Maret dan menghasilkan putusan sela oleh
majelis hakim.
 Dasar hukum yang dilanggar
Dasar hukum yang telah dilanggar adalah Pasal 12 huruf d juncto Pasal
83 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.
 Dasar hukum penyelesaian
Dasar hukum penyelesaian yang berkaitan dengan kasus pencurian
diatas adalah Pasal 362 KUHP : “ Barang siapa mengambil barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan
maksud untuk memiliki secara melawan hukum, diancam karena
pencurian, dengan pidana paling lama 5 tahun atau pidana denda
paling banyak sembilan ratus ribu rupiah”

Komentar mengenai kasus tersebut


Menurut saya kasus yang menimpa Nenek Asyani sangat tidak adil, para
penegak hukum memberikan sanksi yang tidak sesuai dengan perbuatan yang
telah dilakukan oleh nenek Asyani, selain itu tuduhan yang diberikan kepada
nenek Asyani mengenai pencurian 7 batang kayu jati di kawasan Perhutani
tidak memiliki bukti yang jelas, walaupun menurut kesaksian nenek Asyani
kayu tersebut merupakan peninggalan suaminya yang diambil di lahannya
sendiri. Penegak hukum juga terlalu serius dalam menanggapi kasus tersebut
tidak seperti menanggapi kasus korupsi dan lainnya. Padahal berdasarkan
materi yang telah saya pelajari sebelumnya bahwa perlindungan hukum ini
wajib melindungi warga negaranya dari berbagai macam ketidakadilan serta
penyimpangan hukum lainnya, namun faktanya masih banyak hingga kini para
penegak hukum yang tidak adil kepada golongan orang menengah kebawah.

Anda mungkin juga menyukai