Anda di halaman 1dari 4

Sumber : https://m.republika.co.

id

STUDI KASUS

“Nenek Berusia (63) Tahun Dipenjara 1 Tahun dan Didenda 500


Juta, Dikarenakan Mencuri Kayu Bakar”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Mantiq

Disusun oleh :

Nani Sari Yani

Lina Wati

Rendi Andika

Wiranto

Zubandi Furqon

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI NATUNA)

Kampus STAI Natuna Komplek Gerbang Utaraku

T.A 2020/2021
A. Kasus
Beginilah kisah yang dialami nenek Asyani (63) ini benar-benar
menggambarkan pepatah yang populer di masyarakat, hukum di negeri ini tumpul
ke atas, tajam ke bawah. Asyani diseret ke Pengadilan Negeri Situbondo Jawa
Timur dengan tuduhan mencuri 38 papan kayu jati di lahan Perhutani di Desa
Jatibanteng, Situbondo. Asyani adalah tukang pijat. Dia didakwa dengan Pasal 12
huruf d juncto Pasal 83 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan dengan ancaman
hukuman penjara 5 tahun.
Asyani dituduh mencuri 38 papan kayu jati di lahan Perhutani di desa
setempat.1 Asyani dilaporkan oleh sejumlah polisi hutan ke Polsek Jatibanteng
pada 4 Juli 2014. Nenek empat anak itu kemudian ditahan pada 15 Desember
2014. Sebelumnya, Asyani juga telah menyatakan itu secara langsung di hadapan
majelis hakim ketika memohon ampun. Menurut dia, kayu jati itu peninggalan
suaminya yang telah meninggal.
Kasus Nenek Asiani ini menarik perhatian banyak pihak setelah cukup banyak
media mengangkatnya. Berkat itu, banyak pihak yang memberikan bantuan untuk
meringankan hukuman atau membebaskan perempuan berusia 63 tahun itu. Dan
pada akhirnya Terdakwa dalam kasus pencurian kayu milik Perhutani Situbondo,
Jawa Timur, Nenek Asiani, akhirnya divonis bersalah oleh Pengadilan Negeri
Situbondo. Nenek Asiani dijatuhi hukuman penjara satu tahun dengan masa
percobaan 15 bulan. Selain itu juta dikenai denda Rp 500 juta dengan subsider 1
hari kurungan.2
Cerita ditangkapnya Nenek Asyani berawal dari enam tahun silam. Nenek
Asyani menebang pohon jati yang diyakininya berada di lahan pribadi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, kayu yang ditebang itu disimpan di dalam
rumah dan rencananya mau dibuat tempat duduk untuk sang suami tercinta. Tetapi

1 https://m.bisnis.com/nenek-asyani-pencuri-kayu-jati (Diakses pada Minggu 7


Februari 2021)
2 https://m.cnnindonesia.com/nenek-asiani-dinyatakan-bersalah (Diakses pada
Minggu 7 Februari 2021)
karena biaya untuk pengerjaannya kurang, akhirnya niat membuatkan sesuatu
yang berguna untuk suaminya itu baru terlaksana tahun 2014. Nah, saat kayu-
kayu bakalan ini mau dibawa ke tukang kayu Cipto alias Pit bin Magiyo (47)
untuk dikerjakan, pihak Perhutani memergokinya. Kemudian pihak perhutani
melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwajib dan diproses secara
hukum.3

B. Analisis Kasus
Di dalam kasus ini menurut kami dari kelompok terlalu banyak kejanggalan,
dimana didalam kasus ini tidak ada saksi yang melihat bahwa nenek ini mencuri
kayu milik perhutani. Selain itu, hakim juga tidak ada pertimbangan sama sekali
terkait keterangan kades setempat bahwa kayu jati tersebut bukan diambil dari
tanah perhutani melainkan lahan milik suaminya yang telah meninggal dimana
lahan itu kini telah di jual.
Kami juga menilai kasus yang menimpa nenek Asyani ink merupakan cerminan
dari hilangnya moral di Indonesia serta merupakan sebuah kekejaman dari
penegakan hukum. Kami juga menilai tuntutan 1 tahun penjara serta mengganti
rugi sebanyak Rp 500 juta terlalu memberatkan bagi seorang nenek yang hanya
mencuri beberapa potong kayu saja. Sebab, aplikasi atau penerapan dari
penegakan hukum tidak harus selalu dengan memberikan hukuman. Penegak
hukum juga harus memberikan keadilan kepada masyarakat, khususnya
masyarakat kecil.

Salah satu kuasa hukum yang mendampingi nenek Asyani berharap hakim
akan membebaskan nenek Asyani tersebut karena bukti-bukti yang dihadirkan
jaksa, termasuk saksi-saksi justru tidak mendukung apa yang menjadi sangkaan.4

3 https://m.merdeka.com/kisah-pilu-nenek-asyani-dituduh-curi-kayu (Diakses
pada Minggu 7 Februari 2021)
4 https://m.bisnis.com/nenek-asyani-saya-bukan-pencuri (Diakses pada Minggu 7
Februari 2021)
C. Kesimpulan

Pada kasus yang menjerat Nenek Asyani yang tinggal di Situbondo ini, dimana
beliau disebutkan melanggar Pasal 12d juncto Pasal 83 ayat 1d Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.
Jaksa menyebut bukti yang mereka miliki yaitu 38 papan kayu jati identik dengan
tonggakan kayu milik Perhutani di petak 43F Desa/Kecamatan Jatibanteng. Nenek
Asiani dijatuhi hukuman penjara satu tahun dengan masa percobaan 15 bulan.
Selain itu juta dikenai denda Rp 500 juta dengan subsider 1 hari kurungan.
Pada kasus ini Nenek Asyani, berkeras membantah bahwa dirinya melakukan
pencurian kayu jati seperti dakwaan jaksa. Dalam keterangan saksi dan fakta
yang terungkap dalam persidangan sebelumnya. Dalam persidangan tersebut
saksi mengatakan Asyani tidak terbukti mencuri kayu. Dalam kasus ini Majelis
Hakim seharusnya mertimbangan keadilan sosial dan moral. Dari aspek
kemanusiaan ditinjau dari social justice dan moral justice, para pakar hukum
menganggap kasus tersebut seharusnya dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai