Anda di halaman 1dari 8

Tinjauan Pustaka

Pneumonia Corona Virus Infection


Disease-19 (COVID-19)

Fathiyah Isbaniah, Agus Dwi Susanto

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Persahabatan, Jakarta

Abstrak
Sejak awal tahun 2020 terjadi peningkatan jumlah kasus infeksi virus
COVID-19, yang sebelumnya dikenal dengan nama 2019-nCov. Diketahui
hingga bulan Februari 2020 sudah terkonfirmasi lebih dari 70.000 kasus
positif infeksi COVID-19. COVID-19 diketahui merupakan virus dari
keluarga coronaviridae, yang juga merupakan keluarga dari virus SARS-
CoV dan MERS-CoV yang pernah menyebabkan wabah pada tahun 2002
dan 2012 silam. Patogenesis COVID-19 belum diketahui secara pasti,
namun diduga mirip dengan patogenesis SARS-CoV dan MERS-CoV. Rerata
mortalitas COVID-19 adalah 2.3%, lebih rendah dibandingkan dengan
mortalitas SARS-CoV dan MERS-CoV. Outbreak COVID-19 juga diduga
dimulai dari sebuah pasar penjualan makanan laut lokal pada musim
dingin, lingkungan yang hampir sama pada saat outbreak virus SARS.
Pada artikel ilmiah ini akan dibahas secara mendalam mengenai definisi
operasional yang dapat dipakai dalam manajemen pasien dengan dugaan
infeksi COVID-19. Akan dibahas pula manifestasi klinis dan tata laksana
pada pasien dengan dugaan dan konfirmasi infeksi COVID-19.

Kata Kunci: coronavirus, COVID-19, manajemen klinis, tata laksana

Korespondensi: Fathiyah Isbaniyah


E-mail: fathiyah21@gmail.com

87 J Indon Med Assoc, Volum: 70, Nomor: 4, April 2020


Pneumonia Corona Virus Infection Diseases – 19 (COVID-19)

Pneumonia Corona Virus Infection Diseases – 19 (COVID-19)

Fathiyah Isbaniah, Agus Dwi Susanto


Department of Pulmonology and Respiratory Medicine,Faculty of Medicine – Universitas Indonesia,
National Respiratory Center Persahabatan Hospital, Jakarta

Abstract
Since the beginning of 2020 there has been an increase in the number COVID-19
virus infection, previously known as 2019-nCov. It is known that up to February
2020, more than 70,000 positive cases of COVID-19 infection have been confirmed.
COVID-19 is known to be a virus from the coronaviridae family, which is also a
family of the SARS-CoV and MERS-CoV viruses that caused an outbreak in 2002
and 2012. The exact pathogenesis of COVID-19 is not clearly known, but is thought
to be similar to the pathogenesis of SARS-CoV and MERS-CoV. The average
COVID-19 mortality was 2.3%, lower than the SARS-CoV and MERS-CoV mortality.
The COVID-19 outbreak was also thought to have started from a local seafood
sales market in winter, an environment that was almost the same as the SARS virus
outbreak. This scientific article will discuss in depth the operational definitions that
can be used in the management of patients with suspected COVID-19 infection. It
will also discuss clinical manifestations and management in patients with suspected
and confirmed COVID-19 infection.

Key Words: coronavirus, COVID-19, clinical management, treatment

Pendahuluan Kasus COVID-19



Saat ini dunia sedang diguncangkan Saat ini kasus Covid-19 (per tanggal
oleh ancaman pandemi virus corona yang 26 Februari 2020), sebanyak 80.425 kasus,
berawal dari daerah Wuhan Propinsi Hubei, kasus meninggal 2.712 dan sembuh 27.956 .
Cina. Virus tersebut telah menginfeksi lebih Kasus aktif 49.757, dimana 40.545 atau 81%
dari 70.000 kasus dan sedikitnya 2.000 orang dengan gejala ringan dan 9.212 atau 19% ge-
telah meninggal dunia. Virus itu juga sudah jala serius atau kritis. Rerata kematian secara
menyebar ke 30 negara dan World Health Or- nasional di Cina 2.1%, sedangkan kota Wu-
ganization (WHO) sudah mengumumkan ka- han 4.9%, Propinsi Hubei 3.1% dan propinsi
sus penularan antar manusia (human to human lainnya 0.16%). Kota Wuhan berkontribusi
transmission) di beberapa negara. Coronavi- 74% dari keseluruhan Cina. Secara nasional
rus disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit angka kematian relatif stabil, pada awalnya
infeksi disebabkan oleh SARS-CoV-2, yang adalah 2.3%. Dari hasil analisis kasus profil
memiliki bentuk dan perilaku menyerupai demografis didapatkan 2/3 kasus adalah la-
virus SARS. Sebelumnya virus corona ma- ki-laki, perempuan 1/3 kasus dan sebagian
nusia (Human coronaviruses (HCoVs) di- besar usia lanjut hampir 80% kasus berusia
anggap sebagai salah satu virus yang kurang diatas 60 tahun dan 75% memiliki penyakit
berbahaya dan merupakan penyebab flu bia- komorbid. Penelitian terhadap 138 pasien
sa. Virus tersebut sudah pernah menyebabkan yang dirawat inap didapatkan 26% menjalani
endemic sebelumnya dengan morbiditas dan perawatan intensif dan 4.3% kasus mening-
mortalitas cukup tinggi yaitu severe acute re- gal tetapi angka ini masih bisa berubah kare-
spiratory syndrome (SARS-CoV) dan middle na saat ini masih banyak pasien yang dirawat
east respiratory syndrome (MERS-CoV) pada inap.3
beberapa tahun yang lalu.1 Total akumulatif
kasus MERS CoV dan SARS sekitar 10.000 Virus Corona
yang terdiri dari 1000-an kasus MERS dan
8000-an kasus SARS. Rerata mortalitas aki- Virus Corona merupakan keluarga
bat SARS sekitar 10% sedangkan MERS leb- Coronaviridae, virus dengan untaian tung-
ih tinggi yaitu sekitar 40%.2 gal, positive-sense RNA genome sekitar 26-
32 kb dan merupakan genom terbesar untuk

J Indon Med Assoc, Volum: 70, Nomor: 4, April 2020 88


Pneumonia Corona Virus Infection Diseases – 19 (COVID-19)

virus RNA. Istilah coronavirus berdasarkan tak erat sehingga harus dilakukan pencegah-
penampakan virion pada membran virus ber- an infeksi pada populasi berisiko.7 Sebagai
bentuk taji-taji menyerupai mahkota atau perbandingan masa inkubasi, virus SARS 2-7
dalam Bahasa latinnya adalah Corona. Virus hari, MERS CoV 5 hari (2-14 hari), swine flu
Corona digolongkan dalam subfamily Coro- 1-4 hari dan flu musiman 2 hari.8
navirinae, family Coronaviridae, order Nido-
virales. Terdapat empat genera virus Corona Definisi Operasional2,9,10
yaitu Alphacoronavirus (αCoV), Betacorona-
virus (βCoV), Deltacoronavirus (δCoV) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
Gammacoronavirus (γCoV). Analisis evolusi 1. Seseorang yang mengalami:
menyatakan kelelawar dan hewan pengerat • Demam (>380C) atau ada riwayat demam
merupakan sumber genetik sebagian besar • Batuk/pilek/nyeri tenggorokan
αCoV dan βCoV sedangkan unggas merupa- • Pneumonia ringan sampai dengan berat-
kan sumber gen dari sebagian besar δCoV dan berdasarkan gejala klinis dan atau gamba-
γCoV. Virus COVID 19 adalah Betacorona- ran radiologis. Perlu waspada pada pasien
dengan penurunan sistem kekebalan tubuh
virus yang hampir sama dengan coronavitus (immunocompromised) dengan gejala dan
penyebab SARS.3 Virus Corona memiliki ge- tanda menjadi tidak jelas dan Memiliki
nom terbesar dan banyak mutasi delesi dan riwayat perjalanan ke negara China atau
sering terjadi rekombinasi sehingga muncul negara yang terjangkit* pada 14 hari tera-
galur baru.4 khir sebelum timbul gejala
2. Seseorang dengan demam ((>380C) atau
Patogenesis Infeksi dan Penularan COVID 19 ada riwayat demam atau ISPA ringan
sampai berat dan pada 14 hari terakhir se-
Sampai saat ini patogenesis infeksi belum timbul gejala memiliki salah satu
2019 nCoV belum diketahui dengan pasti. Pa- dari paparan berikut:
togenesis virus Corona yang baru ini mungkin • Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi
serupa dengan virus Corona penyebab severe COVID 19 atau
acute respiratory syndrome (SARS). Cara • Bekerja atau mengunjungi fasilitas keseha-
kerja virus ini terdiri dari 3 fase yaitu replikasi tan yang berhubungan dengan pasien kon-
virus, hiperaktivitas imun dan penghancuran firmasi COVID 19; atau
paru. Hasil patologi paru berhubungan den- • Riwayat perjalanan ke propinsi Hubei,
China (termasuk kota Wuhan); atau
gan kerusakan alveolar difus, proliferasi sel • Kontak dengan orang yang memiliki ri-
epithelial dan peningkatan jumlah makrofag. wayat perjalanan pada 14 hari terakhir ke
Gambaran infiltrate multinucleate giant-cell propinsi Hubei, China (termasuk kota Wu-
dari makrofag atau asal epithelial merupakan han)
gambaran karakteristik infeksi virus Corona.5
Oubreak virus 2019-nCoV dimulai Orang Dalam Pemantauan (ODP)
dari sebuah pasar penjualan makanan laut Seseorang yang mengalami gejala demam
lokal pada musim dingin, lingkungan yang (>380C) atau ada riwayat demam atau ISPA
hampir sama pada saat oubreak virus SARS. tanpa pneumonia dan memiliki riwayat per-
Sebanyak 2/3 dari 41 kasus terkonfirmasi ber- jalanan ke negara yang terjangkit* pada 14
hubungan dengan Pasar makanan laut Hua- hari terakhir sebelum timbul gejala.
nan yang juga menjual hewan hidup. Laporan *Negara terjangkit adalah negara yang melaporkan transmisi COVID 19 lokal (bu-
awal menyatakan penularan antar manusia kan kasus importasi dan masuh bersirkulasi) oleh WHO (update dapat dilihat melalui
situs http://infeksiemerging.kemkes.go.id); istilah suspek dikenal sebagai pasien dalam
masih sangat terbatas tetapi saat ini terbukti pengawasan

terjadi penularan antar manusia. Seperti hal-


nya SARS, virus SARS CoV 2 dapat menu- Kasus Probable
lar dari orang ke orang melalui percikan atau Pasien dalam pengawasan yang diperiksa
droplet. Masa inkubasi virus ini adalah 2-14 untuk COVID 19 tetapi inkonklusif atau ti-
hari.6 Sebuah penelitian melaporkan masa dak dapat disimpulkan atau seseorang den-
inkubasi 24 hari tetapi WHO menyatakan hal gan hasil konfirmasi positif pan-coronavirus
tersebut kemungkinan terjadi paparan kedua. atau beta coronavirus
Li et al, mendapatkan rerata masa inkubasi 5.2
hari tetapi bisa berbeda pada tiap orang dan Kasus Konfirmasi
Adalah seseorang yang terinfeksi COVID 19
sebaiknya dilakukan pengawasan medis pada dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif
pasien yang terpapar patogen tersebut. Dari Kontak erat adalah seseorang yang melaku-
penelitian tersebut menyimpulkan terdapat kan kontak fisik atau berada dalam ruangan
bukti penularan antar manusia diantara kon- atau berkunjung (bercakap-cakap dalam radi-
89 J Indon Med Assoc, Volum: 70, Nomor: 4, April 2020
Pneumonia Corona Virus Infection Diseases – 19 (COVID-19)

us 1 meter dengan pasien dalam pengawasan, lamin laki-laki 2.8% dan perempuan 1.7%.
probable atau konfirmasi. Kontak erat dibagi Rerata mortalitas kasus berdasarkan komor-
menjadi 2 yaitu: bid atau penyakit yang menyertai yaitu,, pen-
1. Kontak erat risiko rendah yaitu bila kontak yakit kardiovaskular 10.5%, diabetes mellitus
dengan kasus pasien dalam pengawasan 7.3%, penyakit paru kronik 6.3%, hipertensi
2. Kontak erat risiko tinggi yaitu bila kontak 6.0%, kanker 5.6% sedangkan tanpa komobid
dengan kasus konfirmasi atau probable. 0.9% .13
Kontak erat ini termasuk orang yang memi-
liki riwayat perjalanan ke propinsi Hubei, Manifestasi klinis yang berhubungan dengan
Cina (termasuk kota Wuhan) pada 14 hari
terakhir tanpa gejala
infeksi COVID 19 9,10
Yang termasuk kontak erat adalah petugas 1. Uncomplicated illness adalah pasien den-
kesehatan yang memeriksa, merawat men- gan gejala non-spesifik seperti demam,
gantar dan membersihkan ruangan di tenpat batuk, nyeri tenggorokan, hidung tersum-
perawatan khusus, orang yang merawat atau bat, malaise, sakit kepala, nyeri otot. Perlu
menunggu pasien di ruangan, orang yang ting- diwaspadai pada pasien dengan immuno-
gal serumah dengan pasien, tamu yang bera- compromised.
da dalam satu ruangan dengan pasien, pasien 2. Pneumonia ringan adalah pasien dengan
yang bepergian dalam satu alat angkut dan pneumonia dan tidak ada tanda pneumo-
orang yang bekerja bersama dengan pasien. nia berat
3. Pneumonia berat adalah dengan demam
Manisfestasi Klinis atau dalam pengawasan infeksi saluran
napas ditambah dengan satu dari:
• Frekuensi napas > 30 x/menit
Penelitian mengenai gejala klinis pasien yang • Distress pernapasan berat
terinfeksi sudah dilaporkan pada 41 pasien.
Sebagian besar pasien adalah laki-laki, den- • Saturasi oksigen (SpO2) <90% pada
gan penyakit komorbid sebelumnya. Gejala udara kamar
umum yang dilaporkan adalah demam (98%), 4. Acute Respiratory Distress Syndrome
batuk (76%) dan mialgia atau kelelahan 44%. (ARDS)
Gejala lain yang dilaporkan adalah produksi Kriteria ARDS pada dewasa:
sputum (28%), sakit kerpala (8%), hemopti- • ARDS ringan: 200 mmHg < PaO2/
sis (5%) dan diare (3%). Sesak napas terjadi FiO2 <300 mmHg (dengan PEEP atau
pada 55%, sebanyak 63% dengan limfopenia. continuous positive airways pressure
(CPAP) >5 cmH2O atau yang tidak
Semua pasien terjadi pneumonia pada pe- diventilasi
meriksaan CT scan toraks. Komplikasi yaitu • ARDS sedang: 100 mmHg < PaO2/
ARDS, anemia, kelainan jantung akut dan FiO2 <200 mmHg dengan PEEP >5
infeksi sekunder.10,11 Penelitian selanjutnya cmH2O atau yang tidak diventilasi
dengan jumlah yang lebih banyak yaitu 138 • ARDS berat PaO2/FiO2 <100 mmHg
pasien yang dirawat inap di RS daerah Wuhan dengan PEEP >5 cmH2O atau yang
didapatkan rerata usia pasien adalah 56 tahun tidak diventilasi
(kisaran 22-92 tahun), 54.3% adalah laki-laki. • Ketika PaO2 tidak tersedia SpO2/FiO2
Gejala umum yang dikeluhkan adalah demam <315 mengindikasikan ARDS (ter-
98.6%, kelelahan 69.6%, batuk kering 59.4%. masuk pasien yang tidak diventilasi)
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium 5. Sepsis adalah pasien dengan disfungsi
didapatkan limfopenia 70.3%, pemanjangan organ yang mengancam jiwa disebabkan
waktu prothrombin 58%, peningkatan laktat oleh disregulasi respon tubuh terhadap du-
dehydrogenase 39.9%. Hasil pemeriksaan gaan atau terbukti infeksi. Tanda disfung-
CT can toraks didapatkan gambaran bilater- si organ yaitu perubahan status mental/
al patchy shadow atau ground glass opacity kesadaran, sesak napas, saturasi oksigen
pada semua pasien.12 rendah, urin output menurun, denyut jan-
tung cepat, nadi lemah, ekstremitas dingin
Berdasarkan hasil penelitian dari 72.314 kasus atau tekanan darah, petekie/purpura/mot-
COVID-19 terkonfirmasi, suspek dan asimp- led skin atau hasil laboratorium memnun-
tomatik didapatkan rerata kematian menurut jukkan koagulopati, tromosiopenia, asido-
usia adalah > 80 tahun 14.8%, 70-79 tahun sis, laktat yang tinggi, hiperbiirubinemia
8.0%, 60-69 tahun 3.6%,50-59 tahun 1.3%, 6. Syok sepsis adalah hipotensi yang mene-
40-49 tahun 0.4%, 30-39 tahun, 20-29 tahun, tap meskipun sudah dilakukan resusitasi
10-19 tahun masing-masing adalah 0.2%. cairan dan membutuhkan vasopressor
Rerata mortalitas kasus berdasarkan jenis ke-

J Indon Med Assoc, Volum: 70, Nomor: 4, April 2020 90


Pneumonia Corona Virus Infection Diseases – 19 (COVID-19)

Tatalaksana Pasien di Fasilitas Kesehatan9,14 • Jangan memberikan kortikosteroid siste-


mik secara rutin untuk pengobatan pneu-
1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama monia karena virus atau ARDS di luar uji
klinis kecuali alasan lain
• Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis • Lakukan pemantauan ketat pasien dengan
• Bila masuk kriteria pasien dalam pengawasan gejala klinis yang mengalami perburukan
(PDP) , rujuk ke RS Rujukan yang sudah seperti gagal napas, sepsis dan lakukan in-
ditetapkan kementrian kesehatan/dinas kese- tervensti perawatan suportif secepat mun-
hatan setempat (Gambar 1.) gkin
• Pahami pasien yang memiliki komorbid
• Bila masuk kriteria orang dalam pemantauan untuk menyesuaikan pengobatan dan pe-
(ODP), pasien dapat rawat jalan dan isolasi nilaian prognosisnya
di rumah selama 14 hari. Laporkan ke Di- • Tatalaksana pada pasien hamil lakukan ter-
nas kesehatan setempat untuk pemantauan. api suportif dan penyesuaian dengan fisi-
(Gambar 1) ologi kehamilan
• Bilai tidak masuk kriteria PDP maupun ODP, b. Pengumpulan spesimen untuk diagnosis
tatalaksana sesuai diagnosis yang ditetapkan laboratorium
2. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (Rumah • Pemeriksaan spesimen saluran napas atas
dan bawah. Saluran napas atas dengan
Sakit Rujukan) swab tenggorok (nasofaring dan orofar-
a. Terapi supportif dini dan pemantauan ing). Saluran napas bawah (sputum, bi-
• Berikan terapi suplementasi oksigen lasan bronkus, BAL, bila menggunakan
segera pada pasien ISPA berat dan distress
pernapasan, hipokemisa atau syok endotrakeal tube dapat berupa aspirat en-
• Gunakan manajemen cairan konservatif dotrakeal). Untuk pemeriksaan RT-PCR
pada pasien dengan ISPA berat dan syok SARS-CoV-2, (sequencing bila tersedia).2
• Pemberian antibiotik empirik berdasarkan • Pasien dengan konfirmasi COVID-19 den-
kemungkinan etiologi. Pada kasus sepsis gan perbaikan klinis dapat keluar dari RS
(termasuk dalam pengawasan COVID 19) apabila hasil pemeriksaan RT-PCR SARS
berikan antibiotik empirik yang tepat se- –C0V-2 , dua kali berturut-turut dalam
cepatnya dalam waktu 1 jam jangka minimal 2-4 hari menunjukkan ha-
sil negatif (untuk spesimen saluran perna-
pasan atas dan saluran pernapasan bawah)

Gambar 1. Alur Deteksi Dini dan Rujukan di Fasilitas Kesehatan9

91 J Indon Med Assoc, Volum: 70, Nomor: 4, April 2020


Pneumonia Corona Virus Infection Diseases – 19 (COVID-19)

c. Manajemen gagal napas dan hipoksemia • Pertimbangkan pemberian obat inotropic


dan ARDS (seperti dobutamine) jika perfusi tetap bu-
• Mengenali gagal napas hipoksemia ketika ruk dan terjadi disfungsi jantung meskipun
pasien dengan distress pernapasan men- tekanan darah sudah tercapai target MAP
galami kegagalan terapi oksigen standar dengan resusitasi cairan dan vasopresor
• Oksigen nasal aliran tinggi (high-flow na- e. Pencegahan komplikasi dengan mengu-
sal oxygen) atau ventilasi non invasif (NIV) rangi:
hanya pada pasien gagal napas hipoksemi • Lamanya hari penggunaan ventilasi me-
tertentu, dan pasien tersebut harus dipantau kanik invasive
ketat untuk menilai perburukan klinis • Terjadinya ventilator associated pneumo-
• Intubasi endotrakeal harus dilakukan oleh nia (VAP)
petugas terlatih dan berpengalaman dengan • Terjadinya tromboemboli vena
memperhatikan kewaspadaan transmisi • Infeksi terkait catheter related bloodstream
airborne • Terjadinya ulkus karena tekanan
• Ventilasi mekanis menggunakan volume • Terjadinya stress ulcer dan perdarahan sal-
tidal yang rendah (4-8 ml/kg prediksi berat uran cerna
badan, predicted body weight/PBW) dan • Kelemahan akibat perawatan ICU
tekanan inspirasi rendah (tekanan plateu < f. Pengobatan spesisifk anti-COVID-19 sam-
30 cmH2O) pai saat ini belum ada pengobatan spesifik anti
• Pada pasien ARDS berat, lakukan ventilasi 2019-nCoV untuk pasien dalam pengawasan
dengan prone position > 12 jam per hari atau konfirmasi 2019-n-CoV
• Manajemen cairan konservatif untuk pa-
sien ARDS tanpa hipoperfusi jaringan
• Pada pasien dengan ARDS sedang atau be- Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 9,15
rat disarankan menggunakan PEEP lebih
tinggi dibandingkan PEEP rendah Tujuan strategi PPI adalah untuk mencegah
• Pada pasien ARDS sedang-berat (td/FiO2 < atau membatasi penularan infeksi di fasilitas
150) tidak dianjurkan secara runtin meng- kesehatan yang meliputi deteksi dini dan pen-
gunakan pelumpuh otot gendalian sumber, penerapan kewaspadaan
• Pada fasyankes yang memiliki expertise in standar untuk semua pasien, penerapan tin-
extra corporal life support (ECLS) dapat dakan pencegahan tambahan secara empiris
dipertimbangkan penggunaanya ketika (droplet, kontak dan udara), pengontrolan
menerima rujukan pasien dengan hipok- administrati dan pengendalian lingkungan.
semia refrakter meskipun sudah mendapat-
kan lung protective ventilation Penerapan kewaspadaan standar termasuk ke-
• Hindari terputusnya hubungan ventilasi bersihan tangan dan penggunaan alat pelind-
mekanik dengan pasien karena dapat emn- ung diri (APD) sesuai dengan risiko, pence-
gakibatkan hilangnya PEEP dan atelekta- gahan luka karena jarum suntik atau benda
sis. Gunakan sistem closed suction kateter tajam, pengelolaan limbah yang aman, pem-
dan klem endotrakeal tube ketika terputus- bersihan lingkungan dan sterilisasi peralatan
nya hubungan ventilasi mekanis dan pasien linen yang digunakan dalam perawatan pa-
(misalnya ketika perpindahan ke ventilasi sien.
mekanis yang portable)
d. Manajemen syok septik a. Kewaspadaan Droplet dan Kontak
• Kenali tanda syok septik Salah satu kewaspadaan yang penting da-
• Resusitasi syok sepsis pada dewasa dengan lam hal penanganan pasien dalam penga-
larutan kristaloid isotonic 30 ml/kg
• Jangan gunakan kristaloid, kanji atau gela- wasan atau terkonfirmasi virus corona ini
tin utnuk resusitasi adalah pencegahan kontak dan droplet yai-
• Resussitaasi cairan dapat mengakibatkan tu:
kelebihan cairan dan gagal napaa. Bila ti- • Semua petugas kesehatan, orang, keluarga,
dak ada respon terhadap pemberian cairan pengunjung mematuhi kewaspadaan kontak
dan terdapat tanda-tanda kelebihan cairan dan droplet
maka kurangi atau hentikan pemberian • Sebaiknya pasien ditempatkan pada satu ru-
cairan angan untuk tiap pasien dengan ventilasi atau
• Vasopresor diberikan ketika syok tetap pertukaran udara yang baik yaitu minimal 160
berlangsung meskipun sudah diberikan re- L/detik/pasien. Pertukaran udara dapat den-
susitasi cairan yang cukup gan alamiah. Apabila ruangan tidak tersedia
• Jika kateter vena sentral tidak tersedia, va- maka tempatkan pasien dengan keluhan dan
sopressor dapat diberikan melalui intavena gejala yang sama dalam satu ruangan. Apabila
perifer, tetapi gunakan vena yang besar dan pasien ditempatkan dalam satu ruangan maka
pantau dengan cermat tanda-tanda nekrosis jarak antar temapt tidur minimal 1 meter
jaringan lokal • Bila memungkinkan petugas kesehatan yang

J Indon Med Assoc, Volum: 70, Nomor: 4, April 2020 92


Pneumonia Corona Virus Infection Diseases – 19 (COVID-19)

menangani pasien merupakan tim sehingga menahan laju penyakit untuk menjadi lebih
menghindari berganti-ganti petugas berat lagi. Hal yang perlu diperhatikan dan di-
• Petugas menggunakan masker bedah, pelind- siapkan yaitu mengurangi transmisi penyakit
ung wajah (face shield) atau pelindung mata dan meningkatkan angka tahan hidup. Mana-
(google), gaun pelindung nonsteril dengan jemen COVID-19 meliputi mengetahui faktor
lengan Panjang dan sarung tangan risiko komorbid, diagnosis dan tatalaksana
• Sebaiknya menggunakan alat-alat pemerik-
saan pasien (stetoskop, sfigmomameter, ther- yang adekuat.
mometer) untuk tiap pasien, tidak digunakan
secara bersamaan. Apabila tidak bisa atau Daftar Pustaka
digunakan secara bersamaan maka bersihkan
dan lakukan desinfeksi setelah selesai pe- 1. Paules CI, Marston HD, Fauci AS. Corona-
makaian. Pembersihan dengan alkohol 70% virus infections-more than just the common
• Menghindari menyentuh mata, hidung dan cold. Published online, 2020 January 23. doi:
mulut dengan tangan yang berpotensi terkon- 10.1001/jama.2929.0757.
taminasi 2. Burhan E, Isbaniah F, Susanto AD, Aditama
• Membatasi gerak pasien, hindari perpindahan TY, Soedarsono, Sartono TR, et al. Pneumo-
pasien keluar ruangan, apabila sangat dibu- nia Covid-19. Diagnosis dan Penatalaksanaan
tuhkan maka pasien menggunakan masker di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indo-
dan gunakan transport yang sudah ditentukan nesia. Jakarta; 2020.
untuk menghindari paparan pasien dengan 3. Chan JF, Kok KH, Zhu Z, Chu H, To KKW,
orang lain Yuan S, et al. Genomic characterization of the
• Membersihkan dan desinfeksi semua permu- 2019 novel human-pathogenic coronavirus
kaan yang terpapar dengan pasien secara rutin isolated from a patient with atypical pneumo-
• Membatasi kunjungan keluarga atau lainnya nia after visiting Wuhan. Emerging microbes
dengan pasien and infection 2020;9:221-36.
• Mencatat semua orang yang keluar dan masuk 4. Wu RG. Viral pneumonia in adults.
dalam ruangan dan berkontak dengan pasien 2013:24:317-27.
• Semua petugas kesehatan dipastikan untuk 5. Weiss SR, Navas-Martin S. Coronavirus
mematuhi kewaspadaan kontak dan droplet pathogenesis and the emerging pathogens se-
vere acute respiratory syndrome coronavirus.
b. Pencegahan Kewaspadaan Udara untuk Microbiol. Mol.Biol. Rev 2005;69:635-56.
Prosedur yang Menghasilkan Aerosol 6. J Chen. Pathogenicity and transmissibility of
2019-nCoV A quick overview and compar-
ison with other emerging viruses. Microbes
Beberapa prosedur yang menghasilkan aero- and infection, https://doi.org/10.1016/j.mi-
sol berhubungan dengan meningkatnya risiko cinf.2020.01.004
penularan virus. Prosedur tersebut seperti in- 7. Li Q, Guan X, Wu P, Wang X, Zhou L, Tong
tubasi trakea, bronkoskopi, pemasangan ven- Y. Early transmission dynamics in Wuhan,
tilasi non invasif, trakeostomi, resusitasi kar- China of novel coronavirus-infected pneumo-
dioplumoner dan lainnya. Petugas kesehatan nia. New England journal of medicine. 2020.
sebelum melakukan tindakan sebaiknya: (published online Jan 29.) DOI:10.1056/NEJ-
• Menggunakam respirator partikulat N95 ses- Moa2001316
uai standar NIOSH, EU FFP2 atau yang se- 8. Lessier J, Reich NG, Brookmeyer R, Pearl
tara. Sebelum memasang respirator sebaiknya TM, Nelson KE, Cummings DA. Incuba-
dilakukan fit test dan seal check tion periods of acute respiratory viral infec-
• Menggunakan alat pelindung mata, gaun APD tions: a systematic review. Lancet Infect Dis
bersih dengan lengan panjang. Bila meng- 2009:5:291-300.
gunakan gaun tidak tahan air maka gunakan 9. Pedoman kesiapsiagaan menghadapi novel
apron tahan air coronavirus (2019-nCOV). Direktorat Jendral
• Melakukan prosedur di ruangan berventilasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Febru-
baik dengan minimal aliran udara 160 liter/ ari; 2020.
detik/pasien atau di ruangan bertekanan nega- 10. Surveillance case definition for definitions
tif dengan pertukaran udara 12 ACH for human infection with novel coronavirus
• Pembatasan jumlah orang dalam ruangan (nCoV). Interim guidance v2, World Health
Organization, 2020 January 15.
Kesimpulan 11. Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao, Hu
Y, et al. Clinical features of patients infected
with 2019 novel coronavirus in Wuhan China.
Coronavirus infection disease-19 (COVID-19) Published online 2020 January 24, https://doi.
saat ini menjadi ancaman pandemi di dunia, org/10.1016/S0140- 6736(20)30183-5.
masih banyak hal yang belum diketahui ten- 12. Wang D, Hu B, Hu C, Zhu F, Liu X, Zhang J,
tang virus baru ini dan dunia sedang berusaha et al. Clinical characteristics of 138 hospital-

93 J Indon Med Assoc, Volum: 70, Nomor: 4, April 2020


Pneumonia Corona Virus Infection Diseases – 19 (COVID-19)

ized patients with 2019 novel coronavirus-in- 14. Clinical management of severe acute respira-
fected pneumonia. Downloaded from https:// tory infection when novel coronavirus (2019-
jamanetwork.com/on 02/22/2020. nCoV): interim guidance, World Health Orga-
13. The novel coronavirus pneumonia emergency nization, 2020 January 28.
response epidemiology team. The epidemio- 15. Infection prevention and control during health
logical characteristic of an outbreak of 2019 care when novel coronavirus (nCoV) infection
Coronavirus (COVID-10). CCDC week- is suspected. Interim guidance. World Health
ly;2:114-22. Organization, 2020 January 25.

J Indon Med Assoc, Volum: 70, Nomor: 4, April 2020 94

Anda mungkin juga menyukai