Anda di halaman 1dari 37

LABORATORIUM

KIMIA FISIKA

Percobaan : DESTILASI UAP

Kelompok : IV A

Nama :
1. Danissa Hanum Ardhyni NRP. 2313 030 033
2. Rachmani Amalia NRP. 2313030 041
3. Muhammad Muhyiddin Salim NRP. 2313 030 053
4. Mokhammad Faridl Robitoh NRP. 2313 030 087

Tanggal Percobaan : 16 Desember 2013


Tanggal Penyerahan : 23 Desember 2013
Dosen Pembimbing : Nurlaili Humaidah, S.T., M.T.
Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandri W.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
ABSTRAK

Tujuan dari percobaan destilasi uap ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari uap terhadap
titik didih dan juga untuk menghitung densitas dari minyak wijen.
Prosedur percobaan destilasi uap adalah sebagai berikut: mempersiapkan perangkat destilasi
lengkap kemudian bahan-bahan yang diperlukan untuk destilasi, yaitu biji wijen. Lalu di masukkan ke
dalam labu destilat. Selanjutnya mengisi boiler dengan air secukupnya, kemudian menyalakan
kompor. Menutup valve yang ada pada boiler saat uap pada panci sudah mengepul. Menyalakan
stopwatch sebagai awal mula perhitungan waktu destilasi uap dan hitung dalam kurun waktu selama
120menit. Mengukur (T) dan tekanan (P) yang ada pada labu destilat. Mencatat waktu, tekanan, dan
suhu saat destilat pertama kali menetes. Mengamati volume hasil destilasi yang ada pada labu
erlenmeyer, sebelum penuh harus diganti dengan labu erlenmeyer yang lain. Mengambil minyak wijen
dengan cara menyedot hasil destilasi dengan pipet tetes. Selanjutnya untuk menghitung densitas dari
minyak wijen, langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang piknometer yang akan diisi minyak
wijen pada keadaan kosong terlebih dahulu. Lalu memasukkan minyak wijen pada piknometer
berukuran 100ml, pada percobaan ini didapat destilat sebanyak 1000 ml. Menimbang piknometer
yang berisi minyak wijen. Menghitung berat (massa) minyak wijen dengan mencari selisih antara
berat piknometer yang telah terisi dengan berat piknometer yang kosong. Kemudian prosedur untuk
mendapatkan densitas dari minyak wijen adalah hasil pembagian dari berat (m) dari minyak wijen
dengan volume (v) minyak wijen.
Hasil dari destilasi minyak wijen tersebut adalah destilat pertama keluar pada menit kedua
dengan suhu 97°C dan tekanan 580mbar sedangkan suhu konstan pada 99°C dan tekanan 420mbar.
Destilat berupa air dan minyak yang dapat dihitung melalui volume dan berat/massa dari minyak
wijen, menurut teori minyak nabati yang didapat sebesar 58% dari berat kering, namun percobaan
yang kami lakukan tidak menghasilkan minyak. Ini dikarenakan titik didih dari biji wijem untuk
mendapatkan minyak nabatinya melebihi 210°C-220°C, sedangkan titik didih alat destilasi uap yang
kami gunakan suhu maksimalnya adalah 100°C. Oleh karena itu, kami memerasbiji wijen yang kami
gunakan sebanyak 400gram dan mendapatkan destilat sebanyak 1000mL. Densitas dari minyak wijen
setelah dihitung sebesar 0,9gram/ml.

Kata Kunci : destilasi, minyak nabati, titik didih, dan biji wijen

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.................................................................................................. I-1
I.2 Rumusan Masalah............................................................................................. I-2
I.3 Tujuan Percobaan ............................................................................................. I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori...................................................................................................... II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan ........................................................................................ III-1
III.2 Bahan yang Digunakan .................................................................................. III-1
III.3 Alat yang Digunakan ...................................................................................... III-1
III.4 Prosedur Percobaan ........................................................................................ III-1
III.5 Diagram Alir Percobaan ................................................................................. III-3
III.6 Gambar Alat Percobaan .................................................................................. III-5
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan ............................................................................................. IV-1
IV.2 Pembahasan ................................................................................................... IV.2
BAB V KESIMPULAN .................................................................................................. V-1
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... v
DAFTAR NOTASI ......................................................................................................... vi
APPENDIKS .................................................................................................................. vii
LAMPIRAN
Laporan Sementara
Fotokopi Literatur
Lembar Revisi

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Konsep Dua Fluida Sejajar ......................................................................... II-7


Gambar II.2 Viskometer Kapiler / Ostwald .................................................................... II-10
Gambar II.2 Viskometer Hoppler ................................................................................... II-11
Gambar II.2 Viskometer Cup dan Bob ........................................................................... II-12
Gambar II.2 Viskometer Cone dan Plate ........................................................................ II-13
Gambar II.2 Alat Ukur Massa Jenis ................................................................................ II-14
Gambar III.6 Gambar Alat Percobaan ............................................................................. III-5

iii
DAFTAR TABEL

Tabel IV.1.1 HasilPengamatan Pertama Kali Densitas Menetes ....................................... IV-1


Tabel IV.1.2 HasilDestilasi Uap Biji Wijen ..................................................................... IV-1

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan bahan atau senyawa yang
merupakan hasil pemisahan senyawa dari suatu bahan. Namun, untuk memisahkan
senyawa tertentu dari suatu bahan diperlukan teknik pemisahan yang sesuai. Seperti
halnya jika kita ingin mendapatkan garam dari air laut, maka teknik pemisahan yang
sesuai adalah kristalisasi, juga saat kita hendak memisahkan antara air dan pasir
diperlukan teknik pemisahan yang tepat pula yakni dengan cara filtrasi. Lantas teknik
pemurnian apa yang bisa memisahkan minyak dari bahan organiknya. Destilasi, teknik
pemisahan ini paling sesuai untuk melakukan hal tersebut. Karena teknik pemisahan ini
didasarkan pada perbedaan titik didih antara senyawanya, maka untuk memperoleh
minyak yang murni bukan hal yang mustahil. Destilasi yang umum dipakai untuk
memperoleh minyak dari bahan organik salah satunya adalah destilasi uap.
Destilasi uap memang efektif digunakan untuk memisahkan minyak dari bahan
organik seperti kulit jeruk, cengkeh, biji kacang tanah, dan juga kacang tanah. Dari
semua itu akan dihasilkan minyak atsiri. Meskipun kacang tanah kurang diketahui
mengandung minyak, namun kandungan minyak dalam kacang tanah tidak jauh beda
dengan biji kacang tanah ataupun cengkeh. Tentunya jika menggunakan metode dan
perlakuan yang tepat. Bukan tidak mungkin jika kacang tanah yang selama ini hanya
digunakan sebagai bahan masakan juga bisa digunakan sebagai sumber minyak dengan
menggunakan metode destilasi uap. Metode destilasi uap sangat bermanfaat untuk bisa
memanfaatkan semaksimal mungkin bahan-bahan organik yang ada di alam ini untuk
mengambil unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.
Aplikasi destilasi uap dalam dunia industri yaitu pada proses pembuatan minyak
atsiri atau minyak nabati. Oleh karenanya percobaan ini penting dilakukan sebagai
aplikasi teori destilasi uap yang telah kita pelajari.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh uap terhadap titik didih dalam percobaan destilasi uap dengan
bahan serbuk kacang tanah?
2. Bagaimana cara menghitung dan mengetahui densitas minyak kacang tanah sebagai
hasil dari destilasi uap serbuk kacang tanah?

I.3 Tujuan Percobaan


1. Mempelajari dan mengetahui pengaruh uap terhadap titik didih dalam percobaan
destilasi uap dengan bahan serbuk kacang tanah.
2. Menghitung dan mengetahui densitas minyak kacang tanah sebagai hasil dari destilasi
uap serbuk kacang tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Pengertian Pemurnian
Dalam banyak percobaan, faktor yang membatasi keakuratan hasil adalah
kemurnian bahan yang digunakan daripada penyempurnaan dari pengukuran. Misalnya,
ada yang diperoleh dengan menentukan indeks bias cairan untuk lima tempat desimal
jika mengandung pengotor dalam jumlah yang cukup untuk mengubah indeks bias di
tempat desimal ketiga. Kebutuhan bahan kimia dari kedua kemurnian tinggi dan
kemurnian didirikan besar, dan meluas ke semua cabang ilmu. Biro Nasional standar AS
telah aktif di bidang ini dan sekarang memasok beberapa bahan kemurnian tinggi dan
menyediakan layanan lainnya seperti standar kemurnian dan deskripsi metode
pemurnian. Diharapkan bahwa layanan ini akan diperluas. Banyak perusahaan kimia
menyediakan bahan kimia kemurnian ditentukan. Tingkat kemurnian tergantung pada
material yang akan diselidiki, penggunaan yang harus terbuat dari itu dan sifat dari
kotoran. Substansi kimia meliputi kelas-kelas yang berbeda yaitu:
1. Elemen, termasuk isotop yang dipilih,
2. Senyawa Organik, termasuk hidrokarbon dan turunannya seperti alkohol,
3. Materi non-organik, termasuk halida, oksida, asam, garam,
4. Kristal tunggal
(Daniels, 1949).
Ada banyak teknik untuk pemurnian, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Absorpsi
proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan
bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan.
Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada
absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia)
(Setyowati, 2009).
2. Adsorpsi
Suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat
kepada suatu padatan atau cairan (zat penjerap, adsorben) dan akhirnya membentuk
suatu lapisan tipis atau film (zat terjerap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda

II-1
II-2

Bab II Tinjauan Pustaka


dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan
membentuk suatu larutan (Wikipedia, 2013).
3. Kristalisasi
Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat
terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk
kristal dari zat terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair
yang sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk
hingga 100% (Zulfikar, 2011).
4. Destilasi
Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan pada
perbedaan tingkat volatilitas (kemudahan suatu zat untuk menguap) pada suhu dan
tekanan tertentu. Destilasi merupakan proses fisika dan tidak terjadi adanya reaksi
kimia selama proses berlangsung (Devi, 2013)
5. Elektrolisis
Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi
energi kimia. Komponen yang terpenting dari proses elektrolisis ini adalah elektrode
dan larutan elektrolit (Wikipedia, 2013).
6. Elektroforesis
Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan
berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya. Prinsip kerja dari elektroforesis adalah
adanya pergerakan komponen bermuatan positif (+) pada kutub negatif (-) serta
komponen bermuatan negatif (-) pada kutub positif (+). Pegerakan yang terjadi
disebut "elektrokinetik". Hasil yang didapatkan dari elektroforesis adalah
elektroforegram yang memberikan informasi mengenai seberapa cepat perpindahan
komponen (tm) atau biasa disebut kecepatan migrasi (Aditama, 2011).
7. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut. Ekstraksi
menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) diantara dua fasa cair yang tidak
saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan
bersih, baik untuk zat organik atau anorganik, untuk analisis makro maupun mikro
(Kurniawati, 2011).

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-3

Bab II Tinjauan Pustaka


8. Destilasi fraksional
Merupakan suatu teknik pemisahan untuk larutan yang mempunyai perbedaan
titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30oC atau lebih. Dalam destilasi
fraksional atau destilasi bertingkat proses pemisahan parsial diulang berkali-kali
dimana setiap kali terjadi pemisahan lebih lanjut. Hal ini berarti proses pengayaan
dari uap yang lebih volatil juga terjadi berkali-kali sepanjang proses destilasi
fraksional itu berlangsung (Ema,2013).
9. Kromatografi gas – liquid
Kromatografi gas-cair (GLC), atau hanya kromatografi gas (GC), adalah jenis
yang umum digunakan dalam analisis kromatografi kimia untuk memisahkan dan
menganalisis senyawa yang dapat menguap tanpa dekomposisi. Khas penggunaan
GC termasuk pengujian kemurnian zat tertentu, atau memisahkan komponen yang
berbeda dari campuran (jumlah relatif komponen tersebut juga dapat ditentukan).
Dalam beberapa situasi, GC dapat membantu dalam mengidentifikasi suatu senyawa.
Dalam persiapan kromatografi, GC dapat digunakan untuk mempersiapkan senyawa
murni dari campuran (Edrushimawan, 2010).
10. Zona pelelehan
Persyaratan untuk kemurnian yang sangat tinggi padatan yang digunakan
dalam transitors dan instrumen elektronik serupa telah menyebabkan kesempurnaan
pemurnian dengan zona leleh. Sebuah tabung panjang padat beku mencair pada salah
satu ujungnya dengan letak yang sempit. Pemanasan kumparan bergerak perlahan di
sepanjang tabung, dan zona lelehan yang berisi kotoran juga bergerak sepanjang
tabung, mengumpulkan kotoran lebih juga bergerak bersama, mengumpulkan kotoran
lebih sebagai kelanjutannya. Dengan cara ini kotoran berpindah ke salah satu ujung.
Proses ini diulang beberapa kali (Daniels, 1949).

Pengertian Destilasi
Destilasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk memisahkan dan
memurnikan cairan. Destilasi terdiri dari pmanasan cairan sampai pada titik didihnya,
penghantaran uap pada alat pendingin dimana terjadi kondensasi dan mengambil zat
yang telah terkondensasi (Harold, 1999).
Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada suhu
diantara titik didih bahan yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap,

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-4

Bab II Tinjauan Pustaka


uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung
dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut
residu (Murni, 2012).
Prinsip dari destilasi adalah perbedaan titik didih dari zat zat cair dalam campuran
zat cair tersebut sehingga zat (senyawa) yang memiliki titik didih terendah akan
menguap lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan mengembun dan menetes
sebagai zat murni (destilat). Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan
untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara
mengalirkan uap air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah
menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung.
Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan
dengan labu pembangkit uap (Agustina, 2012).
Ada empat macam variabel dalam destilasi uap yaitu: tekanan, temperatur,
konsentrasi komponen A pada fasa cair, dan konsentrasi komponen A pada fasa gas / uap
(konsentrasi komponen B sama dengan 1 dikurangi konsentrasi komponen A). Jika telah
ditetapkan temperatur, hanya ada satu variabel saja yang dapat diubah secara bebas
sedangkan temperatur dan konsentrasi fasa uap didapatkan sebagai hasil perhitungan
sesuai sifat-sifat fisik pada tahap kesetimbangan (Modul Destilasi Teknik Kimia ITB, 2009).
Destilasi adalah pemisahan komponen-komponen di dalam suatu campuran,
membuat suatu kenyataan bahwa beberapa komponen lebih cepat menguap daripada
yang lain. Jika uap terbentuk dari suatu campuran, maka uap ini mengandung komponen
asli campuran, akan tetapi dalam proporsi yang ditentukan oleh daya menguap
komponen tersebut. Uap mengandung komponen tertentu yang lebih banyak, yaitu yang
mudah menguap (volatile), kemudian terjadi penguapan. Pada destilasi berfraksi, uap
dimampatkan dan kemudian diuapkan kembali sehingga pemisahan lebih lanjut terjadi.
Untuk mendapatkan komponen yang murni dengan cara ini, kadangkadang,tidak
mungkin (sukar) terjadi. Namun, derajat pemisahan dapat dengan mudah dicapai apabila
penguapan terjadi sangat berbeda.Pada kenyataannya, zat-zat cair memiliki tekanan uap
yang berbeda-beda pada temperatur tertentu. Pada suatu campuran zat cair yang bersifat
mudah menguap (volatile), maka cairan yang tersisa dalam boiler akan lebih sedikit.
Sebaliknya, jika komponen yang bersifat sukar menguap (non-volatil), maka cairan yang
tersisa dalam boiler akan lebih banyak. Pada bagian-bagian terdahulu dijelaskan bahwa
sifat larutan dari zat terlarut bukan atsiri dalam pelarut cair (Anonym, 2012).

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-5

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.1 Perangkat Destilasi Sederhana


Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal destilasi didasarkan pada
hukum Raoult dan hukum Dalton. Dimana dalam hukum Raoult dikatakan bahwa
tekanan uap parsial pada segala jenis komponen yang mudah menguap dalam sebuah
larutan adalah sama dengan tekanan uap pada komponen yang murni dikalikan dengan
fraksi mol pada larutan tersebut. Sedangkan uap jenuh dari cairan yang sama sekali tidak
bercampur akan mengikuti hukum Dalton mengenai tekanan parsial, yang mengatakan
bahwa pada suhu konstan tekanan total yang diberikan oleh campuran gas dalam volume
tertentu adalah sama dengan jumlah dari tekanan individu dari masing-masing gas akan
berusaha jika terisi volume total yang sama (Lando, 1944).
Tekanan uap parsial adalah tekanan uap cairan murni pada suhu tersebut. Jika PA
dan PB adalah tekanan uap cairan A dan cairan B pada titik didih campuran, tekanan
jumlah PT adalah
PT = PA + PB
Dan susunan uapnya adalah :`
nA/nB = PA + PB
(Gucker and Meldrum, 1950)

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-6

Bab II Tinjauan Pustaka


dimana :
nA = Jumlah mol senyawa A
nB = Senyawa B pada volume tertentu pada fase uap
Ketika fraksionalisasi terjadi pada campuran yang tidak saling larut (imisible), hal
ini sering disebut condistillation. Ketika salah satu zat tersebut berupa air, maka proses
ini sering disebut steam distillation (penyulingan uap). Untuk kondisi di mana suatu
bahan tidak saling larut, tekanan total dapat dicari dengan hukum Dalton, yaitu:
PT = P10 + P2 0
Dimana :
P = Tekanan total
PoA = Tekanan air
PoB = Uap dari sampel
PoA dan PoB = Berkoresponding terhadap temperatur
(Milliard, 1936)
Setiap suhu yang mendidih selama campuran dilambangkan dengan T (tekanan
uap parsial dari dua konstituen P0a dan P0b sesuai dengan suhu tertentu). Jika kita
membiarkan Na’ dan Nb’ menjadi fraksi mol dari kedua konstituen dalam uap maka :
P0a = Na’ P dan P0b = N’b P
(Gucker and Meldrum, 1950)
Perbandingan tekanan di temperatur T konstan tentunya memiliki perbandingan
mol yang konstan juga.
𝑃0 𝑎 = 𝑛𝑎 = 𝑊𝑎. 𝑀𝑏
𝑃0 𝑏 = 𝑛𝑏 = 𝑊𝑏. 𝑀𝑎
(Gucker and Meldrum, 1950)
Karena,
𝑛𝑎 𝑛𝑏
N’a = 𝑛𝑎 .𝑛𝑏 dan N’b = 𝑛𝑎 .𝑛𝑏

(Gucker and Meldrum, 1950)


Di mana na dan nb adalah jumlah mol volume A dan B. Maka,
𝑃0 𝑎 𝑛𝑎
0
=
𝑃 𝑏 𝑛𝑏
(Gucker and Meldrum, 1950)

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-7

Bab II Tinjauan Pustaka


Karenanya rasio tekanan dan rasio tekanan parsial pada T adalah konstan, na / nb
juga harus konstan. Komposisi uap setiap saat konstan sepanjang kedua cairan tersebut
ada. Karena,
𝑊𝑎 𝑊𝑏
na = 𝑀𝑏 dan nb = 𝑀𝑏

dimana Wa adalah massa minyak dan Wb adalah massa air.


Sehingga,
𝑃0𝑎 𝑛𝑎 𝑊𝑎 .𝑀𝑏
𝑃0𝑏
= 𝑛𝑏
= 𝑊𝑏 .𝑀𝑎

(Gucker and Meldrum, 1950)


Sehingga kita dapat mencari Berat Molekul minyak dari rumus:
𝑊𝑎 𝑀𝑎. 𝑃0 𝑎
=
𝑊𝑏 𝑀𝑏. 𝑃0 𝑏
(Miliard, 1936)
Fraksi mol tidak dimasukkan persamaan karena cairan yang teruap tidak saling
mempengaruhi. Seringkali dalam penyulingan dibuat laju alir steam dibuat berlebih agar
produk yang dihasilkan lebih besar karena dengan laju alir steam besar diharapkan proses
terekstraknya minyak oleh steam semakin besar (Keenan, 1992).
Destilasi dilaksanakan dalam praktik menurut salah satu dari dua metode utama.
Metode pertama, didasarkan atas pembuatan uap dengan mendidihkan campuran zat cair
yang akan dipisahkan dan mengembunkan (kondensasi) uap tanpa ada zat cair yang akan
kembali dalam bejana didih, sehingga tidak terbentuk refluks. Metode kedua, didasarkan
atas pengembalian sebagian dari kondensat ke bejana didih dalam suatu kondisi tertentu
sehingga zat cair yang akan dikembalikan ini mengalami kontak akrab dengan uap yang
mengalir ke atas menuju kondensator. Masing-masing metode ini dapat dilaksanakan
dalam proses kontinu (ketersinambungan) maupun dalam proses batch (tumpah). Proses-
proses kontinu keadaan tetap meliputi penguapan parsial satu tahap tanpa refluks (flash
distillation/destilasi kilat) dan destilasi kontinu dengan refluks (reftifikasi). Destilasi
tumpah yang merupakan proses tak-tetap, penggunaannya tidak sejamak destilasi kontinu
dan perhitungannya lebih rumit (Keenan, 1992).
Bila suatu campuran dua cairan yang dapat bercampur dididihkan, uap yang lepas
dari dalam cairan biasanya mempunyai susunan yang lebih daripada susunan cairan yang
mendidih. Perilaku yang lazim adalah bahwa uap lebih kaya dengan fikomponen yang
lebih volatil. Dengan mendidihkan sebagian dari cairan itu dan mengembunkan uapnya,

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-8

Bab II Tinjauan Pustaka


campuran itu dapat dipisahkan menjadi dua bagian. Uap yang terembunkan disebut
distilat (sulingan). Cairan yang tertinggal disebut residu dan lebih kaya akan komponen
yang sukar menguap (Keenan, 1992).

Kurva Kesetimbangan
Salah satu cara untuk membuat kurva kesetimbangan yaitu dengan menggunakan
Hukum Roult. Berdasarkan Hukum Roult untuk larutan ideal dan biner.
PA = X1.P0A
Dimana :
PA = Tekanan Parsial Komponen A dalam uap (atm)
X1 = Mol fraksi Komponen A dalam liquid
P0A = Tekanan Uap murni komponen A pada suhu yang sama (atm)
(Fitrah, 2012)

Larutan Ideal dan non Ideal


Gas ideal tidak memiliki gaya intermolekul dalam gas tersebut. Larutan ideal
berarti semua gaya intermolekul baik gaya intermolekul pada molekul - molekul sejenis
(misal pelarut- pelarut) atau pada molekul yang tidak sejenis (misal pelarut-zat terlarut)
adalah sama (Fitrah, 2012).
Salah satu sifat larutan yang penting adalah tekanan uap suatu komponen yang
terdapat dalam larutan tersebut pada permukaan larutan. Mengetahui besarnya
kecenderungan suatu komponen untuk menguap yang berarti keluar dari larutan dapat
diduga gaya–gaya intermolekul apa yang bekerja di dalam larutan. Mempelajari
kecenderungan untuk menguap atau tekanan uap parsial sebagai fungsi dari suhu dan
konsentrasi (Bird, 1993:179).
Syarat dari larutan ideal adalah sebagai berikut :
1. Homogen pada seluruh sistem mulai dari mol fraksi 0 - 1.
2. Tidak ada entalpi pencampuran pada waktu komponen-komponen dicampur
membentuk larutan ( ΔH pencampuran = 0 ).
3. Tidak ada beda volume pencampuran, artinya volume larutan sama dengan jumlah
komponen yang dicampurkan ( ΔV pencampuran = 0 ).
4. Memenuhi Hukum Roult

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-9

Bab II Tinjauan Pustaka


Pada kenyataannya tidak ada larutan yang benar-benar ideal dan campuran yang
sebenar-benarnya mendekati ideal. Larutan non ideal dibagi dua golongan, yaitu:
1. Larutan non ideal deviasi positif yang mempunyai volume ekspansi, dimana akan
menghasilkan titik didih maksimum pada sistem campuran itu. Contoh : sistem
aseton-karbon disulfide dan sistem HCl–air.
2. Larutan non ideal deviasi negatif yang mempunyai volume kontraksi, dimana akan
menghasilkan titik didih minimum pada sistem campuran itu. Contoh : sistem
benzene-etanol dan aseton–kloroform
(Tim Penyusun, 2011:5)

Azeotrop
Azeotrop (constant boiling mixtures) adalah campuran dengan komposisi yang
konstan pada tekanan tertentu. Jika tekanan total diubah, baik titik didih maupun
komposisi azeotrop juga akan berubah. Azeotrop bukan merupakan suatu senyawa pasti
yang komposisinya konstan pada seluruh range temperatur dan tekanan, tetapi
merupakan suatu campuran yang dihasilkan dari interaksi gaya intermolekuler dalam
larutan. Kondisi ini terjadi karena ketika azeotrop di didihkan, uap yang dihasilkan juga
memiliki perbandingan konsentrasi yang sama dengan larutannya semula akibat ikatan
antar molekul pada kedua larutannya (Maron, 1974).

Diagram Titik Didih Destilasi pada Larutan Biner


Pada destiasi terdapat perbedaan titik didih pada larutan yang membuat
perbedaan pada hasil yang dicapai ketika fasa cair dan gas (uap). Perbedaan ini secara
umum diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu:
1. Sistem Tipe I
Jika kita memanaskan larutan dengan komposisi a, dan tidak mendidih sampai
suhu Ta tercapai. Pada suhu ini uap yang datang dari dari a akan memiliki komposisi
a'. Karena a' lebih banyak daripada B, sedangkan komposisi residu harus menjadi
banyak dalam A. Komposisi baru residu, b, tidak bisa memanaskan namun hingga
sampai suhu Tb tercapai, yang lebih tinggi dari Ta. Pada gilirannya uap datang dari
dari B akan memiliki komposisi b', dan sekali lagi harus lebih banyak pada B.
Akibatnya komposisi residu akan diperkaya dalam A, dan suhu harus naik sebelum
residu akan mendidih (Lando, 1944).

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-10

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.2 Sistem Pada Tipe I


2. Sistem Tipe II
Jika larutan memiliki komposisi antara A dan C, seperti pada proses destilasi,
suhu uap yang ada pada saat mendidih akan lebih tinggi daripada larutan murni a. Jika
destilasi dilanjutkan, terdapat pendapat yang sama seperti yang digunakan untuk
larutan pada tipe I yang menunjukkan bahwa a pada akhirnya residu murni dari A,
yang mendidih pada suhu Ta. Di sisi lain, jika uap dari larutan murni, a',
dikondensasikan dan diredestilasi berulang kali, uap dengan komposisi C akhirnya
akan diperoleh. Uap tersebut terkondensasi dan ketika didestilasi lagi akan
menghasilkan komposisi uap sebagai larutan dan karenanya tidak ada pemisahan
lebih lanjut yang mungkin menggunakan destilasi. Akibatnya, setiap campuran yang
memiliki komposisi antara A dan C dapat dipisahkan dengan destilasi fraksional
hanya menjadi residu murni A dan destilat akhir komposisi C yang tidak murni dapat
dikembalikan. Di sisi lain, jika komposisi larutan antara C dan B adalah didestilasi,
misalnya b, uap yang datang, b ', akan lebih banyak di A daripada di larutan murni
dan karenanya pada destilasi berulang residu akan cenderung ke arah larutan murni B,
sedangkan destilat akan cenderung ke arah C. Larutan tersebut pada destilasi
kompleks akan menghasilkan larutan murni B di residu dan mendidih konstan pada
campuran C dalam destilat. Dengan tidak ada A yang dapat dikembalikan dengan
destilasi (Lando, 1944).

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-11

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.3 Sistem pada Tipe II


3. Sistem Tipe III
Akan dianalogiskan dengan solusi dari tipe II, dengan pengecualian bahwa
residu cenderung ke arah campuran yang mendidih maksimum, sedangkan sulingan
cenderung ke arah komponen yang murni. Jika campuran mulai memiliki komposisi
antara A dan D, seperti a, uap yang diperoleh pada distilasi, a', akan lebih banyak di
A daripada larutan itu sendiri. Oleh karena itu komposisi residu akan bergeser ke arah
D dan akhirnya akan mencapai itu. Di sisi lain, akhirnya akan menghasilkan pada
destilat A yang murni. Campuran antara D dan B. seperti b, namun akan
menghasilkan pada destilasi uap komposisi b ' lebih banyak di B daripada di larutan.
Oleh karena itu, sekali lagi lagi residu akan bergeser ke arah D, sementara pada
redistillation dari campuran sebagai b akhirnya akan menghasilkan residu komposisi
D dan distilat murni B. Oleh karena itu, bahwa setiap sistem biner jenis ini dapat
dipisahkan pada distilasi fraksional lengkap menjadi residu komposisi D, konstanta
campuran mendidih maksimum, dan destilat baik murni A atau B murni, tergantung
pada apakah komposisi awal adalah antara A dan D atau D dan B. tetapi campuran
komposisi D tidak dapat dipisahkan lebih lanjut dengan distilasi (Lando, 1944).

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-12

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.4 Sistem pada Tipe III

Macam-Macam Destilasi
Macam-Macam Destilasi adalah Sebagai Berikut:
1. Destilasi sederhana
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk
memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh.
Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh
senyawa murninya. Senyawa–senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap
pada saat mencapai titik didih masing – masing (Etrinaldi, 2012 ).
2. Destilasi bertingkat (fraksionasi)
Destilasi bertingkat adalah proses pemisahan destilasi ke dalam bagian-bagian
dengan titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya pemisahan bagianbagian
ini dimaksudkan untuk destilasi ulang. Destilasi bertingkat merupakan proses
pemurnian zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa senyawa cair yang titik
didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih senyawa yang akan
dimurnikan. Dengan perkataan lain, destilasi ini bertujuan untuk memisahkan
senyawa-senyawa dari suatu campuran yang komponen-komponennya memiliki
perbedaan titik didih relatif kecil. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-13

Bab II Tinjauan Pustaka


campuran aseton-metanol, karbon tetra klorida-toluen, dll. Pada proses destilasi
bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang dipasang pada labu destilasi (Tya, 2012).
3. Destilasi azeotrop
Berikut keuntungan diambil dari pembentukan campuran azeotropik
melibatkan pengotor untuk memfasilitasi pemurnian dengan destilasi fraksional.
Dalam produksi alkohol absolut komersial, benzena ditambahkan ke-95 persen untuk
azeotrop etanol dan air hasil destilasi biasa. Sebuah azeotrop terner air, etanol dan
benzene kemudian dapat keluar difraksinasi untuk menghilangkan benzena dalam
azeotrop biner dengan etanol dan etanol meninggalkan dasarnya anhidrat
terkontaminasi dengan jejak benzena (Daniels, 1949).
4. Destilasi vakum (destilasi tekanan rendah)
Destilasi ini digunakan untuk zat yang tak tahan suhu tinggi atau bisa rusak
pada pemansan yang tinggi. Sehingga dengan menurunan tekanan maka titik didih
juga akan menurun, maka destilasi yang tadinya harus dilakukan pada suhu tinggi
tetap dapat dilakukan pada suhu rendah dengan menurunkan tekanan. Destilasi ini
menggunakan tekanan operasinya 0,4 atm (≤300 mmHg absolut). Proses distillasi
dengan tekanan dibawah tekanan atmosfer (Akbar, 2012).
5. Refluks/ destrusi
Refluks/destruksi ini bisa dimasukkan dalam macam-macam destilasi walau
pada prinsipnya agak berkelainan. Refluks dilakukan untuk mempercepat reaksi
dengan jalan pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang ada. Dimana
pada umumnya reaksi- reaksi senyawa organik adalah “lambat” maka campuran
reaksi perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan akan menyebabkan penguapan
baik pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu agar campuran tersebut reaksinya dapat
cepat, dengan jalan pemanasan tetap jumlahnya tetap reaksinya dilakukan secara
refluks. Fungsi refluks, adalah memperbesar L/V di enriching section, sehingga
mengurangi jumlah equibrium stage yang diperlukan untuk product quality yang
ditentukan, atau, dengan jumlah stage yang sama, akan menghasilkan product quality
yang lebih baik dengan menggandakan kontak kembali antara cairan dan uap agar
panas yang digunakan efisien (Putri, 2012).
6. Destilasi uap
Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi
campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-14

Bab II Tinjauan Pustaka


uap air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi
uap pada temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. Untuk
destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan dengan
labu pembangkit uap . Uap air yang dialirkan ke dalam labu yang berisi senyawa yang
akan dimurnikan, dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut,
karena titik didih suatu campuran lebih rendah dari pada titik didih
komponenkomponennya. Destilasi uap juga merupakan cara untuk mengisolasi dan
memurnikan senyawa. Cara destilasi uap dapat digunakan untuk memisahkan:
1. Senyawa yang mudah menguap atau senyawa yang tidak dikehendaki.
2. Campuran air yang mengandung garam-garam anorganik terlarut.
3. Senyawa yang secara tidak langsung menguap dalam uap air misalnya orto
nitrofenol dan para nitrofenol
4. Hasil samping tertentu yang teruapkan oleh pengaruh uap air.
Dalam destilasi uap, uap yang keluar setelah kontak dengan bahan yang
didestilasi merupakan campuran uap dari masing-masing komponen sebanding
dengan volumenya. Bila komponen A dan B membentuk suatu campuran yang tidak
bercampur maka tekanan uap totalnya sama dengan penjumlahan tekanan uapnya
masing-masing. Komposisi uapnya akan berbanding lurus dengan tekanan uapnya
masing-masing. Destilasi uap umumnya digunakan untuk memurnikan senyawa
organik yang terdestilasi uap (volatile), tidak tercampurkan dengan air, mempunyai
tekanan uap yang tinggi pada 1000C dan mengandung pengotor yang tidak atsiri
(nonvolatile). Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara
normal. Pada pemanasan biasa kemungkinan akan terjadi kerusakan zat aktifnya.
Untuk mencegah hal tersebut maka pemurnian dilakukan dengan destilasi uap.
Dengan adanya uap air yang masuk, maka tekanan kesetimbangan uap zat kandungan
kan diturunkan menjadi sama dengan tekanan bagian di dalam suatu sistem, sehingga
produk akan terdestilasi dan terbawa oleh uap air yang mengalir. Destilasi uap juga
dapat dikatakan suatu proses pemindahan massa kesuatu media massa yang bergerak.
Uap jenuh akan membasahi permukaan bahan, melunakkan jaringan dan menembus
kedalam melalui dinding sel, dan zat aktif akan pindah ke rongga uap air yang aktif
dan selanjutnya akan pindah ke rongga uap yang bergerak melalui antar fasa. Proses
ini disebut hidrodifusi (Sinaga, 2010).

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-15

Bab II Tinjauan Pustaka


Aplikasi Prinsip Destilasi
Sebagai contoh, proses penyulingan dari larutan garam yang dilakukan di
laboratorium. Pada proses ini larutan garam (NaCl) dimasukkan pada labu destilat yang
sudah dirangkai dengan alat destilasi lainnya, yang dimana pada bagian atas dari labu
tersebut dipasang alat pengukur suhu atau thermometer (Rahayu, 2009).
Larutan garam (NaCl) di dalam labu dipanaskan dengan menggunakan pembakar
Bunsen. Setelah beberapa saat, larutan garam di dalam labu yang dipanasi akan mendidih
dan sebagian akan menguap. Uap yang dihasilkan dari pemanasan larutan garam (NaCl)
dilewatkan kondensor, dan akan terkondensasi yang ditampung pada erlemeyer. Cairan
pada erlemeyer merupakan destilat sebagai air murni. Harus dipastikan air pendingin pada
kondensor dialirkan terlebih dahulu sebelum proses kondensasi. Dengan tujuan untuk
menghindari alat pecah akibat panas dari uap yang mengalir pada kondensor (Rahayu,
2009).
Pada operasi destilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa bila
campuran cair ada dalam keadaan setimbang dengan uapnya, komposisi uap dan cairan
berbeda. Uap akan mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap,
sedangkan cairan akan mengandung lebih sedikit komponen yang mudah menguap. Bila
uap dipisahkan dari cairan, maka uap tersebut dikondensasikan (Rahayu, 2009).
Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal destilasi didasarkan pada
Hukum Raoult dan Hukum Dalton (Rahayu, 2009).
Umumnya proses destilasi dalam skala industri dilakukan dalam menara, oleh
karena itu unit proses dari destilasi ini sering disebut sebagai menara destilasi (MD). MD
biasanya berukuran 2-5 meter dalam diameter dan tinggi berkisar antara 6-15 meter.
Masukan dari MD biasanya berupa cair jenuh (cairan yang dengan berkurang tekanan
sedikit saja sudah akan terbentuk uap) dan memiliki dua arus keluaran, arus yang diatas
adalah arus yang lebih volatil (lebih ringan/mudah menguap) dan arus bawah yang terdiri
dari komponen berat (Skysang, 2012).

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-16

Bab II Tinjauan Pustaka


Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini
disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar
mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman
asalnya. Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna.
Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya,
minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh,
ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk (Gunawan & Mulyani, 2004).
1. Lokalisasi minyak atsiri
Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti didalam rambut
kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili
Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan
Rutaceae). Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat
adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida
tertentu (Gunawan & Mulyani, 2004).
2. Komposisi kimia minyak atsiri
Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan
jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode
ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak. Minyak atsiri biasanya
terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Karbon
(C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri
dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Golongan hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon
(C) dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri
sebagian besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit
isopren), diterpen (4 unit isopren) dan politerpen (Ketaren, 1985).
b. Golongan hidrokarbon teroksigenasi
Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsure
Karbon (C), hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam
golongan ini adalah persenyawaan alcohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol.
Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan
tunggal,ikatan rangkap dua, dan ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-17

Bab II Tinjauan Pustaka


tunggal dan ikatan rangkap dua. Senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi,
sukar larut dalam alkohol encer dan jika disimpan dalam waktu lama akan
membentuk resin. Golongan hidrokarbon teroksigenasi merupakan senyawa yang
penting dalam minyak atsiri karena umumnya aroma yang lebih wangi. Fraksi
terpen perlu dipisahkan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk pembuatan parfum,
sehingga didapatkan minyak atsiri yang bebas terpen (Ketaren, 1985).
3. Penggunaan dan Aktivitas Biologi Minyak Atsiri
Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu proses
penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan
tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman
(Sudaryani & Sugiharti, 1998).
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri,
misalnya industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavoring agent)
dalam industri makanan dan minuman (Ketaren, 1985).
4. Cara isolasi minyak atsiri
Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. penyulingan (distillation)
b. pengepresan (pressing)
c. ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent extraction)
d. ekstraksi dengan lemak
(USU, 2013).

Wijen
Wijen (Sesamum indicum L. syn. Sesamum orientalis L.) adalah semak semusim
yang termasuk dalam famili Pedaliaceae. Tanaman ini dibudidayakan sebagai
sumber minyak nabati, yang dikenal sebagai minyak wijen, yang diperoleh dari
ekstraksi bijinya. Afrika tropik diduga merupakan daerah asalnya, yang lalu tersebar ke
timur hingga ke India dan Tiongkok. Di Afrika Barat ditemukan pula kerabatnya, S.
Ratiatum Schumach dan S. alabum Thom., yang di sana dimanfaatkan daunnya
sebagai lalapan. S. ratiatum juga mengandung minyak, tetapi mengandung rasa pahit
karena tercampur dengan saponin yang juga beracun. Saat ini, wijen ditanam terutama
di India, Tiongkok, Mesir, Turki, Sudan, serta Meksiko dan Venezuela (Wikipedia, 2013).
1. Morfologi Wijen

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-18

Bab II Tinjauan Pustaka


Akar tanaman ini bertipe akar tunggang dengan banyak akar cabang yang
sering bersimbiosis dengan mikoriza VA (vesikular-arbuskular). Tinggi bervariasi
dari 60 hingga 120cm, bahkan dapat mencapai 2-3m. Batangnya berkayu pada
tanaman yang telah dewasa. Daun tunggal, berbentuk lidah memanjang.
Bunga tumbuh dari ketiak daun, biasanya tiga namun hanya satu yang biasanya
berkembang baik. Bunga sempurna, kelopak bunga berwarna putih, kuning, merah
muda, atau biru violet, tergantung varietas. Dari bunga tumbuh 4-5 kepala sari. Bakal
buah terbagi dua ruang, yang lalu terbagi lagi menjadi dua, membentuk polong. Biji
terbentuk di dalam ruang-ruang tersebut. Apabila buah masak dan mengering, biji
mudah terlepas ke luar, yang menyebabkan penurunan hasil. Melalui pemuliaan, sifat
ini telah diperbaiki, sehingga buah tidak mudah pecah ketika mengering. Banyaknya
polong per tanaman, sebagai faktor penentu hasil yang penting, berkisar dari 40
hingga 400 per tanaman. Bijinya berbentuk seperti buah apokat, kecil, berwarna putih,
kuning, coklat, merah muda, atau hitam. Bobot 1000 biji 2-6g.
2. Kandungan Wijen
Biji wijen mengandung 50-53% minyak nabati, 20% protein, 7-8% serat kasar,
15% residu bebas nitrogen, dan 4,5-6,5% abu. Minyak biji wijen kaya akan asam
lemak tak jenuh, khususnya asam oleat (C18:1) dan asam linoleat (C18:2, Omega-6),
8-10% asam lemak jenuh, dan sama sekali tidak mengandung asam linolenat. Minyak
biji wijen juga kaya akan Vitamin E. Ampas biji wijen (setelah diekstrak minyaknya)
menjadi sumber protein dalampakan ternak.
3. Kegunaan Wijen
Wijen sudah sejak lama ditanam manusia untuk dimanfaatkan bijinya, bahkan
termasuk tanaman minyak yang paling tua dikenal peradaban. Kegunaan utama
adalah sebagai sumber minyak wijen. Bijinya yang berwarna putih digunakan sebagai
penghias pada penganan, misalnya onde-onde, dengan menaburkannya di permukaan
penganan tersebut. Biji wijen dapat dibuat pasta. Berbagai tradisi memasak yang
memanfaatkan kedelai tersebar mulai dari kawasan Laut Tengah,
seperti Yunani dan Turki, hingga Jepang dan semenanjung Korea
(Wikipedia, 2013)

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-19

Bab II Tinjauan Pustaka


Minyak Wijen
Minyak wijen adalah minyak nabati yang berasal dari ekstraksi biji wijen. Minyak
wijen terdiri dari dua jenis, minyak dari biji wijen yang telah disangrai dan minyak dari
biji wijen mentah. Dalam bahasa Tamil, minyak wijen disebut nalla ennai yang secara
harfiah berarti minyak bagus. Dalam bahasa Telugu, minyak wijen disebut nuvvula noone
(nuvvulu berarti wijen dan noone berarti minyak masak) atau manchi noone (manchi
berarti bagus dan noone berarti minyak masak). Dalam bahasa Kannada, minyak wijen
disebut yellenne (yellu berarti wijen).
Di India Selatan dan Myanmar, minyak wijen dari dari biji wijen mentah dipakai
sebagai minyak goreng. Minyak wijen dituangkan sebagai penyedap dalam masakan
Korea, Cina, dan Taiwan. Sebagian besar masakan Korea memakai minyak wijen. Di
Cina, Korea, dan Jepang, biji wijen disangrai lebih dulu sebelum diperas menjadi minyak.
Hasilnya adalah minyak berwarna cokelat keemasan dan berbau harum. Minyak wijen
dari India berwarna kuning keemasan. Minyak wijen berwarna bening didapat dari hasil
ekstraksi biji wijen mentah dan aromanya kurang harum. Suhu sewaktu mematangkan biji
wijen memengaruhi minyak yang dihasilkan. Minyak wijen untuk masakan Cina

berwarna lebih gelap karena biji wijen disangrai dengan suhu di atas 200℃. Minyak
wijen mengandung vitamin E, vitamin A, vitamin B, kalsium, dan magnesium. Di India,
minyak wijen dipakai sebagai minyak pijat dalam cara pengobatan Ayurveda.
Minyak wijen dianggap sebagai salah satu media yang sempurna untuk
memberikan sejumlah manfaat kesehatan dan kecantikan. Memijat wajah menggunakan
minyak wijen akan membantu menghilangkan stres, serta menjadikan kulit tampak lebih
muda dan sehat. Berikut adalah beberapa manfaat minyak wijen untuk kesehatan dan
kecantikan kulit.
Meski tak sepopuler minyak zaitun, minyak wijen juga dikenal sebagai minyak
sehat. Di China dan Korea misalnya, masyarakat sudah akrab menggunakannya untuk
mengolah makanan. Tujuan penggunaan itu tak lain untuk menciptakan cita rasa khas
sekaligus pengobatan. Apa saja manfaatnya?
a. Sehatkan Jantung
Salah satu manfaat minyak wijen yakni menyehatkan jantung. Hal ini karena
minyak tersebut bekerja melancarkan pembuluh darah dengan meminimalkan
penyumbatan. Selain itu juga menurunkan tekanan darah dan kolesterol buruk,

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-20

Bab II Tinjauan Pustaka


melalui kandungan lemak tak jenuh ganda (sesamin dan sesamol) yang terdapat di
dalamnya.
b. Mencegah Kanker
Karena mengandung antioksida yang mampu membuang radikal bebas dalam
tubuh, minyak wijen mampu melindungi tubuh dari kanker dan penyakit-penyakit
berbahaya lainnya.
c. Atasi Hipertensi
Dilansir boldsky, sebuah studi di Jepang menunjukkan bahwa diet kaya
sesamin (phytoestrogen yang terkandung dalam minyak wijen) mampu mencegah
terjadi hirpertensi.
d. Kontrol Diabetes
Minyak wijen kaya akan magnesium yang mampu melindungi tubuh Anda
dari kekurangan insulin.
e. Sehatkan Usus
Beberapa jenis minyak yang digunakan untuk memasak cenderung
meningkatkan jumlah lemak dalam tubuh karena sulit dicerna. Namun tidak demikian
dengan minyak wijen yang mudah dicerna dan menyehatkan usus. Minyak ini juga
kerap digunakan untuk mengatasi masalah pencernaan.
f. Tingkatkan kekebalan
Kandungan zync yang terdapat di dalam minyak wijen juga meningkatkan
sistem kekebalan tubuh. Selain itu juga menguatkan tulang dan gigi
g. Anti-oksidan
Minyak wijen memiliki sifat anti-oksidan untuk menetralisir radikal bebas
yang menyebabkan kulit tampak lebih tua. Minyak wijen dengan mudah menembus
kulit dan memberikan makanan bagi sel. Ahli ayurveda merekomendasikan untuk
mendapatkan manfaat antioksidan secara maksimal, hanya gunakan minyak wijen
organik dan panaskan hingga 100 derajat Celsius kemudian biarkan dingin sebelum
digunakan.
h. Anti-bakteri
Minyak wijen mampu menghancurkan patogen kulit. Mengoleskan minyak
wijen pada kulit dapat membantu mencegah jerawat, ruam, dan gangguan kulit
lainnya.

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
II-21

Bab II Tinjauan Pustaka


i. Efek Menenangkan
Kerutan akan lebih mudah muncul ketika kita mengalami stres. Memijat wajah
akan membantu meredakan ketegangan dan kontraksi pada otot wajah sehingga
memnuat Anda tampak lebih muda. Minyak wijen juga membantu meringankan
insomnia dan mencegah migrain.
j. Moisturizing
Minyak wijen bisa melembutkan kulit, mengurangi kekeringan kulit, dan
membantu kulit mempertahankan kelembaban. Minyak wijen bahkan dapat digunakan
untuk membantu orang yang mengalami eksim atau psoriasis.
k. Meredakan Nyeri
Minyak wijen memiliki sifat anti-inflamasi. Hal ini dapat mengurangi rasa
sakit di daerah wajah dan tempat lain di tubuh.
l. Mencegah Kanker
Penyembuh Ayurvedic lazim menggunakan minyak wijen untuk menghambat
pertumbuhan kanker kulit.
m. Perlindungan kulit
Minyak wijen baik diterapkan setelah mengalami paparan sinar matahari untuk
menangkal efek buruk sinar matahari. Untuk perenang, minyak wijen membantu
melindungi efek klorin pada kulit.

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Variabel Percobaan


1. Variabel kontro : Tekanan udara, suhu, dan waktu pada proses destilasi
2. Variabel terikat : Kadar minyak dan densitas
3. Variabel bebas : bijih wijen
III.2 Bahan yang Digunakan
1. Bijih wijen 450gram
2. Air
III.3 Alat yang Digunakan
1. Erlenmeyer
2. Gelas Ukur
3. Labu destilat
4. Serangkaian destilasi uap :
a. Boiler
b. Kompor
c. Kondensor
d. Kaki tiga
5. Piknometer
6. Pipet tetes
7. Stopwacth
8. Thermometer
III.4 Prosedur percobaan
III.4.1 Proses Destilasi Uap
1. Menyiapkan semua peralatan dan bahan.
2. Memastikan perangkat destilasi uap terpasang dengan baik.
3. Menyiapkan sampel yang bijih wijen kering sebanyak 400gram dan
memasukkannya ke dalam labu destilat.
4. Mengisi boiler dengan air secukupnya.
5. Memanaskan boiler dan menyalakan air pada kondensor.
6. Menutup valve yang ada pada boiler saat uap pada panci sudah mengepul.
7. Menyalakan stopwatch sebagai awal mula perhitungan waktu destilasi uap.

III-1
III-2

Bab IITinjauan Pustaka


8. Mengukur suhu dan tekanan yang ada pada labu destilat.
9. Mencatat waktu, tekanan, dan suhu saat destilat pertama kali menetes.
10. Mengamati volume hasil destilasi yang ada pada labu erlenmeyer, sebelum penuh
harus diganti dengan labu erlenmeyer yang lain hingga mencapai waktu 55menit
dan 75menit.
11. Mengambil minyak wijen dengan cara menyedot hasil destilasi dengan pipet tetes.
12. Mencatat semua data yang diperlukan dalam analisa, seperti persen minyak
yangdihasilkan dalam proses destilasi.
13. Melakukan perhitungan massa jenis minyak wijen.
III.4.2 Menghitung Densitas Minyak Wijen
1. Menimbang piknometer yang akan diisi minyak wijen pada keadaan
kosongterlebih dahulu.
2. Memasukkan minyak wijen ke dalam piknometer dan menimbang piknometer
yangberisi minyak wijen.
3. Menghitung berat (massa) minyak wijen dengan mencari selisih antara
beratpiknometer yang telah terisi dengan berat piknometer yang kosong.
4. Selanjutnya, setelah diketahui massanya, bisa diketahui densitasnya
menggunakancara berikut ini :
Keterangan:
𝜌 : massa jenis atau densitas (gram/ml)
m : massa (gram)
V : Volume (ml)

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
III-3

Bab IITinjauan Pustaka

III.5 Diagram Alir


III.5.1 Proses Destilasi Uap
III.5.2 Menghitung Densitas Minyak Wijen

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-IT
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan


Tabel IV.1 Hasil Pengamatan Pertama kali Destilat Menetes
Waktu (t) Suhu (T) Tekanan Uap (P)

5 Sekon 97oC 580 mbar

Tabel IV.2 Hasil Destilasi Uap Biji Wijen


Waktu (t) Tekanan (P) Suhu (T) Densitas () Volume (V)

120 menit 420 mbar 99oC 0,995 gram/ml 1000 ml

IV.2 Pembahasan
Tujuan dari percobaan destilasi uap minyak biji wijen adalah mempelajari dan
mengetahui pengaruh uap pada titik didih dalam percobaan destilasi uap dengan bahan biji
wijen. Serta menghitung dan mengetahui densitas minyak biji wijen sebagai hasil dari
destilasi uap.
Pada percobaan destilasi uap minyak biji wijen ini hasil yang didapatkan berupa minyak
biji wijen dengan volume 1000 ml. Namun, minyak yang keluar pada proses distilasi uap ini
tidak maksimal. Hasil yang tertampung dalam labu erlenmeyer sangat encer dan bening.
Nampak seperti air pada umumnya namun sedikit berminyak. Karena alat yang digunakan
sedikit menurun fungsinya, sehingga proses destilasipun tidak sempurna. Minyak biji wijen
tidak dapat keluar melalui kondensor, karena manometer yang ada diatas labu destilat tersebut
rusak dalam artian alat tersebut bocor, sehingga menyebabkan minyak atsiri menguap melalui
manometer. Minyak biji wijen tertinggal didalam labu destilat dan tidak dapat naik menuju
proses berikutnya. Jadi untuk mendapatkan minyak biji wijen tersebut dilakukan ekstraksi
pada biji wijen, yaitu dengan memeras bahan yang telah didestilasi sampai keluar minyak dari
biji wijen. Setelah diperas, minyak biji wijen yang dihasilkan banyak. Namun minyaknya
masih sangat kental dan perlu dilakukan penyaringan kembali agar mendapatkan hasil yang
sempurna dan minyak tidak terlalu kental.
Selain itu, hal yang menyebabkan kesalahan percobaan destilasi uap adalah temperatur
yang belum mencapai titik didih minyak biji wijen. Itu berarti suhu tersebut merupakan

IV-1
IV-2

Bab IV Hasil dan Pembahasan

temperatur yang dibutuhkan minyak biji wijen untuk menguap. Padahal, biji wijen
mengandung minyak nabati yang sangat banyak. Namun, karena faktor titik didih yang
diperlukan untuk menguapkan minyak biji wijen yang seharusnya antara 210°C-220oC
sedangkan alat destilasi yang kami gunakan maksimal titik didih yang didapat hanya 100°C
(tejasari, 2005).
Pada percobaan destilasi uap minyak biji wijen ini didapatkan nilai densitas dari minyak
biji wijen sebesar 0,995 gram/ml. Dari hasil yang diperoleh ini memiliki ketidakcocokan
dengan literatur yang ada dimana nilai densitas dari minyak biji wijen seharusnya berada pada
kisaran angka 0,916-0,926 gram/ml (tejasari, 2005).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada percobaan destilasi uap minyak biji wijen ini terjadi
kegagalan diakibatkan beberapa faktor diantaranya bahan utama yaitu biji wijen tidak dapat
diproses menggunakan destilasi uap, alat destilas uap yang ada kurang memadai, temperatur
yang seharusnya dicapai tidak dapat tercapai, dan pengaruh tekanan vakum dalam labu
destilat yang tidak dapat menguapkan minyak biji wijen. Sehingga, hasil yang didapatkan
berupa destilat sebanyak 1000 ml dengan nilai densitas sebesar 0,995 gram/ml.

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Destilasi uap dengan biji wijen pada tekanan 420mbar, pada temperatur 99 oC dan
dengan variabel waktu selama 120menit menghasilkan minyak biji wijen sebanyak
1000ml.
2. Pada percobaan destilasi uap minyak biji wijen didapatkan densitas dari minyak biji
wijen yaitu 0,995gr/ml.
3. Destilasi uap dengan biji wijen tidak dapat menghasilkan minyak secara maksimal
dikarenakan terhalang oleh kendala teknis serta titik didih yang dimiliki oleh minyak
biji wijen sangatlah tinggi yakni 210 oC-220oC. Sedangkan untuk alat destilasinya
sendiri hanya mencapai 100oC. Sehingga minyak yang dihasilkan sedikit serta
bercampur dengan air dan uap minyak yang berada dalam labu destilat tidak dapat
terangkat menuju kondensor karena ada kebocoran alat.
4. Percobaan destilasi uap minyak biji wijen ini terjadi kegagalan diakibatkan beberapa
faktor diantaranya alat destilas uap yang ada kurang memadai, temperatur yang
seharusnya dicapai tidak dapat tercapai, serta pengaruh tekanan vakum dalam labu
destilat yang tidak dapat menguapkan minyak biji wijen. Sehingga, hasil yang
didapatkan berupa minyak biji wijen sebanyak 1000ml dengan nilai densitas sebesar
0,995gr/ml yang artinya masih memiliki kandungan air yang cukup banyak.

V-1
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, r. (2011, Desember -). Kimia Analitik. Retrieved Oktober 03, 2013, from majalah
kimia: http://majalahkimia.blogspot.com/2011/12/elektroforesis.html
Baru, e. (2013). kesehatan. Retrieved Oktober 03, 2013, from era baru: http://erabaru.net/
kesehatan/34-kesehatan/2368-manfaat-kemiri-bagi-kita-
Daniels, f. (1949). Ezperimental Physical Chemistry. Tokyo: McGraw Hill Kogakusha.
Kimia, i. (2013, Mei -). home. Retrieved Oktober 03, 2013, from ilmu kimia: http://www.
ilmukimia.org/2013/05/destilasi.html
Kurniawati. (2011). Retrieved Desember 25, 2013, from Al Chemist Violet:
http://alchemistviolet.blogspot.com/2011/02/ekstraksi.html
Lando, S. H, Maroon (1944). Fundamentals of Physical Chemistry. New York: Macmillan
Publishing Co. Inc.
Putri, T. P. (2012, November 20). home. Retrieved November 2, 2013, from wordpress:
http://theprincess9208.wordpress.com/2012/11/20/destilasi-refluks/
Setyowati. (2009). Retrieved Desember 25, 2013, from Chemistry: http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/absorbsi/
Sinaga, G. (2010, Desember 5). home. Retrieved November 2, 2013
Tya. (2012, November 20). home . Retrieved oktober 03, 2013, from the princess:
http://theprincess 9208.wordpress.com/2012/11/20/destilasi-bertingkat-fraksionasi/
USU. (-). minyak atsiri. sumatera utara: universitas sumatera utara. Utara, u. s. (2013). minyak
atsiri. medan: usu.
Wikipedia. (2013). Retrieved Desember 25, 2013, from Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Adsorpsi
Wikipedia. (2013). Retrieved Desember 25, 2013, from
http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrolisis
Wikipedia. (2013). Retrieved Desember 25, 2013, from http://id.wikipedia.org/wiki/Wijen
Wikipedia. (2013, April 06). halaman baca. Retrieved Oktober 03, 2013, from wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrolisis
Wikipedia. (2013, Juli 25). home. Retrieved Oktober 3, 2013, from wikipedia: http://id.
wikipedia.org/wiki/Adsorpsi

v
Zulfikar. (2011, Januari 03). beranda. Retrieved Oktober 03, 2013, from chem-is-try:
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-
dananalisis/kristalisasi/
Zulfikar. (2011). Retrieved Desember 25, 2013, from Chemistry: http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dananalisis/

v
DAFTAR NOTASI

Notasi Keterangan Satuan

V Volume Liter

P Tekanan Uap Total Atm


o
T Suhu C

 Massa Jenis Gram/ml

Wa Berat air Gram

Wb Berat Minyak Gram

vi

Anda mungkin juga menyukai