Anda di halaman 1dari 14

PENGUKURAN EROSI AKTUAL PADA PENGGUNAAN LAHAN

TEGALAN DAN KEBUN CAMPURAN


STUDI KASUS : DAS BOMPON, KECAMATAN KAJORAN, JAWA
TENGAH

Altra Mainil Ilham, Cakra Haji, Diah Permatasari, Kurnia Illahi, Melki Agestira,
Muhammad Arifin, ,Risky Fadillah, Siska Mutiara, Sri Ayu Novriawati dan
Yumita Sufitri, Endah Purwaningsih, Widya Prarikeslan

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

ABSTRAK

DAS Bompon memiliki berbagai penggunaan lahan, diantaranya penggunaan lahan tegalan dan
kebun campur. Erosi yang ditemukan pada tegalan dan kebun campur pada DAS Bompon
adalah erosi percik dan erosi alur. Erosi percik pada tegalan merupakan sisa percikan hujan pada
bulan lalu. Pada kebun campur erosi percik berada pada lereng tengah. Erosi alur pada kebun
campuran pada awalnya merupakan tempat aliran air hujan pada lereng atas menuju ke bawah. Pada
penggunaan lahan tegalan dan kebun campur di DAS Bompon dilakukan pengujian sifat kimia
tanah. Pada penggunaan lahan kebun campur zona residual dan zona erosi (banyak buih) dan zona
deposisi (tidak ada buih) kandungan besi dan mangan pada tegalan zona residual (sedikit buih),
zona erosi dan zona deposisi (tidak ada buih). Pada penggunaan lahan kebun campur zona
residual dan zona erosi (banyak buih) dan zona deposisi (tidak ada buih). Adapun pH aktual dan
potensial pada lahan tegalan adalah 5. Tekstur tanah penggunan lahan tegalan pada zona residual
dan zona erosi adalah lempung berpasir dan zona deposisi lempung berdebu. Tekstur tanah
penggunaan lahan kebun campuran pada zona residual lempung berpasir, zona erosi lempung, zona
deposisi lempung berdebu.

Kata Kunci: erosi aktual; penggunaan lahan

I. PENDAHULUAN
menurut Arsyad (2010), erosi adalah
Erosi merupakan proses terlepasnya
pindahnya atau terangkutnya tanah atau
partikel tanah dari agregat tanah dan
bagian – bagian tanah dari suatu tempat
pengangkutan partikel tanah oleh agen
ke tempat lain oleh media alami. Erosi
erosi. Ketika energi yang digunakan
dapat juga disebut pengikisan atau
untuk mengangkut tanah tersebut telah
kelongsoran, sesungguhnya merupakan
habis maka akan terdeposisi pada
proses penghanyutan tanah oleh desakan-
cekungan atau pada daerah-daerah yang
desakan atau kekuatan air baik yang
lebih rendah (Morgan, 2005), sedangkan
143
berlangsung secara alamiah ataupun dimiliki. Pada penggunaan lahan tegalan
sebagai akibat/ tindakan perbuatan memiliki karakter penggunaan lahan
manusia (Kartasapoetra, 1991). monokultural dengan jenis tanaman
DAS Bompon merupakan DAS semusim, kondisi ini memungkinkan
yang terletak di Kabupaten Magelang hilangnya tutupan permukaan tanah pada
Jawa Tengah, merupakan area yang ideal setiap periode panen maupun tanam.
untuk dijadikan wilayah kajian karena Kondisi lain terjadi pada
memiliki variasi tanaman yang cukup penggunaan lahan kebun campuran.
beragam dalam penggunaan lahan kebun Penggunaan lahan ini memiliki
campuran dan tegalan. Proses erosi karakteristik tumbuhan yang heterogen,
ditemukan hampir di seluruh wilayah kanopi penutup didominasi oleh
DAS meskipun kondisi tegakan cukup tumbuhan tahunan dengan tajuk hampir
rapat. DAS Bompon memiliki luas 294,7 menutupi semua lahan di penggunaan
ha memiliki variasi kemiringan lereng lahan ini, sehingga menghambat
antara 3-45 derajat (Wardhana, 2013). terjadinya proses erosi pertama seperti
Kondisi topografi yang cukup kompleks erosi percik. Berdasarkan fenomena
disinyalir menjadi salah satu faktor kompleks yang ada di DAS Bompon ini,
penyebab tingginya laju erosi di DAS maka peneliti tertarik untuk melakukan
Bompon. Menurut Anggri (2017), Laju penelitian tentang Pengukuran Erosi
kehilangan tanah aktual di DAS Bompon Aktual pada Penggunaan Lahan
cukup tinggi dengan rerata mencapai Tegalan dan Kebun Campuran.
473,13 ton/ha/tahun, laju kehilangan Berdasarkan fokus penelitian dan
tanah tertinggi pada lereng tengah dengan pencapaian penelitian maka penelitian ini
vegetasi ketela dan terendah pada bentuk memiliki tujuan: (1) mengetahui kondisi
lahan dengan vegetasi penutup tanah penggunaan lahan tegalan, (2)
berupa empon-empon, kopi dan kelapa. mengetahui kondisi penggunaan lahan
Sehingga vegetasi tersebut merupakan kebun campuran, (3) mengetahui bentuk
vegetasi yang efektif mengurangi laju erosi aktual pada penggunaan lahan
kehilangan tanah di DAS Bompon. tegalan, (4) mengetahui bentuk erosi
Intensitas laju erosi memiliki perbedaan aktual pada penggunaan lahan kebun
antara masing-masing penggunaan lahan, campuran.
karena perbedaan karakteristik yang

Jurnal Geografi Vol.7 No. 2 Oktober 2018 144


II. METODE PENELITIAN sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya
Penelitian ini menggunakan metode sulit untuk dibuat pengairan irigasi
deskriptif berdasarkan observasi dan eksplorasi karena permukaan yang tidak rata.
ke lapangan yang selanjutnya data yang telah Pada saat musim kemarau lahan
diobservasi dan dikumpulkan untuk tegalan akan kering dan sulit untuk
selanjutnya di analisis. Secara garis besar ditumbuhi tanaman pertanian.
penelitian dibagi atas lima tahap yaitu: (1) Pemanfaatan tegalan di daerah
persiapan, (2) pelaksanaan lapangan, (3) perbukitan dan pegunungan
analisis menggunakan zat kimia, (4) analisis untuk pertanian semusim untuk
data hasil dan pembahasan, dan (5) menghasilkan bahan pangan banyak
penarikan kesimpulan. Pengambilan sampel dijumpai dan dilakukan penduduk
tanah di lapangan dilakukan pada setiap tipe yang bermukim di pedesaan. Dengan
penggunaan lahan yang telah ditentukan dan pemanfaatan lahan kering di
diamati: (1) kondisi penutupan dan pegunungan dan perbukitan secara
penggunaan lahan, (2) pengambilan contoh terus menerus tanpa memperhatikan
tanah utuh untuk keperluan analisis sifat-sifat kaidah konservasi akan menyebabkan
kimia tanah pengambilan contoh tanah terjadinya erosi dan penurunan
terganggu untuk analisis tekstur dan kesuburan yang berat. Sedangkan
kandungan bahan organik. Semua sampel tanah secara ekologi akan mengganggu
yang diambil kemudian dianalisis keseimbangan ekosistem terjadi
menggunakan cairan-cairan kimia di basecamp penurunan kekayaan hayati yang
Bompon berat, sedangkan dalam referensi
lain
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tegalan/Ladang
Tegalan, tegalan adalah suatu
daerah dengan lahan kering yang
bergantung pada pengairan air hujan,
ditanami tanaman musiman atau tahunan
dan terpisah dari lingkungan dalam
Jurnal Geografi Vol.7 No. 2 Oktober 2018 145
tegalan merupakan bagian dari ekosistem zonasi deposisi tumbuhan yang dapat
teresterial yang luasnya relatif luas ditemui yaitu singkong (manihot
dibandingkan dengan lahan basah. Pada esculenta), tanaman obat dan rumput-
saat ini pemanfaatan lahan kering rumputan. Zonasi erosi aktual pada lahan
untuk keperluan pertanian baik tanaman tegalan dapat dilihat pada gambar
semusim maupun tanaman tahunan/ dibawah:
perkebunan sudah sangat berkembang.
Pada tegalan ini dibagi menjadi 3 zonasi
yaitu zonasi residual yang berada di
lereng atas, zonasi erosi yang berasa di
lereng tengah dan zonasi deposisi yang
berada di lereng bawah. Pembagian Gambar 1.
zonasi ini bertujuan untuk pengambilan Zonasi Erosi Aktual pada Lahan Tegalan
B. Erosi yang Terjadi
sampel dan mengetahui perbedaan
1. Erosi Percik Pada Tegalan
karakteristik tanah pada setiap zonasi
Erosi percik merupakan erosi yang
tersebut.
disebabkan oleh tetesan air hujan yang
A. Gambaran Umum
memecah batuan maupun tanah. Pada
Tegalan yang berada di hulu DAS
penggunaan lahan tegalan ini sangat
Bompon mempunyai lahan yang cukup
rentan terjadinya erosi percik, karna
luas dengan pertanian lahan kering yang
adanya proses penggemburan tanah untuk
umumnya ditanami singkong. Pada
kepentingan pertanian, hal ini sangat
zonasi residual ditanami oleh tumbuhan
rentan mempengaruhi terjadinya erosi
seperti melinjo (gnetum gnemon), sengon
percik. Erosi percik yang kita jumpai
(albizia chinensis), pisang (musa),
pada penggunaan lahan tegalan
singkong (manihot esculenta), rumput-
merupakan sisa-sisa percikan hujan pada
rumputan dan lain-lain. Dan pada zonasi
bulan Juni lalu yang belum disentuh oleh
erosi tumbuhan yang dapat kita temui
manusia maupun hewan sehingga
yaitu singkong (musa) dan sengon
pedestal-pedestal yang ditemukan terlihat
(albizia chinensis) dan terakhir pada

Jurnal Geografi Vol.7 No. 2 Oktober 2018 146


masih utuh dan dapat diukur tingginya.
Pedestal merupakan sisa-sisa tanah akibat
percikan air hujan yang berbentuk seperti
istana, seperti yang disajikan pada
gambar dibawah ini:

Gambar 3.
Bentukan Erosi Alur pada Penggunaan Lahan
Tegalan

C. Pengujian Sifat Kimia Pada Tegalan


Gambar 2. Pengujian sifat kimia pada tegalan
Bentukan Erosi Percik pada Penggunaan Lahan
Tegalan menggunakan alat bernama “soil test kit”
pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
2. Erosi Alur Pada Tegalan
kualitas tanah, dalam pengujian ini hal
Erosi alur yang terjadi pada
pertama yang dilakukan ialah membagi
penggunaan lahan tegalan akibat dari
sampel tanah yang telah diambil menjadi
terbentuknya seperti jalan setapak yang
5 bagian dan pisahkan antara zonasi
memanjang dari zona residual sampai
residual, erosi dan deposisi, setelah itu
pada zona deposisi. Dari zona itulah
dilakukan pengujian menggunakan
aliran air hujan mengalir sehingga dapat
beberapa cairan kimia diantaranya:
terjadinya erosi alur tersebut.
1. Pengujian Kandungan Kapur
Bentukan erosi alur pada
Pengujian kandungan kapur yang ada
penggunaan lahan tegalam dapat dilihat
pada tanah menggunakan HCl 10 %,
pada gambar 3.
dengan menggunakan indikator buih,
yang artinya semakin banyak buih berarti
kandungan kapur pada tanah semakin
besar, berikut indikatornya :

Jurnal Geografi Vol.7 No. 2 Oktober 2018 147


0 = Tidak ada buih tidak terlihat bercak merah pada sampel
1 = Sedikit buih tanah berarti kondisi drainase tanah baik.
2 = Buih sedang Tabel 2. Pengujian Drainase Tanah
3 = Buih banyak Residual Erosi Deposisi

Tabel 1. Pengujian Kandungan Kapur Baik Baik Baik


Residual Erosi Deposisi (Tidak (Tidak (Tidak
HCl 1 0 1 terlihat terlihat terlihat
10 (Sedikit (Tidak (Sedikit bercak bercak bercak
% Buih) ada buih) merah) merah) merah)
buih)

Gambar 5. Pengujian
Drainase Tanah
Gambar 4.
Pengujian Kandungan Kapur
3. Pengujian Bahan Organik Tanah
Pengujian bahan organik tanah ini
2. Pengujian Drainase Tanah
menggunakan cairan kimia H₂O₂ 10 %,
Pengujian kondisi drainase pada tanah
langkah pertama yang dapat kita lakukan
menggunakan tetesan cairan kimia
dalam pengujian bahan organik tanah
Bipyridine indikator bercak merah
ialah menetapkan indikator-indikator
sebagai tanda kondisi drainase tanah
tingkatannya:
(ketergenangan air). Pada pengujian
0 = tidak ada buih
drainase tanah ini jika terlihat bercak
1 = sedikit buih
merah pada sampel tanah itu berarti
2 = buih sedang
drainase pada tanah buruk sebaliknya jika
3= banyak buih

Jurnal Geografi Vol.7 No. 2 Oktober 2018 148


Tabel 3. Pengujian Bahan Organik Tanah pengujian ini dilakukan dengan cara
Residual Erosi Deposisi
memasukkan tanah perzonasi ke dalam
H202 3 1 0
10% (banyak (sedikit (tidak tabung kimia lalu masukkan cairan untuk
buih) buih) ada
pengujian pH aktual dan cairan untuk
buih)
pengujian pH potensial, setelah tanah per
4. Pengujian kandungan besi dan mangan zonasi dimasukkan lalu kocok tabung
Untuk melakukan pengujian
kimia sampai tanah dan cairan kimia
kandungan besi dan mangan pada tanah
tersebut menjadi homogen, setelah
dapat kita gunakan cairan kimia H₂O₂ 3 homogen diamkan selama beberapa saat
%, dengan melihat kandungan buih yang dan tunggu sampai cairan dan tanah
ada pada tanah setelah diteteskan cairan terpisah. Setelah cairan dan tanah terlihat
H₂O₂ 3 %, jika buihnya semakin banyak terpisah barulah dilakukan uji pH tanah
maka kandungan besi dan mangan dan menggunakan kertas lakmus, kertas
sebaliknya. Untuk melihat tingkatan lakmus tersebut dicelupkan kedalam
kandungan besi dan mangan kita harus tabung kimia sampai tercelup sempurna
menentukan indikatornya sebagai berikut: ke dalam tabung kimia tetapi tidak boleh
0 = tidak ada buih sampai mengenai lapisan kedua yaitu
1 = sedikit buih tanah yang ada didalam tabung kimia.
2 = buih sedang Setelah tercelup keluarkan kembali kertas
3 = banyak buih
lakmus dan lakukan pengujian
Tabel 4. Pengujian Kandungan Besi
menggunakan kotak kertas lakmus
dan Mangan
Residual Erosi Deposisi tersebut. Maka didapatilah hasil seperti
H₂O₂ 1 0 berikut:
3% (sedikit (tidak (tidak
Tabel 5. Pengujian pH Aktual dan
buih) ada ada
Potensial Tanah
buih) buih)
Cairan Residual Erosi Deposisi
kimia
5. Pengujian pH aktual dan potensial tanah Aquades 5 5 5
Pada pengujian pH tanah kita (aktual) (asam) (asam) (asam)
menggunakan wadah tabung kimia, KCl 5 5 5
(potensial) (asam) (asam) (asam)

Jurnal Geografi Vol.7 No. 2 Oktober 2018 149


kayu-kayuan, dan sebagainya. Contoh
kebun campuran adalah kebun karet
(hutan karet) rakyat yang tanamannya
terdiri atas karet sebagai tanaman utama
dan berbagai jenis tanaman buah-buahan
dan kayu-kayuan. Selain merupakan
sumber pendapatan yang kontinyu
sepanjang tahun karena beragamnya jenis
tanaman, kebun campuran memberikan
Gambar 6.
Pengujian pH Aktual dan Potensial Tanah berbagai jasa lingkungan seperti
pengendali erosi, mitigasi banjir,
6. Tekstur Tanah
mempertahankan keanekaragaman hayati,
Untuk pengujian tekstur pada tanah hal
dan menambat karbon dari atmosfer.
yang pertama yang dapat kita lakukan
Kebun campuran juga bisa
ialah membasahi tanah tersebut dengan
diartikan dalam berbagai arti tergantung
sedikit air, lalu dirasakan dengan jari
pada orang yang menerjemahkannya.
tangan sampai kita bisa menentukan
Kata ‘campuran’ yang terbubuhi di
tekstur tanah tersebut. Berikut hasil
belakang kata ‘kebun’ bisa menjadi
pengujian tekstur pada penggunaan lahan
berbeda-beda tergantung pada jenis
tegalan per zonasi:
dominan yang terpadu di dalamnya.
Tabel 6. Pengujian Tekstur Tanah
Residual Erosi Deposisi Secara sederhana, kebun campuran

Tekstur Lempung Lempung Lempung berarti kebun yang ditanami berbagai


berpasir berdebu berdebu jenis tanaman dengan minimal satu jenis
tanaman berkayu. Beberapa tanaman
2. Kebun Campuran
jenis lain, berupa tanaman tahunan dan
Kebun campuran adalah lahan
atau tanaman setahun yang tumbuh
pertanian yang ditanami dengan berbagai
sendiri maupun ditanam, dibiarkan hidup
macam tanaman tahunan seperti petai,
di kebun campuran selama tidak
jengkol, aren, melinjo, buah-buahan,

Jurnal Geografi Vol.7 No. 2 Oktober 2018 150


mengganggu tanaman pokok seperti proses erosi, dampak positif dari vegetasi
gambar dibawah ini: bambu ini dapat berupa penahan material-
material akibat erosi. Sedangkan dampak
negatif yang diakibatkan oleh vegetasi
bambu ini ialah massa bambu yang
sangat berat sehingga menyebabkan tanah
tidak dapat menahan beban bambu dan
akan memudahkan terjadinya erosi
maupun longsor. Pada zonasi deposisi
Gambar 7. yang terdapat pada kebun campuran ini
Erosi Aktual pada Penggunaan Lahan Kebun
Campuran terdapat penampang untuk mengukur
sedimentasi yang terjadi akibat erosi.
A. Gambaran Umum
Pada kawasan kebun campuran Pada zonasi erosi mulai jenis

yang terletak di hilir DAS Bompon ini vegetasi yang dapat ditemukan yaitu

merupakan kawasan yang cukup terjal melinjo, duku, kelapa, jengkol, pisang,

yang mempunyai jalan setapak yang kopi, lengkuas, pakis dan lain-lain yang

berbentuk teras. Pada penggunaan lahan umunya merupakan tanaman perkebunan

kebun campuran ini juga dibagi menjadi rakyat. Pada zonasi erosi ini ditemukan

3 zonasi yaitu zonasi residual yang singkapan-singkapan tanah dan SPASS

berada di lereng atas, zonasi erosi yang tempat aliran air dari lereng atas menuju

berada di lereng tengah dan zonasi ke lereng bawah. Selanjutnya pada zonasi

deposisi yang berada di lereng bawah. residual yang berada pada lereng atas

Pada zonasi deposisi jenis masih berupa perkebunan rakyat yang

vegetasi yang dapat dijumpai ialah vegetasi yang ditemukan yaitu kelapa,

durian, sengon, pisang, bambu, kelapa sengon, jengkol, bambu dan lain-lain.

dan pepaya. Vegetasi bambu pada zonasi seperti gambar 8.

deposisi dapat memberikan dampak


positif dan negatif dalam mempengaruhi

Jurnal Geografi Vol.7 No. 2 Oktober 2018 151


penahan pada singkapan material tanah
yang ada pada singkapan akan mudah
terbawa oleh aliran air hujan, sehingga
akan terbentuk pedestal-pedestal pada
singkapan di kebun campuran DAS
Gambar 8. Bompon. Hal ini terjadi dikarenakan pada
Gambaran umum Erosi Aktual pada Penggunaan
Lahan Kebun Campuran singkapan tersebut tidak terdapat penutup
berupa vegetasi untuk menahan aliran air
hujan.

Gambar 9. Kebun
Campuran

B. Erosi yang terjadi


1. Erosi Percik Gambar 10.
Erosi percik ialah erosi yang Bentukan Erosi Percik pada Pengunaan Lahan
Kebun Campuran
dipengaruhi oleh air hujan sehingga
2. Erosi Alur
menyebabkan kehilangan pada tanah.
Erosi alur terjadi akibat aliran air
Erosi percik yang terjadi pada
hujan sehingga terbentuk saluran-saluran
penggunaan lahan kebun campuran ini
kecil, erosi alur yang terjadi di kebun
terdapat pada zonasi erosi yang berada
campuran DAS Bompon ini terjadi pada
pada lereng tengah, erosi ini umumnya
zonasi residual hingga zonasi deposisi
terjadi pada singkapan tanah pada kebun
sehingga tidak dimungkinkan untuk
campuran sehingga pada saat terjadinya
dilakukan pengukuran pada erosi alur
hujan aliran air dari atas akan turun ke
tersebut. Pada awalnya alur pada kebun
singkapan dan akibat tidak adanya
campuran ini merupakan tempat aliran air

Jurnal Geografi Vol.7 No. 2 Oktober 2018 152


hujan pada lereng atas menuju ke bawah 0 = Tidak ada buih
namun akibat alur ini sering dilewati 1 = Sedikit buih
aliran air hujan maka alur tersebut akan 2 = Buih sedang
membesar dan material tanah yang 3 = Buih banyak
terangkut lebih banyak. Alur yang Tabel 7. Pengujian Sifat Kimia pada
Kebun Campuran
terbentuk pada kebun campuran yang Residual Erosi Deposisi
terletak di hilir DAS Bompon ini sedikit HCL 1 1
berbelok-belok dan agak dalam. 10 (Sedikit (Sedikit (Tidak
% Buih) buih) ada
C. Pengujian Sifat Kimia Pada Kebun buih)
Campuran
Pengujian sifat kimia pada tegalan
menggunakan alat bernama “soil test kit”
pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
kualitas tanah, dalam pengujian ini hal
pertama yang dilakukan ialah membagi
sampel tanah yang telah diambil menjadi
5 bagian dan pisahkan antara zonasi
Gambar 11. Pengujian
residual, erosi dan deposisi, setelah itu Sifat Kimia pada
Kebun Campuran
dilakukan pengujian menggunakan
2. Pengujian Drainase Tanah
beberapa cairan kimia diantaranya:
Pengujian kondisi drainase pada tanah
1. Pengujian Kandungan Kapur
menggunakan tetesan cairan kimia
Pengujian kandungan kapur yang ada
, dengan indikator bercak
pada tanah menggunakan HCl 10%,
merah sebagai tanda kondisi drainase
dengan menggunakan indikator buih,
tanah (ketergenangan air). Pada pengujian
yang artinya semakin banyak buih berarti
drainase tanah ini jika terlihat bercak
kandungan kapur pada tanah semakin
merah pada sampel tanah itu berarti
besar, berikut indikatornya:
drainase pada tanah buruk sebaliknya jika

Jurnal Geografi Vol.7 No. 2 Oktober 2018 153


tidak terlihat bercak merah pada sampel Tabel 8. Pengujian Bahan Organik Tanah
Residual Erosi Deposisi
tanah berarti kondisi drainase tanah baik.
H 3 3 0
Tabel 8. Pengujian Drainase Tanah
Residual Erosi Deposisi (banyak (banyak (tidak
buih) buih) ada
Baik Baik Baik
(Tidak (Tidak (Tidak buih)
terlihat terlihat terlihat 4. Pengujian kandungan besi dan mangan
bercak bercak bercak
merah) merah) merah) Untuk melakukan pengujian
kandungan besi dan mangan pada tanah
dapat kita gunakan cairan kimia H₂O₂
3%, dengan melihat kandungan buih yang
ada pada tanah setelah diteteskan cairan
H₂O₂ 3%, jika buihnya semakin banyak
maka kandungan besi dan mangan dan
sebaliknya. Untuk melihat tingkatan
kandungan besi dan mangan kita harus
Gambar 12. menentukan indikatornya sebagai berikut:
Pengujian Drainase Tanah
0 = tidak ada buih
3. Pengujian Bahan Organik Tanah 1 = sedikit buih
Pengujian bahan organik tanah ini 2 = buih sedang
menggunakan cairan kimia H₂O₂ 10 %, 3 = banyak buih
langkah pertama yang dapat kita lakukan Tabel 9. Pengujian Kandungan Besi
dan Mangan
dalam pengujian bahan organik tanah Residual Erosi Deposisi
ialah menetapkan indikator-indikator
H₂O₂ 2 2 0
tingkatannya : (buih (buih (tidak
3%
0 = tidak ada buih sedang) sedang) ada
buih)
1 = sedikit buih
2 = buih sedang
3= banyak buih

Jurnal Geografi Vol.7 No. 2 Oktober 2018 154


5. Pengujian pH aktual dan potensial tanah
Pada pengujian pH tanah kita
menggunakan wadah tabung
kimia,pengujian ini dilakukan dengan
cara memasukkan tanah perzonasi ke
dalam tabung kimia lalu masukkan cairan
untuk pengujian pH aktual dan cairan
untuk pengujian pH potensial, setelah
Gambar 13.
tanah per zonasi dimasukkan lalu kocok Pengujian pH Tanah

tabung kimia sampai tanah dan cairan


6. Tekstur Tanah
kimia tersebut menjadi homogen, setelah Untuk pengujian tekstur pada tanah hal
homogen diamkan selama beberapa saat yang pertama yang dapat kita lakukan
dan tunggu sampai cairan dan tanah ialah membasahi tanah tersebut dengan
terpisah. Setelah cairan dan tanah terlihat sedikit air, lalu dirasakan dengan jari
terpisah barulah kita lakukan uji pH tanah tangan sampai kita bisa menentukan
menggunakan kertas lakmus, kertas tekstur tanah tersebut. Berikut hasil
lakmus tersebut dicelupkan ke dalam pengujian tekstur pada penggunaan lahan
tabung kimia sampai tercelup sempurna tegalan per zonasi:
ke dalam tabung kimia tetapi tidak boleh Tabel 11. Pengujian Tekstur Tanah
sampai mengenai lapisan kedua yaitu Residual Erosi Deposisi
tanah yang ada di dalam tabung kimia. Tekstur Lempung Lempung Lempung
Setelah tercelup keluarkan kembali kertas berpasir berdebu

lakmus dan lakukan pengujian


menggunakan kotak kertas lakmus
tersebut.
(Keterangan: Pengukuran tidak dilakukan
keseluruhan karena saat pengambilan sampel
kertas lakmus habis)

Jurnal Geografi Vol.7 No. 2 Oktober 2018 155


DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta.

Blanco, H. & Lal, R. 2008. Principles of Soil Conservation and Mana- gement. Springer.
USA.

Kartasapoetra, A.G dan Sutedjo, M.M.


1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air, Bhineka Cipta, Jakarta.

Martini, Endri. dkk. 2010. Membangun Kebun Campuran: Belajar dari Kobun Pocal di
Tapanuli dan Lampoeh di Tripa. Bogor, Indonesia: World Agroforesty Center-
ICRAF, SEA Regional Office.

Morgan, R.P.C (2005). A Simple approach to soil loss prediction: a revised Morgan-
Morgan-Finneley model. CATTENA

Setyo, Anggri. 2017. Pembelajaran “contextual collaborating lear- ning” berbasis


pendidikan keben- canaan Studi kasus :DAS BOMPON, Jawa Tengah. Jurnal
Kebencanaan : UGM, Yogyakarta.

Wardhana, G. M. 2013. Analisis Hubungan Antara Kedalaman Tanah dengan Sudut Lereng
pada Bentuklahan Lereng Bawah Vulkanik Sub Daerah Aliran Sungai Kodil, Provinsi
Jawa Tengah. Yogyakarta: ETD UGM.

Jurnal Geografi Vol.7 No. 2 Oktober 2018 156

Anda mungkin juga menyukai