Anda di halaman 1dari 14

PERBANDINGAN HASIL POINT OF CARE TESTING (POCT) ASAM

URAT DENGAN CHEMISTRY ANALYZER


Dewi Rabiatul Akhzami, Mohammad Rizki, Rika Hastuti Setyorini

Abstrak
Latar belakang: Hiperurisemia merupakan peningkatan kadar asam urat dalam darah. Pada
dekade terakhir prevalensi hiperurisemia cenderung meningkat di seluruh dunia. Oleh
karena itu, dibutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar asam urat
serum. Alat yang telah digunakan sebagai alat standar dalam pemeriksaan laboratorium
adalah chemistry analyzer. Seiring perkembangan teknologi dan pengetahuan, terdapat alat
lain yang dapat digunakan yaitu point of care testing (POCT).
Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan hasil antara point of care testing (POCT) asam urat
dengan chemistry analyzer.
Metode: Penelitian dengan desain studi perbandingan dengan metode potong lintang
(cross-sectional). Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik consecutive random
sampling dan memenuhi kriteria inklusi (n=42). Selanjutnya dilakukan pengambilan
sampel darah dari vena antecubital, kemudian dilakukan pemeriksaan dengan point of care
testing (POCT) dan chemistry analyzer. Uji statistika yang digunakan yaitu uji Wilcoxon
untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan asam urat antara alat POCT dan chemistry
analyzer.
Hasil: Kadar asam urat serum yang diperiksa dengan point of care testing (POCT) dengan
strip/stik berkisar antara 3,1-11,1 mg/dl dengan nilai tengah 5,65 mg/dl dan rentang antar
kuartil (interquartile range [IQR]) 7,4 mg/dl sedangkan kadar asam urat serum responden
yang diperiksa dengan menggunakan chemistry analyzer berkisar antara 3,1-12,3 mg/dl
dengan nilai tengah 5,45 mg/dl dan rentang antar kuartil (interquartile range [IQR]) 7,1
mg/dl. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pemeriksaan asam urat dengan
POCT dan chemistry analyzer (p=0,7460; uji Wilcoxon).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan hasil antara point of care testing (POCT) asam urat
dengan chemistry analyzer.

Kata kunci
Asam urat, hiperurisemia, point of care testing (POCT), chemistry analyzer.

1
PENDAHULUAN
Hiperurisemia merupakan analyzer yaitu asam urat dioksidasi
peningkatan kadar asam urat dalam dengan bantuan enzim uricase menjadi
darah. Pada dekade terakhir prevalensi allantoin dan hydrogen peroksida. Selain
penderita hiperurisemia cenderung itu, terdapat juga enzim peroksidase yang
meningkat di seluruh dunia13. Oleh akan membantu H2O2 bereaksi dengan 4-
karena itu, dibutuhkan pemeriksaan Aminoantipirin dan menghasilkan
laboratorium untuk mengetahui kadar senyawa yang berwarna. Warna yang
asam urat dalam darah. Alat yang telah dihasilkan, intensitasnya sebanding
digunakan sebagai alat standar dalam dengan kadar asam urat dan diukur pada
pemeriksaan laboratorium adalah panjang gelombang 546 nm secara
chemistry analyzer31. Seiring fotometri10,20.
perkembangan teknologi dan Selain chemistry analyzer,
pengetahuan, terdapat alat lain yang terdapat alat lain yang dapat digunakan
dapat digunakan yaitu point of care yaitu point of care testing (POCT). POCT
testing (POCT)11,12,28. merupakan pemeriksaan laboratorium
Chemistry analyzer merupakan sederhana dengan menggunakan sampel
salah satu alat laboratorium canggih yang darah dalam jumlah sedikit yang dapat
didesain untuk bekerja dengan ketelitian dilakukan di luar laboratorium yang
tinggi dan dengan waktu yang cepat serta hasilnya tersedia dengan cepat karena
dapat menangani banyak sampel tanpa membutuhkan transportasi
sekaligus secara otomatis. Alat ini spesimen dan persiapan11,12,28. POCT
mampu menggantikan prosedur-prosedur merupakan prosedur laboratorium medis
analisis manual dalam laboratorium, yang dapat dilakukan secara langsung di
rumah sakit, dan industri31. Chemistry samping pasien karena memiliki reagen
analyzer merupakan salah satu alat yang siap untuk digunakan11,28. Meskipun
pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan dengan point of care testing
menggunakan metode fotometer yang (POCT) terutama dilakukan di rumah
memiliki prinsip kerja dengan melakukan sakit dan praktik dokter, pemeriksaan ini
penyerapan cahaya pada panjang juga sering dilakukan di tempat lain oleh
gelombang tertentu oleh sampel yang masyarakat luas misalnya pasien
diperiksa15,16,20. Adapun prinsip mengecek sendiri glukosa darah dengan
pemeriksaan asam urat dengan chemistry

2
menggunakan POCT untuk memonitor
kadar glukosa darah11.
Umumnya pemeriksaan dengan
point of care testing (POCT) METODE PENELITIAN
menggunakan teknologi biosensor yang Penelitian ini menggunakan
menghasilkan muatan listrik dari desain studi perbandingan dengan metode
interaksi kimia antara zat tertentu dalam potong lintang (cross-sectional)23.
darah (misalnya asam urat) dan elektroda Penelitian ini dilakukan pada penduduk
strip. Perubahan potensial listrik yang yang bertempat tinggal di Kecamatan
terjadi akibat reaksi kedua zat tersebut Sekarbela Mataram Provinsi Nusa
akan diukur dan dikonversi menjadi Tenggara Barat pada bulan September -
angka yang sesuai dengan jumlah muatan November 2015. Pengambilan sampel
listrik yang dihasilkan. Angka yang penelitian menggunakan tehnik
dihasilkan dalam pemeriksaan dianggap consecutive random sampling dan
setara dengan kadar zat yang diukur memenuhi kriteria inklusi sehingga
dalam darah14. didapatkan jumlah sampel penelitian
Adapun terkait kadar asam urat sebanyak 42 orang5. Kriteria inklusi pada
dalam darah kapiler dan vena sebenarnya penelitian ini yaitu penduduk di
tidak ada perbedaan karena setelah asam Kelurahan Karang Pule dan Kelurahan
urat diproduksi, asam urat akan Tanjung Karang Kecamatan Sekarbela
didistribusikan ke berbagai organ tubuh Mataram, usia di atas 50 tahun dan
terutama dalam plasma darah dan cairan bersedia menjadi responden penelitian.
sinovial. Karena asam urat secara Penelitian ini telah mendapatkan
langsung terdistribusi dalam plasma persetujuan dari Komisi Etik Penelitian
darah maka sampel pemeriksaan yang Kesehatan Universitas Mataram.
diambil dari darah vena (pada chemistry Variabel pada penelitian ini yaitu
analyzer dengan metode fotometer) kadar asam urat serum yang diperiksa
ataupun dari darah kapiler (pada point of dengan point of care testing (POCT) dan
care testing dengan metode biosensor) kadar asam urat serum yang diperiksa
tidak berpengaruh terhadap hasil dengan chemistry analyzer. Pada
pemeriksaan asam urat serum karena penelitian ini POCT dan chemistry
yang diambil sebagai sampel analyzer digunakan untuk mengukur
pemeriksaan adalah bagian serum saja19. kadar asam urat serum dengan sampel

3
diambil dari darah vena antecubital normal sehingga dilakukan analisis data
kemudian hasil pemeriksaan kadar asam menggunakan uji komparasi non-
urat serum dengan alat tersebut parametrik dengan uji Wilcoxon.
dikategorikan menjadi eurisemia dan
hiperurisemia. Hasil pemeriksaan asam
urat serum dengan POCT dikatakan
eurisemia apabila kadar asam urat serum
berkisar antara 3-7.2 mg/dl (179-428 HASIL PENELITIAN DAN
µmol/L) pada laki-laki dan berkisar PEMBAHASAN
antara 2-6 mg/dl (119-357 µmol/L) pada Karakteristik Responden
perempuan. Adapun hasil pemeriksaan Penelitian ini melibatkan 42
asam urat serum dengan chemistry responden yang merupakan penduduk
analyzer dikatakan eurisemia apabila yang tinggal di Kecamatan Sekarbela
kadar asam urat serum berkisar antara Mataram. Responden pada penelitian ini
4,4-7,6 mg/dl (262-452 µmol/L) pada didistribusikan berdasarkan usia, jenis
laki-laki yang berusia 50-59 tahun dan kelamin, pendidikan terakhir dan faktor
berkisar antara 2,3-6,6 mg/dl (137-393 obesitas. Dari 42 responden yang diteliti,
µmol/L) pada perempuan yang berusia responden dengan rentang usia 50-59
50-59 tahun. Adapun pada rentang usia tahun sebanyak 4 orang (9,5%), rentang
60-90 tahun, hasil pemeriksaan asam urat usia 60-90 tahun sebanyak 38 orang
serum dengan chemistry analyzer (90,5%). Adapun responden dengan jenis
dikatakan eurisemia apabila berkisar kelamin laki-laki sebanyak 14 orang
antara 4,2-8,0 mg/dl (250-476 µmol/L) (33,3%) dan responden dengan jenis
pada laki-laki dan berkisar antara 3,5-8,3 kelamin perempuan sebanyak 28 orang
mg/dl (208-434 µmol/L) pada (66,7%). Sebagian besar responden
perempuan. penelitian (92,86%) memiliki indeks
Analisis data statistik pada massa tubuh (IMT) <30 kg/m2. Distribusi
penelitian ini menggunakan software responden berdasarkan pendidikan
SOFA statistics and analysis versi 1.4.6 terakhir, seluruh responden pada
for windows®. Pada software ini, hasil uji penelitian ini memiliki pendidikan
normalitas data ditampilkan dalam terakhir sekolah rakyat (SR) yang setara
bentuk gambaran histogram. Pada dengan sekolah dasar (SD).
penelitian ini data tidak berdistribusi

4
Hasil Pemeriksaan Asam Urat
Responden dengan Point of Care
Testing (POCT) dan Chemistry
Analyzer Tabel 2. Kadar Asam Urat Serum Responden
Laki-Laki dan Perempuan dengan
Tabel 1. Kadar Asam Urat Serum Responden Pemeriksaan Menggunakan Chemistry
Laki-Laki dan Perempuan dengan Analyzer
Pemeriksaan Menggunakan Point of Care Kadar Asam Urat Chemistr (%)
Testing (POCT) Serum (mg/dl) y
Kadar Asam Urat POCT (%) Analyzer
Serum (mg/dl) Laki-laki
Lak-laki Usia 50-59 tahun
3-7,2 11 78,57 % 4,4-7,6 - -
> 7,2 3 21,43 % > 7,6 - -
Total 14 100,0 % Usia 60-90 tahun
Perempuan 4,2-8,0 12 85,71 %
2-6 15 53,57 % > 8,0 2 14,29 %
>6 13 46,43 % Total 14 100,0 %
Total 28 100,0 % Perempuan
Usia 50-59 tahun
4,4-7,6 4 14,29 %
Tabel 1 menunjukkan hasil > 7,6 - -
Usia 60-90 tahun
pemeriksaan kadar asam urat serum 4,2-8,0 23 82,14 %
> 8,0 1 3,57 %
responden laki-laki dan perempuan
Total 28 100,0 %
dengan menggunakan alat point of care Nilai rujukan kadar asam urat serum dikategorikan
berdasarkan usia menurut Kemenkes RI tahun 2015.
testing (POCT). Pada tabel tersebut
Tabel 2 menunjukkan hasil
menunjukkan bahwa sebagian besar
pemeriksaan kadar asam urat serum
responden laki-laki (78,57%) memiliki
responden laki-laki dan perempuan
kadar asam urat serum yang berkisar
dengan menggunakan chemistry analyzer.
antara 3-7,2 mg/dl. Adapun responden
Pada tabel tersebut, responden laki-laki
perempuan, terdapat 15 orang (53,57%)
yang berusia antara 60-90 tahun sebagian
yang memiliki kadar asam urat serum
besar (85,71%) memiliki kadar asam urat
yang berkisar antara 2-6 mg/dl,
serum yang berkisar antara 4,2-8 mg/dl.
sedangkan yang memiliki kadar asam
Adapun responden perempuan, berusia
urat serum >6 mg/dl sebanyak 13 orang
50-59 tahun yang memiliki kadar asam
(46,43%).
urat serum yang berkisar antara 4,4-7,6

5
mg/dl sebanyak 4 orang (14,29%), chemistry analyzer daripada pemeriksaan
berusia 60-90 tahun yang memiliki kadar dengan POCT menggunakan stik.
asam urat serum yang berkisar antara 4,2- Uji Komparasi Perbandingan Hasil
8 mg/dl sebanyak 23 orang (82,14%) dan Pemeriksaan Asam Urat dengan Point
berusia 60-90 tahun yang memiliki kadar of Care Testing (POCT) dan Chemistry
asam urat serum > 8 mg/dl sebanyak 1 Analyzer
orang (3,57%). Berdasarkan hasil uji normalitas
didapatkan data hasil pemeriksaan asam
urat dengan point of care testing (POCT)
dan chemistry analyzer tidak berdistribusi

Pada Gambar 1 dapat diketahui


bahwa pada beberapa responden
(40,48%), hasil pemeriksaan kadar asam normal sehingga uji yang digunakan
urat serum lebih tinggi pada pemeriksaan adalah uji komparasi non-parametrik
dengan point of care testing (POCT) dengan uji Wilcoxon.
menggunakan stik daripada pemeriksaan Tabel 3. Uji Komparasi Perbandingan Hasil
Pemeriksaan Asam Urat Menggunakan Point
dengan chemistry analyzer namun pada of Care Testing (POCT) dan Chemistry
Analyzer
responden yang lain (59,52%) hasil Variabel (N) Median Minimal Maksimal
Gambar 1. Grafik Hasil Pemeriksaan Asam Urat Responden
POCTdengan42Point 5.65
of Care Testing
3.1 (POCT)11.1
pemeriksaan kadar asam urat serum lebih
dan Chemistry Analyzer
Chemistry 42 5.45 3.1 12.3
tinggi pada pemeriksaan dengan Analyzer

6
Tabel 3 menunjukkan bahwa lebih tinggi pada pemeriksaan dengan
kadar asam urat serum responden yang menggunakan point of care testing
diperiksa dengan menggunakan point of (POCT) namun pada beberapa responden
care testing (POCT) dengan strip/stik yang lain lebih tinggi pada pemeriksaan
berkisar antara 3,1-11,1 mg/dl dengan dengan menggunakan chemistry
nilai tengah 5,65 mg/dl sedangkan kadar analyzer. Hal tersebut mungkin
asam urat serum responden yang disebabkan karena kedua alat tersebut
diperiksa dengan menggunakan memiliki perbedaan dalam tahap
chemistry analyzer berkisar antara 3,1- perhitungan hasil pengukuran asam urat
12,3 mg/dl dengan nilai tengah 5,45 serum. Pada chemistry analyzer kadar
mg/dl. Adapun nilai rentang antar kuartil asam urat serum dihitung berdasarkan
(interquartile range [IQR]) pada perubahan warna yang terbentuk dari
pemeriksaan dengan menggunakan point intensitas cahaya yang diserap,
of care testing (POCT) dengan strip/stik sedangkan pada POCT kadar asam urat
sekitar 7,4 mg/dl, sedangkan pada serum dihitung berdasarkan perubahan
pemeriksaan dengan menggunakan potensial listrik yang terbentuk akibat
chemistry analyzer sekitar 7,1 mg/dl. Hal interaksi kimia antara zat yang di ukur
tersebut menunjukkan bahwa nilai tengah dengan elektroda reagen. Hasil
dan nilai rentang antar kuartil pada pemeriksaan mungkin juga dipengaruhi
pemeriksaan kadar asam urat serum oleh sampel pemeriksaan pada penelitian
responden dengan POCT lebih besar ini. Pada sampel pemeriksaan dengan
dibandingkan dengan chemistry analyzer. bahan hematokrit yang lebih banyak,
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon, maka semakin sedikit jumlah serum yang
diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar didapatkan pada sampel tersebut
0,7460. Hasil uji statistik tersebut sehingga akan mempengaruhi hasil
menunjukkan bahwa tidak terdapat pemeriksaan dengan POCT yang
perbedaan yang signifikan antara menggunakan metode biosensor.
pemeriksaan asam urat dengan point of Pemeriksaan asam urat dengan kadar
care testing (POCT) dan chemistry serum yang sedikit akan menyebabkan
analyzer. penurunan kadar asam urat pada hasil
pemeriksaan19. Selain itu, pada
Pembahasan
pemeriksaan dengan POCT penggunaan
Hasil pemeriksaan kadar asam
sampel yang hanya sedikit menyebabkan
urat serum pada beberapa responden

7
sulitnya mengetahui kualitas sampel yang inkubasi yang tidak tepat, volume reagen
dapat mempengaruhi ketepatan atau dan bahan pemeriksaan yang tidak
keakuratan hasil pemeriksaan misalnya sesuai10,15,16.
sampel mengalami hemolisis dan Meskipun hasil pemeriksaan asam
lipemia14. urat serum dengan chemistry analyzer
Selain itu, hasil pemeriksaan lebih tinggi dari point of care testing
mungkin juga dipengaruhi oleh (POCT) sesuai dengan yang diperlihatkan
keterbatasan masing-masing alat yang pada Gambar 1 namun responden yang
digunakan dalam pemeriksaan. Alat point masuk dalam kategori hiperurisemia
of care testing (POCT) memiliki lebih tinggi pada pemeriksaan dengan
kemampuan pengukuran yang terbatas POCT daripada chemistry analyzer. Hal
dan dapat dipengaruhi oleh faktor lain tersebut dikarenakan kedua alat memiliki
seperti suhu, kelembaban dan dapat perbedaan standar atau nilai rujukan
terjadi interferensi dengan zat tertentu dalam menentukan seseorang mengalami
serta presisi dan akurasinya kurang baik hiperurisemia atau tidak. Sebagai contoh,
jika dibandingkan dengan alat pada chemistry analyzer standar atau nilai
laboratorium rujukan seperti fotometer rujukan yang digunakan pada laki-laki
sehingga pada pemeriksaan yang berusia 60-90 tahun sekitar 4,2-8,0
menggunakan point of care testing mg/dl dan pada perempuan yang berusia
(POCT) dengan stik, botol stik harus 60-90 tahun sekitar 3,5-8,3 mg/dl,
segera ditutup setelah pengambilan stik. sedangkan pada POCT standar atau nilai
Jika botol stik tidak segera ditutup maka rujukan yang digunakan pada laki-laki
dapat merusak stik karena kondisi sekitar 3-7,2 mg/dl dan pada perempuan
kelembaban yang tinggi di Indonesia sekitar 2-6 mg/dl. Oleh karena itu,
sehingga dapat mempengaruhi perbedaan batas maksimal pada standar
keakuratan dari hasil pemeriksaan10,14,15,16. atau nilai rujukan antara chemistry
Adapun pada pemeriksaan dengan analyzer dan POCT menjadi faktor yang
chemistry analyzer, terdapat beberapa mendasari responden yang mengalami
faktor yang dapat mempengaruhi hiperurisemia lebih tinggi pada
keakuratan hasil pemeriksaan antara lain pemeriksaan dengan POCT daripada
sampel pemeriksaan mengalami chemistry analyzer15,16.
hemolisis, aktivitas fisik yang berat dapat Kualitas tingkat kesalahan point
meningkatkan hasil pemeriksaan, masa of care testing (POCT) mungkin juga

8
jauh lebih tinggi daripada chemistry pada penelitian ini, pemeriksaan asam
analyzer yang sudah dijadikan sebagai urat dengan kedua alat menggunakan
baku emas dalam pemeriksaan sampel yang sama yang berasal dari
laboratorium. Sebuah penelitian yang vena19.
dilakukan oleh O’Kane, et al24 Pada penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa terdapat 225 sampel oleh Rooney dan Schilling27 disebutkan
yang mengalami kesalahan dari 407.704 bahwa persentase sensitivitas dan
sampel pemeriksaan dengan POCT. Pada spesifisitas point of care testing (POCT)
penelitian ini dijelaskan juga bahwa tidak berbeda jauh dengan persentase
semua tahapan dalam proses pemeriksaan sensitivitas dan spesifisitas chemistry
dengan POCT berperan dalam analyzer. Pada beberapa marker yang
menentukan tingkat kesalahan dalam diperiksa, sensitivitas dan spesifisitas
pemeriksaan dengan POCT namun tahap antara POCT dan chemistry analyzer
analitik merupakan tahapan pemeriksaan memiliki persentase yang sama namun
yang paling menentukan kesalahan dari pada pemeriksaan beberapa marker yang
pemeriksaan dengan POCT. Tingginya lain, persentase sensitivitas dan
tingkat kesalahan dalam pemeriksaan spesifisitas POCT sedikit berbeda dengan
dengan POCT mungkin juga disebabkan chemistry analyzer. Sebagai contoh pada
karena pemeriksaan dengan alat ini pemeriksaan marker hCG (human
umumnya dilakukan oleh orang yang chorionic gonadotrophin) serum,
bukan bagian dari staf klinis sensitivitas dan spesifisitas POCT
laboratorium24. masing-masing sekitar 95,8% dan 100%,
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon, sedangkan sensitivitas dan spesifisitas
diperoleh nilai p=0,7460 (p>0,05) yang chemistry analyzer sekitar 100%.
menunjukkan bahwa tidak terdapat Berdasarkan penjelasan di atas,
perbedaan yang signifikan pada alat point of care testing (POCT) masih
pemeriksaan asam urat menggunakan bisa digunakan untuk pemeriksaan
point of care testing (POCT) dan laboratorium khususnya pemeriksaan
chemistry analyzer. Hal tersebut mungkin kadar asam urat serum karena hasil
disebabkan karena kedua alat tersebut pemeriksaan kadar asam urat serum
memiliki prinsip kerja yang sama yaitu dengan POCT masih sesuai dengan hasil
dengan reaksi enzimatik (uricase) dengan pemeriksaan dengan chemistry analyzer.
sampel pemeriksaan serum darah dan Apabila kadar asam urat serum tergolong

9
hiperurisemia dengan pemeriksaan 2. Astuti S.T.W dan Tjahjono H.D.
menggunakan point of care testing 2014. Faktor-Faktor yang
(POCT) maka perlu dilakukan konfirmasi Mempengaruhi Kadar Asam Urat
dengan menggunakan chemistry analyzer (Gout) Pada Laki-Laki Dewasa di RT
sebagai baku emas dalam pemeriksaan 04 RW 03 Simomulyo Baru
laboratorium. Surabaya.Vol. 3, No. 2. [online].
Adapun kelemahan-kelemahan Available at:
dalam penelitian ini antara lain penelitian <http://ejournal.stikeswilliambooth.ac
ini hanya menggunakan satu merek alat, .id/index.php/S1Kep/article/view/53>
sampel pemeriksaan untuk pemeriksaan [Accessed on August 10th 2016].
dengan point of care testing (POCT) 3. Chang et.al., 2013. Hyperuricemia Is
menggunakan darah vena sedangkan an Independent Risk Factor for New
merek alat POCT yang digunakan Onset Micro-Albuminuria in a
menyarankan untuk menggunakan darah Middle-Aged and Elderly Population:
kapiler, penelitian ini melakukan A Prospective Cohort Study in
pemeriksaan sampel darah dengan kedua Taiwan. PLOS ONE. Vol. 8, Issue 4:
alat pada waktu yang berbeda, dan data 1-7. [online]. Available at:
tidak berdistribusi normal sehingga tidak <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar
dapat dilakukan inferensi pada populasi ticles/PMC3634806/> [Accessed on
yang lebih luas. August 10th 2016].
4. Dahlan M.S. 2013. Statistik untuk
KESIMPULAN Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 5.
Berdasarkan penelitian yang telah Jakarta: Salemba Medika.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak 5. Dahlan M.S. 2013. Besar Sampel dan
terdapat perbedaan yang signifikan antara Cara Pengambilan Sampel dalam
pemeriksaan asam urat dengan point of Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
care testing (POCT) dan chemistry Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
analyzer. 6. Dianati N. A. 2015. Gout and
Hyperuricemia. Journal Majority.
DAFTAR PUSTAKA Vol. 4, No. 3: 82-89. [online].
1. Albar Z. 2007. Gout : Diagnosis and Available at:
Management. Medical Journal <http://juke.kedokteran.unila.ac.id/in
Indonesian: Vol. 16: 47-54. dex.php/majority/article/viewFile/555

10
/556> [Accessed on August 10th Available at:
2016]. <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar
7. Easy Touch® GU/GCU User’s ticles/PMC2936038/> [Accessed on
Manual. 2015. Easy Touch® Blood October 30th 2015].
Uric Acid Test Strips For in Vitro 12. Kahar H. 2006. Keuntungan dan
Diagnostic Use Only. Kerugian Penjaminan Mutu
8. Eggebeen, A. T. 2007. Gout: An Berdasarkan Uji Memastikan
Update. American Family Physician: Kecermatan (POCT). Indonesian
Vol. 76, No. 6: 801-808. [online]. Journal of Clinical Pathology and
Available at: Medical Laboratory: Vol. 12, No. 1:
<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme 38-41. [online]. Available at:
d/17910294> [Accessed on June 9th <http://journal.unair.ac.id/download-
2016]. fullpapers-PDF%20Vol%2013-01-
9. Hainer, B. R, et al. 2014. Diagnosis, 11.pdf> [Accessed on October 30th
Treatment, and Prevention of Gout. 2015].
American Family Physician: Vol. 90, 13. Karimba A, Kaligis S dan Purwanto
No. 12: 831-836. [online]. Available D. 2013. Gambaran Kadar Asam Urat
at: Pada Mahasiswa Angkatan 2011
<http://www.aafp.org/afp/2014/1215/ Fakultas Kedokteran Universitas Sam
p831.html> [Accessed on June 9th Ratulangi dengan Indeks Massa
2016]. Tubuh ≥ 23 kg/m2. Jurnal e-Biomedik
10. Haryati, I. 2013. Gambaran Kadar (eBM): Vol. 1, No. 1: 122-128.
Asam Urat dalam Darah pada Wanita [online]. Available at:
Hamil. [online]. Available at: <http://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph
<http://www.umpalangkaraya.ac.id/p p/ebiomedik/article/view/1175>
erpustakaan/digilib/download.php? [Accessed on October 30th 2015]
id=134> [Accessed on February 29th 14. Kementerian Kesehatan RI. 2011.
2016]. Keputusan Menteri Kesehatan
11. Junker R, Schlebusch H, Luppa P. B., Republik Indonesia Nomor
2010. Point-of-Care Testing in 1792/MENKES/SK/XII/2010 tentang
Hospitals and Primary Care., Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik.
Deutsches Arzteblatt International: [online]. Available at:
Vol. 107, No.33: 561-7. [online]. <http://perpustakaan.depkes.go.id:818

11
0/handle/123456789/1682> 20. Mas’ud I. A. 2013. Korelasi Kadar
[Accessed on February 29th 2016] Asam Urat dalam Darah dan Kristal
15. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Asam Urat dalam Urine. [online].
Buku I: Kurikulum dan Modul Available at:
Pelatihan Teknis Tenaga <http://repository.unhas.ac.id:4001/di
Laboratorium Di Puskesmas. gilib/files/disk1/18/--itaayuning-900-
16. Kementerian Kesehatan RI. 2015. 1-13-itaa-1.pdf> [Accessed on
Buku II: Modul Pelatihan Teknis February 20th 2016].
Tenaga Laboratorium Di Puskesmas. 21. McAdam-DeMarco et al., 2013. Risk
17. Larsson A, Greig-Pylypczuk R dan Factors for Incident Hyperuricemia
Huisman A. 2015. The State of Point During Mid-Adulthood in African
of Care Testing: A European American and White Men and
Perspective. Upsala Journal of Women Enrolled in the ARIC Cohort
Medical Sciences: Vol. 120: 1-10. Study. Biomed Central
[online]. Available at: Musculoskeletal Disorders. Vol. 14,
<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme No. 347. [online]. Available at:
d/25622619> [Accessed on February <https://bmcmusculoskeletdisord.bio
20th 2016]. medcentral.com/articles/10.1186/147
18. Liu et.al., 2011. The Prevalence of 1-2474-14-347> [Accessed on August
Hyperuricemia in China: A Meta- 10th 2016].
Analysis. Biomed Central Public 22. Nasrul E dan Sofitri. 2012.
Health. Vol. 11, No. 832. [online]. Hiperurisemia pada Pra Diabetes.
Available at: Jurnal Kesehatan Andalas; Vol. 1,
<http://bmcpublichealth.biomedcentra No. 2. [online]. Available at:
l.com/articles/10.1186/1471-2458-11- <http://download.portalgaruda.org/art
832> [Accessed on August 10th icle.php?
2016]. article=300049&val=7288&title=Hip
19. Maboach S. J, Sugiarto C dan Fenny. erurisemia%20pada%20Pra
2013. Perbandingan Kadar Asam Urat %20Diabetes> [Accessed on
Darah dengan Metode February 20th 2016].
Spektrofotometri dan Metode 23. Notoadmodjo. 2010. Metodologi
Electrode-Based Biosensor. Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.

12
24. O’Kane, et.al., 2011. Quality Error Departement. Can it Make a
Rates in Point-of-Care Testing. Difference?. Biomed Central Critical
Clinical Chemistry: Vol. 57, No.9: Care. Vol. 18, No. 692:1-7. [online].
1267–1271. [online]. Available at: Available at:
<http://www.clinchem.org/content/57 <https://ccforum.biomedcentral.com/
/9/1267.full.pdf+html> [Accessed on articles/10.1186/s13054-014-0692-9>
October 30th 2015]. [Accessed on August 10th 2016].
25. Pribadi, F. W dan Ernawati, D. A., 28. Singh, et.al., 2015. Canadian Public
2010. Efek Catechin Terhadap Kadar Health Laboratory Network
Asam Urat, C-Reactive Protein (CRP) Laboratory Guidelines for the Use of
dan Malondialdehid Darah Tikus Point-of-Care Tests for the Diagnosis
Putih (Rattus norvegicus) of Syphilis in Canada. Canadian
Hiperurisemia. Mandala of Health. Journal Infect Disease of Medical
Januari 2010. Vol. 4, No. 1. [online]. Microbiology: Vol 26 Supply A:
Available at: 29A-32A. [online]. Available at:
<http://fk.unsoed.ac.id/sites/default/fil <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar
es/img/mandala%20of ticles/PMC4353982/pdf/idmm-26a-
%20health/EFEK%20CATECHIN 29.pdf> [Accessed on October 30th
%20TERHADAP%20KADAR 2015].
%20ASAM%20URAT,%20C 29. Tehupeiory, E. S. 2014. Artritis Gout.
%E2%80%93REACTIVE Dalam: Setiati S, dkk. Buku Ajar
%20PROTEIN(CRP)%20DAN Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6.
%20MALONDIALDEHID Jakarta: Internal Publishing.
%20DARAH%20TIKUS 30. Umam A. S, Sutikno E dan Arumsari
%20PUTIH.pdf> [Accessed on N. 2013. Perbandingan Hasil
October 30th 2015]. Pemeriksaan Asam Urat
26. Putra, T. R. 2014. Hiperurisemia. Menggunakan Fotometer dan Stick.
Dalam: Setiati A, dkk. Buku Ajar 31. World Health Organization. 2011.
Penyakit Dalam. Edisi 6, Jilid III. Clinical Chemistry Analyzer.
Jakarta: Interna Publishing. [online]. Available at:
27. Rooney K.D dan Schilling U.M. <http://www.who.int/medical_device
2014. Point of Care Testing in the s/innovation/clinical_chemistry_analy
Overcrowded Emergency

13
zer.pdf> [Accessed on October 30th
2015].

14

Anda mungkin juga menyukai